Oleh Kelompok :
AGUNG NUGROHO
EDI DARMAN
HERLINA LESTARI
HESTI LIANA
IRA SUSANTI. SY
JEFRI FRISKA ELTA
MELIA NOVITA
PERAWATI
TRIS SELFIANA
antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak
anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa
hamil hingga melahirkan, yang ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir
dengan selamat ( intact survival ). Upaya yang dilakukan sejak anak masih berada dalam
Anak-anak adalah generasi penerus penentu masa depan bangsa. Kualitas generasi
penerus tergantung kepada kualitas tumbuh kembang terutama pada masa Balita. Penyimpangan
tumbuh kembang pada anak harus dapat dideteksi sejak dini, terutama sebelum anak berumur 3
tahun supaya segar dapat diintervensi. Karena jika penangananmya terlambat, akibatnya
penyimpangan yang terjadi akan semakin sukar diperbaiki. anak-anak tidak hanya perlu
dipantau pertumbuhan fisik seperti berat badan dan tinggi badannya saja. Tetapi juga
perkembangan otak dan kecerdasannya, -- yang antara lain dapat dilihat dari perkembangan
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu 10 % dari seluruh populasi,
maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta
terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi penyimpangan
tumbuh kembang.
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan
ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang tadinya secara mutlak
bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara relatif mandiri dan berguna bagi
lingkungannya.
aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor bawaan dan faktor
lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak perlu diasuh dan dibimbing
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang “Tumbuh Kembang” ,
Kembang anak.
b. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali :
E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
.
1 5 menit Pembukaan: Menjawab salam
Memberi salam Mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan pembelajaran memperhatikan
Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
F.Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
G.Media
a. Persentasi
b. Leaflet
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan
yaitu :
a.Leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami
c. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
3. Evaluasi Hasil
2) Lingkungan Postnatal
Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang dapat
memengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status
kesehatan (Supartini, 2004).
a) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang
memengaruhi seseorang atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal
ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada
sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan
perkembangan. Sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang
membutuhkan makanan bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu
yang melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan
untuk perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat masa
tumbuh kembang.
b) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi
umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak
dengan social ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah
tentu akan sulit untuk menerima arahan dan pemenuhan gizi dan mereka sering
tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau
pentingnya pelayanan kesehatan yang menunjang dalam membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
c) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhnan dan perkembangan. Nutrisi menjadi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan. Dalam
nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhann dan
perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air.
Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
d) Iklim dan cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah
diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh,
saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit.
e) Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat
teratur serta dapat menigkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan
pertumbuhan sel lainnya. Dari aspek social, anak menjadi mudah berinteraksi
dengan teman sesuai dengan jenis olahraganya.
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan
intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi
dengan orang dewasa, namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang
terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasa dilakukan saudara kandungnya.
Sedangkan pada anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orang tua yang
merasa sudah biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan
anak untuk beradaptasi lebih mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual
biasanya kurang apabila dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan
tersebut juga bergantung pada keluarga.
g) Status kesehatan
Status kesehatan dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan
sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan
sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak
dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi
penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk
maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa
kritis. Beberapa kondisi yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak
misalnya ada kelaianan perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (bibir
sumbing, strabismus atau juling, kaki bengkok, dan lain-lain), adanya kelainan
dalam perkembangan saraf (seperti gangguan motorik, gangguan bicara, atau
gangguan personal sosial), adanya kelainan perkembangan mental (seperti
retardasi mental), adanya kelainan perkembangan perilaku (seperti hiperaktif,
gangguan belajar, atau depresi), dan lain-lain (Hidayat, 2011).
c. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormon
somatotropin, tiroid, dan glukokortiroid. Hormon somatotropin (growth hormone)
berperan dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dan menstimulasi terjadinya
proliferasi sel kartilago dan system skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi
metabolisme tubuh. Hormone glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi
pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan ovarium
(untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormone tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya (Hidayat, 2011).
2) Perkembangan Psikososial
Bayi berada pada periode percaya versus tidak percaya menurut Erickson (1963).
Bayi bergantung sepenuhnya pada orang tua atau pemberi asuhan. Pemberi
asuhanberepons terhadap kebutuhan dasar bayi dengan memberi makan, mengganti
popok, dan membersihkan, menyentuh, dan berbicara kepada bayi. Tindakan ini
menimbulkan rasa percaya pada bayi. Jika bayi diabadikan atau kebutuhannya tidak
terpenuhi, tidak percaya dapat terjadi . sering dengan maturasi sistem saraf, bayi
menyadari bahwa mereka adalah induvidu yang berbeda dari pemberi asuhan
mereka. Sering waktu, bayi belajar untuk menolerir sejumlah kecil frustasi dan
percaya bahwa meskipun kepuasan dapat tertunda, hal tersebut pada akhirnya akan
terpenuhi.
2) Perkembangan psikososial
Tugas psikososial periode sekolah menurut erikson (1963) adalah menciptakan
perasaan inisiatif versus rasa bersalah. Anak prasekolah adalah pelajar yang ingin
tahu dan sangat antusias dalam mempelajari hal baru. Anak prasekolah merasakan
sensasi pencapaian ketika berhasil dalam aktivitas dan merasa bangga pada
pencapaian akan suatu hal membantu anak untuk menggunakan inisiatifnya. Akan
tetapi, ketika anak mendorong dirinya lebih lanjut melebihi kemampuan yang
dimikinya saat ini ia dapat merasa bersalah.
Aktivitas yang berkaitan dengan periode ini meliputi:
Suka menyenagkan orangtua
Mulai merencanakan aktivitas dan mebuat permainan
Memulai aktivitas dengan individu lain
Melakukan peran individu lain (nyata dan imajinasi)
Mengembangkan identitas seksual
Mengembangkan perasaannya
Dapat melampiaskan frustasi pada saudara
Suka mengeksplorasi hal baru
Menikmati olahraga, berbelanja, memasak dan bekerja
Mereka sangat menyesal jika melakukan hal yag salah dan berperilaku buruk
Bekerja sama dengan anak lain
Menegosiasikan solusi terhadap konflik
5 Berdiri pada satu Menulis beberapa huruf: Individu selain keluarga dapat
tahun kaki selama 10 Menggambar orang memahami sebagai besar
detik atau lebih dengan tubuh dan pembicaraan anak:
lama minimal enam bagian Menjelaskan bagaiman sebuah
Berayun dan Berpakaian/melepaskan barang digunakan
memanjat dengan pakaian tanpa bantuan Berpartisipasi dala percakapan
baik Dapat belajar yang panjang dan detail
Dapat meloncat mengikati tali sepatu Bebrbicara tentang kejadian di
secara berulang Menggunakan garpu, masa lampau, masa depan dan
menggunakan tali sendok, dan pisau imajinasi
yang melingkar (diawasi) dengan baik Menjawab pertanyaan yang
Melakukan jungkir Mengopi segitiga dan menggunakan kenapa dan
balik pola geometri lainnya kapan
Dapat belajar Sebagian besar Dapat terhitung hingga 10
bermain sepatu memerhatikan Mengingat bagian dari cerita
luncur dan kebutuhan Pembicaraan secara umu benar
berenang toileting sendiri menurut tata bahasa
Perbendaharaan kata 2100 kata
Mengatakan nama dan alamat
2) Perkembangan psikososial
Anak usia sekolah berada dalam periode Erickson tahun 1963 industri versus
inferioritas. Anak yang diasuh dan didukung selama periode ini akan
mengembangkan perasaan industri dengan sukses. Inferiositas terjadi bersama
kegagalan berulang dengan dukungan atau kepercayaan yang minim dari orang
yang penting bagi anak. Aktivitas yang berikatan dengan periode ini meliputi:
Tertarik pada cara sesuatu dibuat dan bekarja
Berhasil dalam tugas personal dan sosial
Peningkatan aktivitas di luar rumah misalnya klub olahraga
Peningkatan interaksi dengan teman sebaya
Pengingkatan minat pada pengutahuan
Kyle, terri & Susan carman. (2014). “Buku Praktik: Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: EGC
Ridha, H. Nabiel. (2014). “Buku ajar Keperawatan Anak”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hidayat, A.A. (2011). “Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan”.
Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Y. (2004). “Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak”. Jakarta: EGC
KONSEP TERAPI BERMAIN
1. Pengertian
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional, dan sosial (Wong, 2003).
Bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-
hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan
stres pada anak serta merupakan media yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi
dengan lingkungannya (Supartini, 2004 ).
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti juga makanan, kasih sayang, perawatan
dan lain-lain (Ngastiyah, 2005).
2. Jenis Permainan
a. Permainan bahasa
Sebutkan kata kerja yang ditemukan di rumah sakit dan apa yang mereka lakukan
atau bagaimana mereka gunakan; kenali gambar dan kata peralatan rumah sakit dan
cocokkan dengan kata kerja tersebut. Susun kata kerja rumah sakit (kata–kata pada
kartu) kedalam orang, tempat, dan barang.
Sebutkan perlatan yang ditemukan di rumah sakit. Salah satu anak memberikan
gambar penggunannya, dan anak yang lain menebak alat mana yang digambarkan.
Minta anak menulis, mengilustrasikan cerita:”bunyi dimalam hari,” nasihat untuk
dokter,” “rumah sakit di masa depan,” sesuatu yang saya suka dan tidak suka di
rumah sakit.” Simpan jurnal dengan gambar( hanya dengan keterangan atau cerita), “
saya di rumah sakit,” “Bagian tubub saya yang sakit,” “ dokter saya,” perawat saya,”
“ruangan saya,” “ taman sekamar saya,” “sebelum saya sakit,” dan sesudah saya
sakit” (Wong, 2003).
b. Permainan Ilmiah
Pelajari tentang sistem tubuh, sebutkan berdasarkan urutan abjad, buat sebuah
gambar, buat organ dari tanah lempung atau lilin mainan, kumudian memintah anak
untuk mengidentifikasikan bagian sistem tubuh mana yang terlibat dalam masalah
medis. Pelajari tentang nutrisi secara umum dan alasan untuk diet khusus, diskusikan
bagaimana cara kerja obat, traksi dangips, dan bagaimana kesembuhan itu
memerlukan waktu (Wong, 2003).
c. Permainan Metematika
Gunakan materi yang ada pada Rumah sakit untuk mendiskusikan sistem metrik
dan membuat anak semakin familiar dengan berat, panjang, dan voleme badan, Ukur
secara rutin dalam satuan dan obyek rumah sakit yang tepat. Masalah kata rumah
sakit: gunakan situasi rumah sakit (misalnya, jika setiap bekerja 7per shif, berapa
banyak yang kamu perlukan dalam untuk 1 hari?) (Wong, 2003).
d. Permainan Ilmu Sosial
Berapa banyak jumlah pekerjaan yang ada di rumah sakit? Anak yang lebih tua
usianya dapat menjelaskan lebih detail tentang keahlihan dan pendidikan yang
diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut (Wong, 2003).
e. Permainan riwayat
Teliti sejarah rumah sakit, sejarah cabang ilmu kedokteran, cari tahu lebih banyak
orang terkenal dalam sejarah kedokteran (Hipocrates, Florence Nightingale, Clara
Barton, Roentgen, atau penemuan-penemuan dan kemajuan dalam bidang
kesehatan( penemuan lensa, penemuan obat penecilin) (Wong, 2003).
2. Klasifikasi permainan.
Dari sudut pandang perkembangan, pola permainan anak dapat dikategorikan menurut
isi dan karakter sosial. Keduanya memiliki efek adiktif, masing-masing berbentuk diatas
pencapaian masa lalu, dan beberapa elemen dari masing-masing dipertahankan selama
kehidupan, Pada setiap perkembangan yang baru lebih dominan (Wong, 2003).
a. Isi Permainan
Isi permainan terutama meliputi aspek bermain fisik meskipun hubungan sosial
tidak dapat diabaikan. Isi permainan mengikuti kecenderungan arah dari sederhana ke
kompleks (Wong Dkk, 2008).
1) Permainan sosial-efektif.
Bermain mulai dengan permainan sosial efektif, yang membuat anak
merasakan kesenangan dalam berhubungan dengan orang lain. Bila orang dewasa
berbicara, menyentuh, mencium, dan dalam berbagai cara membuat anak berespon,
anak segera belajar untuk menstimulasi emosi dan respons orang tua dengan
perilaku seperti tersenyum, mengeluarkan suara, memulai permainan dan aktivitas,
tipe dan integritas perilaku orang dewasa terhadap anak beragam pada setiap
budaya (Wong Dkk, 2008).
2) Permainan rasa-senang.
Permainan rasa-senang adalah pengalaman stimulasi nonsosial yang muncul
begitu saja. Obyek dalam lingkungan, sinar dan warna, rasa dan bau, tektur dan
konsistensi-menarik perhatian anak, merangsang indra mereka, dan memberikan
kesenangan bagi mereka. Pengalaman rasa senang berasal dari memegang bahan
mentah (air, pasir dan makanan), gerakkan tubuh (diayun,diangkat, ditimang), dan
dari pengalaman lain yang mengunakan indra dan kemampuan tubuh (mencium
dan bersenandung) (Wong Dkk, 2008).
3) Permainan keterampilan.
Bila anak telah mengembangkan kemampuan untuk menggenggam dan
memanipulasi, mereka secara terus-menerus menunjukkan dan melatih
kemampuan yang baru mereka kuasai melalui keterampilan, yang mengulang
tindakan tersebut berulang-ulang. Elemen dari permainan rasa senang sering
terlihat dalam mempraktikkan kemampuan baru, tetapi terlalu sering, bertekat
untuk berhasil menunjukkan keterampilan sulit yang menimbulkan nyeri dan
frustasi (misalnya belajar untuk mengenderai sepeda) (Wong Dkk, 2008).
4) Perilaku unuccupied.
Pada perilaku onuccupied, anak tidak bermain tetapi menfokuskan perhatian
mereka, secara singkat kepada apapun yang menarik perhatian mereka. Anak
melamun, memainkan pakaian, atau obyek lain, atau berjalan tampa tujuan. Peran
ini berbedah dengan pengamat yang secara aktif memerhatikan aktivitas orang lain
(Wong Dkk, 2008).
5) Permainan dramatik atau pura-pura.
Salah satu elemen vital pada proses identifikasi anak adalah permainan
dramatik, yang juga disebut permaianan simbolik atau pura-pura. Permainan ini
dimulai pada masa bayi akhir dan merupakan bentuk permainan yang dominan
pada anak pada prasekolah. Bila anak mulai memberikan makna pada situasi dan
manusia memberikan makna efektif pada dunia, mereka dapat menghayalkan dan
membayangkan hampir segala hal. Dengan memerankan kejadian hidup sehari-
hari, anak belajar dan mempraktikan peran dan identitas yang dimainkan oleh
anggota keluarga mereka dan masyarakat. Mainan anak replika benda-benda
dimasyarakat, memberikan media untuk anak belajar tentang peran dan aktivitas
orang dewasa yang dapat membingunkan dan menyimbulkan frustasi pada mereka.
Permainan sederhana, imitatif,dramatif pada anak, seperti mengunakan telpon,
mengenderai mobil-mobilan, atau menimang boneka, berkembang menjadi drama
yang semakin kompleks dan bersambung yang dibuat anak prasekolah, yang
meluas dari hal-hal umum di rumah tangga sampai aspek yang lebih luas tentang
dunia dan masyarakat, seperti memainkan peranan polisi, pramuniaga, guru, atau
perawat. Anak yang lebih besar menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah
cerita, dan menyusun drama itu sendiri (Wong Dkk, 2008).
6) Permainan game.
Anak disemua budaya terlihat dalam permainan baik sendiri ataupun dengan
anak lain. Aktivitas soliter mencakup permainan yang dimulai ketika anak yang
masi sangat kecil berpartisipasi dalam aktivitas repetitif dan berlanjut ke permainan
yang lebih rumit yang menantang keterampilan mandiri mereka seperti menata
puzzle, bermaian kartu, dan permainan komputer atau video. Anak yang sangat
muda berpartisipasi dalam permainan imitatif sederhana seperti “petak umpet”.
Anak prasekolah belajar dan menikmati permainan formal yang dimulai dengan
permainan pertahanan diri yang ritual dimainkan seperti permainan ring-a-rosy
and london bridge ( permainan yang didalamnya terdapat aktivitas perebutan kursi
yang jumlahnya semakin di kurangi dan anak yang bermain berjalan mengintari
kumpulan kursi sambil diiringi musik pada periode tertentu dihentikan lalu
dimainkan kembali) Dengan pengecualian permainan papan sederhana, anak
prasekolah tidak terlihat dalam permainan kompetitif. Anak prasekolah tidak suka
kalah dan akan mencoba, atau menuntut, pengecualian dan kesempatan untuk
mengubah cara mereka (Wong Dkk, 2008).
b. Karakter Sosial
Interaksi permainan pada masa anak adalah antara anak dan orang dewasa. Anak
terus menikmati pendamping oleh orang dewasa tetapi semakin mampu bermain
sendiri. Sering pertambahan usia, Interaksi dengan teman seumur semakin penting
dan menjadi esensial dari proses sosialisasi. Melalui interaksi, anak yang sangat
egosentris, tidak dapat menoleransi penundaan atau campur tangan, pada akhirnya
dapat memperhatikan orang lain dan mampu menunda rasa puas atau bahkan menolak
rasa puas yang sangat mengorbankan orang lain sepasang anak terlibat dalam
perseteruan karena kebutuhan pribadi mereka tidak dapat menoleransi penundaan atau
gangguan. Pada saat mereka mencapai usia 5 atau 6 tahun, anak mampu mencapai
kompromi atau menjadi penengah atau perselisihan, biasanya setelah mereka
berusaha tetapi gagal untuk mendapatkan sesuatu dengan cara mereka sendiri. Melalui
interaksi kontinu dengan teman sebaya dan pertumbuhan kemampuan koseptual dan
katerampilan sosial, anak mampu meningkatkan partisipasi dengan orang dalam tipe
permainan (Wong Dkk, 2008).
1) Permainan pengamat
Selama permainan pengamat, anak memperhatikan apa yang dilakukan anak
lain tetapi tidak berusaha untuk tidak terlibat dalam aktivitas bermain tersebut.
Terdapat minat aktif dalam memperhatikan interaksi anak lain tetapi tidak
bergerak untuk berpartisipasi. Memperhatikan kakak menendang bola adalah
contoh umum dari peran pengamat.
2) Permainan tunggal
Selama permainan tunggal, anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda
dengan mainan yang digunakan oleh anak lain di tempak yang sama. Mereka
menikmati adanya anak lain tetapi tidak berusaha untuk mendekati atau berbicara
dengan mereka. Minat mereka dipusatkan pada aktivitas mereka sendiri, mereka
lakukan tampa terkait dengan aktivitas yang lain (Wong Dkk, 2008).
3) Permainan paralel
Selama aktivitas paralel, anak bermain secara mandiri tetapi diantara anak-
anak lain. Mereka bermain dengan mainan yang sama seperti mainan yang
digunakan anak lain disekitar mereka, tetapi ketika anak kompak, mereka tidak
saling mempengaruhi. Masing-masing anak bermain berdampingan, tetapi tidak
bersama-sama. Tidak ada asosiasi kelompok, bermain paralel merupakan ciri
permainan anak, tetapi juga dapat terjadi pada kelompok usia lain. Individu yang
terlibat dalam aktivitas kreatif dengan masing-masing orang secara terpisah
mengerjakan proyek individual termasuk ke dalam permainan paralel.
4) Permainan asosiatif
Pada permainan asosiatif, anak bermain bersama dan mengerjakan aktivitas
serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan
kepeminpinan, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan meminjami material
permainan, saling mengikuti dengan mengenderai wagon dan sepeda roda tiga,
dan terkadang berupaya untuk mengontrol siapa yang boleh dan tidak boleh
bermain dalam kelompok tersebut. Setiap anak bertindak sesuai dengan
harapannya sendiri; tidak ada tujuan kelompok. Misalnya, dua anak bermain
boneka, saling memimjam pakaian boneka dan melakukan percakapan serupa,
tetapi tidak ada yang mengarahkan tindakkan teman lain atau menetapkan aturan
mengenai batasa sesi permainan. Terdapat pengaruh perilaku yang sangat besar;
ketika satu anak memulai aktivitas, seluruh kelompok mengikuti contohnya
( Wong Dkk, 2008).
5) Permainan kooperatif
Permainan kooperatif (kerja sama) bersifat teratur, dan anak bermain dalam
kelompok dengan anak lain. Mereka mendiskusikan dan merencanakan aktivitas
untuk pencapaian tujuan akhir untuk membuat sesuatu, untuk mencapai tujuan
kompetitif, untuk memerankan situasi kehidupan orang dewasa atau kelompok,
atau memainkan permainan formal. Kelompok ini terbentuk secara rengang,
tetapi terdapat rasa memilki atau tidak memilki yang nyata. Tujuan dan
pencapaianya memerlukan pengorganisasian aktivitas, pembagian kerja, dan
peran bermain. Hubungan peminpin anak buah ditetapkan secara jelas, dan
aktivitas dikontrol oleh satu atau dua anggota yang memerankan peran dan
mengarahkan aktivitas orang lain. Aktivitas diatur untuk memungkinkan satu
anak menambah fungsi anak lain dalam mencapai tujuan ( Wong Dkk, 2008).
3. Fungsi bermain
a. Perkembangan sensorimotor
Aktivitas sensorimotor adalah komponen utama barmain pada semua usia dan
merupakan bentuk dominan permainan pada masa bayi.Permainan aktif penting untuk
perkembangan otok dan bermanfaat untuk melepas kelebihan energi. Melalui
perkembangan sensorimotor, anak menggali sifat dunia fisik. Anak memperoleh kesan
tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui stimulasi taktil, auditorius, visual
dan kinestetik. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakkan tubuh dan
mengeksplorasikan segala sesuatu di ruangan. Dengan meningkatnya maturitas,
permainan sensorimotor, menjadi semakin berbeda. Sementara anak yang masih kecil,
lebih menyukai berlari untuk menggerakkan tubuh, anak yang lebih besar
menggabungkan atau memodifikasi gerakkan menjadi aktivitas yang lebih rumit dan
terkoordinasi, seperti berlomba, melakukan permainan, naik sepeda dan roller skating
(Wong Dkk, 2008).
b. Perkembangan intelektual
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak belajar untuk mengenali warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan fungsi obyek-obyek. Mereka mempelajari fungsi angka-angka dan
cara menggunakanya; mereka belajar untuk menghubungkan kata dengan benda dan
mereka mengembangkan pemahaman tentang konsep yang abstrak dan hubungan sosial
seperti puzzle dan permainan membantu mereka mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah. Buku, cerita film dan koleksi benda dapat memperluas
pengetahuan sekaligus kesenangan. Permainan memberikan sarana untuk
mempraktikkan dan mengembangkan keterampilan berbahasa. Melalui bermain, anak-
anak berkelanjutan mempraktikkan pengalaman yang lalu untuk mengasimilasikan ke
dalam berbagai persepsi dan hubungan yang baru. Bermain membantu anak-anak
memahami dunia tempat mereka tinggal dan membedakan antara fantasi dan kenyataan.
Ketersedian materi permainan dan kualitas keterbatasan orang tua adalah dua variabel
terpenting terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan
prasekolah (Wong Dkk, 2008).
c. Sosialisasi
Sejak masa bayi sampai Prasekolah menunjukkan minat dan kesenangan apabila di
temanin dengan anak lain. Hubungan sosial pertamanya adalah dengan pribadi ibu,
tetapi melalui bermain dengan anak lain, mereka belajar untuk membentuk hubungan
sosial dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan hubungan ini. Mereka belajar
untuk saling memberi dan menerima, mereka banyak belajar dari kritikan teman
sebayanya dibandingkan dari orang dewasa. Mereka mempelajari peran seks sesuai
yang diharapkan oleh masyarakat serta mempelajari pola perilaku dan sikap yang
diterima masyarakat. Anak-anak mempelajari yang benar dari yang salah, standar
masyarakat dan bertanggung jawab atas tindakan mereka (Wong Dkk, 2008).
d. Kreativitas
Tidak situasi lain yang lebih memberi kesempatan untuk menjadi kreatif selain
bermain. Anak-anak bereksprimen dan mencoba ide mereka dalam bermain melalui
setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan-bahan mentah, fantasi dan eksplorasi.
Kreativitas tertekan oleh tekanan untuk menyamakan; oleh sebab itu usaha keras untuk
dapat diterima oleh teman sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak prasekolah.
Kreativitas terutama merupakan hasil dari aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif
seringkali ditingkatkan dalam kelompok ketika mendengar ide orang lain yang
merangsang ekplorasi lanjutan dari idenya sendiri. Ketika anak merasakan kepuasan
dari menciptakan sesuatu yang baru berbeda, mereka menstranfer minat kreatif ini ke
situasi di luar dunia bermain (Wong Dkk, 2008).
e. Kesadaran diri
Bermula dari eksplorasi aktif tubuh anak dan kesadaran diri bahwa mereka terpisah
dari ibunya, proses identifikasi diri difasilitasi melalui kegiatan bermain. Anak-anak
belajar mengenali siapa diri mereka dan dimana posisi mereka. Mereka semakin
mampu mengatur tingkah laku mereka sendiri, mempelajari kemampuan diri mereka,
dan membandingkan dengan anak-anak yang lain. Melalui bermain anak-anak mampu
menguji kemampuan mereka, melaksanakan dan mencoba berbagai peran dan
mempelajari dampak perilaku mereka pada orang lain (Wong Dkk, 2008).
f. Manfaat terapeutik.
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia, bermain memberikan sarana untuk
melepaskan diri dari ketegangan dan stres yang dihadapi di lingkungan. Dalam
bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat
diterima dalam cara yang dapat diterima dalam masyarakat. Anak-anak mampu
mencoba dan menguji situasi yang menakutkan dan dapat menjalankan peran dan posisi
yang tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata. Anak-anak banyak menunjukkan diri
mereka sendiri dalam bermain. Melalui bermain anak-anak mampu mengomunikasikan
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka
ekspresikan, karena keterbatasan keterampilan bahasa mereka. Selama bermain, anak
perlu penerimaan dari orang dewasa dan perlu didampingi oleh orang dewasa untuk
membantu mereka mengontrol agresi dan menyalurkan kecenderungan destruktif
mereka (Wong Dkk, 2008).
DAFTAR HADIR
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TUMBANG
NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50