Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SEVEN JUMP TENTANG PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN PADA BALITA

DISUSUN OLEH :

Khofifah Intan 2021060018


Siti Maesaroh 2021060025
Susi Hendriyani 2021060029
Triana Susanti 2021060033

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN REGULER B


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Balita”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi. Selama proses
penyusunan laporan ini kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa
bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual maupun materi yang
berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa
syukur dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Juni Sofiana selaku dosen pengampu mata kuliah evidence based kebidanan
yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini.
2. Orangtua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril maupun materi
lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di UNIMUGO, khususnya Program Studi S1 kebidanan
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.. Kami berharap, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin...
SEVEN JUMP

Mata kuliah : Evidence Based


Tingkat/ semester : Genap
Hari/ tanggal : Rabu , 25 Mei 2022

SKENARIO KASUS
Seorang balita Y (PEREMPUAN) umur 36 bulan datang ke Puskesmas bersama
ibunya. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh data BB 14 kg dan tinggi 90 cm.
Diketahui perkembangan motorik kasar halus anak sudah mampu makan menggunakan
sendok dan garpu sendiri
A. Tugas mahasiswa
1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas mahasiswa membahas kasus
tersebut dengan kelompok, dipimpin oleh ketua dan sekretaris.
2. Melakukan aktifitas pembelajaran individual di kelas dengan menggunakan buku
ajar, jurnal dan internet untuk mencari informasi tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa dihadiri fasilitator) untuk melakukan
curah pendapat bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa informasi dalam
menyelesaikan masalah.
4. Berkonsultasi pada narasumber yang telah ditetapkan oleh fasilitator.
5. Mengikuti kuliah khusus dalam kelas untuk masalah yang belum jelas atau tidak
ditemukan jawabannya untuk konsultasi masalah yang belum jelas
6. Melakukan praktikum penanganan suhu tinggi bayi.
B. Proses pemecahan masalah
Dalam diskusi kelompok mahasiswa diharapkan dapat memecahkan problem yang
terdapat dalam scenario dengan mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah di bawah
ini:
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan kata /
kalimat kunci skenario di atas.
2. Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa pertanyaan
penting.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan di
atas.
4. Klarifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus di
atas. Langkah 1 sampai 5 dilakukan dalam diskusi tutorial pertama dengan
fasilitator.
6. Cari informasi tambahan informasi tentang kasus di atas di luar kelompok tatap
muka; dilakukan dengan belajar mandiri.
7. Laporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang baru ditemukan;
dilakukan dalam kelompok diskusi dengan fasilitator.
8. Seminar; untuk kegiatan diskusi panel dan semua pakar duduk bersama untuk
memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.
Penjelasan
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang
diperlukan untuk sampai pada kesimpilan akhir, maka proses 6 bisa diulangi dan
selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial dan setelah informasi
dirasa cukup dilakukan langkah nomor 8.

STEP 1
KATA KUNCI
1. Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan
yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang
tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah
menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi
makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk
mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).
2. Puskesmas
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya
3. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh (Purwanti,
2015)
4. Motorik Halus
Pengertian motorik halus secara umum adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dan tugas sehari-hari.  Motorik halus dibutuhkan untuk kegiatan yang membutuhkan
otot halus atau intrinsik pada tangan. Otot-otot tersebut berperan penting dalam
kegiatan yang berhubungan dengan tangan dan jari (Sunardi dan Sunaryo, 2017).
STEP 2
PERTANYAAN KASUS
1. Bagaimana stimulasi yang dibutuhkan pada balita ?
2. Bagaimana tahap pertumbuhan dan pekembangan pada anak?
3. Apa saja ciri ciri dan prinsip tumbuh kembang anak?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada balita?
5. Apa saja aspek yang dipantau dalam tumbuh kembang anak?
6. Apa saja masalah tumbuh kembang pada balita?
STEP 3
JAWABAN KASUS
1. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi
rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh
kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah - yang merupakan orang terdekat dengan
anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat
di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak
bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan
stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam
melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap
ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya. Pada
bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar
anak anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar
anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dengan
demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga.
2. Periode Tumbuh Kembang Anak. Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara
teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan
beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini
dibagi menjadi 3 periode, yaitu : * Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi
sampai umur kehamilan 2 minggu. * Masa embrio, sejak umur kehamilan 2
minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan
menjadl suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh. * Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan
9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester
kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan
pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah
terbentuk serta mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan
Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan retina. Periode yang paling
penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada
periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap
rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh,
depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada
setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin
setelah kehamilan 5 bulan. Agar janin dalam kandungan tumbuh dan
berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang
ibu diharapkan: * Menjaga kesehatannya dengan baik. * Selalu berada
dalam lingkungan yang menyenangkan. * Mendapat nutrisi yang sehat
untuk janin yang dikandungnya. * Memeriksa kesehatannya secara teratur
ke sarana kesehatan. * Memberi stimulasi dini terhadap janin. * Tidak
mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya. *
Menghindari stres baik fisik maupun psikis. * Tidak bekerja berat yang
dapat membahayakan kondisi kehamilannya.
b. Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan. Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi
organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
1) Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
2) Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari. Hal yang paling penting agar bayi
lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah: * Bayi lahir
ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang
memadai. * Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,
jangan terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya
untuk melahirkan. * Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga
yang dapat menenangkan perasaan ibu. 6 * Sambutlah kelahiran anak
dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang
seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya. *
Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan
oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini
terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara
terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi
sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang
dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup
rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini,
kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI
sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh
yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar.
d. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan). Pada masa
ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini
akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita,
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari.
e. Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan). Pada masa ini,
pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan
proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada
masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah
mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak
mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian
besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke
taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-
lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk
anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman
bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan
anak. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra
dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah
siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa
proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan
keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila anak mengalami kelainan
atau gangguan.

3. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri
jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ
dan perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkore/asi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa
terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan
dan sebagainya.

*Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling


berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Kematangan
merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi
yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari
latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola perkembangan
bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik,
dan terjadi berkesinambungan.
4. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada balita adalah
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak. Pada
umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika,
maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
2) Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
b. Faktor luar (ekstemal).
1) Faktor Prenatal
a) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hiperplasia adrenal.
e) Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
f) lnfeksi lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali,
retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.
g) Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca Persalinan
a) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah
tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,
rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
d) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-
anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
5. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau.
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain}, berpisah
dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
dan sebagainya.
6. Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.
a. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keter1ambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan
kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.
Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
c. Sindrom Down. Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal
dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari
anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia
yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keter1ambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri.
d. Perawakan Pendek. Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu
terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD
pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
e. Gangguan Autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak
yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,
yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
f. Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang
seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
STEP 4
MIND MAPPING
Aspek yang
dipantau

Prinsip
Periode

Tumbuh
kembang
balita
Ciri ciri
Gangguan

Faktor
predisposisi
stimulasi

STEP 5
LEARNING OBJEKTIF
1. Mahasiswa mampu mengetahui stimulasi yang perlu diberikan pada anak.
2. Mahasiswa mampu memahami tahapan atau periode perkembangan dan pertumbuhan
balita
3. Mahasiswa mampu memahami ciri dan Prinsip prinsip tumbuh kembang pada anak
4. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
5. Mahasiswa mampu memahami aspek tumbuh kembang pada anak
6. Mahasiswa mampu memahami gangguan yang terjadi pada pertumbuhan dan
perkembangan balita

STEP 6
INFORMASI TAMBAHAN
Judul Jurnal : STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN IBU BEKERJA
TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH

PENDAHULUAN
Dampak yang akan diterima anak ketika ibu tetap bekerja akan berpengaruh
terhadap pekembangan anak baik dari psikososial maupun dari segi kognitifnya
(Soetjiningsih, 2018). Wijirahayu, Krisnatuti dan Muflikhati (2016) meneliti tentang
pengaruh kelekatan ibu-anak, pertumbuhan anak terhadap perkembangan sosial
emosi anak prasekolah. Salah satu hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa status
pekerjaan ibu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan sosial
anak prasekolah (β= -3,652; R=0,102; p=0,032). Hal ini artinya anak dengan ibu
tidak bekerja akan memiliki perkembangan sosial emosi lebih tinggi daripada anak
dengan ibu bekerja. Selain itu, data longitudinal pada 900 anak Eropa Amerika dari
National Institute of Child and Human Development (NICHD) sebuah studi
tentang perawatan anak usia dini menunjukan dampak negatif pada perkembangan
kognitif karena ibu bekerja selama 30 jam atau lebih dalam seminggu saat anak masih
berusia dini (Papalia dan Feldman, 2015)

LANGKAH 7. LITERATURE REVIEW


LITERATUR REVIEW : HUBUNGAN STUNTING DENGAN
PERKEMBANGAN MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK

ABSTRAK
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan karena asupan gizi yang
kurang dalam waktu yang cukup lama sebagai akibat dari pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi yang diperlukan. (Black : 2017) Stunting di usia 0-2 tahun dapat mengganggu
perkembangan kognitif, bahasa, dan motorik anak (Muhoozi: 2016). Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara status gizi stunting dengan perkembangan motorik dan kognitif anak.

Penelitian ini merupakan literature review dari hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia
terkait dengan stunting dan perkembangan anak Sumber pencarian jurnal melalui google scholar
dalam kurun waktu 2015 sampai 2019, dan hasil penelitian yang terpilih meliputi 4 penelitian dari 4
jurnal yang berbeda.
Hasil penelitian menyatakan bahwa Anak yang stunting memiliki peluang 11,98 kali lebih besar untuk
mempunyai perkembangan motorik di bawah rata-rata. Serta kategori mild stunting dengan
perkembangan kognitif suspect ada keterlambatan pada anak toddler yaitu tidak mampu menyebutkan
jenis warna, membedakan ukuran objek, menyebutkan jenis kelamin, memasangkan gambar yang
dikenal. Sedangkan kategori moderate stunting dengan perkembangan kognitif suspect atau
mengalami keterlambatan dapat mengakibatkan sel otak berkurang 15-20 pesen, sehingga kelak di
kemudian hari akan menjadi manusia dengan kualitas otak sekitar 80-85 persen. Anak toddler yang
mengalami kategori severe stunting dengan perkembangan kognitif suspect ada keterlambatan ditandai
dengan lambatnya kematangan sel syaraf, lambatnya gerakan motorik, kurangnya kecerdasan dan
lambatnya respon sosial.
Saran dalam penelitian ini adalah pihak keluarga dapat memberikan asupan makan sejak masa
kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun untuk mencegah terjadinya kurang gizi dan penyakit infeksi
yang berdampak pada terjadinya stunting. Untuk mengantisipasi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita, petugas puskesmas dibantu kader posyandu hendaknya lebih aktif
memberikan penyuluhan dan memberikan konsultasi tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan balita. Selain itu, perlu diadakan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
balita, sehingga dapat diketahui adanya masalah tumbuh kembang sedini mungkin. Selanjutnya, perlu
adanya pengasuhan yang baik dari keluarga seperti memberikan stimulasi dan dukungan bagi anak
dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Kata kunci : stunting, perkembangan motorik dan kognitif anak

LATAR BELAKANG yang berkesinambungan yang


Masa anak di bawah lima tahun terjadi secara konsepsi dan terus
merupakan periode penting dalam berlangsung hingga dewasa. Selain
tumbuh kembang anak karena mengalami partumbuhan fisik yang
pertumbuhan dan perkembangan dasar pesat, perkembangan kemampuan otak
yang berlangsung pada masa balita akan juga penting untuk proses pembelajaran
memengaruhi dan menentukan setiap dan pengayaan perkembangan
perkembangan anak selanjutnya. kecerdasan, keterampilan motorik,
Tumbuh kembang merupakan proses bicara dan bahasa, serta sosial dan
kemandirian. (Depkes RI : 2009)
Status gizi merupakan salah satu terlalu pendek untuk usianya.
faktor yang dapat memengaruhi Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
perkembangan anak. Beberapa faktor dalam kandungan dan pada masa
yang dapat memengaruhi perkembangan awal setelah bayi lahir, kondisi
anak di negara berkembang, seperti stunting baru terlihat setelah bayi
kemiskinan, malnutrisi, sanitasi berusia 2 tahun.3 Stunting menurut
kesehatan yang buruk serta kurangnya Keputusan Menteri Kesehatan tahun
stimulasi dari lingkungan. Anak dengan 2010 adalah status gizi yang
status gizi kurang akan mengalami didasarkan pada indeks panjang
perkembangan yang terhambat dan tidak badan menurut umur (PB/U) atau
optimal sesuai dengan tahapan usianya. tinggi badan menurut umur (TB/U)
(Depkes RI : 2009) dalam standar penilaian status gizi
Salah satu permasalahan gizi pada anak, dengan hasil pengukuran yang
anak adalah stunting.Stunting merupakan berada pada nilai standar atau z-
masalah kurang gizi kronis yang score< -2 SD sampai dengan -3 SD
disebabkan karena asupan gizi yang untuk pendek (stunted) dan < -3 SD
kurang dalam waktu yang cukup lama untuk sangat pendek (severely
sebagai akibat dari pemberian makanan stunted).
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi 2. Dampak Stunting
yang diperlukan. (Black : 2017) Stunting dapat menimbulkan
Stunting di usia 0-2 tahun dapat dampak yang buruk, baik dalam
mengganggu perkembangan kognitif, jangka pendek maupun jangka
bahasa, dan motorik anak (Muhoozi: panjang. Dalam jangka pendek
2016). Sekitar 16% balita Indonesia stunting dapat menyebabkan gagal
mengalami gangguan perkembangan, tumbuh, hambatan perkembangan
meliputi gangguan perkembangan otak, kognitif & motorik sehingga
gangguan pendengaran dan gangguan berpengaruh pada perkembangan
motorik dan tahun 2010 mencapai 35,7% otak dan keberhasilan pendidikan,
termasuk gangguan perkembangan yang dan tidak optimalnya ukuran fisik
dapat dilihat dari angka kejadian tubuh serta gangguan metabolisme.
gangguan bicara dan bahasa pada anak Stunting merupakan wujud dari
Indonesia masih tinggi yaitu 2,3%- adanya gangguan pertumbuhan pada
24,6% dan prevalensi kelambatan bicara tubuh, bila ini terjadi, maka salah
dan bahasa pada anak sekolah 5-10% satu organ tubuh yang cepat
(Suparmiati : 2013) mengalami risiko adalah otak. Dalam
Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari otak terdapat sel-sel saraf yang
penelitian ini adalah mengetahui sangat berkaitan dengan respon anak
hubungan antara status gizi stunting termasuk dalam melihat, mendengar,
dengan perkembangan motorik dan dan berpikir selama proses belajar.16
kognitif anak. Dampak jangka panjang yang
ditimbulkan stunting adalah
menurunnya kapasitas intelektual,
TINJAUAN PUSTAKA gangguan struktur dan fungsi saraf
1. Pengertian Stunting dan sel-sel otak yang bersifat
Stunting adalah kondisi gagal permanen dan menyebabkan
tumbuh pada anak balita akibat dari penurunan kemampuan menyerap
kekurangan gizi kronis sehingga anak pelajaran di usia sekolah yang akan
berpengaruh pada produktivitas saat
dewasa, dan meningkatkan risiko erat kaitannya dengan sosial-
penyakit tidak menular seperti ekonomi.
diabetes mellitus, hipertensi, jantung Pelaksanaan penilaian status
koroner dan stroke. Anak mengalami gizi di Indonesia, masing-masing
stunting memiliki potensi tumbuh indeks antropometri yang digunakan
kembang yang tidak sempurna, memiliki baku rujukan. Baku rujukan
kemampuan motorik dan yang digunakan di Indonesia adalah
produktivitas rendah, serta memiliki baku rujukan WHO 2005. Standar
risiko lebih tinggi untuk menderita WHO 2005 mengklasifikasikan
penyakit tidak menular. Stunting status gizi menggunakan z-score atau
pada balita berdampak pada z (nilai median), yakni suatu angka
timbulnya potensi kerugian ekonomi salah satunya adalah TB terhadap
karena penurunan produktivitas kerja standar deviasinya, menurut usia dan
dan biaya perawatan. Kesemuanya jenis kelamin. Klasifikasi indeks
itu akan menurunkan kualitas sumber TB/U sebagai berikut :
daya manusia, produktivitas dan 4. Faktor Penyebab Stunting
daya saing bangsa. Stunting dipengaruhi oleh
3. Penilaian dan Klasifikasi banyak faktor dan faktor tersebut
Stunting Penilaian status gizi balita saling terkait antara satu dengan
yang sangat umum digunakan yang lainnya. UNICEF (1998)
adalah cara penilaian antropometri. menggambarkan faktor yang
Antropometri berhubungan dengan berhubungan dengan status gizi
berbagai macam pengukuran termasuk stunting. Pertama,
dimensi tubuh dan komposisi tubuh penyebab langsung dari stunting
dari berbagai tingkat umur dan adalah asupan gizi dan penyakit
tingkat gizi. Berbagai infeksi.8 Asupan gizi yang tidak
jenis ukuran tubuh antara lain berat seimbang, tidak memenuhi jumlah
badan, tinggi badan, lingkar lengan dan komposisi zat gizi yang
atas dan tebal lemak di bawah kulit. memenuhi syarat gizi seimbang
Tinggi badan merupakan seperti makanan yang beragam,
antropometri yang menggambarkan sesuai kebutuhan, bersih dan aman,
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada misalnya bayi tidak memeperoleh
keadaan normal , tinggi badan ASI eksklusif.20 Kedua, penyebab
tumbuh seiring dengan pertambahan tidak langsung, yaitu ketersediaan
umur. Pengaruh defisiensi zat gizi pangan tingkat rumah tangga,
terhadap tinggi badan akan nampak perilaku atau asuhan ibu dan anak,
dalam waktu yang relatif lama. dan pelayanan kesehatan dan
Beberapa indeks antropometri yang lingkungan. Ketersediaan pangan
sering digunakan adalah BB/U, tingkat rumah tangga khususnya
TB/U dan BB/TB. Untuk pangan untuk bayi 0-6 bulan yaitu
kegiatan pemantauan status gizi ASI eksklusif dan bayi usia 6-23
dalam jangka waktu yang lama (2 bulan yaitu MP-ASI, dan pangan
tahun atau lebih) pilihan utama yang bergizi seimbang khususnya
adalah menggunakan indeks TB/U. bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait
Indeks ini cukup peka untuk pada kualitas pola asuh anak.
mengukur perubahan status gizi Ketersediaan pangan tingkat rumah
jangka panjang. Indeks TB/U di tangga, perilaku atau asuhan ibu dan
samping memberikan gambaran anak, dan pelayanan kesehatan dan
status gizi masa lampau, juga lebih
lingkungan dipengaruhi oleh masih di dalam kandungan. Faktor
masalah utama berupa kemiskinan, lingkungan prenatal yang
pendidikan rendah, ketersediaan berpengaruh terhadap tumbuh
pangan, dan kesempatan kerja. kembang janin mulai dari konsepsi
Keseluruhan dari penyebab masalah sampai lahir, antara lain adalah gizi
gizi di atas dipengaruhi oleh masalah ibu pada saat hamil, mekanis, toksin
dasar, yaitu krisis politik dan atau zat kimia, endokrin, radiasi,
ekonomi. Soetjiningsih menyatakan infeksi, stress, imunitas dan anoksia
bahwa terdapat dua faktor yang embrio.
mempengaruhi tumbuh kembang Faktor lingkungan post-natal
anak yaitu faktor genetik dan faktor merupakan faktor lingkungan yang
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi tumbuh kembang
merupakan modal dasar dalam anak setelah lahir, secara umum
mencapai hasil akhir proses tumbuh faktor lingkungan post-natal dapat
kembang anak. Melalui instruksi digolongkan menjadi lingkungan
genetik yang terkandung di dalam sel biologis, faktor fisik, faktor
telur yang telah dibuahi, dapat psikososial, serta faktor keluarga dan
ditentukan kualitas dan kuantitas adat istiadat. Faktor keluarga seperti
pertumbuhan. Ditandai dengan pendidikan orang tua dapat menjadi
intensitas dan kecepatan faktor penyebab terjadinya
pembelahan, derajat sensitivitas permasalahan stunting. Pendidikan
jaringan terhadap rangsangan, umur orangtua merupakan salah satu faktor
pubertas dan berhentinya yang penting dalam tumbuh
pertumbuhan tulang. Termasuk kembang anak. Pendidikan orang tua
faktor genetik antara lain adalah yang baik dapat memudahkan dalam
berbagai faktor bawaan yang normal menerima segala informasi dari luar
dan patologik, jenis kelamin, suku terutama mengenai cara pengasuhan
bangsa atau bangsa. Gangguan anak yang baik, cara menjaga
pertumbuhan di negara maju lebih kesehatan anak, dan lain sebagainya.
sering diakibatkan oleh faktor 5. Perkembangan anak
genetik, sedangkan di negara yang Perkembangan (development) adalah
berkembang, gangguan pertumbuhan bertambahnya kemampuan dalam
selain diakibatkan oleh faktor struktur dan fungsi tubuh yang lebih
genetik, juga faktor lingkungan yang kompleks dalam pola yang teratur
kurang memadai untuk tumbuh sebagai hasil dar proses pematangan.
kembang anak yang optimal. Perkembangan merupakan proses
Faktor lingkungan deferensiasi sel tubuh, jaringan
merupakan faktor yang sangat tubuh, organ dan system organ
menentukan tercapai atau tidaknya yang berkembang
potensi bawaan. Lingkungan yang secara optimal dan dapat memenuhi
cukup baik akan memungkinkan fungsinya masing-masing, termasuk
tercapainya potensi bawaan, dalam perkembangan emosi,
sedangkan yang kurang baik akan intelektual, dan tingkah laku anak
menghambatnya. Faktor lingkungan yang merupakan hasil dari interaksi
ini secara garis besar dibagi menjadi dengan lingkungan
faktor lingkungan pranatal dan sekitarnya (Ardiana, 2011).
postnatal. Faktor lingkungan pranatal Perkembangan berbeda dengan
merupakan faktor lingkungan yang pertumbuhan, perkembangan
mempengaruhi anak pada waktu merupakan perubahan bersifat
kualitatif dimana perubahan ini dan berat badan adalah 50 – 60 cm
ditekankan pada segi fungsional, dan 2 – 4 kg sedangkan pada masa
perubahan juga bersifat progresif, kanak – kanak tinggi badan dan
terarah dan terpadu atau koheren, hal berat badan berkisar antara 90-120
ini berarti perkembangan anak cm dan 12-15 kg, proposi tinggi
mempunyai arah tertentu dan kepada dan badan mempunyai
cenderung terus maju, sedangakan perbandingan sebesar 1:4.
terarah dan terpadu menunjukkan Perkembangan fisiologis berkaitan
bahwa terdapat hubungan yang pasti dengan perubahan yang bersifat
antara yang terjadi pada saat ini, kuantitatif, kualitatif dan fungsional
sebelumnya dan selanjutnya dari system kerja organ tubuh,
(Soetjiningsih, & Ranuh, 2016). seperti kontraksi otot, peredaran
darah, system pernafasan, system
b. Aspek Perkembangan Pada Anak persarafan, dan system pencernaan.
Perkembangan pada anak dapat 2) Aspek Perkembangan
dilihat dari berbagai aspek Kognitif
diantaranya adalah sebagai berikut: Perkembangan kognitif adalah suatu
1) Aspek Perkembangan Fisik proses berfikir, yaitu kempampuan
Fisik atau tubuh manusia anak untuk menghubungkan,
merupakan organ yang sangat menilai, dan mempertimbangkan.
komplek dan mengagumkan. Perkembangan kognitif erat
Semua organ manusia mulai kaitannya dengan intelektual anak
tumbuh sejak berada didalam dalam berfikir dan mengambil
kandungan. Kuhlen dan Thomshon keputusan untuk menculkan ide-ide
(1956) mengemukakan bahwa dalam belajar dan menyelesaikan
perkembangan fisik pada manusia masalah yang ada. Perkembangan
meliputi 4 aspek yaitu, system kognitif pada anak mencakup
syaraf yang mempengaruhi perkembangan tentang pengetahuan
kecerdasan dan emosi individu, otot baik umum, sains, konsep bentuk,
yang mempengaruhi kemampuan bilangan, huruf, maupun lambang.
motorik, kelenjar endokrin yang 3) Aspek Perkembangan
menyebabkan munculnya tingkah Bahasa
laku yang baru, struktur fisik atau Banyak orang yang masih keliru
tubuh yang meliputi tinggi dan berat dengan penggunaan istilah berbicara
badan. Perkembangan fisik juga erat (speech) dengan bahasa (language).
kaitannya dengan ketrampilan Bahasa merupakan suatu sistem
motorik kasar dan motorik halus. yang digunakan untuk
Perkembangan fisik manusia berkomunikasi, dengan
minimal mencakup aspek menggunakan simbol – simbol
perkembangan anatomis dan tertentu untuk menyampaikan pesan
fisiologis. Perkembangan anatomis dari individu ke individu lain.
berkaitan dengan perubahan yang Simbol yang digunakan untuk
bersifat kuantitatif atau dapat diukur komunikasi bisa berupa tulisan,
seperti struktur tulang, pada masa berbicara, bahasa symbol, ekspresi
bayi struktur tulang berjulah muka, isyarat, pantonim, dan seni .
sebanyak 270 yang masih lentur Pengelompokan perkembangan
berpori dan sendi – sendi masih bahasa menjadi 3 kelompok besar
longgar, tinggi badan dan berat yaitu, aspek biologis, aspek
badan pada saat bayi kisaran tinggi
psikologis dan kultur. Aspek
biologis, otot dan syaraf pada alat –
alat berbicara sudah berkembang
secara baik sejak anak lahir. Anak
yang baru lahir sudah bisa
mengeluarkan suara seperti “a”, “e”.
Aspek psikologis, pada awalnya
anak anak berbicara dengan
bereaksi dengan suaranya sendiri,
dan diulang
– ulang oleh orang lain, kemudian
anak akan mempelajari suara baru
dan meniru orang lain berbicara.
Aspek kultur, untuk membuka
cakrawala sosial anak dikehidupan
bermasyarakat adalah solusinya.
anak akan lebih mengerti jika
bahasa merupakan hal yang sangat
penting untuk berinteraksi dan
mendapatkan teman didalam suatu
kelompok. Hal ini menuntut anak
untuk bisa lebih banyak belajar dan
mencerna setiap bahasa yang di
keluarkan di dalam masyarakat
tersebut untuk berinteraksi satu
dengan yang lain.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan literature
review dari hasil penelitian di
beberapa daerah di Indonesia terkait
dengan stunting dan perkembangan
anak Sumber pencarian jurnal melalui
google scholar dalam kurun waktu
2015 sampai 2019, dan hasil
penelitian yang terpilih meliputi 4
penelitian dari 4 jurnal yang berbeda.
HASIL PENELITIAN

Literature review ini menjelaskan tentang stunting dan perkembangan anak,


berdasarkan empat hasil penelitian, yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Penulis, Judul, dan Tujuan Metode Kesimpulan
Tahun
Stunting Berhubungan Untuk Penelitian ini ada hubungan signifi
Dengan Perkembangan mengetahui menggunakan kan antara stunting
Motorik hubungan desain cross dengan
Anak Di Kecamatan antara kejadian sectional perkembangan
Sedayu, Bantul,stunting motorik baduta
Yogyakarta dengan (p=0,002), namun
perkembangan tidak terdapat
anak usia 6-23 hubungan signifi kan
Maria bulan di antara stunting
Kecamatan dengan
Goreti Pantaleon1, Sedayu, perkembangan
Hamam Hadi, Indria Bantul, kognitif,
Laksmi Gamayanti Yogyakarta. bahasa,
sosioemosional, dan
perkembangan
adaptif baduta
Stunting dan
Tujuan dari Penelitian ini terdapat hubungan
perkembangan pada
penelitian ini menggunakan yang bermakna
anak usia adalah untuk desain cross (p<0,05) dan
12-60 bulan di Kalasanmengetahui sectional nilai OR 3,9 (95% CI;
hubungan 1,7-8,9).
Hardiana Probosiwi, antara kejadian
Emy Huriyati, Djauhar stunting
Ismail dengan
perkembangan
pada anak usia
12-60 bulan.
Hubungan Status Gizi Penelitian ini Penelitian ini
dan Stimulasi Tumbuh bertujuan merupakan Balita dengan
Kembang dengan menganalisis penelitian perawakan normal
Perkembangan Balita hubungan analitik memiliki peluang 3,3
status gizi dan observasional kali mengalami
stimulasi dengan desain perkembangan yang
tumbuh sesuai dibandingkan
Mirham Nurul kembang cross- anak dengan
Hairunis, Harsono dengan sectional. perawakan pendek
Salimo, Yulia Lanti perkembangan dan sangat pendek
Retno Dewi anak Balita di (stunting).
Provinsi Nusa
Tenggara Barat
(NTB).
Gangguan Tujuan Jenis adanya hubungan
Perkembangan Motorik Penelitian ini penelitian antara derajat stunting
dan Kognitif pada Anak
untuk yang dengan gangguan
Toodler menganalisis digunakan perkembangan
yang Mengalami
ganguan pada kognitif dan motorik
Stunting di Wilayah perkembangan penelitian ini hal ini ditunjukkan
Pesisir Surabaya motorik dan adalah analitik dari hasil uji
kognitif pada korelasi Spearman rho pada
anak yang dengan perkembangan
Diyah Arini1, Ayu mengalami pendekatan kognitif dengan nilai
Citra Mayasari1, Muh stunting di cross- sig=0,044,
Zul Azhri Rustam wilayah Pesisir sectional. perkembangan
Surabaya motorik kasar
sig= 0,028 dan
perkembangan
motorik halus anak
sig=0,006 dengan
(sig<α =
0,05).

HUBUNGAN ANTARA STUNTING dengan perkembangan kognitif,


DAN PERKEMBANGAN ANAK bahasa, sosioemosional, dan
perkembangan adaptif baduta. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian
senada dengan penelitian Hardiana
yang dilakukan oleh Maria Goreti dkk
Probosiwi dkk di Sleman pada tahun
pada tahun 2015 di Yogyakarta yang
2017 yang menyatakan bahwa terdapat
menyatakan bahwa ada hubungan
hubungan yang bermakna (p<0,05)
signifikan antara stunting dengan
dan nilai OR 3,9 (95% CI; 1,7-8,9).
perkembangan motorik baduta
Penelitian lain yang turut mendukung
(p=0,002), namun tidak terdapat
pada hasil penelitian stunting dan
hubungan signifikan antara stunting
perkembangan anak adalah penelitian
Mirham Nurul,
dkk di Nusa Tenggara Barat tahun Akhirnya, perkembangan anak yang
2018 yang menyatakan bahwa Balita meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan
dengan perawakan normal memiliki
peluang 3,3 kali mengalami
perkembangan yang sesuai
dibandingkan anak dengan perawakan
pendek dan sangat pendek (stunting).
Penelitian Diyah Arini di Surabaya
tahun 2019 yang menyatakan bahwa
adanya hubungan antara derajat
stunting dengan gangguan
perkembangan kognitif dan motorik
hal ini ditunjukkan dari hasil uji
Spearman rho pada perkembangan
kognitif dengan nilai sig=0,044,
perkembangan motorik kasar sig=
0,028 dan perkembangan motorik
halus anak sig=0,006 dengan (sig<α
=0,05).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara status
gizi dan perkembangan anak. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat
Soetjiningsih yang menjelaskan bahwa
status gizi merupakan salah satu
determina faktor perkembangan
anak.Pada balita, aspek tumbuh
kembang adalah salah satu aspek yang
diperhatikan serius karena
menjelaskan proses pembentukan
seseorang, balita secara fisik maupun
psikososial. Ranah perkembangan anak
terdiri atas motorik kasar, motorik
halus, bahasa dan bicara, serta
personal sosial/ kemandirian.
Gizi kurang akan menghambat
laju perkembangan anak. Akibatnya,
proporsi struktur tubuh menjadi tidak
sesuai dengan usianya dan
berimplikasi pada perkembangan aspek
lain. Apabila anak balita mengalami
kurang gizi akan berdampak pada
keterbatasan pertumbuhan, rentan
terhadap infeksi, dan peradangan kulit.
keterampilannya akan terhambat tubuh, organ dan system organ yang
dibandingkan dengan balita yang berkembang secara optimal dan dapat
memiliki status gizi yang baik memenuhi fungsinya masing-masing,
Lindawati juga termasuk dalam
menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat
memengaruhi laju
perkembangan, di antaranya
adalah faktor genetik, status gizi,
pertumbuhan fisik, lingkungan,
dorongan, motivasi orang tua, dan
stimulasi. Stimulasi atau
rangsangan terhadap anak untuk
memperkenalkan suatu
pengetahuan ataupun
keterampilan baru ternyata sangat
penting dalam peningkatan
kecerdasan anak. Salah satu
bentuk kecerdasan yang harus
dikembangkan adalah stimulasi
motorik karena perkembangan
motorik anak pada usia balita
mengalami perkembangan yang
pesat, terutama motorik kasar.
Malnutrisi dan stimulasi yang
tidak memadai diidentifikasi
sebagai faktor risiko utama
terhadap perkembangan. Hal
tersebut sesuai dengan hasil
penelitian, selain faktor stimulasi
tumbuh kembang, faktor status
gizi juga berpengaruh
terhdap
perkembangan anak
balita. Perkembangan
anak yang dipengaruhi status gizi
dan stimulasi tumbuh kembang,
antara lain, perkembangan
keterampilan kognitif, motorik,
perilaku sosial, prestasi sekolah,
serta pengembangan psikomotor. .
(Sellina : 2017)
Penelitian tersebut sejalan
dengan teori perkembangan anak
yang menyatakan bahwa
Perkembangan merupakan proses
deferensiasi sel tubuh, jaringan
perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku anak yang merupakan bawah dua tahun (baduta).Hasil uji
hasil dari interaksi dengan lingkungan multivariat model kedua menyatakan
sekitarnya (Ardiana, 2011). bahwa anak yang stunting memiliki
peluang 11,98 kali lebih besar untuk
HUBUNGAN STUNTING DAN mempunyai perkembangan motorik di
PERKEMBANGAN MOTORIK bawah rata-rata dengan adanya kontrol
Perkembangan fisik juga erat dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini
kaitannya dengan ketrampilan motorik sejalan dengan penelitian di Banda
kasar dan motorik halus. Aceh tahun 2011 yang menunjukkan
Perkembangan fisik manusia minimal ada hubungan signifikan antara
mencakup aspek perkembangan stunting dengan perkembangan
anatomis dan fisiologis. Perkembangan motorik kasar pada anak usia 3-5 tahun
anatomis berkaitan dengan perubahan . (Hudaina : 2011)
yang bersifat kuantitatif atau dapat Hasil penelitian ini sesuai
diukur seperti struktur tulang. dengan pendapat bahwa anak yang
Perkembangan fisiologis berkaitan stunting mengalami pertumbuhan
dengan perubahan yang bersifat rangka yang lambat dan pendek.
kuantitatif, kualitatif dan fungsional Kondisi ini merupakan hasil dari
dari system kerja organ tubuh, seperti periode panjang akibat tidak
kontraksi otot, peredaran darah, system terpenuhinya kebutuhan makanan yang
pernafasan, system persarafan, dan meningkatkan kesakitan, dan biasanya
system pencernaan. ditemukan di negara-negara dengan
Penelitian Solihin tahu 2013 kondisi ekonomi yang buruk. (Gibson :
menyatakan bahwa penurunan fungsi 1990). Zat gizi memegang peranan
motorik pada anak stunting berkaitan penting dalam dua tahun pertama
kemampuan mekanik yang rendah dari kehidupan.
otot tricep surae sehingga Pertumbuhan dan
keterlambatan kematangan fungsi otot perkembangan sel-sel otak
menyebabkan kemampuan motorik memerlukan zat gizi yang adekuat.
pada anak stunting juga terhambat. Kecukupan zat gizi pada masa ini akan
(solihin 2013) mempengaruhi proses tumbuh
Dalam penelitian Maria di kembang anak pada periode
Yogyakarta pada tahun 2015 diperoleh selanjutnya. Penelitian lain
bahwa anak yang stunting, menyatakan bahwa gangguan
perkembangan motoriknya lebih keterlambatan perkembangan antara
banyak yang kurang (22%) jika lain ditandai dengan lambatnya
dibandingkan dengan anak yang tidak kematangan sel-sel syaraf, lambatnya
stunting (2%). Hasil uji statistik gerakan motorik, kurangnya
diperoleh nilai p=0,002 sehingga dapat kecerdasan,dan lambatnya respon
disimpulkan ada hubungan yang sosial. Berbagai stimulasi melalui
signifikan antara stunting dengan panca indra seperti mendengar,
perkembangan motorik anak usia di melihat, merasa, mencium, dan
meraba, yang diberikan.
HUBUNGAN STUNTING tersebut disebut ingatan
DENGAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Perkembangan kognitif adalah
suatu proses berfikir, yaitu
kempampuan anak untuk
menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan. Perkembangan
kognitif erat kaitannya dengan
intelektual anak dalam berfikir dan
mengambil keputusan untuk
menculkan ide-ide dalam belajar dan
menyelesaikan masalah yang ada.
Perkembangan kognitif pada anak
mencakup perkembangan tentang
pengetahuan baik umum, sains, konsep
bentuk, bilangan, huruf, maupun
lambang.
Berdasarkan penelitian para
ahli kecepatan pertumbuhan otak
manusia mencapai puncaknya 2 kali
yaitu pada masa janin di usia
kehamilan minggu ke 15-20 dan usia
kehamilan minggu ke
30 sampai bayi berusia 18 bulan.
Gangguan penyebab adanya gizi buruk
dan kurang itu adalah salah satunya
diduga oleh kurangnya konsumsi asam
lemak esensial omega 3. Menurut
Seeley tahun 2000 bahwa bagian otak
yang mengatur kemampuan kognitif
seseorang disebut area asosiasi pre
frontalis. Otak mempunyai
kemampuan memanggil informasi lain
dari daerah yang luas pada otak
kemudian menggunakannya dalam
pola pikir yang lebih dalam untuk
mencapai tujuan, baik pada analisis
intelektual maupun gerakan motorik.
Kemampuan area ini dapat
mempertahankan hasil dari sisa
pemikiran-pemikiran sebelumnya dan
secara simultan akan menghasilkan
informasi kembali secara segera, hal
aktif dari otak. (Intarti : 2014). Berdasarkan hasil penelitian
Selain itu, perkembangan otak kategori mild stunting dengan
sangat bergantung pada kualitas perkembangan kognitif suspect ada
nutrisi dan stimulus dari pola
asuh orang tua kepada anaknya.
Semakin bervariasi rangsangan
yang diterima anak maka semakin
kompleks hubungan dari sel- sel
otak. Semakin kompleks dan kuat
hubungan antar sel-sel otak, maka
semakin tinggi dan bervariasi
kecerdasan anak di kemudian
hari.
Penelitian cross sectional
memperlihatkan keterkaitan
antara stunting atau berat badan
kurang yang sedang atau berat,
perkembangan motorik dan
mental yang buruk dalam usia
kanak-kanak dini, serta prestasi
kognitif dan prestasi sekolah yang
buruk dalam usia kanak-kanak
lanjut. (Bagshaw : 2009). Hasil
tersebut didukung oleh penelitian
lain yang menyebutkan bahwa
faktor lain selain malnutrisi atau
stunting juga memainkan peran
signifikan dalam perkembangan
kognitif anak (Ambaw : 2013).
Sehingga, peran lingkungan juga
mempunyai pengaruh terjadinya
perkembangan kognitif normal
pada anak walaupun anak
mengalami stunting. Peneliti
berasumsi bahwa pada anak
toddler stunting yang mengalami
perkembangan kognitif normal
memiliki pengaruh kuat mengenai
orang tua yang memberikan
stimulus khusus berupa
pemberian atau dukungan
pendidikan anak usia dini pada
anaknya serta fasilitas pemberian
alat mainan untuk mendukung
perkembangan anaknya
khususnya perkembangan
kognitif.
keterlambatan pada anak toddler di (92,9%). Pengaruh asupan zat gizi
Wilayah Pesisir Surabaya sebanyak 27
anak (87,1%). Hasil penelitian lain
juga menjelaskan bahwa sebaran
penguasaan perkembangan kognitif
anak stunting terdapat 73,1% tidak
mampu menyebutkan jenis warna,
membedakan ukuran objek,
menyebutkan jenis kelamin,
memasangkan gambar yang dikenal.
Peneliti berasumsi bahwa pentingnya
pemenuhan gizi pada anak diperlukan
untuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Keadaan tersebut
dapat mempengaruhi respon
kecerdasan pada anak yang
diakibatkan oleh gizi seimbang dalam
tubuh anak tersebut.
Hasil penelitian ini
menyebutkan kategori moderate
stunting dengan perkembangan
kognitif suspect atau mengalami
keterlambatan didapatkan sebanyak 23
anak (76,7%). Penelitian Sutiari
menyatakan bahwa ada hubungan
antara status gizi dengan
perkembangan anak. Kekurangan gizi
pada masa bayi sampai umur dua
tahun dapat mengakibatkan sel otak
berkurang 15-20 pesen, sehingga kelak
di kemudian hari akan menjadi
manusia dengan kualitas otak sekitar
80-85 persen (Ernawati : 2014).
Berdasarkan hal tersebut peneliti
berasumsi bahwa selain asupan gizi,
faktor stimulasi juga mempunyai
peranan penting dalam perkembangan
anak. Stimulasi dini untuk anak dapat
berpengaruh pada perkembangan otak
anak.
Anak toddler yang mengalami
kategori severe stunting dengan
perkembangan kognitif suspect ada
keterlambatan sebanyak 78 anak
terhadap gangguan perkembangan moderate stunting dengan
anak menurut Brown dan Pollit perkembangan kognitif suspect atau
didahului dengan adanya mengalami keterlambatan dapat
penurunan status gizi. Status gizi mengakibatkan sel otak
yang kurang tersebut akan
menimbulkan gangguan
perkembangan yang tidak normal
antara lain ditandai dengan
lambatnya kematangan sel syaraf,
lambatnya gerakan motorik,
kurangnya kecerdasan dan
lambatnya respon sosial
(Ernawati : 2014). Peneliti
berasumsi bahwa semakin anak
mengalami keadaan stunting yang
lebih parah, maka akan berakibat
pula pada keterlambatan
perkembangan kognitif pada anak
tersebut. Hal tersebut
berhubungan erat pada proses
pertumbuhan dan perkembangan
yang saling berpengaruh.Selain
pada perkembangan kognitif
kategori normal dan suspect, anak
toddler pula menunjukkan status
perkembangan kognitif kategori
retardasi mental sebanyak anak
(2,1%).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah :
1. Anak yang stunting memiliki
peluang 11,98 kali lebih besar
untuk mempunyai
perkembangan motorik di bawah
rata-rata
2. Kategori mild stunting dengan
perkembangan kognitif suspect
ada keterlambatan pada anak
toddler yaitu tidak mampu
menyebutkan jenis warna,
membedakan ukuran objek,
menyebutkan jenis kelamin,
memasangkan gambar yang
dikenal. Sedangkan kategori
berkurang 15-20 pesen, sehingga
kelak di kemudian hari akan menjadi mengantisipasi gangguan
manusia dengan kualitas otak sekitar pertumbuhan dan perkembangan pada
80-85 persen. Anak toddler yang balita, petugas puskesmas dibantu
mengalami kategori severe stunting kader posyandu hendaknya lebih aktif
dengan perkembangan kognitif memberikan penyuluhan dan
suspect ada keterlambatan ditandai memberikan konsultasi tentang
dengan lambatnya kematangan sel pentingnya pemantauan pertumbuhan
syaraf, lambatnya gerakan motorik, dan perkembangan balita. Selain itu,
kurangnya kecerdasan dan lambatnya perlu diadakan pemantauan
respon sosial. pertumbuhan dan perkembangan
balita, sehingga dapat diketahui
Saran dalam penelitian ini adalah adanya masalah tumbuh kembang
pihak keluarga dapat memberikan sedini mungkin. Selanjutnya, perlu
asupan makan sejak masa kehamilan adanya pengasuhan yang baik dari
sampai bayi berusia 2 tahun untuk keluarga seperti memberikan
mencegah terjadinya kurang gizi dan stimulasi dan dukungan bagi anak
penyakit infeksi yang berdampak dalam mencapai tumbuh kembang
pada terjadinya stunting. Untuk yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ambaw F. Effect of mild to moderate Maternal and child
chronic malnutrition on undernutrition: global and
cognitive development of regional exposures and
toddlers in health consequences.
Lancet 371, 243–260.
Bagshaw SM, Uchino S, Cruz D,
Bellomo R, Morimatsu H, Black, M. M., Walker, S. P., Fernald,
Morgera S, et al. A L. C. H.,Andersen, C. T.,
comparison of observed Digirolamo, A. M., Lu, C.,
versus estimated baseline McCoy, D.C., Fink, G.,
creatinine for determination Shawar, Y. R., Shiff Man, J.,
of RIFLE class in patients Devercelli,A. E., Wodon, Q.
with acute kidney injury. T., Vargas-Barón, E.
Nephrology dialysis &Grantham-Mcgregor, S.
transplantation. Series advancing early 562
2009;24(9):2739–44 Berita Kedokteran
Masyarakat, Volume 33 No.
Black R.E., Allen L.H., Bhutta Z.A., 11 Tahun 2017 childhood
Caulfield L.E., de Onis M., development: from science to
Ezzati M. et al. (2008)
scale 1early childhood
development coming Kementrian Kesehatan RI. Laporan
hasil riset kesehatan dasar
Departemen Kesehatan RI. Pedoman (Riskesdas) Tahun 2013.
pelaksanaan stimulasi. deteksi Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat Lindawati. Faktor–faktor yang
pelayanan kesehatan dasar. berhubungan dengan
Jakarta : Depkes RI; 2009. perkembangan motorik anak
Diyah Arini1, Ayu Citra Mayasari1, usia prasekolah. Diakses pada
Muh Zul Azhri Rustam, 12 Oktober 2018. Didapat dari:
Gangguan Perkembangan https://www.poltekkesjakarta1.
Motorik dan Kognitif pada ac.id/file/dokumen/46JURNAL
Anak Toodler yang _LINDAWATI.pdf.
Mengalami Stunting di
Wilayah Pesisir Surabaya : Maria Goreti Pantaleon1, Hamam
2019 Hadi, Indria Laksmi
Gamayanti, Stunting
Ernawati F, Muljati S, S MD, Safitri Berhubungan
A. Hubungan Panjang Badan
Lahir Terhadap Perkembangan Dengan Perkembangan
Anak Motorik Anak Di Kecamatan
Sedayu, Bantul, Yogyakarta :
Gibson R. Antropometric assessment 2015
principles of nutritional
assessment. New York: Oxford Mirham Nurul Hairunis, Harsono
University Press; 1990. Salimo, Yulia Lanti Retno
Dewi, Hubungan Status Gizi
Hardiana Probosiwi , Emy Huriyati , dan Stimulasi Tumbuh
Djauhar Ismail, Stunting dan Kembang
perkembangan pada anak usia
12-60 bulan di Kalasan : 2017 dengan Perkembangan Balita
di Nusa Tenggara Barat tahun
Hudaini, Ahmad A, Gustiana. 2018
Hubungan stunting dan
stimulasi dengan Muhoozi, G. K., Atukunda, P.,
perkembangan motorik kasar Mwadime, R.,Iversen, P. O. &
pada anak taman kanak-kanak Westerberg, A. C. Nutritional
usia 3-5 tahun di Banda Aceh. anddevelopmental status
J Politek Kesehat. 2011;3–6. among 6-to 8-month-
oldchildren in southwestern
Jimma town. Journal of Medicine and Uganda: a cross-
Medical Sciences. sectionalstudy. Food &
2013;4(8):301 nutrition research. 2016;60.
science through the life course.
2016;6736(16).Aguayo
V.M.,
Nair R., Badgaiyan N. &
Krishna V. (2016) De-
terminants of stunting and poor Wiwit Desi Intarti, Naomi Parmila
linear growth in children un- Hesti Savitri. Pengaruh Tinggi
der two years of age in India: Badan Terhadap Kecerdasan
an in- depth analysis of Kognitif Murid TK A Al-
Maharashtra’s Comprehensive Mujahidin Cilacap. Bidan
Nutrition Prada: Jurnal Ilmiah
Survey. Maternal and Child Kebidanan. 2014 Jun;5(1):63–
Nutrition 12(Suppl. 1): 121– 76.
140.

Selina L, Pamela D, Richard H. Lancet


early childhood development
series steering committee. A
good start will ensure
sustainable future for all.
Lancet 2017;389:8-9.

Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak.


Jakarta: ECG. Penerbit Buku
Kedokteran; 2010.

Solihin, R. D. M., Anwar, F. &


Sukandar, D. (2013) Kaitan
antara status gizi,
perkembangan kognitif, dan
perkembangan motorik pada
anak usia prasekolah
(relationship between
nutritional status, kognitive
development, and motor
development in preschool
children). Penelitian Gizi dan
Makanan (The Journal of
Nutrition and Food Research).
2013;36(1): 62-72.

Suparmiati, A., Ismail, D. & Sitaresmi,


M. N. Hubungan ibu bekerja
dengan keterlambatan bicara
pada anak. Sari Pediatri.
2013;14(5): 3-6.

Anda mungkin juga menyukai