Anda di halaman 1dari 120

ii KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN

Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Tahunan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun
2018 dapat tersusun sebagai penjabaran program dan kegiatan pada tahun 2018.

Sejumlah kegiatan yang dikerjakan oleh KKP selama tahun 2018 tertuang dalam
Laporan Tahunan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2018. Laporan ini
merupakan bentuk pertanggungjawaban untuk meningkatkan kinerja KKP di masa
mendatang. Pada tahun 2018, fokus agenda kerja Pemerintah sebagaimana tertuang
dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 yaitu “Memacu Investasi dan
Infrastruktur untuk Pertumbuhan dan Pemerataan”. Belanja pemerintah
difokuskan sesuai dengan prioritas pembangunan nasional yaitu membangun
infrastruktur, meningkatkan kualitas SDM bidang pendidikan dan kesehatan, serta
mengurangi kesenjangan.

Untuk mendukung hal itu, KKP telah menuangkan dalam berbagai program dan
kegiatan prioritas sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan Tahun 2018. Beberapa kegiatan prioritas pencapaiannya
telah melampaui target yang telah ditetapkan, namun terdapat juga beberapa kegiatan
yang masih memerlukan kerja keras seluruh jajaran KKP. Beberapa upaya perbaikan
yang telah dilakukan dalam percepatan pelaksanaan kegiatan prioritas diantaranya
peningkatan kompetensi SDM, pengembangan teknologi informasi, percepatan
implementasi rencana aksi dan pengelolaan anggaran yang berkualitas.

Akhir kata, masukan dan saran perbaikan yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai umpan balik bagi
perencanaan pembangunan kelautan dan perikanan serta mendorong peningkatan
kinerja.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Laporan Tahunan
KKP Tahun 2018, saya selaku Menteri Kelautan dan Perikanan mengucapkan terima
kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan kita bersama.

Jakarta, Maret 2019


Wasalamualaikum Wr Wb.

ttd

Susi Pudjiastuti

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 iii
TIM PENYUSUN LAPORAN TAHUNAN KKP
TAHUN 2018
PENGARAH:
SUSI PUDJIASTUTI
(MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN)

PENANGGUNG JAWAB:
NILANTO PERBOWO
(SEKRETARIS JENDERAL)

KETUA :
ISHARTINI
(KEPALA BIRO PERENCANAAN)

WAKIL KETUA:
IRWAN FAKHRY
(KEPALA BAGIAN PENGELOLAAN KINERJA, BIRO PERENCANAAN)

ANGGOTA :

1. R. TOMY SUPRATOMO 12. IKA YUSNITA 24. FEBRY BUDIANTO


2. UKON AHMAD FURKON 13. AGUS HARYANTO 25. RAHMADI SUHOKO
3. ANDY ARTHADONNY 14. ETY DWI WIJAYANTI 26. RISMAN
OKTOPURA 15. ARI WICAKSANA 27. HELENA YUSFIK
4. ADE WIGUNA 16. RUDOLFUS RUDY KUMORO 28. PARAMITHA PRIMA
5. SUHARTA HASCARYO 29. RASULY CAHYADI
6. REZA PAHLEVI 17. MIERDA UTAMA 30. IKSAN ZUHRY
7. KUSDIANTORO 18. LISA DUMA 31. YUSMANSYAH
8. HARY MARYADI 19. RENNISCA RAY DAMAYANTI 32. RATNA AYU RAHARDINI
9. MARETA NIRMALANTI 20. LANTIP WRATSANGKA 33. ACHMATMARSITO
10. ALI RAHMAT IMAM 21. YUSUF FATHONAH
SANTOSO 22. UKI BASUKI
11. SETIYO RISWANTO 23. ACHMAD HIDAYAT

iv KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

• Potensi 1

• Permasalahan 4

• Strategi Kebijakan 8

• Sumber Daya Manusia KP 12

KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM


BAB 2 15
DAN KEGIATAN TAHUN 2018
A. Pelaksanaan Kebijakan 15
• Pelaksanaan Pilar Kedaulatan 15
• Pelaksanaan Pilar Keberlanjutan 23
• Pelaksanaan Pilar Kesejahteraan 39
B. Dampak Kebijakan 81
• Pertumbuhan PDB Perikanan 81
• Nilai Tukar 82
• Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap 83
• Peningkatan Produksi Garam Nasional 83
• Angka Konsumsi Ikan 84
• Nilai Ekspor Perikanan 86
• Penerimaan PNBP Perikanan 87
• Penerimaan Pajak Perikanan 88
• Investasi Sektor Sektor Perikanan 89
• Pembiayaan Sektor Perikanan 90
• Dana Bergulir Bidang KP 90
• Luas Kawasan Konservasi 91
• Penyusunan RZWP3K 92

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 v
C. Capaian Reformasi Birokrasi 93
• Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi 93
• Masterplan Teknologi Informasi (TI) Menuju e-KKP 2022 97
• Media Monitoring 98
• Nilai Keterbukaan Informasi Publik 98
D. Penghargaan yang Diterima KKP Tahun 2018 99
BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN KP TAHUN 2019 105

3.1 Rencana Kegiatan Prioritas KKP Tahun 2019 106

• Perikanan Tangkap 107

• Perikanan Budidaya 107

• Penguatan Daya Saing 108

• Pengelolaan Ruang Laut 109

• Pengawasan SDKP 110

• Riset dan SDM 110

• Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu 111

Rencana Pembangunan dan Operasionalisasi


3.2 111
SKPT Tahun 2019

BAB 4 PENUTUP 115

vi KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


BAB

1 PENDAHULUAN

POTENSI
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
di Indonesia kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan didaftarkan ke PBB
sejumlah 16.056 pulau dan luas perairan laut pedalaman dan perairan kepulauan
Indonesia 3.110.000 km2; luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km2; luas zona
tambahan Indonesia 270.000 km2; luas zona ekonomi eksklusif Indonesia 3.000.000
km2; Luas landas kontinen Indonesia 2.800.000 km2 dengan panjang garis pantai
Indonesia 108.000 km (Kemenko Maritim, 2018).

Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta
ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI) (Komnas Kajiskan, 2016). Dari seluruh potensi sumberdaya
ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 10,03 juta ton

Dua pertiga wilayah NKRI adalah laut (5,8 juta km2) dan garis panjang pantainya terbesar
ke-2 di dunia (95.181 km)
Potensi Laut Indonesia Besar, Namun Belum Teroptimalkan
Perbatasan Wilayah Laut Indonesia Berdasarkan Ketentuan 1982 LOSC

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 1
per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan sebesar
6,42 juta ton pada tahun 2017 atau baru 63,99% dari JTB, sementara total produksi
perikanan tangkap (di laut dan danau) adalah 6,89 juta ton. Potensi mikro flora-fauna
kelautan juga belum tereksplorasi sebagai penyangga pangan fungsional pada masa
depan.

Keanekaragaman hayati laut Indonesia memiliki potensi besar untuk


dimanfaatkan baik bagi kepentingan konservasi maupun ekonomi produktif. Hasil
pengukuran terkini melalui pemetaan citra satelit, luas terumbu karang Indonesia
mencapai 25.000 km2 (COREMAP-CTI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2016)
atau sekitar 10% dari total terumbu karang dunia yaitu seluas 284.300 km2 (Spalding
et al. 2001) dengan penyumbang terbesar adalah coral triangle yang menyumbang
sekitar 34% (luas 73.000 km2) terhadap total luas terumbu karang dunia (Burke et al.
2014). Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai pusat segitiga karang dunia yang
memiliki kekayaan jenis karang paling tinggi yaitu 569 jenis dari 82 marga dan 15 suku
(Suharsono, 2014) atau sekitar 70% lebih jenis karang dunia dan 5 jenis diantaranya
merupakan jenis yang endemik. Selanjutnya LIPI melalui Pusat Penelitian Oseanografi
(P2O) menyatakan bahwa penelitian dan pemantauan terumbu karang terhadap 1067
site di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa terumbu karang dalam kategori jelek
sebanyak 386 site (36,18%), kategori cukup sebanyak 366 site (34,3%), kategori baik
sebanyak 245 site (22,96%) dan kategori sangat baik sebesar 70 site (6,56%).

Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37% dari species ikan di dunia,
dimana beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tuna,
udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan rumput laut.
Perairan laut Indonesia juga menyimpan potensi sumber daya non hayati yang melimpah.
Masih banyak wilayah perairan Indonesia yang memiliki potensi ekonomi namun belum
terkelola secara memadai. Selain itu, potensi energi terbaharukan dari laut, seperti
air laut dalam (deep sea water) masih menjadi tantangan untuk dikembangkan dan
dimanfaatkan di masa yang akan datang. Industri maritim, bioteknologi, jasa kelautan,
produksi garam dan turunannya, biofarmakologi laut, pemanfaatan air laut selain
energi, pemasangan pipa dan kabel bawah laut, dan/ atau pengangkatan benda
dan muatan kapal tenggelam, merupakan sub sektor kelautan yang belum tergarap
secara optimal. Dengan melihat besarnya potensi dan manfaat laut Indonesia, sudah
seharusnya kelautan Indonesia menjadi penggerak baru ekonomi Indonesia di masa
yang akan datang.

Potensi luas areal budidaya air tawar saat ini tercatat 2.830.540 Ha, termasuk
potensi di perairan umum daratan (sungai dan danau), dengan tingkat pemanfaatan
302.130 Ha (10,7%). Secara spesifik, khusus untuk perairan umum daratan (danau
dan waduk), luas secara keseluruhan tercatat 518.240 Ha. Bila diasumsikan 10%
dari luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk perikanan budidaya, maka akan
didapat luasan potensial budidaya air tawar di waduk dan danau sebesar 51.824 Ha.
Luasan budidaya KJA di perairan umum saat ini tercatat 1.563 Ha atau 3%. Kecilnya
pemanfaatan potensi budidaya air tawar disebabkan karena belum terkelolanya

2 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


LUAS LAHAN PERIKANAN BUDIDAYA
17,9 Juta Hektar
HINGGA TAHUN 2018 Lahan Potensi PB
KALIMANTAN
SUMATERA 6% 2% SULAWESI
1% 15%
32% 1,2 Juta Hektar
92% Lahan PB Eksisting
245.790
240 490 Ha. 53% 309.341
Ha. Ha. 16.7 Juta Hektar
50% 49% Lahan PB belum termanfaatkan
atau 93,3%
1,340,000 6,000,000
1,320,000 4,892,691
1,300,000 5,000,000

1,280,000 3,740,528 3,895,980 3,895,980  Pemanfaatan lahan potensial


1,260,000
4,000,000
perikanan budidaya dari tahun 2015
1,240,000
1,220,000
3,000,000 sampai tahun 2018 cenderung
JAWA 1,200,000
2,000,000
menunjukkan penurunan
1,180,000  Akan tetapi jumlah pembudidaya
29% 1,160,000 1,000,000
berbanding terbalik, yakni justru
32% 1,140,000
mengalami peningkatan yang positif
1,120,000 -

412 583
2015 2016 2017* 2018** pertahunnya dengan rata-rata
Ha. Jumlah Lahan Budidaya Termanfaatkan (Ha) Jumlah Pembudidaya
peningkatan sebesar 9,91%.
MALUKU-PAPUA Peningkatan itu terlihat dari 3,74 juta
orang pembudidaya di Tahun 2015
12% meningkat menjadi 4,89 juta orang di
BALI - NUSA TENGGARA Tahun 2018
39% 14% 33%
 Salah satu penyebabnya adalah
69 082 efisiensi dalam hal pemanfaatan
Keterangan :
23% 39.433 63% Ha. lahan dengan menggunakan
Tawar
Ha. tekhnologi budidaya yang
Payau 55% dikembangkan
Laut

Sumber : Data Ditjen Perikanan Budidaya (diolah)

secara optimal potensi tersebut akibat tumpang tindihnya pemanfaatan potensi lahan
budidaya air tawar, serta belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan
potensial budidaya air tawar tersebut.

Potensi luas areal budidaya air payau saat ini tercatat 2.964.331 Ha, dengan
tingkat pemanfaatan 650.509 Ha (21,9%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya
air payau disebabkan karena pengelolaan kawasan potensial budidaya air payau
masih berada/ bersinggungan dengan kawasan mangrove, sehingga pemanfaatan
potensi lahan budidaya air tersebut harus sejalan dengan kebijakan pengelolaan
hutan mangrove. Selain itu belum terbukanya secara mudah akses menuju kawasan
potensial budidaya air payau serta minimnya prasarana penunjang lainnya di kawasan
potensial, menyebabkan pemanfaatan masih relatif kecil.

Potensi luas areal budidaya laut saat ini tercatat 12.123.383 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 325.825 Ha (2,7%). Kecilnya pemanfaatan potensi budidaya laut
disebabkan karena belum tersedianya payung hukum berupa peraturan yang menaungi
Tata Ruang pengelolaan/pemanfaatan ruang laut untuk berbagai kepentingan,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatannya. Hal ini penting bagi
pelaku usaha sebagai bentuk kepastian hukum dan perlindungan dalam berusaha
dibidang budidaya laut. Selain itu tingginya modal yang diperlukan serta ketersediaan
sarana penunjang yang terbatas, menyebabkan kurangnya minat masyarakat dalam
usaha budidaya ikan laut.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 3
Potensi luas areal budidaya rumput laut saat ini tercatat 1,1 juta Ha atau 9%
dari seluruh luas kawasan potensial budidaya laut yang sebesar 12.123.383 Ha.
Adapun tingkat pemanfaatannya diperkirakan baru mencapai 25%. Adapun jenis
rumput laut yang dimiliki Indonesia tercatat 555 jenis rumput laut. Beberapa kendala
dalam pengembangan budidaya rumput laut adalah terkait kualitas bibit rumput laut,
penyakit, akses pasar serta tata niaga produk.

PERMASALAHAN
Bidang kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang kompleks karena
keterkaitannya dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama
dengan aspek lingkungan. Terdapat berbagai isu pengelolaan perikanan laut di
Indonesia yang berpotensi mengancam kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan,
keberlanjutan mata pencaharian masyarakat di bidang perikanan, ketahanan pangan,
dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber
dari pemanfaatan sumber daya kelautan dan Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan
Tahun 2003-2013
perikanan.
1.600.000
Turun
Berdasarkan Data Sensus Pertanian 44,9%

yang dipublikasikan oleh BPS menunjukkan


868.414
adanya penurunan jumlah Rumah Tangga
Perikanan dari 1,6 juta (Sensus Pertanian 2003)
menjadi 868,41 ribu (Sensus Pertanian 2013).
Hal ini merupakan indikasi lebih menariknya
usaha di sektor lain dibandingkan dengan
usaha di sektor kelautan dan perikanan. Mata 2008 2013

4 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


pencaharian sebagai nelayan sudah tidak menjanjikan untuk keberlangsungan hidup
dikarenakan ikan-ikan di laut Indonesia mulai habis seperti yang terjadi pada nelayan
ketinting dan pitur kepiting. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa perikanan
tangkap merupakan salah satu potensi ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja
yang cukup tinggi.

Beberapa wilayah perairan laut Indonesia telah mengalami gejala overfishing.


Selain itu, praktik-praktik Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing yang
terjadi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) seperti
pencurian ikan dan transshipment di tengah laut, penyelundupan benih lobster,
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan termasuk pengeboman ikan
yang dilakukan oleh kapal
perikanan Indonesia
(KII) maupun oleh kapal
perikanan asing (KIA). Hal
tersebut telah menyebabkan
kerugian baik dari aspek
sosial, ekologi/lingkungan,
maupun ekonomi. Ancaman
IUU Fishing dipicu kondisi
sektor perikanan global,
dimana beberapa negara
mengalami penurunan stok
ikan, pengurangan armada
kapal penangkapan ikan akibat pembatasan pemberian izin penangkapan sedangkan
permintaan produk perikanan makin meningkat. Di sisi lain, kemampuan pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia belum memadai. IUU Fishing
juga merupakan global crime, tidak saja tindak pidana perikanan tetapi menyangkut
perbudakan, perdagangan manusia, penyelundupan hewan, narkoba dan lain-
lain. Masalah perbatasan laut merupakan salah satu kendala dalam pengawasan
sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah perairan Indonesia. Beberapa
perbatasan wilayah
SATU DARI TIGA ANAK INDONESIA MENGALAMI STUNTING dengan negara tetangga
Peningkatan konsumsi ikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan gizi anak
belum diselesaikan. Hal ini
Kondisi Kekurangan Gizi di Indonesia menjadikan kasus perikanan
Indikator
Prevalensi anak balita yang pendek
2007
36,8
2010
35,6
2013
37.2
di wilayah perbatasan belum
Prevalensi anak balita yang kurus &
13,6 13,3 12,1
bisa tuntas.
sangat kurus
Prevalensi bayi lahir dengan berat badan
Selain hal tersebut,
11,5 11,1 10,2
rendah (BBLR) < 2500 gr
Sumber: Riskesdas, 2013

• Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak lebih rendah dari standar tinggi badan anak
hasil riset kesehatan dasar

seumurnya.
Stunting terjadi seja dalam kandungan dan akan Nampak saat anak berusia 2 tahun. tahun 2013 dari Kementerian
• Hampir 9 juta anak Indonesia di bawah 5 tahun terlalu pendek untuk usianya.
• Masalah balita stunting menjadi beban pembangunan karena akan menurunkan kualitas SDM Indonesia
(menghambat perkembangan kognitif/keberhasilan pendidikan dan menurunkan produktivitas kerja usia
Kesehatan menunjukkan

dewasa).
Anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting mempuyai potensi 3x lebih besar
bahwa prevalensi pendek
untuk menderita penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya, serta mempunyai umur harapan hidup
yang yang lebih pendek
(stunting) secara nasional

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 5
tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010
(35,6%) dan 2007 (36,8%). Data tersebut menunjukan prevalensi pendek masih tinggi,
dan terjadi di wilayah-wilayah yang menjadi sentra perikanan nasional. Hal ini tentu saja
memerlukan upaya mendorong masyarakat gemar makan ikan, mengingat kandungan
gizi pada ikan merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi prevalensi pendek
(stunting).

Dalam pengembangan perikanan budidaya, masih dihadapkan pada


permasalahan implementasi kebijakan tata ruang dan rencana zonasi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil (Berdasarkan data tahun 2018, dari 34 provinsi baru 16 provinsi
yang telah menyelesaikan RZWP3K menjadi Peraturan Daerah yaitu Provinsi Maluku,
Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Kalimantan
Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur,
DIY, Lampung, Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat).

Sumber. seanode.id

TABEL 1.1 STATUS PENYELESAIAN RZWP3K TAHUN 2018

NO PROVINSI STATUS RZWP3K NO PROVINSI STATUS RZWP3K

1 Sulawesi Utara Perda No. 1 Tahun 2017 9 Maluku Perda No. 1 Tahun 2018
2 Sulawesi Barat Perda No. 6 Tahun 2017 10 Maluku Utara Perda No. 2 Tahun 2018
3 Nusa Tenggara Barat Perda No. 12 Tahun 2017 11 Kalimantan Utara Perda No. 4 Tahun 2018
Nusa Tenggara
4 Perda No. 4 Tahun 2017 12 DI Yogyakarta Perda No. 9 Tahun 2018
Timur
5 Sulawesi Tengah Perda No. 10 Tahun 2017 13 Kalimantan Selatan Perda No. 13 Tahun 2018
6 Jawa Timur Perda No. 1 Tahun 2018 14 Gorontalo Perda No. 4 Tahun 2018
7 Lampung Perda No. 1 Tahun 2018 15 Jawa Tengah Perda No. 13 Tahun 2018
8 Sumatera Barat Perda No. 2 Tahun 2018 16 Kalimantan Barat Perda No. 1 Tahun 2019

6 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Permasalahan pengembangan perikanan budidaya juga dihadapkan dengan
masih terbatasnya prasarana saluran irigasi, terbatasnya ketersediaan dan distribusi
induk dan benih unggul, kesiapan dalam menanggulangi hama dan penyakit serta
masih tingginya harga pakan. Rendahnya produktivitas perikanan budidaya juga
disebabkan karena struktur pelaku usaha perikanan budidaya adalah skala kecil/
tradisional, dengan keterbatasan aspek permodalan, jaringan teknologi dan pasar
serta adanya pencemaran yang mempengaruhi kualitas lingkungan perikanan
budidaya. Selain itu, produksi perikanan budidaya berasal dari rumput laut mengalami
penurunan karena di beberapa sentra rumput laut banyak budidaya rumput laut yang
rusak terkena lumut dan ice ice akibat pengaruh cuaca dan penurunan daya dukung
perairan laut akibat pencemaran atau pembangunan pabrik baru di sekitar lokasi
sentra produksi, disamping itu perlu adanya peremajaan bibit rumput laut.

Aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, baik yang berada
di daratan, wilayah pesisir, maupun lautan, tidak dapat terlepas dari keberadaan
potensi bencana alam dan dampak perubahan iklim yang dapat terjadi di wilayah
Indonesia. Bencana alam dan perubahan iklim dapat berdampak serius terhadap
kegiatan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, seperti kenaikan muka
air laut yang dapat menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan sebagian
wilayah/lahan budidaya di wilayah pesisir, intrusi air laut ke daratan, peningkatan dan
perubahan intensitas cuaca ekstrim (badai, siklon, banjir) yang berpengaruh terhadap
kegiatan penangkapan dan budidaya ikan, serta kerusakan sarana dan prasarana.
Selain potensi bencana alam dan perubahan iklim, wilayah pesisir juga memiliki potensi
kerusakan pesisir berupa kerusakan ekosistem, abrasi, sedimentasi, pencemaran dan
permasalahan keterbatasan lahan.

Permasalahan terkait masih rendahnya produktivitas dan daya saing usaha


kelautan dan perikanan yang disebabkan antara lain oleh belum optimalnya integrasi
sistem produksi di hulu dan hilir, masih terbatasnya penyediaan sarana dan prasarana
serta masih tingginya biaya logistik. Industri pengolahan ikan Indonesia, masih
membutuhkan bahan baku dengan jenis ikan yang spesifik dan standar kualitas
tertentu, serta suplai yang kontinu. Faktor utama yang menyebabkan utilisasi industri
pengolahan ikan rendah adalah suplai bahan baku ikan yang kurang. Saat ini distribusi
stok ikan tidak merata antara wilayah pengelolaan perikanan di mana sebagian
besar bahan baku ikan terdapat di wilayah timur Indonesia. Oleh karena itu, perlu
didorong regulasi terkait penangkapan ikan untuk bahan baku industri dan regulasi
untuk mendorong sistem logistik ikan yang efisien. Selain itu, ketimpangan terlihat
pada sebaran industri perikanan, yaitu masih banyak industri pengolahan ikan berada
di wilayah barat Indonesia. Ini merupakan dampak kesenjangan infrastruktur antara
barat dan timur.

Selain itu dampak dari globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional,


mendorong semakin meningkatnya arus lalu lintas dan menurunnya secara bertahap
hambatan tarif (tariff barrier) dalam perdagangan hasil perikanan antar negara.
Keadaan ini memicu masing-masing negara, termasuk negara mitra dagang seperti Uni

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 7
Eropa, China, Rusia, Canada, Korea, Vietnam dan Norwegia, semakin memperketat
persyaratan jaminan kesehatan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Sebagai anggota
World Trade Organization (WTO) Indonesia berkewajiban melaksanakan isi ketentuan
dalam “Agreement of The Application of Sanitary and Phytosanitari Measure” (perjanjian
SPS) yang memuat ketentuan tentang penerapan peraturan-peraturan teknis guna
melindungi kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan. Konsep perjanjian
Sanitary and Phytosanitary (SPS) merupakan instrumen pengendali perdagangan
internasional berupa hambatan teknis (technical barrier to trade)/hambatan non tariff
(non tariff barrier). Aspek sangat mendasar yang mempengaruhi lemahnya daya saing
dan produktivitas adalah kualitas SDM dan kelembagaannya. Saat ini jumlah SDM
yang bergantung pada kegiatan usaha kelautan dan perikanan sangat besar, namun
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki relative masih rendah.

STRATEGI KEBIJAKAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025 memberi
mandat bahwa arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dilakukan
dalam rangka memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dalam tahapan pembangunan kelautan dan
perikanan pada RPJMN 2015-2019, pembangunan kelautan dan perikanan diarahkan
untuk mewujudkan sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover pembangunan
nasional. Dalam pidato kenegaraan pada 14 Oktober 2015, Presiden telah menyatakan
bahwa “Laut adalah Masa Depan Bangsa”. Dalam menterjemahkan arahan
Presiden tersebut, KKP telah menetapkan Renstra KKP tahun 2015-2019 melalui
Permen KP Nomor 63/PERMENKP/2017 tentang Perubahan Permen KP Nomor 45
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis KKP Tahun 2015-2019.

Rencana Strategis 2015-2019 Kementerian Kelautan dan Perikanan, memuat visi


dan misi yang merupakan panduan/acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan yang lebih terarah dan
perumusan sasaran organisasi dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan
dalam pengukuran kinerja dan pengendalian pelaksanaaan program dan kegiatan.
Dalam melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan, visi pembangunan
diarahkan untuk “Mewujudkan Sektor kelautan dan perikanan Indonesia
yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”. Visi
tersebut dilakukan melalui pelaksanaan 3 misi pembangunan kelautan dan perikanan
yaitu : kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteran. Ketiga hal di atas dilakukan secara
bertanggungjawab berlandaskan gotong royong, sehingga saling memperkuat,
memberi manfaat dan menghasilkan nilai tambah ekonomi, sosial dan budaya bagi
kepentingan bersama.

8 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


VISI PEMBANGUNAN KP
Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang Mandiri Maju,
Kuat dan Berbasis kepentingan nasional

MISI 1. Kedaulatan MISI 2. Keberlanjutan MISI 3. Kesejahteraan


(Sovereignty) (Sustainability) (Prosperity)

1. Meningkatkan pengawasan 1. Mengoptimalkan pengelolaan 1. Mengembangan


pengelolaan sumberdaya ruang laut, konservasi dan kapasitas SDM
kelautan dan Perikanan keanekaragaman hayati laut dan pemberdayaan
2. Mengembangkan sistem 2. Meningkatkan keberlanjutan masyarakat
perkarantinaan ikan, usaha perikanan tangkap dan 2. Mengembangkan inovasi
pengendalian mutu budidaya ilmu pengetahuan dan
3. Keamanan hasil perikanan, 3. Meningkatkan daya saing dan teknologi kelautan dan
dan keamanan hayati ikan sistem logistik hasil kelautan perikanan
dan perikanan

Tahun 2018 merupakan tahun keempat pelaksanaan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Pembangunan Kelautan
dan Perikanan yang merupakan bagian dari pelaksanaan RPJMN 2015-2019
terus berusaha mewujudkan nawacita dan visi Presiden menjadikan Laut sebagai
Masa Depan Bangsa. Pelaksanaan visi tersebut kemudian dijabarkan dalam tiga
misi (pilar) pembangunan kelautan dan perikanan yaitu : kedaulatan, keberlanjutan
dan kesejahteraan. Pilar kedaulatan dilaksanakan melalui program dan kegiatan
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dan sistem perkarantinaan
ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanaan hayati ikan.
Program dan kegiatan tersebut bertujuan menciptakan kemandirian dalam mengelola
dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat
kemampuan nasional untuk melakukan penegakan hukum dilaut demi mewujudkan
kedaulatan secara ekonomi, yang dilakukan melalui penegakan hukum, pembangunan
infrastruktur pengawas dan stasiun karantina ikan serta pembakuan nama pulau.

Pilar keberlanjutan bertujuan untuk mengelola dan melindungi sumber daya


kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab dengan prinsip ramah lingkungan
sebagai upaya peningkatan produktivitas. Pilar ini dilaksanakan melalui pengelolaan
ruang laut, pengelolaan keanekaragaman hayati laut, keberlanjutan sumber daya dan
usaha perikanan tangkap dan budidaya serta daya saing produk hasil kelautan dan
perikanan.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 9
Pilar ketiga adalah pilar kesejahteraan yang dilaksanakan melalui program dan
kegiatan pengembangan usaha perikanan tangkap dan budidaya, peningkatan daya
saing produk hasil kelautan, pengembangan kapasitas SDM dan pemberdayaan
masyarakat, serta inovasi IPTEK kelautan dan perikanan. Tujuan program dan
kegiatan ini adalah mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang dilakukan melalui bantuan kepada
nelayan, pembudidaya ikan, bantuan pengolah dan pemasar ikan, bantuan usaha
garam rakyat, bantuan masyarakat pesisir, peningkatan kapasitas SDM, dan dukungan
inovasi IPTEK.

Tugas KKP sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2


Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015
Tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah membantu Presiden RI dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut KKP menyelenggarakan fungsi yaitu:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan ruang laut,
pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan pesisir
dan pulau-pulau kecil, pengelolaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan
budidaya, penguatan daya saing dan sistem logistik produk kelautan dan
perikanan, peningkatan keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, serta
pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan ruang laut, pengelolaan konservasi
dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,
pengelolaan perikanan tangkap, pengelolaan perikanan budidaya, penguatan
daya saing dan sistem logistik produk kelautan dan perikanan, peningkatan
keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, serta pengawasan pengelolaan
sumber daya kelautan dan perikanan;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan
pengelolaan ruang laut,pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati
laut, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, pengelolaan perikanan tangkap,
pengelolaan perikanan budidaya, penguatan daya saing dan sistem logistik
produk kelautan dan perikanan, peningkatan keberlanjutan usaha kelautan dan
perikanan, serta pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan;
4. Pelaksanaan riset di bidang kelautan dan perikanan dan pengembangan sumber
daya manusia kelautan dan perikanan;
5. Pelaksanaan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan;
6. Pelaksanaan pengembangan kawasan sentra kelautan dan perikanan terpadu;
7. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi
di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

10 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


8. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
9. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan
10. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

Selain itu pada tahun 2018, tepatnya 27 Februari 2018 dengan terbitnya Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan Atas
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan terdapat perubahan struktur
organisasi unit kerja eselon II di lingkup Sekretariat Jenderal. Sebagaimana ketentuan
dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-
KP/2018, terdapat perubahan nomenklatur unit organisasi eselon II yaitu pada Biro
Perencanaan, Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri serta Biro
Umum dam Pengadaan Barang/Jas sebagaimana struktur organisasi Kementerian
Kelautan dan Perikanan sebagaimana yang tercantum Permen KP Nomor 6 tahun
2017 dengan rincian sebagai berikut :

GAMBAR 1.1. STRUKTUR ORGANISASI KKP

STAF MEN TERI


AHLI

SEKRETARIAT JENDERAL PERMEN KP 7/2018

INSPEKTORAT JENDERAL
BIRO BIRO BIRO BIRO HUMAS DAN BIRO BIRO UMUM DAN
SEKRETARIAT PERENCANAAN SUMBER DAYA HUKUM DAN KERJASAMA LUAR KEUANGAN PENGADAAN BARANG
INSPEKTORAT JENDERAL MANUSIA APARATUR ORGANISASI NEGERI JASA

INSPEKTORAT INSPEKTORAT INSPEKTORAT INSPEKTORAT INSPEKTORAT


I II III IV V PUSAT DATA, STATISTIK, DAN INFORMASI

DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL
PENGELOLAAN RUANG LAUT PERIKANAN TANGKAP PERIKANAN BUDIDAYA PENGUATAN DAYA SAING PRODUK PENGAWASAN SUMBERDAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

SEKRETARIAT SEKRETARIAT SEKRETARIAT SEKRETARIAT SEKRETARIAT


DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT SEKRETARIAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


PERENCANAAN RUANG LAUT PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN KAWASAN DAN KESEHATAN IKAN LOGISTIK PEMANTAUAN DAN OPERASI ARMADA

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


DIREKTORAT DIREKTORAT PENGAWASAN PENGELOLAAN
PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN KAPAL PERIKANAN DAN PERBENIHAN PENGOLAHAN DAN BINA MUTU
PULAU-PULAU KECIL ALAT PENANGKAPAN IKAN SUMBERDAYA KELAUTAN

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


DIREKTORAT PENGAWASAN PENGELOLAAN
JASA KELAUTAN PELABUHAN PERIKANAN PAKAN DAN OBAT IKAN PEMASARAN
SUMBERDAYA PERIKANAN

DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT


KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN PERIZINAN DAN KENELAYANAN PRODUKSI DAN USAHA BUDIDAYA USAHA DAN INVESTASI PENANGANAN PELANGGARAN
HAYATI LAUT

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU,
KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
SEKRETARIAT BADAN SEKRETARIAT BADAN

PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT


PUSAT PUSAT PENDIDIKAN PELATIHAN DAN PUSAT PENGENDALIAN STANDARDISASI, SISTEM
RISET KELAUTAN RISET PERIKANAN KELAUTAN DAN PENYULUHAN KELAUTAN KARANTINA IKAN
PERIKANAN DAN PERIKANAN MUTU DAN KEPATUHAN

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 11
SUMBER DAYA MANUSIA KKP
Sumber daya manusia KKP berperan penting dalam melaksanakan tugas dan
fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2018, Jumlah pegawai KKP
(Pusat dan UPT) sebanyak 13.315 orang, yang terdiri dari laki-laki 9.096 orang atau
68,31% dan perempuan
GAMBAR 1.2. JUMLAH PEGAWAI KKP
4.219 orang atau 31,69%.
Perempuan
Pegawai KKP tersebut
(4.219 orang tersebar pada 9 Unit Kerja
atau 31,69%)
Eselon I dengan komposisi
pegawai sebagai berikut:
13.315 Orang Setjen 604 orang, Itjen
204 orang, Ditjen PT 1.317
orang, Ditjen PB 1.417,
Ditjen PRL 562 orang,
Ditjen PDS 385 orang,
Ditjen PSDKP 1.134 orang,
Laki-Laki
(9.096 orang BRSDMP 5.902 orang,
atau 68,31%) dan BKIPM 1.790 orang.

GAMBAR 1.3. KERAGAAN SDM KKP MENURUT PENDIDIKAN

385, 3%
562, 4%
1134
1417 8%
11%

1317
10%
204
2% 604
5% 5902
44%
1790
13%

Setjen Itjen Ditjen PT Ditjen PB Ditjen PRL Ditjen PDS Ditjen PSDKP BRSDMKP BKIPM

Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan, komposisi SDM KKP adalah


sebagai berikut: S-3 sebanyak 210 orang (1,58%); S2 sebanyak 2.216 orang (16,64%);
S1/D4 sebanyak 6.334 orang (47,57%); SM/D3 sebanyak 1.502 orang (11,28%); D2/

12 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


D1 sebanyak 12 org (0,1%); di SLTA dan di bawah SLTA sebanyak 3.041 (22,84%)
Keragaan SDM KKP menurut pendidikan dan unit kerja Eselon I seperti pada diagram
berikut:

SDM KKP BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

47,57%

22,84%

16,64%

11,28%

1,58%

0,1%

S3 S2 S1/D4 D3 D2/D1 SLTA

Sedangkan keragaan SDM KKP tahun 2018 menurut golongan adalah sebagai
berikut: Golongan IV sebanyak 1.701 orang; Golongan III sebanyak 8.942 orang;
Golongan II sebanyak 2.557 orang dan Golongan I sebanyak 115 orang.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 13
14 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN
BAB
KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM
2 TAHUN 2018

A. PELAKSANAAN KEBIJAKAN
1. PELAKSANAAN PILAR KEDAULATAN

a. Penegakan Hukum
Kedaulatan diartikan sebagai kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan
sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat kemampuan
PILAR
nasional untuk melakukan
KEDAULATAN penegakan hukum di laut
Berdaulat di Laut untuk Mencegah IUU Fishing demi mewujudkan kedaulatan
secara ekonomi. Dalam rangka
mewujudkan pengelolaan
MKP Sebagai Dansatgas, Melakukan
mengkoordinasikan 5 pengawasan sumber
SATGAS Unsur PSDKP daya KP di WPP NRI
115
wilayah laut nasional untuk
mempertahankan kedaulatan,
Menjaga di exit/
KKP melaksanakan upaya-
PERAN
Melalui Pokwasmas, BKIPM
entry point dan
pengendalian mutu upaya penegakan hukum di
Pengawasan SDKP oleh dan keamanan hasil
laut
MASYARAKAT
DKP Provinsi, dan perikanan
Pendelegasian ke Kab/Kota

Dalam melaksanakan
pilar kedaulatan, KKP bekerjasama dan berkoordinasi dengan Lembaga
yang memiliki kewenangan hukum di laut melalui pembentukan Satgas 115
sebagaimana yang tercantum dalam Perpres 115/2015, dengan Menteri Kelautan
dan Perikanan berkedudukan sebagai Komandan Satuan Tugas (Dansatgas)
yang mengkoordinasikan Penenggelaman Kapal dimandatkan dalam UU Perikanan
KL terkait yaitu : KKP,
Melaksanakan penegakan kedaulatan laut yang tegas dan menciptakan Deterrent Effect
Kejaksaaan, PPATK, agar tidak ada lagi IUUF di wilayah perairan Indonesia

Polri, Bakamla, TNI-AL,


Kementerian Perhubungan, Kapal Ilegal yang Ditenggelamkan,
November 2014- Desember 2018

serta Kementerian Luar NO. BENDERA KAPAL TOTAL


1 Vietnam 276
Negeri untuk memberantas 2 Filipina 90
3 Thailand 50
illegal fishing dalam rangka 4 Malaysia 41
Pasal 69 UU Perikanan (31/2004 jo. 45/2009)
Lingkup Kewenangan:
5 Indonesia 26
menuju Legal, Reported and 6 Papua Nugini 2
• Pasal 69 (3): Menghentikan, memeriksa, membawa, dan
menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan

Regulated Fishing (LRRF). 7 China


8 Belize
1
1
pelanggaran di Wilayah Pengelolaan Perikanan
• Pasal 69 (4): Berdasarkan bukti permulaan yang cukup, dapat
melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau
9 Tanpa Negara 1 penenggelaman kapal perikanan berbendera asing berdasarkan
Salah satu aspek penting TOTAL 488 KAPAL bukti permulaan yang cukup

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 15
dalam penegakan hukum di laut adalah implementasi UU 45/2009 tentang
perikanan yang terkait dengan penenggelaman kapal-kapal ikan illegal.
Sepanjang tahun 2018, jumlah kapal yang ditenggelamkan mencapai 125 unit
kapal ikan illegal dengan rincian sebagai berikut : 121 unit kapal ikan asing, dan
4 unit kapal ikan Indonesia.
Selama periode tahun 2018, operasi kapal pengawas di laut telah dilaksanakan
dengan rata-rata hari operasi sebanyak 121 hari operasi dengan kapal
pengawas sebanyak 34 kapal pengawas. Selain kapal pengawas, operasi di
laut juga menggunakan speedboat pengawasan, Sea rider dan Rigid Inflatable
Boat (RIB) sebanyak 116 unit yang tersebar pada UPT pengawasan SDKP dan
Provinsi dengan hari operasi rata-rata sebanyak 36,31 hari. Selama tahun 2018,
hasil operasi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan oleh kapal
pengawas tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah kapal yang dihentikan dan diperiksa (henrik) oleh kapal pengawas
adalah 3.678 kapal, terdiri dari 3.632 Kapal Ikan Indonesia (KII) dan 46 Kapal
Ikan Asing (KIA).
2. Jumlah kapal yang ditangkap sebanyak adalah 109 Kapal dengan rincian
68 KII dan 41 KIA.
Daerah yang dijadikan pangkalan aju terdiri dari: Lampulo, Belawan, Batam,
Pontianak, Jakarta, Cilacap, Benoa, dan Tarakan, Bitung, Tahuna, Kupang,
Tual, Ambon, dan Biak. Lokasi-lokasi pangkalan aju tersebut dipilih dengan
mempertimbangkan tingkat kerawanan illegal fishing dan kemudahan akses
untuk memperoleh perbekalan, pengisian bahan bakar dan fasilitas tambat
labuh kapal.
Selain operasi kapal pengawas, KKP juga dilakukan kerjasama operasi
pengawasan dengan instansi terkait (BAKAMLA, TNI-AL dan Polair) yang biasa
disebut dengan istilah ”Gelar Operasi Bersama” yang dilakukan di perairan yang
dianggap rawan pelanggaran. Kerjasama operasi pengawasan yang dilakukan
oleh Kapal Pengawas KKP selama tahun 2018 adalah sebagai berikut :
a. Patroli Terkoordinasi (Patkor) Ausindo dengan Australia sebanyak 2 kali.
Hasil kegiatan Patkor Ausindo adalah Kapal Ikan yang diperiksa sebanyak

16 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


36 unit KII. Dari hasil patroli tersebut KP Hiu Macan 03 berhasil menangkap
3 KII di WPPNRI 573 dengan indikasi melanggar Daerah Penangkapan Ikan.
b. Operasi bersama dengan BAKAMLA dalam Operasi Nusantara: 5 kali
dengan kapal perikanan yang diperiksa sebanyak 99 unit Kapal Perikanan
yang terdiri dari 89 KII dan 10 KIA. Dari kapal-kapal perikanan yang diperiksa
tersebut, sebanyak 10 unit KIA asal Vietnam di adhoc karena terindikasi
melakukan pelanggaran.
Disamping menggunakan kapal pengawas perikanan, pengawasan juga
dilakukan menggunakan pesawat udara, terintegrasi dengan unsur Kapal
Pengawas Perikanan dan Satgas 115. Selama tahun 2018 pengawasan melalui
udara telah dilaksanakan sebanyak 110 hari operasi, dengan 443,8 jam terbang
(4,20 jam terbang/hari). Pangkalan Operasi berada di 20 pangkalan operasi,
meliputi: Jakarta, Medan, Padang, Manado, Pontianak, Denpasar, Ambon,
Kupang, Natuna, Kendari, Ternate, Bengkulu, Batam, Merauke, Sorong, Pekan-
baru, Surabaya, Banjarmasin, Tarakan, dan Yogyakarta. Adapun wilayah operasi
meliputi 11 WPP-NRI, yaitu: WPPNRI 571, WPPNRI 572, WPPNRI 573, WPPNRI
711, WPPNRI 712, WPPNRI 713, WPPNRI 714, WPPNRI 715, WPPNRI 716,
WPPNRI 717, WPPNRI 718 dengan luas coverage area terawasi 1.154.413 NM2.
Hasil pengawasan pesawat udara terpantau sebanyak 7.284 kapal perikanan
yang beroperasi, dan sebanyak 801 kapal (212 KIA dan 589 KII) terindikasi
melakukan pelanggaran. Selain itu juga ditemukan adanya 348 unit rumpon,
dan dari jumlah tersebut 154 rumpon telah dipotong. Pengawasan melalui udara
juga berhasil memantau 10 kawasan konservasi, yang terdiri dari: KKPN Laut
Sawu, SAP Kep. Aru, SAP Raja Ampat, TWP Ka- poposang, TNL Takabonerate,
Kep. Anambas, Pulau Pieh, Laut Banda, Gili Matra, dan Kep. Padaido.

GAMBAR 2.1. PETA LOKASI PENGAWASAN MELALUI UDARA DI SELURUH PERAIRAN INDONESIA

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 17
Disamping tindakan penenggelaman
kapal ikan illegal, jumlah kasus
penanganan tindak pidana perikanan
pada tahun 2018 mencapai ada
tahun 2018 jumlah kasus yang masuk
proses hukum adalah sebanyak 193
kasus dengan rincian sebagaimana
tercantum dalam Tabel. Dari 193
kasus tindak pidana kelautan dan
perikanan yang telah masuk dalam
proses hukum, 2 kasus dalam proses pemeriksaaan pendahuluan, 28 kasus
dalam proses tindakan administrasi, 9 kasus dalam proses penyidikan, 4
kasus sudah masuk proses dinyatakan lengkap (P-21), 5 kasus dalam proses
penyerahan tahap II, 31 kasus dalam proses sidang, 20 kasus dalam proses
banding, 7 kasus dalam proses kasasi dan 87 kasus dalam proses inkracht.

TABEL 2.1. REKAPITULASI KASUS PELANGGARAN TINDAK PIDANA PERIKANAN TAHUN 2014-2018
PROSES HUKUM 2014 2015 2016 2017 2018
Pemeriksaan Pendahuluan - 2 - - 2
Tindakan Administrasi 13 40 12 27 28
Tindakan Lain 1 1 4 7 -
SP3 2 - 4 1 -
Penyidikan - 2 4 2 9
P 21 - - 3 1 4
Penyerahan Tahap II - - 1 - 5
Sidang - - - 6 31
Banding - 2 16 31 20
Kasasi - 9 38 2 7
Inkracht 42 142 155 120 87
JUMLAH KASUS 58 198 237 197 193

GAMBAR 2.2 PENANGANAN AWAK KAPAL PELAKU Selain penanganan tindak pidana
ILLEGAL FISHING kelautan dan perikanan, masalah
lainnya adalah penanganan
Anak Buah Kapal (ABK) asing
yang ditangkap. Selama tahun
2018, Jumlah awak kapal tindak
pidana perikanan yang ditangani
sebanyak 839 orang, baik dari
Indonesia maupun negara
lain dengan rincian: Indonesia
sebanyak 366 orang; Vietnam
424 orang; Filipina 31 orang;
Thailand 2 orang; dan Myanmar
16 orang.

18 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


TABEL 2.2. PENANGANAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) KAPAL PELAKU ILLEGAL FISHING
TAHUN 2014-2018
NO NEGARA 2014 2015 2016 2017 2018 JUMLAH
1 Malaysia - 1 26 2 - 29
2 Vietnam 64 305 534 651 424 1978
3 Thailand 110 70 69 15 2 266
4 Filipina 49 150 201 38 31 469
5 Kamboja - 2 34 2 - 38
6 Myanmar 6 22 40 15 16 99
7 Taiwan 1 - - - - 1
8 Tiongkok - 63 5 7 - 75
9 Indonesia 72 69 221 147 366 875
JUMLAH 302 682 1130 877 839 3.830

TABEL 2.3. JUMLAH AWAK KAPAL TINDAK PIDANA PERIKANAN YANG DITANGANI TAHUN 2018

AWAK KAPAL AWAK KAPAL YANG SUDAH AWAK KAPAL YANG BELUM
YANG DITANGKAP DIPULANGKAN DIPULANGKAN
Non Non Non
Jumlah Tersangka Jumlah Tersangka Jumlah Tersangka
Justitia Justitia Justitia
839 139 700 728 65 663 111 71 40
Catatan: 3 (tiga) orang adalah awak kapal yang tertangkap tahun sebelumnya tapi masih dititipkan di Satwas PSDKP
Anambas

Selama tahun 2018 telah dilakukan


pemulangan secara bertahap
terhadap 141 WNI yang tertangkap
di luar negeri dengan rincian
130 orang telah dibebaskan/
dipulangkan dan 11 orang masih
dalam proses hukum sehingga
belum dibebaskan sebagaimana
tercantum dalam tabel.

TABEL 2.4. PENANGANAN NELAYAN INDONESIA YANG DITANGKAP DI LUAR NEGERI TAHUN 2018

STATUS
NELAYAN
NEGARA DIBEBASKAN/ BELUM
DITANGKAP
DIPULANGKAN DIBEBASKAN
Malaysia 103 92 11
Australia 38 38 0
TOTAL 141 130 11

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 19
GAMBAR 2.3. KANTOR SATWAS SDKP DI SERANG

Untuk mendukung pelaksanaan tugas


pengawasan di daerah, KKP melalui
Ditjen PSDKP secara bertahap terus
membangun infrastruktur berupa sarana
dan prasarana (sarpras) pengawasan.
Pada tahun 2018, Ditjen PSDKP telah
membangun 10 unit sarpras pengawasan,
yang terdiri: 1 unit kantor pengawasan, 8
unit bangunan operator pengawas, dan 1
unit gudang logistik kapal pengawas.

TABEL 2.5. PEMBANGUNAN SARPRAS PENGAWASAN TAHUN 2018

NO PRASARANA PELAKSANA SARPRAS


Pembangunan Kantor Satwas SDKP
A Kantor Pengawas 1 Pangkalan PSDKP Benoa
Lombok Timur
Pembangunan Bangunan Operator Satwas
1 Pangkalan PSDKP Jakarta
SDKP Pesawaran
Pembangunan Bangunan Operator Satwas
2 Pangkalan PSDKP Lampulo
SDKP Bengkulu
Pembangunan Bangunan Operator
3 Pangkalan PSDKP Batam
Pang- kalan PSDKP Batam
Pembangunan Bangunan Operator Satwas
4 Stasiun PSDKP Belawan
Bangunan SDKP Rokan Hilir
B
Operator Pembangunan Bangunan Operator Stasiun
5 Stasiun PSDKP Tahuna
SDKP Tahuna
Pembangunan Bangunan Operator Satwas
6 Stasiun PSDKP Tahuna
SDKP Talaud
Pembangunan Bangunan Operator Stasiun
7 Stasiun PSDKP Kupang
PSDKP Kupang
Pembangunan Bangunan Operator Stasiun
8 Stasiun PSDKP Biak
PSDKP Biak
Pembangunan Gudang Logistik Pangkalan
C Gudang 1 Pangkalan PSKDP Tual
PSDKP Tual

b. Penanganan Pelanggaran Perkarantinaan


Dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan pilar kedaulatan, KKP juga
memperkuat stasiun karantina ikan dalam rangka pengawasan lalu lintas
komoditas perikanan dari dan ke dalam wilayah Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini

20 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


adalah Indonesia bebas dari penyakit ikan yang berbahaya seperti TILV, AHPND,
CCVD, SVC dan sebagainya, termasuk mengendalikan mutu produk impor dan
meningkatkan mutu hasil perikanan Indonesia di negara tujuan ekspor.

TABEL 2.6. REKAP PENCEGAHAN MASUK DAN KELUARNYA SDI ILLEGAL TAHUN 2014-2018

PENANGANAN PELANGGARAN PERKARANTINAAN


Pencegahan masuk dan keluarnya SDI illegal tahun 2014-2018

SDI YANG DISELAMATKAN

JENIS JUMLAH NILAI (DALAM MILIAR)


TOTAL TOTAL
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

Lobster (ekor) 140 545.953 1.346.484 2.237.240 2.539.317 6,669,134 0,02 27,3 71,7 71,7 464,87 464,87

Kepiting (kg) 390 5.452 17.545 3.852 16.198 43,437 0.08 0,37 5,3 5,3 3,97 3,97

Produk Hasil
77.929 2.546 832 1.004 120.777 25,237 2,67 8,4 181,1 181,1 10,46 10,46
Perikanan (kg)

Ikan hidup/hias
2.636.850 16.43 2.450.000 34.758 155.474 2,641,875 5,17 0,02 3,1 3,1 1,45 1,45
(ekor)

Lainnya (pcs) 62.880 3.458 4.714 9.076 2.618 19,929 62.88 3.46 126 126 0.06 0.06

Total Sumber Daya Ikan berhasil digagalkan 11.947.859 ekor, 246.525 Kg, 82.726 pcs setara nilai Rp 1,38 triliun

“Dalam kurun waktu 2014-2018, KKP telah berhasil mencegah masuk dan keluarnya
sumber daya ikan illegal yang terdiri dari lobster, kepiting, produk hasil perikanan, ikan
hidup/hias dan komoditi lainnya sebanyak 11,94 juta ekor, 246,52 kg dan 82,76 ribu pcs
atau setara dengan nilai Rp.1,38 triliun.”

Selain itu dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan KIPM
yang semakin tinggi, maka KIPM terus melakukan langkah-langkah perbaikan
pelayanan terhadap publik demi terselenggaranya pelayanan yang semakin
Prima, salah satunya melalui percepatan pelayanan (dwelling time). Sehingga
dengan semakin meningkatnya pelayanan ini, diharapkan volume ekspor
produk perikanan semakin meningkat dan kontribusi produk perikanan dalam
menyumbangkan devisa negara semakin meningkat.

“Pada tahun 2018, Percepatan Pelayanan Dwelling Time


KKP telah berhasil
menurunkan percepatan
pelayanan (dwelling time)
yaitu 3,5 jam pada tahun
2015, 2,7 jam pada tahun
3,5 JAM 2,7 JAM 2,1 JAM 2,6 JAM
2016, 2,1 jam pada tahun
2017 dan menjadi 2,6 jam 2015 2016 2017 2018
di tahun 2018.”

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 21
Pada tahun 2018 dalam rangka mendukung pelaksanaan pilar kedaulatan, KKP
juga melaksanakan operasional dan pengawasan karantina ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan di 30 wilayah perbatasan, yaitu Sabang, Simeuleu,
Rokan Hilir, Bengkalis, Indragiri Hilir, Dumai, Natuna, Anambas, Batam, Bintan,
Karimun, Aruk, Jagoi Babang, Nanga Badau, Entikong, Nunukan, Sebatik,
Sangihe, Talaud, Atambua, Saumlaki, Motomasin, Mota’ain, Kupang, Wini,
Morotai, Biak, Sota dan Skow.

GAMBAR 2.4. PETA SEBARAN UPT KARANTINA IKAN DAN PENGENDALIAN MUTU (KIPM)

PETA SEBAR UNIT PELAKSANA TEKNIS BKIPM


Peta Sebaran UPT Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) Keberhasilan
perkarantinaan dalam
rangka mendukung pilar
kedaulatan didukung oleh
UPT Karantina ikan yang
tersebar di 34 provinsi
dan 12 kab/kota dan
wilayah kerja sebanyak
234 dan tersebar di
112 kab/kota.
Keragaan :
UPT : 47 UPT di 34 Provinsi dan di 12 Kab/Kota
Wilayah Kerja : 234 di 112 Kab/Kota

c. Sertifikasi Pulau Kecil


Dalam rangka melakukan penataan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan terluar
(PPKT) yang bertujuan untuk 1) menjaga kedaulatan Negara; melakukan
penataan asset negara; meningkatkan PNBP dalam rangka pemanfaatan
PPK/T; mempertahankan budaya masyarakat adat dan lokal di PPK/T; dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat PPK/T. KKP pada tahun 2018 telah
melaksanakan fasilitasi sertifikasi pulau-pulau kecil dan terluar sebanyak 19
pulau yaitu (1) Pulau Rupat, (2) Pulau Bengkalis, (3) Pulau Wunga, (4) Pulau
Bertuan, (5) Pulau Morotai, (6) Pulau Pagai Utara, (7) Pulau Sebatik, (8) Pulau
Larat, (9) Pulau Selaru, (10) Pulau Batarkusu, (11) Pulau Kultubai Selatan (12)
Pulau Kultubai Utara, (13) Pulau Batu Goyang, (14) Pulau Kabaruan, (15) Pulau
Kisar, (16) Pulau Letti, (17) Pulau Subi Kecil, (18) Pulau Batubawaikang, (19) Pulau
Kawaluso.
Kriteria PPK terluar yang akan disertipikatkan yaitu: tidak berpenduduk, bukan
kawasan hutan, belum dimanfaatkan/belum ada sertipikat hak atas tanah,
dikuasai masyarakat adat untuk disertipikatkan atas nama adat, berbatasan
langsung dengan negara lain, potensial menjadi kawasan konservasi, mempunyai
nilai ekonomi strategis, tidak ada sengketa/konflik pemanfaatan, penguasaan,
pemilikan, dan memiliki luas minimal 3 hektar. KKP mulai 2017 telah memproses
sertipikat di Pulau Pulau Kecil Terluar (PPKT) atas nama negara (cq. KKP) di 55
pulau-pulau kecil terluar dan 1 pulau kecil di Sidoarjo (pulau hasil sedimentasi

22 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


lumpur) dengan rincian capaian sampai dengan 2018 sebagai berikut:
1. 12 sertifikat telah keluar sertifikatnya dari 10 Pulau-Pulau Kecil Terluar.
2. 24 sertifikat sedang proses di kantor Pertanahan kabupaten/kota
3. 8 pulau sedang dilakukan proses pengukuran tanah dan pemasangan
patok tanda batas tanah untuk disertipikatkan.
4. 12 pulau masih berproses untuk pengurusan alas hak sebagai dasar untuk
pengajuan sertipikatnya.

GAMBAR 2.5. SERTIFIKAT PULAU-PULAU KECIL

2. PELAKSANAAN PILAR KEBERLANJUTAN

Melakukan konservasi untuk menjaga “Pelaksanaan Pilar


produktivitas SDA secara bertanggung jawab Keberlanjutkan difokuskan
merupakan tujuan utama pelaksanaan pilar untuk memastikan
keberlanjutan dalam pembangunan kelautan dan bahwa pengelolaan dan
perikanan. Pelaksanaan pilar ini dilakukan melalui pemanfaatan sumber
pembangunan kelautan dan perikanan yang ramah daya kelautan dan
lingkungan dalam rangka upaya meningkatkan perikanan tidak habis
produktifitas sumber daya alam. Prinsip ini oleh satu generasi saja,
namun harus mampu
diterapkan melalui seluruh aktivitas pengelolaan
meningkatkan kualitas
ruang laut, pengelolaan keanekaragaman hayati laut,
hidup bangsa untuk
keberlanjutan sumber daya dan usaha perikanan masa sekarang dan masa
tangkap dan budidaya serta daya saing produk hasil mendatang”.
kelautan dan perikanan.

Pelaksanaaan Pilar Keberlanjutan (sustainability), penting untuk memastikan


kekayaan laut Indonesia tidak habis hanya oleh satu generasi saja. Sesuai visi
“Laut Masa Depan Bangsa”, laut harus mampu menopang pembangunan nasional
dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia di masa sekarang maupun

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 23
masa mendatang. KKP sangat serius untuk menata kembali pengelolaan perikanan
dengan tujuan agar kelestarian sumber daya ikan bisa terwujud dan keberlanjutan
usaha perikanan bisa semakin terjamin, yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan nelayan. Untuk pilar keberlanjutan, beberapa program dan kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh KKP pada tahun 2018 antara lain :
a. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Pembentukan dan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan merupakan salah
satu upaya nyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melindungi
habitat penting sumberdaya ikan dan keanekaragaman hayati perairan. Habitat
penting perikanan baik yang berada pada ekosistem perairan laut dan air
tawar, seperti lahan basah, bakau, terumbu karang, laguna, daerah asuhan
dan pemijahan, secara aktif dilindungi dan direhabilitasi. Menjaga habitat ikan
(konservasi) berarti menjaga stok alaminya dan berarti menjaga keberlanjutan
bisnis dan ekonomi perikanan baik skala industri maupun skala masyarakat
serta meningkatkan resilience ekosistem dan masyarakat pesisir terhadap
dampak perubahan iklim.
Sampai dengan tahun 2018, Capaian luas kawasan konservasi pada tahun
2018 yaitu seluas 20,88 juta ha. Apabila dibandingkan dengan target Aichi yaitu
sebesar 32,5 juta ha atau 10% dari luas perairan Indonesia, capaian tahun 2018
masih mencapai 6,42% (20,88 juta ha) atau masih diperlukan luasan konservasi
sebesar 11,62 juta ha untuk mencapai target Aichi sampai tahun 2030.

GAMBAR 2.6. LUAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TAHUN 2015-2018

luas kawasan konservasi perairan tahun 2015 - 2018

Total 20.875.134,08 ha
Luas Kawasan

(177 kawasan) 25
(Juta Ha)

• Capaian luas Kawasan


20.87
Konservasi Perairan
sampai tahun 2018 20 19.14
adalah sebesar 20,87 17.3 17.98
juta ha atau 6,42% dari
total luas perairan 15
Indonesia seluas 325
juta ha.
• Apabila dibandingkan 10
dengan Aichi target
tahun 2030 sebesar
10% dari total luas
5
perairan (32,5 juta ha),
capaian tersebut sudah
mencapai 64,21%
0
2015 2016 2017 2018

Luas kawasan konservasi sebesar 20,88 juta ha tersebut 179 kawasan,


yang terdiri dari 147 kawasan dikelola oleh KKP dan Pemerintah daerah dengang
luas kawasan konservasi seluas 16,24 juta hektar dan 32 kawasan seluas

24 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


4,63 juta ha dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dengan rincian sebagaimana tabel berikut :

TABEL 2.7 LUAS KAWASAN KONSERVASI TAHUN 2018

JUMLAH
NO KAWASAN KONSERVASI LUAS (HA)
KAWASAN
A Dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 32 4.632.009,30
1 Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30
2 Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00
3 Suaka Margasatwa Laut 5 5.400,00
4 Cagar Alam Laut 6 91.820,00
B Dikelola KKP dan Pemerintah Daerah 147 16.243.124,78
5 Taman Nasional Perairan 1 3.355.352,82
6 Suaka Alam Perairan 3 445.630,00
7 Taman Wisata Perairan 6 1.541.040,20
8 Kawasan Konservasi Daerah 137 10.901.101,76
JUMLAH 179 20.875.134,08

b. Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


Amanat Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 menyebutkan bahwa Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sesuai dengan
kewenangan masing-masing. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 14, menyebutkan bahwa Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi. Hal ini berimplikasi pada
kewenangan pengelolaan perairan (0-12 mil) yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi.
Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K dapat dipandang sebagai modal dasar
bagi Pemerintah Provinsi dalam upaya mendorong perkembangan ekonomi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan perundangan tersebut di atas
telah mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan menetapkannya
menjadi peraturan daerah.
Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K merupakan instrumen yang sangat
penting sebagai dasar ijin lokasi dan ijin pengelolaan untuk investasi kegiatan
pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tanpa instrumen
arahan/pengaturan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang jelas, maka konflik pemanfaatan sumberdaya akan terus kita
hadapi. Sebagai akibatnya, degradasi kualitas lingkungan, ketidakpastian lokasi
investasi, dan konflik antar pemangku kepentingan akan sulit untuk kita atasi.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 25
Sejak tahun 2014, terdapat kesepakatan bersama antara Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Menteri Kelautan dan Perikanan, serta 34 Gubernur Seluruh
Indonesia tentang Rencana Aksi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya
Alam (GNP-SDA) Sektor Kelautan, dengan salah satu agendanya adalah
percepatan penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
(RZWP-3-K).
Saat ini, Pemerintah Pusat juga telah menyusun Rencana Tata Ruang Laut
(RTRL), RZ Kawasan Antar Wilayah (Laut, Selat dan Teluk), RZ Kawasan
Strategis Nasional, dan RZ Kawasan Strategis Nasional Tertentu (Pulau-Pulau
Kecil Terluar), Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Izin Lokasi Perairan dan
Izin Pengelolaan Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Rancangan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tata Cara Pemberian Izin
lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil serta perencanaan dan peraturan perundangan terkait untuk mendukung
tindak lanjut dan implementasi RZWP-3-K di daerah.
Sampai dengan tahun 2018, terdapat 17 Provinsi yang telah menetapkan
perda tentang RZWP-3-K, 6 Provinsi telah di evaluasi KEMENDAGRI dan
pembahasan dengan DPRD, 5 Provinsi menunggu surat tanggapan / saran
akhir dan perbaikan dokumen final, serta 6 Provinsi masih dalam proses
penyelesaian Dokumen RZWP-3-K. Penyelesaian penyusunan RZWP-3-K dan
akan terimplementasi pemanfaatan ruang laut sesuai dengan Perda RZWP-3-K.
Karena Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K dapat dipandang sebagai modal
dasar bagi Pemerintah Provinsi didalam upaya mendorong perkembangan
ekonomi di wilayah pesisir.

GAMBAR 2.7 STATUS PENYELESAIAN RZWP-3-K

Penyelesaian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

SUDAH PERDA

17
Maluku, Malut, Sulut, Sulteng,
Sulbar, Gorontalo, Kaltara,Kalsel,
NTT, NTB, Jatim, DIY, Lampung,
Sumbar, Jateng, Kalbar, Kalteng

PROGRES SURAT TANGGAPAN/


SARAN AKHIR & PERBAIKAN

5 EVALUASI KEMENDAGRI &


DOKUMEN FINAL
Kepri, Banten, DKI Jakarta, RAPAT PARIPURNA DPRD

6
Jambi, Papua Barat
Sultra, Jabar, Sumut, Sulsel,
Aceh, Bengkulu

PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN


FINAL/ANTARA/AWAL & PETA
TEMATIK
Babel, Bali, Kaltim, Papua,
Sumsel, Riau
6

26 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Selain itu, KKP bersama Proyek USAID SEA meluncurkan aplikasi portal online
berbasis web yang terintegrasi dalam sistem manajemen data dan informasi
RZWP-3-K bernama “SEANODE Geoportal RZWP-3-K Online”. SEANODE
sebagai geoportal online RZWP-3-K akan mendukung Pemerintah Daerah
dalam melakukan upaya percepatan implementasi pemanfaatan ruang laut yang
berkelanjutan serta mendorong iklim investasi di wilayah laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil. SEANODE juga akan memberikan kemudahan kepada pemangku
kebijakan baik di pusat maupun daerah untuk dapat mengetahui informasi
peraturan daerah serta peta alokasi ruang laut secara online dan transparan
sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan sesuai arah kebijakan
dan pembangunan tiap daerah.
Pengembangan geoportal tata ruang laut ini, diharapkan juga mampu
meminimalisir berbagai konflik terkait pemanfaatan ruang laut dan kedepannya
juga bisa dimanfaatkan untuk mitigasi tanggap bencana. Pemanfaatan geoportal
secara optimal akan memberikan manfaat bagi pemerintah daerah dalam
mengembangkan dan mempromosikan potensi daerah, sekaligus menjaga
upaya konservasi perairan dan perikanan yang berkelanjutan.
Pada tahun 2018, KKP juga melakukan Penyusunan Rencana Zonasi Kawasan
Strategis Nasional & Tertentu (KSN&T) yang terdiri dari 5 KSN: 1. KSN Selat Sunda
(Banten - Lampung); 2. KAPET Manado - Bitung (Sulut); 3. KAPET Samarinda,
Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan (Kaltim); 4. Kawasan Biak (Papua);
5. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Papua Barat).
Sedangkan untuk KSNT dilaksanakan di 15 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPK/T)
yaitu : 1. Pulau Moff (Papua); 2. Pulau Kawiyo (Sulut); 3. Pulau Fani (Papua barat)
4. Pulau Kawaluso (Sulut); 5. Pulau Marore (Sulut) 6. Pulau Ndana (NTT); 7. Pulau
Rote (NTT); 8. Pulau Batu Bawaikang (Sulut) 9. Pulau Tokongboro (Kepri) 10.
Pulau Semiun (Kepri); 11. Pulau Sebetul (Kepri); 12. Pulau Sekatung (Kepri) 13.
Pulau Weh (Aceh); 14. Pulau Rondo (Aceh); 15. Pulau Batebelah (Aceh).
Kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional &
Tertentu (KSN&T) dilakukan melalui tahapan pelaksanaan kegiatan antara lain:
pengumpulan data sekunder, FGD perumusan tujuan, sasaran, kebijakan, dan
strategi ,pengumpulan data primer, FGD di pusat, penyusunan dokumen awal,
konsultasi publik dokumen awal, penyusunan dokumen antara, konsultasi publik
dokumen antara, penyusunan dokumen final, legalisasi perpres (pertemuan
internal KKP, pertemuan lintas K/L, harmonisasi Kemenkumham, Legislasi
Perpres (Setkab).
c. Pembangunan Struktur Hybrid
Struktur hybrid adalah struktur pelindung pantai yang menggunakan bahan-
bahan lokal seperti bambu, ranting kayu, atau belukar. Struktur hybrid diterapkan
untuk pantai berlumpur dan berfungsi sebagai perangkap sedimen (sediment
trap). Struktur dibuat lolos air (permeable) sehingga sedimen dapat melewatinya

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 27
saat air laut pasang. Pada saat air surut, struktur akan menahan sedimen agar
tidak kembali ke laut.
Pada tahun 2018, pembangunan Struktur Hybrid direncanakan dilaksanakan di
11 lokasi yaitu 1) Kota Dumai, 2) Kab. Tanah Bumbu, 3) Kab. Pekalongan, 4) Kab.
Lombok Barat, 5) Kab. Banyuasin, 6) Kab. Kep. Meranti, 7) Kab. Indramayu,
8) Kab. Pati, 9) Kab. Penajem Paser Utara, 10) Kab. Bombana, dan 11) Kab.
Bone. Untuk tahun 2018, pembangunan struktur hybrid hanya sampai tahap
perencanaan, sedangkan pembangunan fisik akan dilaksanakan pada tahun
anggaran 2019.
d. Bantuan Sarana dan Prasarana Wisata Bahari
Kawasan wisata bahari yang dikembangkan adalah kawasan pesisir
dan laut dengan daya tarik yang potensial untuk dikembangkan sebagai
kawasan ekowisata dengan pengelolaan berbasis pada masyarakat lokal
dan potensi lokal. Dalam pengembangan kawasan ekowisata ini dilakukan
dengan memfasilitasi sarana/prasarana wisata bahari dalam meningkatkan
keberlanjutan pengembangan ekowisata bahari serta sosialisasi dan bimbingan
teknis sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan kawasan ekowisata bahari
ini dilakukan untuk mendukung pengembangan ekowisata nasional maupun
daerah. Tahapan fasilitasi sarana/prasarana ini dilakukan melalui 2 tahapan.
Tahap I : diberikan untuk melengkapi sarana/prasarana dasar yang dibutuhkan
dalam pengembangan, sedangkan tahap II merupakan lanjutan yang diberikan
dengan dasar mengacu pada hasil monitoring dan evaluasi tahap I untuk lebih
meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan penerima fasilitas sarana/dan
prasarana dalam mengelola ekowisata. Jenis bantuan sarpras wisata bahari
yang diberikan antara lain : Landmark, Papan Informasi, Kano, Alat snorkling,
Menara Pandang, Tempat Sampah, Toilet, Gazebo, Pusat Informasi
Bantuan sarpras wisata bahari yang dilaksanakan untuk mendukung
pengembangan wisata bahari pada tahun 2018 sebagai berikut :
1. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di
­Kabupaten Pekalongan.
Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabupaten
­Pekalongan berupa Pondok Informasi Bahari dan Landmark yang diberikan
kepada BUMDes Mitra Mina.
2. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabu-
paten Lampung Selatan.
Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabupaten
Lampung Selatan berupa Landmark Papan Informasi, Kano, dan Alat
­
­Snorkling yang diberikan kepada Pokdarwis Minang Rua Bahari.
3. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabu-
paten Lombok Timur.

28 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabupaten
Lombok Timur berupa Perahu Wisata yang diberikan kepada Pokdarwis
Petarando.
4. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di
Kabupaten Lombok Barat
Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabupaten
Lombok Barat berupa Menara Pandang dan Kano yang diberikan kepada
Pokmaslawisma Bagek Kembar.
5. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di
Kabupaten Bangka Tengah
Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di Kabupaten Bangka
Tengah berupa Landmark, MCK, dan Perahu Wisata yang diberikan kepada
Kelompok HKM Gempa 01.
6. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di
Kabupaten Natuna Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari
di Kabupaten Natuna berupa Landmark, Pondok Informasi, Alat Snorkling,
dan Kano yang diberikan kepada Pokdarwis Batu Kasah.
7. Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata Bahari di
Kabupaten Karawang Bantuan Pemerintah Sarana/Prasarana Wisata
Bahari di Kabupaten Natuna berupa Pondok Informasi dan Papan Informasi
yang diberikan kepada Pokmaswas Kreasi Alam Bahari.

GAMBAR 2.8. BANTUAN PEMERINTAH SARANA/PRASARANA WISATA BAHARI


TAHUN 2018 DI KAB. NATUNA

GAMBAR 2.9. BANTUAN PEMERINTAH SARANA/PRASARANA WISATA BAHARI


TAHUN 2018 DI KAB. PEKALONGAN

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 29
GAMBAR 2.10 BANTUAN PEMERINTAH SARANA/PRASARANA WISATA BAHARI
TAHUN 2018 DI KAB. BANGKA TENGAH

GAMBAR 2.11. BANTUAN PEMERINTAH SARANA/PRASARANA WISATA BAHARI


TAHUN 2018 DI KAB. LOMBOK TIMUR

e. Bantuan Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi


Salah satu usaha untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan dan
perikanan pada tahun 2018 dilaksanakan dengan mendorong keterlibatan aktif
masyarakat khususnya sebagai penggerak konservasi. KKP memprakarsai
pembentukan kelompok masyarakat
Pada tahun 2018, bantuan KOMPAK penggerak konservasi yang disingkat
telah disalurkan kepada 56 kelompok KOMPAK. Untuk mendukung aktivitas
di 10 kawasan konservasi nasional KOMPAK, KKP memberikan bantuan
yaitu TWP Anambas, TWP Pieh, TWP sarana pendukung KOMPAK yang terdiri
Kaposong, TWP Padaido, SAP Aru
dari perahu dan mesin, alat selam, alat
Tenggara, SAP Waigeo, SAP Waigeo
pemantau, pondok informasi, pondok
Sebelah Barat, SAP Raja Ampat, TWP
Laut Banda dan TNP Laut Sawu informasi, pondok wisata, kios portable,
bak penangkaran, genset, papan informasi
dan sarana kebersihan. Bantuan KOMPAK bertujuan untuk mengembangkan
partisipasi dan kapasitas masyarakat serta meningkatkan manfaat konservasi
melalui stimulasi bantuan sarana prasarana konservasi agar dapat mendukung
tujuan pengelolaan konservasi.

30 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


GAMBAR 2.12. BANTUAN KOMPAK (RUMAH APUNG) KELOMPOK KONSERVASI KERANG KIMA
BATU BEDIL DAN PONDOK INFORMASI KELOMPOK KONSERVASI PENYU DI SUKABUMI

Pada tahun 2018, KKP telah menyalurkan 56 paket bantuan KOMPAK yang
dilaksanakan oleh 8 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Pengelolaan Ruang Laut
yaitu LPSPL Serang, BPSPL Padang, BPSPL Makasar, LPSPL Sorong, BPSPL
Denpasar, LKKPN Pekanbaru, BKKPN Kupang, dan BPSPL Pontianak dengan
rincian sebagai berikut :

TABEL 2.8. REKAP PENYALURAN BANTUAN KOMPAK TAHUN 2018

NO KEWENANGAN UPT NAMA KELOMPOK PENERIMA BANTUAN KOMPAK


Kelompok Masyarakat Konservasi Kima Batu Bedil,
1
Kab. Belitung, Bangka Belitung
Kelompok Komunitas Pecinta Alam Konservasi Penyu,
2
Kab. Muko-Muko, Bengkulu
3 Kelompok Masyarakat Alun Utara, Kab. Bengkulu Tengah, Bengkulu
1 LPSPL Serang
4 Kelompok Laskar Diving Club (LDK), Kab. Kaur, Bengkulu
5 Kelompok Paniis Lestari, Kab. Pandeglang, Banten
6 Kelompok Konservasi Penyu Kab. Sukabumi, Jawa Barat
7 Kelompok Konservasi Batu Hiu Kab. Pangandaran, Jawa Barat
8 Pokmaswas Sebong pereh, Kab. Bintan, Kepulauan Riau
9 Kelompok Masyarakat Kuda Laut Kab. Mentawai, Sumatera Barat
10 Kelompok Masyarakat Mutiara Mapur, Kab. Bintan, Kepulauan Riau,
Pengelola Kawasan Konservasi Penyu Aroen Meubanja,
11
Kab. Aceh Jaya, Aceh

2 BPSPL Padang Pengelola Kawasan Konservasi Penyu Lampuuk,


12
Kab. Aceh Besar, Aceh
Kelompok Konservasi Pantai Pasar Sorkam-Binasi, Kab.
13
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
Laskar Pemuda Peduli Lingkungan Ampiang Parak, Pesisir Selatan,
14
Sumatera Barat
Badan Pengelola DPL Teripang Kualo Gadang, Kab. Tapanuli Tengah,
15
Sumatera Utara

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 31
NO KEWENANGAN UPT NAMA KELOMPOK PENERIMA BANTUAN KOMPAK
16 Kelompok Penyu Lestari, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
17 Kelompok Nelayan Hidup Bersama, Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
18 Kelompok Baju Bangkit, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara
19 Kelompok Pelestari Penyu Toloun, Kab. Minahasa, Sulawesi Utara
3 BPSPL Makassar
20 Kelompok Baronang, Kab. Bone Bolango, Gorontalo
21 Kelompok Sinar Bahari, Kab. Toli-Toli, Sulawesi Tengah
22 Kelompok Pemerhati Konservasi Kab. Morowali, Sulawesi Tengah
23 Kelompok Bone Pute, Kab. Selayar, Sulawesi Selatan
Kelompok Konservasi Perikanan Desa Matakus, Kab. Maluku
24
Tenggara Barat, Maluku
Kelompok Konservasi Penangkaran Penyu Orimafala, Kota Ternate,
25
Maluku Utara
Kelompok Pelestari Terumbu Karang Tugulufa, Kota Tidore,
26
Maluku Utara

4 LPSPL Sorong 27 Pokmaswas Kampung Kayu Pulo “Hena Teje”, Kota Jayapura, Papua
28 Pokmaswas Konservasi Desa Saoka, Kota Sorong, Papua Barat
Pokmaswas Konservasi Kampung Wau Taman Pesisir Jen Womom,
29
Kab. Tambrauw, Papua Barat
30 Pokmaswas Perikanan Sorpeha, Kab. Fak-Fak, Papua Barat
POKMASWAS KKPD Selat Dampier Sektor Senapan, Raja Ampat,
31
Papua Barat
32 Kurma Asih, Kab. Jembrana, Bali
33 Kuda Laut, Kab. Probolinggo, Jawa Timur
5 BPSPL Denpasar
34 Sumbawa Grow Up, Kab. Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
35 Sahabat Penyu Loang, Kab. Lembata, Nusa Tenggara Timur
Kelompok Masyarakat Konservasi Desa Landak,
36
Kepualuan Anambas, Kepulauan Riau
Kelompok Anambas Snorkling Community (ASC), Kab. Anambas,
37
Kepulauan Riau
6 LKKPN Pekanbaru
38 Kelompok Tabuik Diving Club, Kota Pariaman, Sumatera Barat
39 Pavona Dive, Anambas, Kepulauan Riau
Tujuh Bersaudara Pesona Anamb as Dive (TBPA DIVE), Anambas,
40
Kepuauan Riau

32 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


NO KEWENANGAN UPT NAMA KELOMPOK PENERIMA BANTUAN KOMPAK
Kelompok Penggerak Konservasi Pulau Rasi, Kab. Biak Numfor,
41
Papua
Kelompok Penggerak Konservasi “Biak Padaido Divers”,
42
Kab. Biak Numfor, Papua
Kelompok Samudra Biru, Kab. Sumba Barat Daya,
43
Nusa Tenggara Timur
Kelompok Masyarakat Kapoposang Sejahtera, Kab. Pangkep,
44
Nusa Tenggara Barat

7 BKKPN Kupang Kelompok Nelayan Meno Bahari I, Kab. Lombok Utara,


45
Nusa Tenggara Barat
Kelompok Nelayan Meno Bahari II, Kab. Lombok Utara,
46
Nusa Tenggara Barat
47 Kelompok Banda Lestari, Kab. Maluku Tengah, Maluku
48 Kelompok Kreatif Anak Banda, Kab. Maluku Tengah, Maluku
Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPS-TK),
49
Raja Ampat, Papua Barat
50 Exotic Raja Ampat Organizer, Raja Ampa, Papua Barat
51 KUB Talisayan Lestari 04, Kab. Berau, Kalimantan Timur
Pokmaswas Karang Indah Lestari, Kab. Tanah Bumbu,
52
Kalimantan Selatan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bina Lestari, Kubu Raya,
53
Kalimantan Barat
8 BPSPL Pontianak 54 Karang Taruna Batu Bejulang, Kab. Sambas, Kalimantan Barat
Karang Taruna Batu Bejulang
Kelompok Masyarakat Pemeliharaan dan Pengawasan Biota Laut
55
Kima dan lain-lain, Kab. Bengkayang, Kalimantan Barat
Perkumpulan Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri,
56
Kab. Singkawang, Kalimantan Barat

f. Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove dan Tracking Mangrove


Pembangunan Pusat Restorasi Pembelajaran Mangrove dan Pesisir (PRPM)
bertujuan untuk membangun pusat restorasi dan pembelajaran mangrove
yang bertujuan menjaga kelestarian hutan mangrove. Pembangunan tersebut
dilaksanakan di daerah yang rawan abrasi pantai dan daerah yang berpotensi
tsunami karena mangrove juga berfungsi sebagai green belt atau sabuk hijau
yang mampu menahan gelombang tsunami. PRPM akan berfungsi sebagai lokasi
pemulihan ekosistem mangrove yang dikembangkan menjadi sarana edukasi,
penelitian, dan wisata melalui pembangunan sarana/prasarana pendukung
lainnya, seperti tracking mangrove, gardu pandang, pusat bibit, gazebo pondok

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 33
wisata. Pada tahun 2018 KKP telah membangun PRPM di 2 lokasi yaitu Gorontalo
Utara dan Kota Bitung dan Pembangunan Tracking Mangrove di 2 lokasi yaitu
Kabupaten Lombok Barat, dan Kota Makassar sebagaima Gambar berikut :
GAMBAR 2.13 PRPEP KAB. GORONTALO UTARA

GAMBAR 2.14. PRPEP KOTA BITUNG

GAMBAR 2.15. TRACKING MANGROVE LOMBOK BARAT

34 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


g. Gerakan Cinta Laut
Gerakan Cinta Laut atau yang disingkat dengan Gita Laut ini merupakan
bagian dari strategi Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengelolaan Sampah Plastik
di Laut. Gita Laut ini bertujuan untuk
“GITA LAUT bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengembangkan rasa memiliki dan dalam pengendalian sampah plastik yang
meningkatkan kepedulian generasi
masuk ke laut dan mengenalkan upaya-
muda, masyarakat, wanita pesisir, dan
upaya penanggulangan dan pengendalian
aparat untuk menjaga kelestarian laut
serta menumbuhkan kecintaan pada sampah plastik yang dapat diadopsi oleh
budaya bahari sebagai jati diri bangsa masyarakat. Adapun sasaran dari kegiatan
maritim”. ini adalah terwujudnya pesisir yang bersih
dan lestari, terwujudnya masyarakat pesisir
yang peduli lingkungan, dan timbulnya rasa memiliki dan kepedulian generasi
muda, masyarakat, dan aparat untuk menjaga laut. Target yang ditetapkan
pada tahun 2018 sebanyak 8 lokasi yaitu Makassar Sulsel, Muara Baru Jakarta,
Padang Galak Bali, Labuan Bajo NTB, Pantai Kuta Bali, Paloh Sambas Kalbar,
Manado Sulut, dan Raja Ampat Papua Barat, serta Pelaksanaan Pelatihan
Pengolahan Produk Ekosistem Pesisir dilaksanakan di Kota Kupang dan Kota
Bitung. Kegiatan pendukung capaian kinerja Gerakan Cinta Laut pada Tahun
2018 adalah :
1. GBPL di Pantai Aeng Batu-batu, tanggal 6 Februari 2018 dalam rangka Dies
Natalis Ke-50 Tahun Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, dengan
jumlah peserta sekitar 100 orang dengan total sampah yang dihasilkan 30
trash bag besar dengan berat 163,6 kg.
2. GBPL di PPSNZ Muara Baru Jakarta, tanggal 23 Maret 2018 bekerjasama
dengan Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia dalam rangka World
Water Day (WWD), dihadiri sekitar 400 orang peserta. Sekaligus melakukan
penanaman mangrove disumbangkan sekitar 550 batang bibit mangrove.
3. GBPL di Pantai Padang Galak – Sanur, Bali, tanggal 15 September 2018
bekerjasama dengan Ocean Conservancy dalam rangka International
Coastal Cleanup (ICC), dihadiri oleh 1.287 relawan dan menghasilkan 841,53
kg.
4. Pelaksanaan GBPL di Labuan Bajo pada tanggal 10 Oktober 2018,
bersamaan dengan serah terima bantuan ekonomi produktif berupa
perahu pengangkut sampah yang diserahkan dalam mendukung rencana
pengembangan Destinasi Wisata dan Annual Meeting IMF-WB di Labuan
Bajo.
5. Pelaksanaan GBPL di Pantai Kuta, Bali pada tanggal 28 Oktober 2018
yang merupakan pre-event OOC 2018. Bekerjasama dengan Center for
Southeast Asian Studies (CSEAS).
6. Pelaksanaan Jambore Pesisir di Paloh – Sambas, Kalbar, pada tanggal 5
– 7 Oktober 2018. Jambore Pemuda Pesisir 3 Negara yang menghadirkan
pramuka dari Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 35
7. Pelaksanaan Pelatihan Pengolahan Produk Ekosistem Pesisir dilaksanakan
di Kota Kupang tanggal 11 Oktober 2018.
8. Pelaksanaan Pelatihan Pengolahan Produk Ekosistem Pesisir dilaksanakan
di Kota Bitung tanggal 15 Oktober 2018.
9. Pelaksanaan GBPL di Manado dilaksanakan tanggal 12 Desember 2018.
10. Pelaksanaan GBPL Raja Ampat dilaksanakan tanggal 6 Desember 2018.

GAMBAR 2.16. PELAKSANAAN GITA LAUT TAHUN 2018

h. Pembangunan dan Rehabilitasi TPI Higenis


Pembangunan dan Rehabilitasi TPI higenis
“Pada tahun 2018, KKP telah
dilakukan melalui perbaikan lantai, penambahan
melakukan pembangunan dan
rehabilitasi Tempat Pemasaran selasar, penambahan dinding TPI serta fasilitas
Ikan (TPI) Higienis di 11 Pelabuhan penunjang lainnya dan pengadaan ice flake
Perikanan Unit Pelaksana Teknis machine. Disamping itu, melalui pembangunan
Daerah (UPTD) yang tersebar di 10 dan rehabilitasi TPI higenis dapat mendorong
Provinsi dan 11 Kab/Kota”. nelayan dan stakeholder perikanan untuk
menerapkan sistem jaminan mutu dalam
penanganan hasil perikanan sejak dari proses penangkapan, penanganan diatas
kapal, pembongkaran dan sampai pemasaran ikan. Melalui pembangunan
dan rehabilitasi TPI higenis diharapkan dapat mengurangi tingkat losses ikan,
meningkatnya mutu serta harga jual ikan. Hal ini juga dapat mendorong produk
hasil perikanan Indonesia mempunyai daya saing yang kuat dipasar internasional.

GAMBAR 2.17. PETA SEBARAN TPI HIGIENIS TAHUN 2018

36 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


i. Pembangunan TPI Perairan Darat
Pengelolaan perikanan di perairan
“Pada tahun 2018, KKP telah melakukan darat, dilakukan melalui pengelolaan
pembangunan TPI Perairan Darat di 4 lokasi
kegiatan penangkapan, pengelolaan
yaitu: TPI Perairan Darat Sungai Mahakam,
hasil tangkapan, serta pengelolaan
Kutai Kartanegara-Kalimantan Timur; TPI
lingkungan. Keberadaan TPI di
Perairan Darat Sungai Barito, Barito Selatan-
Kalimantan Tengah; TPI Perairan Darat perairan darat dalam pengelolaan
Sungai Batanghari, Muaro Jambi-Jambi; TPI sebagai pusat kegiatan penangkapan
Perairan Darat Sungai Musi di Jakabaring, ikan yang diarahkan untuk mengatur
Palembang-Sumatera Selatan.” dan/atau mencatat upaya dan hasil
penangkapan ikan di kawasan
produksi perikanan tempat TPI tersebut berada.
Hasil pembangunan TPI Perairan Darat di masing-masing lokasi selanjutnya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah melalui mekanisme bantuan pemerintah
yang kemudian digunakan oleh sebagai sarana pendukung dalam rangka
optimalisasi pengelolaan perikanan perairan darat.

GAMBAR 2.18 PETA LOKASI PEMBANGUNAN TPI PERAIRAN DARAT

j. Pelaksanaan Our Ocean Conference (OOC)


Our Ocean Conference (OOC) dilaksanakan
pada tanggal 29-30 Oktober 2018 di Nusa “Pada tahun 2018, KKP
telah melaksanakan OOC
Dua, Bali, dan dihadiri oleh sejumlah negara
di Bali, dan menghasilkan
dengan menyusung tema “Our Ocean,
305 komitmen yang setara
Our Legacy”. Penyelenggaran OOC telah dengan USD 10,7 miliar
menghasilkan komitmen untuk menjawab dan luasan Kawasan
tantangan pengelolaan lautan. Sejumlah konservasi perairan seluas
negara menyampaikan komitmennya dalam 14 juta km2.”
penyelamatan lingkungan selama OOC 2018.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 37
Para pihak peserta OOC seperti pemerintah, organisasi nonpemerintah,
akademisi, dan pelaku bisnis membicarakan berbagai inisiatif dan komitmen
dalam pengelolaan dan perlindungan laut dunia yang berkelanjutan.
Pada tahun 2018, pelak-
KOMITMEN PADA OOC 2018 sanaan OOC telah meng-
hasilkan 305 komitmen
Kawasan Konservasi Laut 62 Komitmen
dan dijabarkan dalam 6
305 komitmen
USD 10,7 miliar Polusi Laut 63 Komitmen (enam) bidang yaitu Ka-
wasan konservasi laut,
14 juta km2 Perikanan Berkelanjutan 48 Komitmen
Kawasan Konservasi polusi laut, perikanan
Perairan
Perubahan Iklim 39 Komitmen berkelanjutan, peruba-
han iklim, keamanan ma­
Keamanan Maritim 45 Komitmen
ritim dan ekonomi biru
Ekonomi Biru Berkelanjutan 48 Komitmen
berkelanjutan.
Komitmen tersebut
diharapkan dapat dijabarkan dalam aksi dan solusi yang inovatif, terpadu
serta komprehensif, dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti secara konkret
melalui peningkatan kolaborasi dan kemitraan di antara berbagai pemangku
kepentingan laut dunia.
Komitmen negara-negara diperlukan ketika kondisi lautan dunia semakin
memprihatinkan, seperti makin menyusutnya total populasi ikan karena
overfishing, rusaknya ekosistem laut dan terumbu karang karena dampak
perubahan iklim, sampai masalah sampah plastik yang membanjiri samudera
dunia. OOC telah dilaksanakan sejak 2014 sebanyak 5 kali, di antaranya 2 kali di
Washington DC, Cile, Malta, dan terakhir di Indonesia. OCC 2018 dihadiri enam
kepala negara, 1.900 perwakilan dari 70 negara, 36 pejabat setingkat menteri,
38 organisasi internasional, serta 290 NGO dan sektor privat.
Selama lima kali di-
adakan, konferen-
si tahunan itu telah
menghasilkan 950
komitmen di bidang
kelautan dan kemar-
itiman, di antaranya
31 komitmen pada
2014, 73 komitmen
pada 2015, 126
komitmen pada 2016,
433 komitmen pada
2017, dan terakhir 287
komitmen dari konferensi tahun ini.

38 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


3. PELAKSANAAN PILAR KESEJAHTERAAN

a. Bantuan Nelayan
Dalam rangka pelaksanaan pilar kesejahteraan, KKP melaksanakan kegiatan
pemberian Bantuan Sarana Penangkapan Ikan (BSPI) yang diberikan dalam
bentuk barang yang terdiri dari kapal penangkap ikan dan alat penangkapan
ikan. BSPI diharapkan dapat dimanfaatkan oleh penerima bantuan untuk
meningkatkan produktivitas penangkapan dan mutu hasil tangkapan, sehingga
hal tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan. Tujuan
yang akan dicapai adalah: (1) sebagai stimulan untuk meningkatkan kapasitas
usaha nelayan, (2) meningkatkan jumlah kapal perikanan yang berkualitas
dan bersertifikat, (3) meningkatkan produktivitas usaha penangkapan ikan, (4)
meningkatkan mutu hasil tangkapan, dan (5) meningkatkan pendapatan nelayan.

GAMBAR 2.19. SEBARAN PENERIMA BANTUAN KAPAL PERIKANAN TAHUN 2018

SEBARAN PENERIMA BANTUAN KAPAL PERIKANAN


Sulteng:
Sumut: Kaltim: Sulut: a. 3 kab/kota Sultra: Sulbar: Gorontalo:
a. 3 kab/kota a. 2 kab/kota a. 2 kab/kota b. 3 koperasi a. 11 kab/kota a. 1 kab/kota a. 2 kab/kota
b. 6 koperasi b. 2 koperasi b. 2 koperasi c. 49 unit kapal b. 25 koperasi b. 1 koperasi b. 3 koperasi
c. 19 unit kapal c. 8 unit kapal c. 4 unit kapal c. 108 unit c. 4 unit kapal c. 10 unit kapal
kapal
Kepri: Malut:
a. 1 kab/kota
b. 1 koperasi
104 Koperasi a. 2 kab/kota
b. 3 koperasi
c. 5 unit kapal 562 Unit Kapal c. 17 unit kapal

Sumbar: Maluku:
a. 1 kab/kota a. 4 kab/kota
b. 1 koperasi b. 12 koperasi
c. 5 unit kapal c. 45 unit kapal

Jambi: Jatim:
a. 2 kab/kota a. 2 kab/kota
b. 2 koperasi b. 3 koperasi
c. 40 unit kapal c. 22 unit kapal

Bengkulu:
a. 3 kab/kota 19 Provinsi Jateng:
a. 1 kab/kota
b. 3 koperasi
c. 16 unit kapal
51 Kabupaten/Kota b. 1 koperasi
c. 7 unit kapal
Sumsel: Jakarta: NTB: Jabar:
a. 1 kab/kota a. 1 kab/kota a. 5 kab/kota a. 4 kab/kota
b. 1 koperasi b. 1 koperasi b. 8 koperasi b. 26 koperasi
c. 10 unit kapal c. 3 unit kapal c. 15 unit kapal c. 175 unit
kapal

“Pada tahun 2018, KKP Spesifikasi teknis bantuan sarana penangkapan


melaksanakan bantuan kapal ikan dibuat dengan memperhatikan karakteristik
perikanan sebanyak 562 unit seluruh wilayah perairan Indonesia dan kearifan
kapal kepada 104 koperasi, lokal, keterlibatan calon penerima dalam
terdiri dari kapal <5 GT pengawasan kegiatan (persiapan, pelaksanaan,
sebanyak 558 unit dan 4 unit dan sebelum serah terima), dan ditentukan
kapal ukuran 5 GT yang tersebar langsung oleh calon penerima. Selain itu dilakukan
di 19 provinsi dan 51 kab/kota”.
sosialisasi dan bimbingan teknis kepada calon

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 39
penerima terkait operasional dan manajemen bisnis yang juga melibatkan unsur
tokoh masyarakat dan agama. Target bantuan kapal perikanan tahun 2018
berjumlah 565 unit kapal yang terdiri dari kapal berukuran kurang dari 5 GT
(< 5 GT) dan berukuran 5 GT. Realisasi pengadaan kapal perikanan tahun 2018
sebanyak 562 unit kapal disebabkan terdapat 1 paket pengadaan kapal (ukuran
5 GT: 3 unit) mengalami 2 kali gagal lelang dan tidak dapat dilanjutkan prosesnya.

GAMBAR 2.20 BANTUAN KAPAL PENANGKAP IKAN TAHUN 2018

TABEL 2.9. GRAFIK BANTUAN KAPAL PENANGKAP IKAN TAHUN 2015-2018

Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan nelayan sesuai dengan UU


7/2016, untuk pertama kalinya nelayan kecil mendapat program asuransi
dari Pemerintah, yakni sejak tahun 2016. Mengingat nelayan sangat dekat

40 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


ASURANSI NELAYAN dengan risiko yang sangat besar
ketika melaut. KKP sejak tahun
2016 sampai dengan 2018,
telah mengembangkan program
asuransi nelayan dan sudah
mengasuransikan 1.215.370
nelayan.
Bantuan premi asuransi nelayan
bagi nelayan dimaksudkan untuk
menjamin kegiatan nelayan dalam
usaha penangkapan ikan sehingga
nelayan menjadi terlindungi dalam
kegiatan usaha penangkapannya. Nilai manfaat bantuan premi asuransi bagi
nelayan terdiri dari santunan kecelakaan akibat melakukan aktivitas penangkapan
ikan dan santunan kecelakaan akibat melakukan aktivitas diluar penangkapan
ikan. Pada tahun 2018, KKP telah memberikan bantuan premi asuransi kepada
138.679 nelayan, dengan klaim yang telah dicairkan sebanyak Rp. 87,62 miliar
untuk 1.452 nelayan. Selain itu KKP juga mendorong nelayan untuk mengikuti
program perlindungan nelayan melalui asuransi nelayan secara mandiri, dan
pada tahun 2018 sebanyak 25.993 nelayan telah melaksanakan asuransi secara
mandiri, dengan besaran klaim yang telah dicairkan sebesar Rp. 2,2 miliar untuk
74 nelayan.

GAMBAR 2.21 PENYERAHAN BANTUAN PREMI ASURANSI NELAYAN TAHUN 2018

Selain itu, dalam rangka meningkatkan produktifitas nelayan


Pada tahun 2018, dalam usaha penangkapan ikan dan mengganti alat tangkap
KKP melaksanakan yang tidak ramah lingkungan yang berdampak pada
bantuan alat keberlanjutan sumber daya ikan dengan lingkungannya.
penangkapan ikan KKP juga memberikan bantuan alat tangkap yang ramah
ramah lingkungan lingkungan kepada para nelayan. Jenis bantuan API ramah
sebanyak 720 paket lingkungan ini disesuaikan dengan target penangkapan ikan
untuk 180 koperasi penerima bantuan. Ikan pelagis dengan gilllnet dan bubu
yang tersebar di 30 lipat ikan, udang atau kepiting menggunakan trammel net
provinsi dan 108 kab/
dan bubu rajungan, sedangkan ikan dasar menggunakan
kota.
rawai dasar, rawai hanyut atau handline.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 41
GAMBAR 2.22 SEBARAN PENERIMA BANTUAN ALAT PENANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN
TAHUN 2018

SEBARAN PENERIMA BANTUAN ALAT PENANGKAPAN IKAN

• 559 gillnet
• 153 unit pancing
• 8 unit bubu

Pada tahun 2018, KKP telah menyalurkan 720 paket alat tangkap yang terdiri dari
559 gillnet, 153 unit pancing dan 8 unit bubu. Bantuan alih alat penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan merupakan wujud nyata usaha pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan nelayan dan membangun usaha perikanan yang
berkelanjutan. Bantuan ini diharapkan dapat dioptimalkan oleh nelayan untuk
menangkap ikan yang semakin berlimpah karena kebijakan dan tindakan nyata
KKP dalam memberantas IUU fishing. Jika dihitung sejak 2015, total bantuan
API ramah lingkungan saat ini mencapai 14.594 paket.

GAMBAR 2.23 REKAPITULASI BANTUAN ALAT PENANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN


TAHUN 2015-2018

42 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Fasilitasi Sertipikasi Hak Atas Tanah Nelayan
Fasilitasi Sertipikasi Hak Atas Tanah Nelayan merupakan program kerjasama
Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/ BPN yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Program ini
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan nelayan dan usaha
penangkapan ikan melalui fasilitasi dan pendampingan kegiatan sertipikasi hak
atas tanah. Tujuan sertipikasi hak atas tanah nelayan adalah untuk memberikan
kekuatan hukum atas kepemilikan hak atas tanah; memfasilitasi penyediaan
aset yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha;
dan meningkatkan kepastian dan keberlangsungan usaha. Pada tahun 2018,
KKP telah memfasilitasi Sertipikasi Hak Atas Tanah Nelayan sebanyak 12.149
bidang dan sertpikat Hak Atas Tanah Nelayan yang telah terbit sebanyak 14.447
bidang tanah nelayan menjadi sertipikat.

TABEL 2.10 FASILITASI SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH NELAYAN TAHUN 2018
IDENTIFIKASI 2018 REALISASI 2018
NO PROVINSI
TARGET REALISASI % TARGET REALISASI %
1 Aceh 1,000 592 59.20% 1,500 724 48.27%
2 Sumbar 300 312 104.00% 500 392 78.40%
3 Bengkuliu 400 100 25.00% 500 - 0.00%
4 Riau 400 138 34.50% 500 941 188.20%
5 Kep. Babel 300 455 151.67% 500 182 36.40%
6 Lampung 400 421 105.25% 500 863 172.60%
7 Jabar 700 900 128.57% 1,500 2,347 156.47%
8 Banten 300 176 58.67% 500 617 123.40%
9 Jateng 900 689 76.56% 1,500 2,896 193.07%
10 Jatim 1,600 1,640 102.50% 1,500 1,894 126.27%
11 NTB 1,000 602 60.20% 2,000 - 0.00%
12 NTT 700 723 103.29% 1,500 - 0.00%
13 Kalteng 700 301 43.00% - -
14 Kalsel 400 318 79.50% 500 303 60.60%
15 Sulsel 1,300 889 68.38% 2,500 1,052 42.08%
16 Kaltara - 591 - -
17 Sultra 800 624 78.00% 1,500 1,413 94.20%
18 Sulteng 1,000 617 61.70% 1,500 - 0.00%
19 Sulbar 500 349 69.80% - 138
20 Sulut 600 235 39.17% - 131
21 Gorontalo 300 356 118.67% 500 - 0.00%
22 Malut 400 418 104.50% - -
23 Maluku 400 486 121.50% 500 - 0.00%
24 Papua 600 217 36.17% - -
25 Kalbar - - 500 329 65.80%
26 Sumut - - - 225
JUMLAH 15,000 12,149 80.99% 20,000 14,447 72.24%

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 43
Selama tahun 2018, guna mewujudkan percepatan legalisasi aset/tanah yang
juga merupakan fokus dari arah pembangunan nasional di bidang pertanahan
telah dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu: 1) Penyusunan bersama lintas
sektor Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia dengan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri; Deputi Bidang Pembiayaan, Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah; Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian; Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
tanggal 5 April 2018, tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi
daya ikan. 2) Penyusunan Kelompok Kerja Fasilitasi SeHAT Nelayan Tingkat
Pusat melalui SK. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor. 62/
KEP-DJPT/2018 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Fasilitasi Sertipikasi Hak
Atas Tanah Nelayan Tingkat Pusat Tahun 2018, dan 3). Pelaksanaan Kegiatan
Temu Teknis Penyiapan Calon Peserta Calon Lokasi (CPCL) SeHAT Nelayan
Tahun 2019.
Bantuan Mesin Tanpa Kapal
Selain bantuan kapal perikanan beserta mesin, bantuan mesin tanpa kapal
merupakan salah satu bagian dari program bantuan sarana penangkapan ikan
yang digulirkan pada tahun 2018 dengan target calon penerima adalah koperasi/
KUB yang melakukan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan dan berasal dari
kelompok masyarakat, kelompok masyarakat hukum adat, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga pendidikan, dan lembaga keagamaan, yang dibentuk
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan hasil
identifikasi kebutuhan masyarakat terhadap mesin kapal perikanan, ditetapkan
tiga jenis bantuan mesin kapal perikanan yaitu mesin stasioner, mesin ketinting,
dan mesin tempel (outboard).

GAMBAR 2.24 PENDISTRIBUSIAN BANTUAN MESIN TANPA KAPAL TAHUN 2018

44 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Sampai dengan 31 Desember 2018 telah dilaksanakan pengadaan 36 unit
mesin kapal perikanan yang tersalurkan sebanyak 20 unit di Kabupaten Natuna,
Kepulauan Riau dan sebanyak 16 unit di Kabupaten Kaur Bengkulu.
b. Bantuan Pembudidaya Ikan
KKP terus berupaya mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya
melalui pemenuhan komponen produksi secara mandiri. Pada tahun 2018
KKP telah menyalurkan bantuan untuk pembudidaya ikan skala kecil antar lain:
bantuan benih dan calon induk, bantuan minapadi, pakan mandiri, escavator,
dengan penjelasan sebagai berikut :
Bantuan Benih dan Calon Induk
Tujuan dari bantuan ini adalah memperkaya ragam jenis/varietas ikan hasil
budidaya, yang selanjutnya akan dilepas ke masyarakat dan stakeholder terkait.
Bantuan benih didistribusikan oleh 14 UPT lingkup Ditjen Perikanan Budidaya.
Bantuan benih yang diberikan terdiri dari benih ikan air tawar, air payau dan laut
dengan jumlah sebesar 198,06 juta ton dengan rincian sebagai berikut :
1. Benih Bermutu Ikan Air Tawar yang didistribusikan ke masyarakat 42,49 juta
ekor.
2. Benih Bermutu Ikan Air Payau yang didistribusikan ke masyarakat 146,94
juta ekor.
3. Benih Bermutu Ikan Air Laut yang didistribusikan ke masyarakat 8,63 juta
ekor.

GAMBAR 2.25. PENYERAHAN BANTUAN BENIH DI KABUPATEN MUARO JAMBI, PROVINSI JAMBI

GAMBAR 2.26 PENYERAHAN BANTUAN BENIH DI KOTA JAMBI, PROVINSI JAMBI

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 45
Budidaya Sistem Minapadi
Budidaya ikan sistem minapadi adalah budidaya ikan dan padi dalam satu
hamparan sawah. Minapadi dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah
karena selain tidak mengurangi hasil padi, juga dapat menghasilkan ikan/
udang. Budidaya minapadi dilakukan masyarakat sejak lama walaupun masih
menggunakan teknologi sangat sederhana hanya terbatas pada kegiatan
tahapan pendederan. Guna mendukung percontohan budidaya ikan sistem
minapadi maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya membuat kegiatan
budidaya ikan sistem minapadi. Usaha ini dapat meningkatkan pendapatan
petani karena dapat mencegah alih fungsi lahan sawah dan urbanisasi.
Total luas lahan Minapadi sampai dengan tahun 2018 sebesar 163.341 hektar
meningkat 14,93% dari total luas lahan Minapadi pada tahun 2014 sebesar
142.122 Hektar.Dampak positif Minapadi telah dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat petani. Hal tersebut terlihat dari tingginya persentase replikasi
penerapan teknologi minapadi di masyarakat. Kegiatan minapadi juga secara
tidak langsung telah berhasil menumbuhkan usaha lain terutama pembenihan.
Selain itu, program Minapadi Indonesia telah diakui oleh FAO untuk menjadi
percontohan Minapadi di Kawasan Asia Pasifik.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan budidaya ikan
sistem minapadi, maka kegiatan ini melibatkan kelompok pembudidaya ikan
atau gabungan kelompok tani (Pokdakan/Gapoktan). Proses ini dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan pelaporan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau kelompok pembudidaya ikan.
Pada tahun 2018, KKP telah melaksanakan Bantuan sarana Minapadi sebanyak
285 paket dan telah disalurkan kepada Kelompok Masyarakat. Total bantuan
sarana minapadi yang sudah disalurkan sejak tahun 2015 adalah 604 paket,
dengan rincian sebagaimana tabel berikut.

TABEL 2.11. SEBARAN BANTUAN SARANA MINAPADI TAHUN 2018

SATUAN
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA VOLUME PENERIMA BANTUAN
VOLUME
1 Bali Tabanan 5 Ha Tajen Lestari
2 Bali Tabanan 5 Ha Mina Gunung Jati
3 Jambi Bungo 1 Ha Poktan Lebak Panjang
4 Jambi Dharmasraya 9 Ha Poktan P3A Harapan
5 Jambi Tebo 11 Ha Poktan Telogo Putri
6 Jambi Tebo 8 Ha Poktan Sialang Jaya
7 Jawa Barat Pangandaran 20 Ha Bakti Mulya Bojong
8 Jawa Barat Sukabumi 20 Ha Kita Tani
9 Jawa Barat Sukabumi 10 Ha Harapan Maju

46 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


SATUAN
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA VOLUME PENERIMA BANTUAN
VOLUME
10 Jawa Barat Sukabumi 10 Ha Mina Sejahtera
11 Jawa Barat Tasikmalaya 5 Ha Mulyasari Arjasari
12 Jawa Barat Tasikmalaya 5 Ha Fajar Jayamukti
13 Jawa Barat Tasikmalaya 15 Ha Sari Mukti
14 Jawa Barat Tasikmalaya 15 Ha Bojong Petir
15 Jawa Barat Tasikmalaya 10 Ha Mina Wisma
16 Jawa Tengah Banyumas 5 Ha Prima Condong Tani
17 Jawa Tengah Banyumas 10 Ha Mina Lestari 1
18 Jawa Tengah Banyumas 5 Ha Mina Lestari 2
19 Jawa Tengah Banyumas 5 Ha Kamal Sari
20 Jawa Tengah Banyumas 5 Ha Lumintir
21 Jawa Tengah Banyumas 5 Ha Sumber Rejeki
22 Kalimantan Barat Kapuas Hulu 20 Ha Gapoktan Ketam Lima Bersatu
23 Kalimantan Timur Kota Samarinda 5 Ha Kelompok Tani Panca Unggul
24 Kalimantan Timur Kota Samarinda 5 Ha Kelompok Tani Tani Unggul
25 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 10 Ha Kelompok Tani Sumber Makmur
26 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 6 Ha Rindu Alam Agro
27 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 3 Ha Mina Soputan
28 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 13 Ha Sentrum
29 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 3 Ha Soputan Bawah
30 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 15 Ha Palalos
31 Sumatera Barat Agam 5 Ha Poktan Tamalayu
32 Sumatera Barat Kota Solok 7 Ha Poktan Sawah Solok
33 Sumatera Barat Kota Solok 10 Ha Poktan Pak Tikah
JUMLAH 285 HA

GAMBAR 2.27. BANTUAN SARANA MINAPADI KELOMPOK NGUDI REJEKI, JAWA TENGAH

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 47
Budidaya sistem bioflok
KKP telah memberikan Bantuan Budidaya sistem bioflok sejak tahun 2015, dan
telah mampu meningkatkan ketahanan pangan, memenuhi gizi protein santri,
meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, dan meningkatkan pendapatan
pesantren dan masyarakat. Selain itu, bantuan bioflok telah memberikan dampak
positif dalam peningkatan penerapan implementasi teknologi di masyarakat,
penumbuhan usaha perikanan berbasis bioflok secara swadaya, dan multiplier
effect pada penumbuhan usaha pendukung.
Pada tahun 2018, KKP telah menyalurkan Bantuan Budidaya Ikan Lele Sistem
Bioflok sebanyak 150 paket yang tersebar di 8 provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat.

TABEL 2.12. SEBARAN BANTUAN SARANA BUDIDAYA TEKNOLOGI BIOFLOK 2018


VOLUME
NO PROVINSI KAB/KOTA PENERIMA BANTUAN
(UNIT)
1 Aceh Aceh Tenggara 1 Ponpes Darul Jamil
2 Bali Badung 1 Seminari Roh Kudus
3 Bali Buleleng 1 Yayasan Nurul Iman Gondol
4 Bali Karangasem 1 Pokdakan Mina Karya Sejatera
5 Bali Karangasem 1 Pokdakan Mina Cita Taman Sari
6 Banten Lebak 1 Yayasan Al Marjan Mulabaru
7 Banten Pandeglang 1 Ponpes Modern Dar El Falah
8 Banten Tangerang 1 Pondok Modern Daarul Hikmah
9 D.I Yogyakarta Bantul 1 MBS Muhiba
10 D.I Yogyakarta Sleman 1 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Daarul ‘Ilmi
11 D.I Yogyakarta Sleman 1 Yayasan Bernardus Direktorat Sekolah Sanjaya
12 Gorontalo Bone Bolango 2 Ponpes Wahdah Islamiyah
13 Gorontalo Kota Gorontalo 2 Yayasan Al- Islah
14 Jambi Batanghari 1 SMA IT Ashh-Shiddiq
15 Jambi Kota Jambi 1 Ponpes Darussalam
Yayasan Pendidikan Islam Nur An-Nawawi
16 Jawa Barat Bandung Barat 1
Darussalam
17 Jawa Barat Bandung Barat 1 Yayasan Pendidikan dan Sosial Alfaiz
18 Jawa Barat Bandung Barat 1 Yayasan Al Fauziyah
19 Jawa Barat Bogor 2 Yayasan Islamic Center Wadi Mubarak
20 Jawa Barat Bogor 2 Ponpes Daarul Uluum
21 Jawa Barat Bogor 1 Ponpes Tahfidz Daarul Qur’an AL Jannah
22 Jawa Barat Ciamis 2 Yayasan Uswaatun Hasanah
23 Jawa Barat Cianjur 2 Al Ittihad Karang Tengah

48 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


VOLUME
NO PROVINSI KAB/KOTA PENERIMA BANTUAN
(UNIT)
24 Jawa Barat Cianjur 1 Ponpes Al Kautsar
25 Jawa Barat Cianjur 1 Darul Falah
26 Jawa Barat Cirebon 2 Yayasan Khas Kempek
27 Jawa Barat Cirebon 1 Ponpes Ashhidiqi Al Munawar
28 Jawa Barat Cirebon 2 Ponpes Bani Sanata
29 Jawa Barat Garut 1 Ponpes Fauzan
30 Jawa Barat Garut 1 Ponpes Al Furqon
31 Jawa Barat Indramayu 1 Ponpes Salafiyyah
32 Jawa Barat Karawang 2 Ponpes Al Qur’an Al Furqon
33 Jawa Barat Karawang 2 Ponpes Modern Nurussalam
34 Jawa Barat Kota Tasikmalaya 1 Yayasan Nurul Iman Encun Tamsur
35 Jawa Barat Kota Tasikmalaya 1 Yayasan Al Ihsan Riyadlus Shorfiyyah
36 Jawa Barat Sukabumi 1 Ponpes As Syadziliyah
37 Jawa Barat Sukabumi 1 Ponpes Al Muttaqien
38 Jawa Barat Sukabumi 2 Ponpes Al Masthuriyah
39 Jawa Barat Sumedang 2 Yayasan Pendidikan Al-Falah
40 Jawa Barat Sumedang 2 Yayasan Darul Hikmah
41 Jawa Barat Tasikmalaya 2 Ponpes At Tajdid
42 Jawa Barat Tasikmalaya 1 Yayasan KH. Akhmad Dimyati
43 Jawa Tengah Banjarnegara 1 Ponpes Modern Tahfidz Al Qur’an Andalusia
44 Jawa Tengah Banjarnegara 1 Berkah At Thoyyibah
45 Jawa Tengah Boyolali 1 Kelompok Budidaya Lele Ngudi Mukti
46 Jawa Tengah Cilacap 1 Ponpes Daarul Ulum Muhammadiyahh Majenang
47 Jawa Tengah Demak 1 Yayasan Muhammadiyahh Al Manaar
48 Jawa Tengah Jepara 1 Yayasan Jabal Nur
Ponpes Al Hikmah Arjomulyo (Yayasan Al Hikmah
49 Jawa Tengah Kebumen 2
Indonesia)
50 Jawa Tengah Kendal 1 Ponpes Al Miftah
51 Jawa Tengah Kota Salatiga 1 Pondok Pesantren Raden Paku
52 Jawa Tengah Kudus 1 Ponpes Raudlatul Mu’minin
53 Jawa Tengah Kudus 1 Ponpes Asyaidiyah
54 Jawa Tengah Kudus 1 Ponpes Nashrul Ummah
55 Jawa Tengah Magelang 1 Ponpes Al Mubarok
56 Jawa Tengah Pekalongan 1 Ponpes Al Fusha
57 Jawa Tengah Pemalang 1 Ponpes Al Islah
58 Jawa Tengah Rembang 1 Yayasan Aswirusani Al Husna Bangkit
59 Jawa Tengah Semarang 1 Ponpes Miftahul Huda

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 49
VOLUME
NO PROVINSI KAB/KOTA PENERIMA BANTUAN
(UNIT)
60 Jawa Tengah Sragen 1 Ponpes Baitul Qur’an
61 Jawa Tengah Sukoharjo 1 Ponpes Al Ukhuwah
62 Jawa Timur Banyuwangi 1 Ponpes Minhajut Thullabs
63 Jawa Timur Bojonegoro 1 Ponpes Nurul Huda
64 Jawa Timur Bojonegoro 1 Ademos
65 Jawa Timur Kediri 1 Panti Asuhan Yusda Rukun Santoso
66 Jawa Timur Kota Blitar 1 Ponpes Mamba’u Syafa’atil Qur’an
67 Jawa Timur Nganjuk 1 Ponpes Al Mubarokah
68 Jawa Timur Nganjuk 1 Ponpes Darul Hikam
69 Jawa Timur Pamekasan 1 Yayasan Al Dhuafa
70 Jawa Timur Ponorogo 1 Ponpes Al Iman Putri
71 Jawa Timur Situbondo 1 Ponpes Salafiya Syafi’yah Sukorejo
72 Jawa Timur Tuban 1 Ponpes Bahrul Huda
73 Jawa Timur Tulungagung 1 Ponpes Al Qur’ran Al Musthofa
74 Kalimantan Barat Kapuas Hulu 1 Yayasan Al Jihad
75 Kalimantan Barat Kapuas Hulu 1 Islamic Centre
76 Kalimantan Barat Kota Pontianak 1 Darul Faizin
77 Kalimantan Barat Kubu Raya 1 Yayasan Tri Bakti Al Mas’udiyah
78 Kalimantan Barat Melawi 1 Yayasan Syaikh Zainuddin NW
79 Kalimantan Barat Mempawah 1 Yayasan Babussalam Al Hasyimi
80 Kalimantan Barat Sambas 1 Yayasan Al Ikhlas Ponpes Naudlatul Ulum
81 Kalimantan Barat Sintang 1 Yayasan Agropolitan Nurul Ma’arif
Kalimantan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
82 Kota Banjarbaru 1
Selatan Lambung Mangkurat
Kalimantan
83 Tapin 1 Yayasan Pendidikan Islam Raudhhatul Jannah
Selatan
Kalimantan
84 Kapuas 1 Ponpes Al Amin
Tengah
85 Kalimantan Timur Kota Samarinda 1 Yayasan Perguruan Nadlatul Ulama (YPNU)
86 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 1 Ponpes Karya Pembangunan Ribatul Khail
87 Kalimantan Utara Malinau 1 Yayasan Pesantren Hidayatullah
Kep. Bangka
88 Bangka Tengah 1 Pesantren Bahru uda
Belitung
Kep. Bangka
89 Bangka Tengah 1 Pokdakan Anugerah Permai
Belitung
90 Papua Jayapura 3 Komba Jaya
91 Papua Jayapura 3 STIPER Santo Thomas Aquinas
92 Papua Merauke 3 Teratai Putih
93 Papua Merauke 3 PRIMKP Kartika Yalet

50 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


VOLUME
NO PROVINSI KAB/KOTA PENERIMA BANTUAN
(UNIT)
94 Papua Barat Kota Sorong 3 Sinagi
95 Papua Barat Kota Sorong 3 Nurul Yaqin Jaya
96 Papua Barat Manokwari 3 Maju Mapan
97 Papua Barat Manokwari 3 Meyahh Mandiri
98 Papua Barat Sorong Selatan 3 Tani Jaya
99 Riau Indragiri Hulu 1 Pesantren Khairul Ummah
100 Riau Siak 1 Pesantren Baiturrahman An Nizhhom
101 Sulawesi Selatan Maros 1 Sekolah Putri Darul Istiqomah
102 Sulawesi Selatan Tana Toraja 2 Kelompok Tani dan Usaha Rakyat Medan Ringkas
Kelompok Petani dan Usaha Rakyat Sipatuo
103 Sulawesi Selatan Tana Toraja 2
Rantela’bi
104 Sulawesi Selatan Wajo 1 Ponpes Daarul Mu’minin
Sulawesi
105 Kota Bau-Bau 2 Ponpes Al Amanah
Tenggara
106 Sumatera Barat Kota Pariaman 1 Ponpes Nurul Yaqin Istiqomah
107 Sumatera Selatan Kota Palembang 1 Ponpes Ar-Rahman
108 Sumatera Selatan Kota Palembang 1 Pokdakan Mus Sakti
109 Sumatera Selatan Kota Palembang 1 Pokdakan Tamiyang
110 Sumatera Selatan Kota Prabumulih 1 Ponpes Darusalam Sejahtera
111 Sumatera Selatan Kota Prabumulih 1 Pokdakan Toman
112 Sumatera Selatan Kota Prabumulih 1 Pokdakan Taufiq Islam
113 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1 Ponpes Al Himah
114 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1 Pokdakan Mandiri Sekayu
JUMLAH 150

GAMBAR 2.28. BANTUAN SARANA BUDIDAYA TEKNOLOGI BIOFLOK


DI PONPES AL-FURQON (SUMATERA SELATAN), POKDAKAN MAJU TERUS (KALIMANTAN BARAT)
DAN PONPES MIFTAHUL ULUM (INDRAMAYU)

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 51
Gerakan Pakan Mandiri
Gerakan pakan ikan mandiri (GERPARI) ditumbuhkan di masyarakat/ kelompok
pembuat pakan ikan mandiri melalui program yang dicanangkan oleh KKP mulai
Tahun 2015. Pokdakan/Kelompok pembuat pakan ikan mandiri diarahkan untuk
dapat memproduksi pakan buatan secara mandiri untuk dapat meningkatkan
margin keuntungan pembudidaya guna keberlanjutan usaha budidaya. Bahan
baku pakan ikan tentunya menjadi bahan-bahan yang sangat diperlukan untuk
dapat membuat pakan dan didorong untuk memanfaatkan potensi bahan baku
lokal yang ada di setiap daerah.
Dalam pengawalan kegiatan bantuan bahan baku pakan ikan, telah dilakukan
inventarisir lokasi-lokasi atau wilayah yang memiliki jumlah ketersediaan dan
potensi bahan baku itu sendiri. Setiap wilayah memiliki potensi jenis bahan baku
yang berbeda-beda. Selain pada potensi dan ketersediaan bahan baku lokal,
potensi perikanan budidaya yang mencakup pada sentra-sentra lokasi budidaya
juga saling dikaitkan dengan tujuan pemanfaatan program ini dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Sehingga ada dua hal penting yang menjadi tujuan dan
saling berkaitan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu identifikasi bahan baku
dan pemanfaatan bahan baku pakan.
Selain itu, KKP juga memberikan bantuan mesin penepung untuk mempermudah
pembudidaya atau pembuat pakan mandiri dalam memperoleh bahan baku
berupa tepung yang diolah sendiri dari bahan mentah seperti ikan kering, jagung
pipil dsb. Sedangkan pemberian bantuan untuk mesin pencetak pelet dengan
kapasitas 200 kg/jam. Bantuan berupa mesin pembuat pakan untuk Tahun 2018
adalah sama seperti tahun 2017 yaitu mesin penepung dan mesin pencetak
pelet.
Pada tahun 2018, Kelompok masyarakat yang menerima sarana dan prasarana
bahan baku pakan ikan sebanyak 250 kelompok dan jumlah bantuan mesin
pakan mandiri sebanyak 50 unit.
GAMBAR 2.29 BANTUAN PAKAN MANDIRI UNTUK PEMBUDIDAYA IKAN

Bantuan Alat Berat/Escavator


Penggunaan alat berat di perikanan budidaya difokuskan untuk mendukung
kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan. Prasarana seperti tambak/
kolam serta jaringan irigasi yang memadai sangat diperlukan. Dengan bantuan alat
berat maka kegiatan pembangunan, rehabilitasi, atau pemeliharaan prasarana
tersebut akan lebih mudah. Indikator keberhasilan pengadaan excavator adalah:
(1) terpeliharanya infrastruktur pendukung (saluran pengairan, tambak, kolam,
jalan produksi, dll) di suatu kawasan dalam rangka mendukung kegiatan di

52 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


bidang kelautan dan perikanan; serta (2) termanfaatkannya potensi daerah di
bidang kelautan dan perikanan. Selama tahun 2018, alat berat yang diserahkan
berjumlah 40 unit, terdiri dari 35 (tiga puluh lima) kelompok masyarakat dan
3 (tiga) UPT DJPB yang menerima manfaat prasarana dan sarana perikanan
budidaya tersebut. Rincian penerima bantuan alat berat (Excavator) Tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel.

TABEL 2.13. REKAPITULASI PENERIMA ALAT BERAT (EXCAVATOR) TAHUN 2018

JUMLAH
NO KAB/KOTA NAMA KELOMPOK
EXCAVATOR
1 Pidie 1 Pokdakan Raseuki Tambak
1 Pokdakan Alue Mangrove
2 Pidie Jaya
1 Pokdakan Usaha Perikanan Mandiri
3 Rokan Hulu 1 Kelompok Tani Mutiara Ds. Menaming
4 Ketapang 1 P2MKP Tirta Weuning
1 Poklina Mario Punala Farm
5 Kota Tarakan
1 Koperasi Produsen Nelayan Sumber Barokah
6 Barru 1 Pokdakan Mattiro Coppo
7 Mamuju Tengah 1 Pokdakan Cahaya Kabarang
8 Pohuwato 1 Poklina Mina Tani
9 Pangandaran 1 Pokdakan Cupu Tirta Ds. Batu Karas
10 Wajo 1 Koperasi Perikanan Bahari
11 Mamuju 1 Koperasi Perikanan Amanah Bersama
12 Pati 1 Pokdakan Windu Mas
13 Sambas 3 Koperasi Nelayan Paloh Jaya
14 Mamuju 1 Koperasi Mallolongan Siola-Ola
1 Koperasi Unit Desa Bukit Makmur
1 Koperasi Serba Usaha Andal’s
15 Parigi Moutong
1 Koperasi Unit Desa Ampera
1 Koperasi Petani Tambak Salsabila
16 Kota Palembang 1 Kelompok Budidaya Ikan Bintang
17 Bolaang Mongondow 1 KUD Permata
18 Gorontalo Utara 1 Kelompok Windu Star
19 Kendal 1 Poklina Banyu Panguripan
20 Bangka Barat 1 Koperasi Amanah Sukal Sejahtera
21 Pohuwato 1 Kelompok Nelayan Budidaya Karya Bersama
22 Halmahera Tengah 1 Koperasi Serba Usaha (KSU) Sumber Rejeki
23 Bombana 1 KSU Usaha Bersama Sejati
24 Buton Tengah 1 Kelompok Budidaya Watandabulawa
25 Kutai Barat 1 Kelompok Tani Masda Mulia
26 Pasaman 1 Pokdakan Danau Batuah
27 Kota Dumai 1
28 Banjar 1 Balai Pendidikan Pondok Darul Hijrah
TOTAL 35

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 53
TABEL 2.14. UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
PENERIMA ALAT BERAT (EXCAVATOR) TAHUN 2018

NO UPT DJPB JUMLAH EXCAVATOR

1 BLUPPB Karawang 1

2 BBPBAP Jepara 3

3 BPBAP Ujung Batee 1

TOTAL 5

GAMBAR 2.30 PEMANFAATAN ALAT BERAT (EXCAVATOR) TAHUN 2018 DI BLUUPPB KARAWANG

Pengelolaan Irigasi Tambak Partisipatif (PITAP)


Pengelolaan irigasi tambak secara partisipatif memberdayakan pembudidaya
ikan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, serta
pengelolaan jaringan irigasi tambak dengan melibatkan peran masyarakat/
kelompok pembudidaya ikan sebagai pelaksana kegiatan. Tujuan pemberian
bantuan PITAP antara lain: a). membangun dan/atau merehabilitasi prasarana
irigasi tambak untuk meningkatkan fungsinya; b). meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan irigasi tambak secara berkelanjutan; serta c).
memperkuat kelembagaan Kelompok Pengelola Irigasi Perikanan (POKLINA)
sehingga diharapkan masuk dalam Komisi Irigasi tingkat kabupaten/kota.
Pada tahun 2018 terdapat 16 kelompok penerima bantuan PITAP di 8 (dela-
pan) kabupaten/kota dengan panjang saluran yang terbangun sepanjang
54.185,66 m. POKLINA Penerima Bantuan PITAP Tahun 2018 dapat dilihat pada
Tabel berikut:

54 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


TABEL 2.15. KELOMPOK MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN PITAP TAHUN 2018
PANJANG
PROVINSI NO KAB/KOTA NO NAMA POKLINA SALURAN
(METER)
1 Pangandaran 1 Berkah Amulu 830
Jawa Barat
2 Bekasi 2 Jaya Makmur 3.100
3 Karya Abadi 7.211
Jawa Tengah 3 Pati
4 Makmur Bersama 7.850
5 Kadok Alam 3.381
Kalimantan Barat 4 Sambas 6 Windu Alam Prima 3.762
7 Jeruju Soka 3.999
Kalimantan Utara 5 Kota Tarakan 8 Usaha Bersama 750
9 Mitra Bahari 3.589,94
Sulawesi Tengah 6 Parigi Moutong 10 Malino Bahari 3.262,78
11 Vaname Jaya 3.439,94
12 Siamasei 1.720
Sulawesi Barat 7 Mamuju 13 As-Salam 2.800
14 Tambak Sejahtera 3.100
15 Sub Bandeng Lestari 1.460
Gorontalo 8 Pohuwato
16 Berkat Vaname 3.930
T O TA L 54.185,66

GAMBAR 2.31 BANTUAN PITAP TAHUN 2018 DI KAB. PAHUWATO DAN KAB. MAMUJU

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 55
Asuransi Budidaya
Perlindungan atas resiko usaha yang dialami oleh pembudidaya ikan kecil
akibat serangan wabah penyakit dan/atau bencana alam merupakan amanat
dari Undang Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Tambak Garam. Untuk mengimplementasikan amanat
tersebut KKP dengan telah menerbitkan Permen KP Nomor 18 Tahun 2016
tentang Jaminan Perlindungan atas Risiko kepada Nelayan, Pembudidaya Ikan
dan Petambak Garam. Amanat UU No. 7/2016 dan Permen KP No. 18/2016
diwujudkan dalam bentuk Program Asuransi Perikanan bagi Pembudidaya Ikan
Kecil (APPIK).
Program APPIK merupakan hasil kerja sama KKP dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Dalam proses
selanjutnya, PT. Asuransi Jasa Indonesia telah ditetapkan sebagai perusahaan
asuransi pelaksana didukung oleh konsorsium yang merupakan gabungan 8
(delapan) perusahaan asuransi (Ko-Asuransi). Adapun produk asuransi yang
dihasilkan diberi nama Asuransi Usaha Budidaya Udang (AUBU) yang pada
tahun 2017 difokuskan untuk budidaya udang/polikultur udang.
Indonesia adalah Negara Ke-6 di dunia yang menerapkan Asuransi untuk small-
scale fish farmers setelah China, Singapore, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Selama 2015-2018, lahan yang terlindungi oleh asuransi seluas 13.250 Hektar
dan memfasilitasi 8.918 pembudidaya, dengan komoditas udang, patin,
bandeng, polikultur, nila air payau, dan nila air tawar.
Adapun kriteria calon penerima premi asuransi
“Pada tahun 2018 melalui ini, antara lain yakni: memiliki kartu pembudidaya
program asuransi bagi ikan; diutamakan program Sehatkan dan sudah
pembudidaya skala kecil tersertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB);
telah disalurkan kepada 6.914 dan merupakan pembudidaya ikan kecil dengan
orang dengan total luas lahan pengelolaan lahan kurang dari 5 hektar dengan
budidaya yang terlindungi menggunakan teknologi sederhana. Adanya
seluas 10.220 Ha”. asuransi ini akan memberikan jaminan perlindungan
atas resiko (serangan wabah penyakit ikan dan/
atau bencana alam) yang dialami oleh pembudidaya skala kecil sehingga dapat
meminimalisir resiko kegagalan produksi. Oleh karenanya asuransi ini menjadi
sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi pembudidaya skala kecil
agar usahanya berlanjut.
Pada tahun 2018 melalui program asuransi bagi pembudidaya skala kecil telah
disalurkan kepada 6.914 orang dengan total luas lahan budidaya yang terlindungi
seluas 10.220 Ha. Peningkatan jumlah pembudidaya yang berminat untuk turut
serta dalam program asuransi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun yang
ditunjukkan dengan semakin banyaknya usulan nama-nama pembudidaya
dari daerah yang diterima oleh KKP. KKP berharap, ke depan pembudidaya
mempunyai kesadaran dan mampu secara mandiri mengakses produk asuransi.

56 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


TABEL 2.16. JUMLAH LUASAN USAHA BUDIDAYA YANG DILINDUNGI
UNTUK KELANGSUNGAN USAHANYA TAHUN 2018

VOLUME JUMLAH PENERIMA


NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA
(HA) BANTUAN
1 Aceh Aceh Barat 9,87 84
2 Aceh Bireuen 242,97 185
3 Aceh Aceh Timur 1.158,40 442
4 Aceh Kota Langsa 611,50 204
5 Sumatera Utara Tapanuli Selatan 5,17 20
6 Sumatera Utara Langkat 20,06 8
7 Sumatera Utara Dharmasraya 4,48 92
8 Kep. Bangka Belitung Belitung Timur 0,81 11
9 Kep. Bangka Belitung Bangka Tengah 6,35 143
10 Riau Siak 11,87 38
11 Riau Kota Pekanbaru 2,01 12
12 Riau Kuantan Singingi 2,78 54
13 Riau Kota Dumai 36,96 21
14 Jambi Tanjung Jabung Barat 121,84 60
15 Lampung Lampung Selatan 317,38 449
16 Lampung Pesisir Barat 0,39 25
17 Banten Serang 68,50 25
18 Jawa Barat Indramayu 423,76 240
19 Jawa Barat Karawang 56,25 32
20 Jawa Barat Garut 6,66 214
21 Jawa Barat Sumedang 2,59 24
22 Jawa Tengah Pati 816,67 541
23 Jawa Tengah Demak 224,44 122
24 Jawa Tengah Kota Pekalongan 22,55 20
25 Jawa Tengah Kota Tegal 216,17 143
26 DI Yogyakarta Gunung Kidul 0,37 20
27 Jawa Timur Kediri 5,28 21
28 Jawa Timur Probolinggo 118,55 97
29 Jawa Timur Tuban 24,75 17

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 57
VOLUME JUMLAH PENERIMA
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA
(HA) BANTUAN
30 Jawa Timur Kota Surabaya 56,75 35
31 Jawa Timur Lumajang 0,89 44
32 Jawa Timur Sumenep 70,49 88
33 Jawa Timur Pasuruan 538,63 280
34 Jawa Timur Malang 9,27 139
35 Bali Tabanan 0,84 16
36 Bali Buleleng 3,86 52
37 NTB Bima 41,93 82
38 NTB Lombok Timur 1,75 73
39 NTB Dompu 383,43 216
40 NTB Kota Bima 57,77 91
41 NTB Sumbawa Barat 15,30 32
42 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 175,50 80
43 Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 44,00 15
44 Kalimantan Timur Paser 120,70 32
45 Kalimantan Selatan Tanah Bumbu 319,79 137
46 Sulawesi Selatan Bone 738,92 377
47 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan 540,65 354
48 Sulawesi Selatan Pinrang 1.241,17 671
49 Sulawesi Selatan Bulukumba 227,61 138
50 Sulawesi Selatan Takalar 42,68 72
51 Sulawesi Barat Majene 6,00 8
52 Sulawesi Barat Polewali Mandar 227,25 98
53 Sulawesi Barat Mamuju Tengah 100,65 37
54 Sulawesi Tengah Tojo Una-una 14,82 21
55 Sulawesi Tenggara Kolaka 121,80 73
56 Sulawesi Tenggara Kolaka Utara 377,32 171
57 Gorontalo Pohuwato 162,00 61
58 Gorontalo Boalemo 12,81 31
59 Papua Kota Jayapura 26,75 26
JUMLAH 10.220,71

58 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


c. Sistem Rantai Dingin dan Logistik

BANTUAN SARPRAS SISTEM RANTAI DINGIN DAN LOGISTIK TAHUN 2018Mutu dan kualitas produk
perikanan merupakan syarat
penting dalam perdagangan
1 COLD STORAGE 1000 TON
MUARA BARU
6 COLD STORAGE 30-50 TON perikanan. Persoalan mutu dan
kualitas produk perikanan yang
1 INTEGRATED COLD STORAGE
(ICS) 100 TON
dihadapi dalam pemasaran
300 CHEST FREEZER hasil perikanan adalah sifat
komoditas perikanan yang
30 ICE FLAKE MACHINE 1,5 TON
mudah rusak, lokasi produksi
40 KENDARAAN yang jauh dari pasar dan faktor
1 ICE FLAKE MACHINE 5 TON
BERPENDINGIN

musim yang mempengaruhi pola


produksi. Hal ini mengakibatkan
panjangnya rantai distribusi yang bermuara pada kesenjangan harga dan
kontinuitas komoditas serta rendahnya mutu ikan yang dipasarkan. Untuk itu
diperlukan sistem rantai dingin dan logistik untuk mempertahankan mutu dan
kualitas produk perikanan mulai dari penanganan pasca panen komoditas ikan,
penyimpanan, hingga transportasi ke pasar. Untuk mendukung pembangunan
sistem rantai dingin tersebut, KKP pada tahun 2018 telah menyediakan sarana
dan prasarana sistem rantai dingin dan logistik sebagai berikut :
Kendaraan Berpendingin
Sarana kendaraan berpendingin adalah bantuan berupa sarana rantai dingin
dalam bentuk kendaraan roda empat dan enam yang dilengkapi dengan boks
berpendingin yang berfungsi menjaga mutu dan keamanan hasil perikanan
selama dalam pengangkutan dan pendistribusian.
Pada tahun 2018, KKP telah menyalurkan 40 unit kendaraan berpendingin roda
empat dan roda enam yang tersebar di 38 kab/kota yaitu Aceh Utara, Aceh
Barat, Kota Padang, Bengkalis, Bengkulu Selatan, Majalengka, Indramayu,
Garut, Pangandaran, Cirebon, Sukabumi, Karawang, Subang, Demak, Pacitan,
Klungkung, Bone, Sinjai, Kota Makassar, Banggai, Kota Gorontalo, Majene,
Minahasa Selatan, Bolang Mongondow Utara, Kota Kendari, Buton, Berau, Kutai
Timur, Sukamara, Katingan, Kotawaringin Barat, Flores Timur, Bima, Maluku
Tengah, Buru Selatan, Halmahera barat, Biak Numfor, Sorong, Mimika.
Chest Freezer
Chest Freezer adalah sejenis mesin pembekuan (skala kecil) yang umumnya
berbentuk seperti kotak peti horizontal, terdiri dari berbagai macam ukuran dan
dimensi yang akan menentukan kapasitas simpannya. Tujuan pemberian bantuan
chest freezer adalah untuk menjaga kualitas produk perikanan tetap dalam
kondisi prima setelah ditangkap/ didaratkan dan untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan sehingga dapat
menjamin mutu dan kemanan hasil perikanan melalui penerapan sarana sistem
rantai dingin pada produk perikanan.
Pada tahun 2018, KKP telah melaksanakan 300 unit bantuan chest freezer yang
diberikan kepada kelompok pemasar dan pengolah hasil KP.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 59
GAMBAR 2.32. BANTUAN PEMERINTAH CHEST FREEZER TAHUN 2018

Ice Flake Machine


Pada tahun 2018, KKP telah melaksanakan pengadaan 30 unit Ice Flake Machine
(IFM) kapasitas 1,5 ton yang tersebar di 34 kab/kota yaitu : Kota Bontang,
Minahasa Tenggara, Aceh Jaya, Kaur, Indragili Hilir, Bengkalis, Bima, Sumbawa,
Pinrang, Wajo, Nias Barat, Polman, Kendal, Solok Selatan, Karangasem, Bangka
Barat, Bangka Selatan, Malinau, Karimun, Karimun, Nunukan, Berau, Muna,
Konawe Kepulauan, Konawe Selatan, Bombana, Minahasa Tenggara, Pinrang,
Polewali Mandar, Kota Bima, Sumbawa, Buru, Pulau Morotai, Fak-Fak.
Cold Storage
Cold Storage adalah satu kesatuan bangunan yang terdiri dari konstruksi sipil,
konstruksi rangka baja dan pekerjaan instalasi cold room untuk membekukan
ikan dan penyimpanan ikan beku dalam rangka menjaga kualitas ikan. Tujuan
pembangunan cold storage adalah menyediakan fasilitas penyimpanan beku
dan pembekuan ikan sesuai standar untuk mempertahankan kualitas ikan
dalam rangka mendukung Sistem Logistik Ikan Nasional.
Pada tahun 2018, KKP telah membangun 5 unit cold storage kapasitas 30-
50 ton yang tersebar di 5 kab/kota yaitu : Subang, Fak-Fak, Hamahera Barat,
Bangka Tengah dan Gunung Kidul.

GAMBAR 2.33. COLD STORAGE 50 TON DI KAB. GUNUNG KIDUL TAHUN 2018

60 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Cold Storage 1.000 ton
Selain Cold Storage ukuran 30 s.d 50 ton, KKP juga membangun Cold Storage
kapasitas 1000 ton di Muara Baru.

GAMBAR 2.34. COLD STORAGE 1000 TON DI MUARA BARU, JAKARTA TAHUN 2018

d. Pemasaran Hasil Perikanan


Permintaan pasar dan ketersediaan produk perikanan yang bermutu, bersih, dan
sehat merupakan faktor- faktor yang menentukan keberlanjutan usaha di industri
perikanan. Pemerintah berusaha untuk dapat mendukung usaha perikanan
dengan menyediakan lokasi pasar yang bersih dan sehat serta modern,
sehingga produk-produk perikanan dapat sampai ke konsumen dengan mutu
terjamin. Dalam rangka memenuhi permintaan pasar dan ketersediaan produk
perikanan yang bermutu, KKP telah membangun beberapa sentra kulinar, pasar
ikan bersih dan pasar ikan modern selama tahun 2018 sebagai berikut :
Sentra Kuliner
Sentra Kuliner Hasil Kelautan dan Perikanan adalah tempat yang menjadi pusat
penyediaan makanan yang berbahan dasar dari hasil kelautan dan perikanan
beserta fasilitas pendukungnya. Pembangunan sentra kuliner bertujuan
untuk penyediaan sentra kuliner yang memenuhi aspek-aspek sanitasi dan
higienitas; Menunjang penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Meningkatkan konsumsi ikan perkapita nasional; dan Meningkatkan citra wisata
bahari berbasis kuliner berbahan baku ikan.
Pada tahun 2018, KKP telah membangun sentra kuliner di 2 lokasi yaitu Kota
Pekalongan dan Bangka Selatan.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 61
GAMBAR 2.35. SENTRA KULINER DI KAB. BANGKA SELATAN TAHUN 2018

GAMBAR 2.36. SENTRA KULINER DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2018

Pasar Ikan Modern dan Pasar Ikan Bersih


Pada tahun 2018, KKP telah membangun 2 (dua) unit pasar ikan modern yaitu
di Muara Baru, Jakarta dan Bandung. Menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor
7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
serta arahan Bapak Presiden dalam Rapat Terbatas tanggal 13 Juli 2016,
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyelesaikan pembangunan Pasar
Ikan Modern (PIM) di Muara Baru Jakarta pada tahun 2018. Pasar Ikan Modern
merupakan pasar ikan yang dilengkapi dengan penjualan ikan hidup, segar,
olahan, serta produk pendukung. Pasar didukung dengan, drainase, fasilitas
sanitasi, sarana listrik, dan air bersih serta ketersediaan es yang cukup, kantor,
kios, ruang serba guna, dan food court. Pembangunan PIM bertujuan untuk
menyediakan sarana pemasaran ikan yang baik untuk warga dan stakeholder
setempat; dan meningkatkan distribusi dan konsumsi ikan di daerah tersebut.
PIM Muara Baru ini merupakan Pasar Ikan Modern pertama di Indonesia yang
dibangun oleh Pemerintah, yang akan dijadikan percontohan untuk pengelolaan
dan pengembangan pasar ikan di seluruh Indonesia, yakni menekankan
pentingnya jaminan mutu ikan. PIM Muara Baru dibangun di dalam kawasan
bisnis kelautan dan perikanan Muara Baru Jakarta. PIM Muara Baru ini
merupakan terobosan baru “one stop shopping” aneka poduk perikanan yang
menawarkan konsep higienis dan modern. PIM Muara Baru juga menawarkan
pasar bersih, nyaman dan terjamin, tidak becek dan tidak bau, hingga pelayanan
yang memudahkan dalam transaksi, serta menjadi salah satu tempat tujuan
wisata di Kota Jakarta Utara.

62 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Selanjutnya, setelah proses pemindahan pedagang yang direncakan berakhir
pada tanggal 16 Februari 2019, Pasar Ikan Modern ini rencananya akan diresmikan
oleh Bapak Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 13 Maret 2019. Kendati
tidak mudah mengubah pola pikir dan kebiasaan budaya para pedagang tetapi
pemindahan berjalan dengan aman, tertib tanpa gejolak dan polemik. Tujuan
pembangunan PIM adalah untuk menyediakan pasar yang memenuhi standar
sanitasi dan higienitas dengan ikan bermutu dan aman dikonsumsi. Disamping
itu juga menjadi menjadi sentra bisnis, tempat promosi dan edukasi, destinasi
wisata, dan show case akan keberagaman jenis ikan yang ada di Indonesia.
Sebagaimana arahan Bapak Presiden RI untuk memiliki pasar ikan seperti
Tsukiji Fish Market, maka desain dasar dari PIM Muara Baru mengadopsi dari
pasar ikan di negara-negara maju seperti Jepang, dimana setiap alur ikan yang
masuk dan diperjualbelikan terjaga mutu, kesegaran dan higienitasnya, serta
aman dikonsumsi. Dalam kaitan ini, pemerintah Jepang juga telah membantu
KKP melalui para expert JICA yang dikirimkan.
Ketertelusuran sumberdaya ikan menjadi isu dunia yang penting saat ini yang
dapat dipraktekkan melalui pengelolaan pasar ikan yang baik. Oleh sebab itu,
pembangunan PIM Muara Baru ini tidak sekedar membenahi fasilitas fisik saja,
namun juga ada Revolusi Mental, dimana perlu merubah tata kelola pasar dan
perilaku pedagang sehingga dapat memenuhi persyaratan.
Selain itu, KKP juga menyiapkan SOP pengelolaan pasar ikan yang baik, cara
menangani ikan yang baik serta cara pemasaran ikan yang baik, sehingga
harapan kita untuk memiliki Pasar Ikan Modern sesuai standar sanitasi dan
higienis dapat terwujud. Tentunya hal ini sangat memerlukan kerjasama yang
baik antara pengelola pasar, pedagang dan konsumen. Dengan demikian, kita
dapat mengubah mindset masyarakat terhadap pasar ikan di Indonesia yang
saat ini cenderung berkonotasi kotor, bau, dan tidak teratur menjadi pasar ikan
yang bersih, tertib, dan nyaman yang dapat menjadi kebanggaan kita semua.
Bangunan PIM Muara Baru terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan luas total 20.442,93
m2 yang dilengkapi dengan fasilitas : 896 lapak ikan basah, 155 kios kering,
8 kios food-court, cilling room kapasitas 30 ton, Ice Flake Machine kapasitas
20 ton, tempat loading unloading, ruang pengepakan, ruang penghancur
styrofoam, dan IPAL, serta fasilitas penunjang berupa ruang pengelola, ruang
pertemuan, perbankan dan masjid. KKP telah bekerjasama dengan Perusahaan
Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) sebagai operator pengelola pasar.
Sejak 16 Februari 2019, terdapat 397 pedagang ikan dari pasar ikan lama telah
berpindah dan melakukan transaksi jual beli di lokasi baru. Jumlah ikan yang
diperjualbelikan di Pasar Ikan Muara Baru rata-rata sebesar 400 ton per hari
dengan omzet rata-rata sekitar Rp 8-10 Miliar per hari. Setelah pindah ke PIM
diharapkan jumlah pembeli, tidak hanya para pembeli grosir yang ada selama
ini tetapi juga para pengunjung lainnya sebagai pembeli baru, sehingga omzet
pedagang diperkirakan akan meningkat sampai 20-30%.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 63
GAMBAR 2.37 PASAR IKAN MODERN (PIM) MUARA BARU JAKARTA

Selain pembangunan pasar ikan modern, pada tahun 2018 KKP juga melakukan
Revitalisasi Pasar Ikan Bersih di 5 lokasi yaitu Pacitan (Pasar Arjowinangun dan
Minulyo), Kepahiyang, Banyuasin, dan Tulungagung. Pasar Ikan Bersih merupakan
pasar ikan yang menjual ikan segar, dan/atau hidup, serta dapat dilengkapi
fasilitas penjualan ikan olahan yang memenuhi standar higienitas. Pembangunan
pasar ikan bersih bertujuan untuk menyediakan fasilitas pemasaran produk
perikanan yang bersih dan memenuhi standar higienitas; menunjang penerapan
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan; memberikan edukasi masyarakat
untuk membeli produk perikanan yang berkualitas dan terjamin kebersihannya;
dan serta meningkatkan konsumsi ikan perkapita nasional.

GAMBAR 2.38. REVITALISASI PASAR IKAN BERSIH NGEMPLAK DI TULUNGAGUNG

GAMBAR 2.39. REVITALISASI PASAR IKAN BERSIH ARJOWINANGUN DI KAB. PACITAN

64 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


e. Bantuan Usaha Garam
Dalam memenuhi target swasembada garam,
“Pada tahun 2018, KKP
KKP berupaya mendorong produksi garam
telah melakukan integrasi
nasional terutama garam rakyat menjadi garam rakyat seluas 1.158
kualitas industri seperti kimia, farmasi, dan untuk hektar di 21 kab/kota dan
minuman bersoda. Untuk meningkatkan kualitas membangun 6 unit Gudang
produksi tersebut KKP membantu para petani Garam Nasional dalam
tambak berupa sarana dan prasarana produksi rangka meningkatkan
serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur produksi garam rakyat”.
yang diharapkan dapat memperbaiki proses
produksi garam rakyat untuk menghasilkan garam bermutu. Bantuan usaha
garam yang dilaksanakan oleh KKP dalam rangka mendukung produksi garam
nasional tahun 2018 antara lain :
a. Integrasi lahan garam di 21 kabupaten yang dialokasikan melalui APBN
KKP Tahun 2018 (tugas pembantuan).
b. Pengadaan excavator mini di 7 lokasi yaitu Aceh Utara, Pidie Jaya,
Karawang, Lombok Barat, Sumbawa, Alor, dan Takalar.
c. Pengadaan kendaraan roda 3 lokasi yaitu di Pidie Jaya, Karawang, dan
Sumbawa.
d. Pengadaan truk pengangkut garam di 6 lokasi pembangunan Gudang
Garam Nasional yaitu di Pidie Jaya, Karawang, Lamongan, Sumenep,
Sumbawa, dan Jeneponto.
e. Pengadaan alat uji mutu garam di 21 kabupaten.

GAMBAR 2.40. PELAKSANAAN INTEGRASI LAHAN GARAM DI TAHUN 2018

INDRAMAYU LOMBOK BARAT BIMA

Selain itu pada tahun 2018, KKP juga telah membangun 6 unit Gudang Garam
Nasional (GGN) yaitu di Sumenep, Pidie Jaya, Jeneponto, Lamongan, Karawang
dan Sumbawa. KKP juga berkomitmen untuk mensejahterakan masyarakat

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 65
petambak garam, melalui pembangunan Gudang Garam Nasional (GGN)
Sistem Resi Gudang. Gudang Garam Nasional (GGN) Sistem Resi Gudang ini
merupakan salah satu implementasi dari amanah UU No 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak
Garam. Gudang Garam Nasional (GGN) yang dibangun sesuai dengan standar
SNI 8446 : 2017 ini merupakan salah satu bentuk dukungan dan keberpihakan
pemerintah terhadap para petambak garam dalam menjaga stabilitas harga
dan stok garam nasional. Melalui Gudang Garam Nasional, garam hasil panen
petambak diharapkan disimpan untuk dijualkan melalui GGN ini. GGN ini akan
menerapkan sistem Online sehingga segala transaksi akan dapat dengan mudah
dimonitor secara real time. Setelah garam hasil panen disetorkan, petambak
garam akan mendapatkan sebuah Resi (bukti penyimpanan garam). Bukti Resi
ini yang kemudian dapat digunakan sebagai agunan di Bank (jika petambak
garam membutuhkan uang).
Dalam implementasinya, sistem resi gudang ini nanti akan difasilitasi oleh Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Kualitas garam yang
dijualbelikan dalam GGN harapannya adalah garam yang berkualitas sesuai SNI
4435: 2017, dimana berbagai upaya telah dilakukan KKP dan dinas perikanan
setempat meliputi : fasililitasi lahan integrasi, bantuan geomembran, peningkatan
kapasitas koperasi, bahkan uji kompetensi petambak garam. Dengan harapan
para petambak garam nantinya mampu menghasilkan produk yang berkualitas
dan berdaya saing. Selain itu, nantinya KKP akan terus berkoordinasi
dengan instansi - instansi terkait untuk meminimalisir impor garam dan lebih
mengutamakan penggunaan garam produksi dalam negeri.
Gudang Garam Nasional (GGN) Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan salah
satu komponen bantuan dalam Program Usaha Garam Rakyat (PUGAR), dimana
KKP telah membangun 18 unit Gudang Garam Nasional sejak tahun 2016 di 18
lokasi, yaitu Kab. Pidie Jaya, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab. Karawang,
Kab. Brebes, Kab. Demak, Kab. Rembang, Kab. Pati, Kab. Tuban, Kab.
Sampang, Kab. Pamekasan, Kab. Sumenep, Kab. Pangkep, Kab. Jeneponto,
Kab. Kupang, Kab. Bima, dan Kab. Sumbawa. Dengan bertambahnya fasilitas
gudang garam nasional ini, petambak garam rakyat dapat bekerjasama dalam
pengelolaan hasil produksinya.

GAMBAR 2.41. PEMBANGUNAN GUDANG GARAM NASIONAL (GGN) TAHUN 2018

GGN SUMENEP GGN PIDIE JAYA GGN JENEPONTO

66 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


GGN LAMONGAN GGN KARAWANG GGN SUMBAWA

f. Bantuan Masyarakat Pesisir


Salah satu bantuan pemerintah untuk
“Pada tahun 2018, KKP
masyarakat pesisir adalah pembangunan jetty/
membangun 4 dermaga
dermaga apung di pesisir dan pulau-pulau kecil.
apung di wilayah pesisir
Pada tahun 2018, KKP membangun 4 dermaga dan pulau-pulau kecil
apung di Desa Pulau Moro Kab. Karimun, Desa yaitu Kab. Karimun,
Tarempa Kec. Siantan Kab. Kepulauan Anambas, Kepulauan Anambas,
Desa Sathean Kec. Kek Kecil Kab. Maluku Maluku Tenggara dan
Tenggara dan Desa Batu Tiga Kec. Boleng Kab. Manggarai Barat”.
Manggarai Barat. Dermaga apung di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan
transportasi bagi masyarakat. Dermaga apung diperuntukkan sebagai tempat
untuk menambatkan kapal pada suatu platform yang mengapung diatas air dan
berfungsi sebagai penghubung antara kapal dengan dermaga atau daratan
agar perpindahan/mobilisasi barang dan penumpang menjadi lebih mudah.
g. Bantuan Sarana Ekonomi Produktif
Pemberian bantuan sarana ekonomi produktif sebagai salah satu stimulan
untuk menggerakkan dinamika perekonomian yang berbasis kebutuhan serta
meningkatkan partisipasi dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir
dan pulau-pulau kecil. Bantuan Sarana Ekonomi Produktif sebanyak 34 paket
yang tersebar di 34 kab/kota yaitu : Aceh Jaya, Berau, Bonebolango, Buton,
Cilacap, Indragiri Hilir, Kolaka, Maluku
“Pada tahun 2018, KKP melaksanakan Tengah, Mandailing Natal, Minahasa,
bantuan sarana ekonomi produktif Kepulauan Mentawai, Sumbawa, Tapanuli
sebanyak 34 paket yang disalurkan Tengah, Kota Tual, Wakatobi, Kaimana,
kepada masyarakat di wilayah pesisir Manggarai Barat, Kota Ternate, Kabupaten
dan pulau-pulau kecil di 34 kab/kota”. Morotai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Kabupaten
Jeneponto, Takalar, Bintan, Nias Utara,
Bengkulu Utara, Sorong, Raja Ampat, Halmahera Tengah, Halmahera Timur,
Kepulauan Anambas, Kepulauan Seribu, Seram Bagian Timur, dan Toli Toli.
Bantuan sarana ekonomi produktif yang disalurkan antara lain berupa : mesin
kapal, alat selam dan kompressor selam, mesin pengolah ikan, rumah produksi,
perahu wisata, kapal pengangkut sampah, gazebo, panel surya, sarana alat
tangkap ikan, coolbox, dan sarana pengolahan rumput laut.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 67
h. Peningkatan Kapasitas SDM
KKP mendorong pembentukan SDM kelautan dan perikanan yang
berwawasan luas dan berdaya saing tinggi. Pembentukan SDM tersebut
membutuhkankelembagaan yang andal dan mampu bekerja sama yangintensif
dengan semua pihak. SDM yang dibentuk melalui pembentukan kelembagaan
dapat menjadi SDM KP yang mampu menciptakan terobosan barupada
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penyuluhan serta pemberdayaan
masyarakat.
Jumlah peserta didik Lembaga Pendidikan di KKP pada tahun 2018 mencapai
8.000 peserta didik. Persentase jumlah peserta didik yang berasal dari anak
pelaku utama bidang kelautan dan perikanan mencapai 45%. Anak pelaku
utama tersebut adalah anak nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar
serta pelaku utama lainya di bidang kelautan dan perikanan. Jumlah lulusan
Pendidikan KP sebesar 1.862 orang dengan lulusan yang terserap di dunia usaha
dan industri sebesar 73,84 % atau mencapai 1.375 orang. Penyerapan lulusan
pendidikan KP dalam dunia kerja dipengaruhi antara lain oleh : permintaan
tenaga kerja bidang KP; karakteristik lulusan dengan kesempatan kerja yang
tersedia; daya serap dunia kerja bidang KP; kesesuaian kompetensi lulusan
dengan kebutuhan dunia kerja, serta khusus lulusan SUPM menerima 2 ijazah
dari Kemdikbud dan KKP sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bisa
memilih untuk melanjutkan pendidikan atau wirausaha.

GAMBAR 2.42. PETA SEBARAN LULUSAN PENDIDIKAN KP YANG TERSERAP


DIDUNIA KERJA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

Disamping itu, KKP juga telah melaksanakan pelatihan untuk masyarakat di


bidang kelautan dan perikanan sebanyak 16.501 orang. Penyelenggaraan
pelatihan di bidang kelautan dan perikanan diberikan secara tepat sasaran
dan memberikan solusi terhadap kebutuhan pelaku utama/usaha untuk
meningkatkan kompetensinya dalam peningkatan produktifitas dan efisiensi

68 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


usaha. Pelatihan keahlian juga telah menghasilkan sertifikasi kompetensi kepada
6.500 orang. Pada tahun 2018, KKP juga melakukan penyuluhan bidang KP
dengan jumlah penyuluh perikanan baik Penyuluh Perikanan PNS dan Penyuluh
Perikanan Bantu (PBB) sebanyak 5.350 orang dengan jumlah kelompok yang
disuluh mencapai 43.598 orang. Pendampingan oleh Penyuluh Perikanan
dilakukan secara terus menerus baik kepada masyarakat lulusan pelatihan yang
telah mengikuti pelatihan maupun pendampingan kepada anggota kelompok
yang disuluh.

TABEL 2.17 KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2015-2018
NO KEGIATAN 2015 2016 2017 2018
1 Peserta Didik pada Satuan Pendidikan KP 6.603 6.971 7.541 8.000
2 Lulusan Pendidikan KP 1.769 1.930 1.998 1.862
3 Lulusan yang terserap di dunia usaha dan Industri 1.588 1.279 1.333 1.375
4 Pelatihan Masyarakat 22.652 19.428 6.290 16.501
5 Pelatihan Aparatur 3.747 4.719 2.090 2.877
6 Sertifikasi Kompetensi 24.108 12.920 6.120 6.500
7 Jumlah Penyuluh KP 13.506 14.984 5.589 5.350
8 Jumlah Kelompok yang disuluh 56.988 63.353 37.000 43.598
9 Jumlah Kelompok yang meningkat kelasnya 4.690 6.321 1.000 1.522

i. Dukungan Inovasi dan IPTEK


Kegiatan riset diprioritaskan untuk berperan sebagai sebagai in house
consultant Kementerian Kelautan dan Perikanan. KKP selama tahun 2018
telah menghasilkan pemetaan Potensi Sumberdaya KP untuk Pengembangan
Ekonomi Kelautan yang Berkelanjutan di 3 WPP, 43 Rekomendasi dan/atau
inovasi litbang yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan, 23 hasil litbang
yang inovatif untuk pembangunan KP, 80 unit Sentra Nelayan yang terbangun
dan Terkelola Sistem Informasi.

TABEL 2.18 KEGIATAN RISET BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015-2018

NO KEGIATAN 2015 2016 2017 2018


Jumlah WPP yang Terpetakan Potensi Sumberdaya KP untuk
1 3 4 3 3
Pengembangan Ekonomi Kelautan yang Berkelanjutan
2 Jumlah teknologi KP yang diusulkan untuk direkomendasikan 12 28 20 -
Jumlah Rekomendasi dan/atau inovasi litbang yang diusulkan
3 21 21 22 43
untuk dijadikan bahan kebijakan
4 Jumlah hasil litbang yang inovatif untuk pembangunan KP 133 151 15 23
Jumlah Sentra Nelayan yang terbangun dan Terkelola Sistem
5 30 28 75 80
Informasi

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 69
j. Pembangunan SKPT
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) merupakan pusat bisnis kelautan
dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tahun
2018 terdapat 13 lokasi SKPT yang penetapannya mengacu pada Permen KP
Nomor 42/PERMEN-KP/2017 tentang Penugasan Pelaksanaan Pembangunan
SKPT di pulau-pulau kecil dan dan kawasan perbatasan. Pada tahun 2018, KKP
melaksanakan pengembangan 13 SKPT yaitu : SKPT Morotai, SKPT Talaud,
SKPT Sebatik, SKPT Rote Ndao, SKPT Kota Sabang, SKPT Sumba Timur,
SKPT Timika, SKPT Biak dan SKPT Moa.

Pembangunan dan pengem-


bangan sarana prasarana di
SKPT difokuskan pada pelak-
sanaan kontruksi dan revitalisa-
si sarana prasarana utama dan
penunjang bisnis kelautan dan
perikanan. Sarana prasara-
na yang dibangun diharapkan
mendukung secara menyeluruh
proses produksi bisnis kelautan
dan perikanan, mulai dari hulu
hingga hilir.
Sarana prasarana diarahkan
untuk memperkuat aspek penyediaan bahan baku, penanganan dan pengolahan,
serta pemasaran. Target indikator kinerja tingkat kemandirian SKPT mengalami
peningkatan untuk setiap lokasi. Penilaian SKPT dilakukan berdasarkan kriteria
aspek fisik, aspek ekonomi dan produksi,aspek kelembagaan dan aspek sosial
dan lingkungan.

“Sejak tahun 2017, KKP telah melaksanakan pembangunan SKPT di 13 lokasi sebagai
“pusat bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir
berbasis Kawasan”. Pada 2018, beberapa lokasi telah mulai operasional dan berhasil
meningkatkan kegiatan perikanan”.

70 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


1. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Biak
Pembangunan Sentra Ke-
PEMBANGUNAN SKPT BIAK lautan dan Perikanan Ter-
padu (SKPT) di Kabupaten
Biak merupakan salah satu
program prioritas KKP 2019
- Kapal <5 GT sejumlah 50 unit

tahun 2015-2019 yang


2018
- Kapal 3 GT sejumlah
50 unit
- Alat tangkap pancing tonda
50 paket
- Peralatan pengolahan dan
2020
- Kapal <5 GT 100 unit
- Alat tangkap pancing

bertujuan untuk menginte-


- Alat tangkap pancing pemasaran 1 paket tonda 100 paket
2017 tonda 50 paket - Kendaran berpendingin roda - Pembangunan hibah
- Pembangunan PPI - Peralatan ICS dan PPI 4 dan 6 ODA Jepang : dermaga
- ICS 200 ton & ABF 10 ton 1 paket - Perencanaan pembangunan dan pasar Fandoi, serta

grasikan proses bisnis ke-


- Fasum (Jalan, IPAL, pos - Pembangunan Fasilitas hibah ODA Jepang pasar ikan Bosnik
jaga, gardu listrik, Umum PPI Fandoi
2016 drainase, sarana air lanjutan
bersih)

lautan dan perikanan ber-


- Penyusunan masterplan
- Pengadaan IFM & gillnet - Coolbox 603 unit
- Asuransi nelayan - Chest freezer 388 unit
- Pelatihan penangkapan, - IFM 1,5 ton

basis masyarakat melalui


budidaya, & perawatan - Kendaraan roda 6
mesin berpendingin
- Sarana budidaya RL dan nila
- Pasar ikan (Kemendag)

optimalisasi pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan (khususnya perikanan tangkap) secara
berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain : pembangu-
nan kapal 3 GT sejumlah 50 unit, Alat tangkap pancing tonda 50 paket, Perala-
tan ICS dan PPI 1 paket dan Pembangunan Fasilitas Umum PPI Fandoi lanjutan.

2. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Mimika


Pada tahun 2018, Pembangunan SKPT Kab. Mimika difokuskan untuk
mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat
melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
(khususnya perikanan tangkap) secara berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang
telah dilaksanakan antara lain : pembangunan single cold storage, kapal ikan<3
GT, alat penangkap ikan, pengadaan cool box, kendaraan berpendingin, dan
mobil crane.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 71
SKPT CAPAIAN TAHUN 2018
KAB. MIMIKA
No KEGIATAN VOL. PROGRES DOKUMENTASI

Pembangunan Single Cold - Realisasi : 100%


Storage - Sudah BAST
1 1 Paket
- Pagu Rp. 12.655.117.000,- - Proses pemanfaatan oleh BUMN (PT.
- Target : 30 Desember 2018 Perinus)

Pengadaan Kapal Ikan < 3 GT - Realisasi : 100%


2 - Pagu Rp. 1.541.680.800,- 23 Unit - Sudah BAST
- Target : 15 Desember 2018 - Sudah dimanfaatkan

Pengadaan Alat Penangkap Ikan


- Realisasi : 100%
(Trammel Net)
3 23 Unit - Sudah BAST
- Pagu Rp. 397.000.000,-
- Sudah dimanfaatkan
- Target : 15 Desember 2018

Pengadaan Cool Box - Realisasi : 100%


4 - Pagu Rp. 164.464.630,- 175 Unit - Sudah BAST
- Target : 31 Oktober 2018 - Sudah dimanfaatkan

Pengadaan Kendaraan
- Realisasi : 100%
Berpendingin
5 1 Unit - Sudah BAST
- Pagu Rp. 564.584.000,-
- Sudah dimanfaatkan
- Target : 24 November 2018

Pengadaan Mobil Crane - Realisasi : 100%


6 - Pagu Rp. 878.263.627,- 1 Unit - Sudah BAST
- Target : 15 Desember 2018 - Sudah dimanfaatkan

• 1 Paket Pengadaan Peralatan Cold Storage; - Gagal Lelang


7 • 1 Paket Penimbunan dan Pemadatan Lahan, dan Pembuatan Jalan - Dianggarkan Tahun 2019
• 1 Paket Pembangunan Tambat Labuh Kapal Skala Kecil - Review KAK dan RAB

3. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna


Lokasi SKPT Natuna difokuskan di Pelabuhan Perikanan (PP) Selat Lampa.
PP. Selat Lampa akan diarahkan menjadi Pelabuhan Perikanan Perintis yang
kelembagaannya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perikanan
Tangkap KKP. (Telah mendapat Surat Rekomendasi dari Gubernur Kepri dan
Bupati Natuna untuk sebagai UPT Pusat; proses pengalihan BMD ke pusat
sedang dalam proses). Sejak 1 Juni 2017, Ditjen Perikanan Tangkap KKP
menempatkan 1 (satu) PNS sebagai Penanggung Jawab Pengelola PP. Selat
Lampa, yag didukung dengan 10 orang SDM lokal sebagai tenaga kerja kontrak.
KKP menyiapkan anggaran operasional kegiatan PP Selat Lampa melalui APBN
KKP setiap tahun.
Pada tahun 2018-2019 Ditjen Bina Marga melaksanakan kegiatan pembangunan
jalan akses sepanjang 5 km ke Selat Lampa dari SP. Sekunyam. Alokasi
anggaran sebesar Rp 69 M, target penyelesaian s.d tahun 2019 oleh Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga turut memberikan dukungan
dalam pembangunan SKPT Natuna mellaui Dukungan internet 4G lokasi
SKPT Natuna (melalui BP3TI) dan sejak 31 Maret 2018 akses internet 4G telah
digunakan di lokasi SKPT dan terpasang parabola VSAT.
Kementerian ESDM juga memberikan dukungan melalui Pasokan BBM untuk
nelayan (subsidi dan komersial) (Pertamina) dan PLN telah memasang Gardu
Induk di PPI Selat Lampa kapasitas 5.000 kVA dan telah digunakan sebesar
865 kVA. Dukungan perbakan juga terlihat dalam pembangunan SKPT Natuna
mellaui Mobil Layanan Gerak BNI yang telah hadir di lokasi SKPT Natuna (sejak

72 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


15 Juli 2018). BNI menyediakan akses perbankan, mulai dari simpan pinjam
dan perkreditan KUR Nelayan. BNI membantu KKP dalam implementasi Kartu
KUSUKA.
Untuk pemasaran hasil perikanan, Integrated Cold Storage (ICS) 200 ton di PP
Selat Lampa telah dioperasionalkan oleh BUMN Perikanan (Perum Perindo)
sejak 1 Juni 2017 melalui “Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan”. Perum Perindo
mengadakan kerjasama kemitraan pemasaran ikan hasil tangkapan dengan
sekitar 216 nelayan sekitar Natuna, dan telah menyerap tenaga kerja lokal
(34 karyawan asli Natuna). Perum Perindo memasarkan ikan Natuna ke pasar
domestik dan ekspor (Malaysia, Singapura)-bekerjasama dengan pihak ketiga.

4. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik


SKPT Sebatik terletak di Kabupaten Nunukan yang merupakan salah satu Kab/
Kota Propinsi Kalimantan Utara terletak di sebelah Timur Pulau Kalimantan dan
sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya
Negara bagian Sabah dan Serawak.
Adapun beberapa usaha sektor perikanan yang potensial di Kabupaten Nunukan
untuk dikembangkan antara lain: (1) industri pengolahan Ikan dan rumput laut
untuk tujuan ekspor, (2) Cold storage, hatchery dan pabrik es, (3) teknologi
budidaya, dan (4) pengolahan hasil perikanan berbasis skala kecil
Pembanguan SKPT Sebatik dilaksanakan di Pangkalan Pandaratan Ikan (PPI)
Sebatik yang berlokasi di Desa Sungai Pancang, Kecamatan Sebatik, Kabupaten
Nunukan dan berdiri di atas lahan seluas 1,130.5 Ha. Kegiatan ini dilakukan
selama 3 tahun (2016-2018) dengan total biaya Rp. 116,16 Milyar dari sumber
dana APBN dan DAK. Kegiatan pembangunan difokuskan pada pembangunan
fasilitas pokok di Pelabuhan Perikanan Sebatik, bantuan sarana penangkapan
ikan, sarana rantai dingin, budidaya rumput laut. Kegiatan tersebut merupakan
hasil usulan pemerintah daerah dan masyarakat. Sebagai penguat atas legalitas
pembangunan PP Sebatik, pada tahun 2015 Dinas Perikanan Kabupaten
Nunukan telah melimpahkan pengelolaan dan pembangunan PP Sebatik
Kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (Cq. Ditjen Perikanan Tangkap)
Pada Bulan Januari tahun 2019, Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT)
Sebatik telah dioperasionalkan secara keseluruhan. Setiap harinya kurang
lebih 6 unit kapal perikanan melakukan aktifitas bongkar muat. SKPT Sebatik
telah memiliki fasilitas berupa dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI), ice flake
machine (IFM) kapasitas 10 Ton, cold storage kapasitas 50 Ton, kedai nelayan,
bengkel nelayan, air bersih, BBM, serta pelayanan terpadu dari berbagai instansi
terkait.
Pada tanggal 22 November 2018 telah diadakan kegiatan Focus Group
Discussion (FGD) terkait SKPT Sebatik dengan melibatkan tim peneliti Balai
Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan. FGD tersebut menyampaikan
identifikasi tingkat partisipasi dan perilaku pelaku usaha perikanan yang terdiri

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 73
dari nelayan dan pedagang ikan di Pulau Sebatik serta pedagang ikan di Kota
Tawau Malaysia.
Hasil penelitian menunjukan tingkat partisipasi pelaku usaha perikanan di Pulau
Sebatik terhadap SKPT Sebatik masih bersifat partisipasi-pasif. Kegiatan FGD
mengajak pelaku usaha perikanan berkomitmen untuk berpartisipasi kolaboratif
agar SKPT Sebatik menjadi pusat aktivitas perikanan ekspor. Hal ini dilakukan
agar produk perikanan nelayan dapat bersaing dengan produk perikanan dari
daerah lain di pasar domestik (Surabaya dan Makasar) maupun pasar ekspor
(Tawau).

5. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Merauke


Pembanguan SKPT Merauke pada tahun 2015 dilaksanakan oleh Ditjen PDSPKP,
kemudian pengelolaannya dilimpahkan pada Ditjen Perikanan Tangkap mulai
tahun 2016. Pada tahun 2015-2018 total biaya yang telah dialokasikan untuk
pembangunan PP Merauke sebesar Rp.168,09 Milyar yang bersumber dari
dana APBN dan DAK. Kegiatan pembangunan difokuskan pada pembangunan
fasilitas pokok di PP Merauke, bantuan sarana penangkapan ikan, dan sarana
rantai dingin.

6. Sentra Kelautan dan Perikanan Saumlaki (Maluku Tenggara Barat)


Pengembangan PP Ukurlaran tidak lepas kaitannya dengan pengembangan
SKPT Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku, yang
berfungsi sebagai zona inti bagi pengembangan usaha perikanan tangkap.
Rencana pembangunan/pengembangan PP Ukurlaran telah dicanangkan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Ditjen Perikanan Tangkap) sehingga pada
tahun 2017 s.d 2020 akan diinisiasi proses pengembangan dan pelaksanaan
pembangunan PP Ukurlaran.
Secara geografis lokasi PPI Ukurlaran Saumlaki berada di pulau Yamdena, pada
7,56°. 2,32° LS s.d 131°.17. 34,89° BT, terletak di daerah pantai yang memiliki
potensi perikanan cukup besar dan mempunyai peluang dalam mengembangkan
pengolahan hasil penangkapan ikan laut dan merupakan sentra perdagangan
perikanan utama yang berasal dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
sekitarnya.
Fasilitas pokok yang terdapat pada PP Ukurlarang antara lain sebagai
berikut: Dermaga Ukuran 50 x 10 m, Kolam Pelabuhan lebih besar dari 3m,
Alur Pelayaran, Jalan Komplek sepanjang 448m berupa jalan makada belum
dilakukan pengaspalan, Lahan 2 Ha dan direncanakan pengembangan sesuai
dengan masterplan 125 x 248 31.000m2 atau 3,1 Ha Total = 5,1 Ha. Pada tahun
2018, untuk wilayah SKPT Maluku Tenggara Barat diberikan bantuan sarana
penangkapan ikan berupa 18 paket kapal perikanan berukuran 3 GT termasuk
mesin. Sedangkan untuk alat penangkapan ikan akan direalisasikan pada

74 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


tahun 2019. Terkait pembangunan fisik PP Ukurlaran kegiatan perencanaan
pembangunan dan pengembangan PP Ukurlarang dapat terealisasi, namun
untuk pekerjaan konstruksi, rehabilitasi, dan pembangunan fasilitas SKPT
PP Ukurlarang tidak dilanjutkan karena waktu pelaksanaan yang singkat dan
adanya pemasangan sweri/tanda larangan.
Pada tahun 2018, hanya dilaksanakan rehabilitasi kawasan PP Ukurlarang
berupa penyambungan pipa air dan penunjang kegiatan SKPT serta kendaraan
roda dua dan tiga.

7. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Rote Ndao


Pada Tahun 2018, di SKPT Rote Ndao telah dilaksanakan pengadaan 108 Perahu
Jukung Untuk Pembudidayaan Rumput Laut, Pembangunan Ruang Pengolahan
ikan dan ruang ABF, Pembangunan Baik Air Bersih dan Sumur Bor, 2 Paket
Pembangunan IPAL, Pembangunan 2 Paket Mess Operator, Pembangunan
Area Parkir, Pembangunan jalan dan drainase komplek, pengadaan 15 kapal <
5 GT (Paket 1), Pengadaan 15 kapal < 5 GT (Paket 2), Sertifikasi kapal ukuran
< 5 GT, Paket Pengadaan ABF dan IFM di PPI Tulundale, Pembangunan Mess
Operator di Tambak Tualima, Penyambungan Listrik Dalam Rangka Tambah
Daya dai 66 KVA Menjadi 197 KVA di PPI Tulandale, Pembangunan Gedung IFM
di Batutua, Paket Pengadaan Peralatan IFM di Batutua, Pengadaan 15 Mesin
Perahu Tempel, Pembangunan BBI Mokdale.

8. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Sabang


Penetapan Kota Sabang sebagai salah satu Pembangunan Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu (PSKPT) menjadi tantangan dan babak baru bagi
pembangunan sektor kelautan dan perikanan Kota Sabang. Penetapan ini antara
lain didasarkan bahwa Kota Sabang adalah wilayah yang kaya sumberdaya
kelautan dan perikanan serta merupakan kepulauan terdepan yang berbatasan
dengan negara lain (Kepulauan Andaman; Nikobar-India; Puket-Thailand
dan Lankawi-Malaysia). Selain itu, Kota Sabang yang juga dikenal dengan
Pelabuhan dan Perdagangan Bebasnya, memungkinkan aktivitas ekspor dan
impor terutama untuk ekspor hasil tangkapan laut dapat dilaksanakan dengan
bebas ke negara tetangga. Akan tetapi sangat disayangkan peluang besar ini
belum dapat dimanfaatkan secara optimal, mengingat keterbatasan sarana dan
prasarana yang memadai serta dukungan sumberdaya manusia yang handal
dirasakan masih terasa kurang. SKPT Sabang memiliki nilai strategis dari sisi
perundangan antara lain (i) UU No. 37/2000, Sabang telah ditetapkan sebagai
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas; (ii) UU 11/2006, Pelabuhan
bebas Sabang telah ditetapkan sebagai Hub Internasional dan pintu ekspor
Indonesia, (iii) Keppres No 6/2017, Sabang telah ditetapkan sebagai wilayah
pulau-pulau kecil terluar Indonesia.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 75
9. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Sumba Timur
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Sumba Timur
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan aksesbilitas dan konektivitas
dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan pasar
melalui adanya penataan ruang dan upaya penilaian nilai tambah ekonomi
kegiatan pengembangan Kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi dengan
perencanaan, pengembangan/peningkatan dan/atau perbaikan mulai dari
proses produksi (baik perikanan tangkap dan perikanan budidaya), pengolahan,
hingga pemasaran (darat dan laut), serta infrastruktur pendukungnya.
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Kabupaten Sumba
Timur dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan
dan perikanan. Adapun kegiatan yang direalisasikan pada pembangunan sentra
kelautan dan perikanan terpadu adalah sebagai berikut: 50 (lima puluh) Unit
Kapal 4 GT (Kasko, Mesin dan Alat Tangkap) beserta coolbox; 10 (sepuluh)
Unit Kapal Penangkap Cumi Ukuran 2 GT; 13 (tiga belas) Paket Sarana Kebun
Bibit Rumput Laut; 32 (tiga puluh dua) Paket Sarana Budidaya Rumput Laut; 4
(empat) Paket Sarana Budidaya Air Tawar; 18 (delapan belas) Unit Rumah Ikat;
180 (seratus delapan puluh) Unit Para–Para; 22 (dua puluh dua) Unit Perahu
Fiber;40 (empat puluh) Paket Geomembran; 2 (dua) Unit Gudang dan Ice Flake
Machine 1,5 Ton; 1 (satu) Paket Sarana dan Prasarana BBI Lefwa; 1 (satu) Paket
fasilitas Infrastruktur di Kawasan Percontohan Budidaya Rumput Laut di Ds
Kaliuda.

10. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Kepulauan


Mentawai
Sarana dan Prasarana perikanan tangkap yang telah dibangun dan
dioperasionalkan di SKPT Mentawai sebagai berikut : kapal perikanan telah
tersedia dan operasional, alat tangkap perikanan tersedia dan operasional,
coolbox kapasitas 50 liter sebagai tempat penyimpanan ikan bagi nelayan, ice
storage kapasitas sesuai dengan kebutuhan tersedia dan operasional, rumah
nelayan tersedia dan operasional, pabrik es kapasitas sesuai dengan kebutuhan
tersedia dan operasional, pasar ikan higienis tersedia dan operasional, Tempat
Pemasaran Ikan (TPI) kapasitas sesuai dengan kebutuhan tersedia dan
operasional, dan Unit Pengolahan Limbah (UPL) tersedia dan operasional.
Sarana dan Prasarana perikanan budidaya yang dibangun dan dioperasionalkan
di SKPT Mentawai sebagai berikut : Balai benih ikan tersedia dan operasional,
Karamba jaring apung (KJA) dan peralatan pendukung budidaya KJA terkelola,
Mesin pembersih jaring KJA tersedia dan berfungsi, dan Benih ikan Kerapu,
pakan dan bahan obat-obatan untuk ikan kerapu tersedia dan terpakai.
Sarana pengelola SKPT yang tersedia di SKPT Mentawai adalah: Kantor
syahbandar perikanan dan peralatan penunjangnya tersedia dan operasional,
Kantor karantina perikanan serta peralatan penunjangnya tersedia dan

76 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


operasional. Sarana pengelola yang belum tersedia adalah : Kantor pengawas
sumberdaya kelautan dan perikanan serta peralatan penunjangnya dan Kantor
bea cukai dan peralatan penunjangnya.
Sarana dan prasarana penunjang SKPT yang tersedia adalah : Pelabuhan
perikanan tersedia dan operasional, Bahan Bakar Minyak (BBM) tersedia
dan operasional, Air bersih kapasitas sesuai dengan kebutuhan tersedia dan
operasional, Mobil operasional Pabrik es balok tersedia dan operasional,
Jalan akses ke sentra bisnis perikanan tersedia dan dapat digunakan. Sarana
penunjang SKPT yang belum tersedia adalah : Jaringan telekomunikasi 3G/4G.

11. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Morotai


Sentra Kelautan Perikanan Terpadu merupakan pusat bisnis kelautan dan
perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan dari
SKPT adalah membangun dan mengintegrasikan proses bisnis KP berbasis
masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya KP di pulau-pulau
kecil dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Lokasi SKPT dan
penanggungjawab ditetapkan melalui PermenKP nomor 40/PERMEN-KP/2016
tentang penugasan pelaksanaan pembangunan SKPT di Pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2018
antara lain :
a. Pengadaan chest freezer, yang ditujukan sebagai tempat menyimpan ikan
hasil tangkapan, selama proses penangkapan ikan dan pendistribusiannya
oleh nelayan di pulau morotai. Sebanyak 198 unit sudah diserahterimakan
kepada kelompok koperasi yang ada di Kecamatan Morotai Timur,
Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kecamatan
Morotai Utara dan Kecamatan Morotai Jaya. Sasaran dari pengadaan chest
freezer tersebut adalah untuk menjaga kualitas ikan-ikan hasil tangkapan
dan meminimalisir proses pembusukannya sehingga kualitas ikan terjaga.
b. Pengadaan Cool box; Tujuan dari pengadaan cool box tersebut adalah
menyediakan tempat menyimpan ikan hasil tangkapan, selama proses
penangkapan ikan dan pendistribusiannya oleh nelayan di pulau Morotai
barang. Sebanyak 605 unit yang terdiri dari 305 unit ukuran 220 liter
dan 300 unit ukuran 50 liter sudah diserahterimakan kepada kelompok
koperasi yang ada di Kecamatan Morotai Timur, Kecamatan Morotai
Selatan, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kecamatan Morotai Utara dan
Kecamatan Morotai Jaya. Sasaran dari pengadaan chest freezer tersebut
adalah untuk menjaga kualitas ikan-ikan hasil tangkapan dan meminimalisir
proses pembusukannya sehingga kualitas ikan terjaga.
c. Pembangunan Ice Flake Machine. Pembangunan Ice Flake Machine
dilaksanakan di 5 lokasi (Desa Buho buho, Desa Sangowo, Desa Cendana,
Desa Tanjung Saleh dan Desa Wayabula) Kab. Pulau Morotai. Ice flake
dibangun dengan tujuan untuk memproduksi es untuk mempertahankan

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 77
mutu dari hasil tangkapan nelayan sehingga kualitas hasil tangkapan ikan
tuna oleh nelayan-nelayan lokal terjaga dan meningkat.
d. Pengadaan Generator Set (GenSet). Pengadaan GenSet 150 kVA sebanyak
1 unit ditujukan sebagai back up kawasan SKPT dan Genset 60 kVA
sebanyak 1 unit sebagai back up bangunan Ice Flake Machine.
e. Pengadaan Mobil Pengangkut Sampah sebanyak 1 unit. Mobil sampah ini
diadakan dengan tujuan untuk mengangkut sampah hasil aktivitas di SKPT
Morotai.
f. Pengadaan Mobil Berpendingin Roda 6 sebanyak 3 unit. Mobil tersebut
diadakan dengan tujuan untuk memperlancar pengangkutan dan distribusi
hasil perikanan dari pusat produksi/pengumpulan ke pusat distribusi/
industri/konsumsi untuk Koperasi/Kelompok Masyarakat /Lembaga
Keagamaan/Lembaga Pendidikan.

12. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Moa


Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten
Maluku Barat Daya (SKPT Moa) merupakan salah satu program prioritas
KKP tahun 2015-2019 yang bertujuan untuk mengintegrasikan proses bisnis
kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan (khususnya perikanan tangkap) secara
berkelanjutan. Untuk tahun 2018, SKPT Moa ditargetkan mencapai tingkat
kemandirian level 2. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan antara lain :
a. Penyusunan Masterplan dan bisnisplan yang didalamnya memuat studi
kelayakan pembangunan SKPT Moa (1 dokumen)
b. Revitalisasi Pabrik Es di Moain yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
(kapasitas 1 ton/hari)
c. Pemberian bantuan coolbox (50 unit) dan chestfreezer (2 unit) dari
Direktorat Jenderal PDSPKP kepada nelayan dan koperasi di Kabupaten
Maluku Barat Daya dalam rangka mendukung produksi perikanan
d. Pembangunan jalan akses antara Tiakur dengan Pelabuhan Keiwatu dan
Moain untuk memperlancar akses transportasi dan distribusi produksi
perikanan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Kementerian PUPR sepanjang
± 39 Km
e. Nelayan telah menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan berupa
pancing handline dan jaring
f. Telah dilakukan sosialisasi terkait penangkapan ikan yang ramah lingkungan
dan pelarangan penangkapan biota yang dilindungi (penyu)

78 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


13. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kab. Talaud
Sentra Kelautan Perikanan Terpadu di Kabupaten Kepulauan Talaud sesuai
tujuannya yaitu membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat. Untuk itu rangkaian proses kegiatan SKPT
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh mulai dari: pertemuan dan
koordinasi dengan Kementerian, Lembaga dan instansi terkait (Pertemuan
dengan DPRD Kabupaten Kepulauan Talaud, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian BUMN, PT. PLN, PT.
Perikanan Nusantara, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Daerah
Kabupaten Kepulauan Talaud, Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, Dinas
Perikanan Kab. Kepulauan Talaud, TP4D, LPMU KP dll), kelompok masyarakat
dan kelembagaan (koperasi/Bumdes Perikanan), sosialisasi dan kerjasama,
pembangunan sarana dan prasarana SKPT, peningkatan kapasitas masyarakat
(Koperasi/Bumdes Perikanan) hingga konektivitas dengan pasar. SKPT Talaud
merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 56 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional. Lokasi SKPT dan penanggungjawab ditetapkan melalui
Permen KP nomor 40/PERMEN-KP/2016 tentang penugasan pelaksanaan
pembangunan SKPT di Pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Pada tahun
2018, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :
a. Pengadaan Kapal Penangkapan Ikan <5 GT (50 Unit), Alat Penangkapan
Ikan (Handline Type Mata Tiga (50 Paket) dan Rawai dasar 1000 Mata
Pancing (45 Paket) dan Bantuan Operasional Penangkapan Ikan ( 50 Paket);
Telah selesai dan telah diserah terimakan kepada Koperasi Perikanan di
Kabupaten Kepulauan Talaud berdasarkan Keputusan Direktur Jasa
Kelautan selaku Pejabat Pembuat Komitmen Satker Direktorat Jasa
Kelautan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang laut Kementerian Kelautan
dan Perikanan Nomor : KEP.71/DJPRL.5/IX/2018 Tentang Penetapan
Kelompok Penerima Bantuan Pemerintah Kapal Penangkapan Ikan < 5GT,
Mesin Kapal penangkapan Ikan 15 HP beserta Alat Penangkapan Ikan
Handline dan Alat Penangkapan Ikan Rawai dalam Rangka Pembangunan
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Kepulauan
Talaud Tahun 2018.
b. Pengadaan Kendaraan Pengangkut Ikan Berpendingin telah selesai dan
telah diserah terimakan kepada Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan
Talaud sebanyak 2 (dua) Unit Kendaraan.
c. Sertifikasi Kelayakan Kapal Penangkapan Ikan oleh Biro Klasifikasi Indonesia
(Persero) untuk Kapal Penangkapan Ikan <5 GT, sesuai spesifikasi teknis
dan memenuhi ketentuan standar kapal perikanan berbahan FRP.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 79
Sertifikasi Kapal Penangkapan Ikan Ukuran < 5 GT telah diterbitkan oleh
Biro Klasifikasi Indonesia sebanyak 50 (lima puluh) Sertifikat sesuai dengan
jumlah bantuan kapal SKPT Talaud Tahun Anggaran 2018.
d. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu Kab. Kepulauan Talaud berupa banguna pelindung
pantai (tetrapod); yaitu berupa Tetrapod sejumlah 1.100 unit sepanjang
264 meter telah selesai pada tanggal 20 Desember 2018 dan diserahkan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam hal ini
Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Talaud.
e. Pekerjaan Landmark SKPT Talaud Telah selesai dilakukan dan diserahkan
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam hal ini
Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Talaud.
f. aspek produksi dan ekonomi, telah dilaksanakannya ujicoba produksi
hasil perikanan di lokasi Pelabuhan SKPT Talaud skala industri perikanan,
beroperasionalnya ICS/UPI Kapasitas 200 Ton oleh PT. Perikanan
Nusantara, terlaksananya peningkatan produksi tangkapan ikan koperasi
nelayan Kab. Talaud yang dibina melalui program SKPT.
g. kelembagaan, antara lain berupa telah dilakukan MoU antara Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Talaud dengan PT Perikanan Nusantara (Persero)
nomor Dir/I/Dirut/107/VIII/2018 tanggal 28 Februari 2019 yang selanjutnya
diikuti dengan PKS no 83/PKS/2018 tanggal 14 Agustus 2018 tentang
Pemanfaatan Barang Daerah di lokasi SKPT Desa Dalum Kecamatan
Salibabu serta PKS no 84/PKS/2018 tentang Pemanfaatan Gudang Beku
terintegrasi di lokasi SKPT Desa Dalum Kecamatan Salibabu.
h. sosial dan lingkungan, antara lain berupa pembinaan kelompok koperasi
nelayan, peningkatan kapasitas kelompok nelayan melalui bimbingan teknis
dan pelatihan, yaitu : Pelatihan Peningkatan Kapasitas Koperasi Pelatihan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Pelatihan Pengoperasian Alat
Tangkap dan Manajemen Mutu, Pelatihan Pengoperasian Unit Pengolahan
Ikan.

80 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


B. DAMPAK KEBIJAKAN
1. Pertumbuhan PDB Perikanan

GAMBAR 2.43. GRAFIK NILAI ADHK PDB SEKTOR PERIKANAN TAHUN 2014-2018

Produk Domestik Bruto (PDB)


trend nilai PDB perikanan Subsektor Perikanan adalah jumlah
(Berdasarkan Harga Konstan) nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh sektor
(Rp Miliar)
300

250
perikanan. Pertumbuhan ekonomi
Nilai ADHK PDB Perikanan

sektor perikanan merupakan

238.64
226.85
214.6

perubahan PDB (atas dasar harga


200
204.02
189.09

150
konstan) sektor perikanan dari satu
100
periode ke periode berikutnya. PDB
50 Perikanan tersebut hanya didasarkan
0
pada sektor primer yang mencakup
perikanan tangkap dan perikanan
2014 2015 2016 2017 2018

budidaya. Nilai PDB subsektor


perikanan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) terus mengalami kenaikan tahun
2014-2018 dengan kenaikan rata-rata sebesar 5,99%/tahun dari Rp 189,08
triliun pada tahun 2014 menjadi Rp 238,64 triliun pada tahun 2018.

GAMBAR 2.44. GRAFIK PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERIKANAN TAHUN 2014-2018

9.00
7.89
7.35
8.00

7.00
5.71
6.00 5.19 5.20
5.01
4.88
5.00
5.03 5.07 5.17
4.00
4.24
3.00 3.87 3.91
3.75 3.37
2.00
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Perikanan Nasional
1.00
2014 2015 2016 2017 2018

Pada tahun 2015 pertumbuhan PDB perikanan mencapai 7,89%, namun


pada tahun 2016 mengalami perlambatan menjadi 5,19% dan 5,20% pada
tahun 2018. Namun demikian pertumbuhan PDB perikanan selama lima tahun
tersebut masih berada di atas rata-rata pertumbuhan PDB nasional dan sub
sektor pertanian secara umum.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 81
2. Nilai Tukar

Perbaikan ekonomi perikanan juga terlihat dari membaiknya daya beli para
nelayan dalam lima tahun terakhir. Hal ini terlihat dari peningkatan 6 nilai tukar
sektor perikanan yang dicatat oleh BPS-RI seperti yang terlihat pada Gambar:

Nilai tukar nelayan (NTN) tumbuh rata-rata sebesar 2,01%, yaitu dari 104,63 (2014)
menjadi 113,28 (2018). Artinya telah terjadi perbaikan daya beli nelayan karena
indeks yang diterima nelayan jauh lebih besar dibandingkan dengan indeks yang
dikeluarkannya. Pasca kebijakan pemberantasan IUU fishing, nelayan Indonesia
mendapatkan kemudahan akses mendapatkan hasil tangkapan ikan. Hal ini
ditandai dengan lebih singkatnya waktu yang dibutuhkan nelayan di tengah laut
untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan dan penurunan jarak tempuh yang
dibutuhkan nelayan untuk menemukan ikan.
Nilai tukar usaha nelayan (NTUN) tumbuh 4,25% dibandingkan dengan tahun
2014, yaitu dari 107,37 (2014) menjadi 123,01 (2018). Artinya dalam lima tahun
telah terjadi perbaikan iklim usaha perikanan nelayan nasional. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perbaikan yang signifikan terhadap indeks yang diterima oleh
nelayan.
Sedangkan untuk Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) mengalami perlambatan
0,15% dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 101,42 (2014) menjadi 100,8% (2018).
Penurunan NTPi tersebut lebih disebabkan tingginya indeks biaya konsumsi
rumah tangga para pembudidaya ikan.
Begitu juga dengan Nilai tukar usaha pembudidaya ikan (NTUPi) tumbuh
1,70%, yaitu dari 105,9 (2014) menjadi 113,27 (2018). Artinya dalam 5 tahun ada
perbaikan iklim usaha pembudidaya ikan.
Nilai tukar perikanan (NTP) tumbuh 0,80%, yaitu dari 102,68 (2014) menjadi 105,99
(2015). Artinya dalam 5 Tahun ada perbaikan daya beli masyarakat perikanan,
khususnya masyarakat nelayan. Sedangkan Nilai tukar usaha perikanan (NTUP)
tumbuh 2,80%, yaitu dari 106,45 (2014) menjadi 118,87 (2018). Artinya dalam 5
tahun ada perbaikan iklim usaha perikanan.

82 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


3. Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap
GAMBAR 2.45. GRAFIK PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2014-2018
Perikanan Tangkap 2014-
2018 mengalami kenaikan
dengan rata-rata kenaikan
sebesar 2,82% per tahun.
Total produksi perikanan
tangkap 6,5 juta ton senilai
Rp 108 triliun (2014), naik
menjadi 7,2 juta ton senilai
Rp 140 trilyun (2018).

GAMBAR 2.46. PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2014-2018

Capaian produksi
pe­rikanan tangkap
dicapai oleh 100%
kapal dalam negeri.
Masih terdapat poten-
si ­ unreported (tidak
dilaporkan) 40% dari
produksi perikanan
yang dilaporkan, se-
hingga ­ total produk-
si perikanan tangkap
diperkirakan lebih dari
10 juta ton.

Perikanan Budidaya 2014-2018 naik 3,36% per tahun. Total produksi perikanan
budidaya 17,4 juta ton senilai Rp 163,5 trilyun (2014), naik menjadi 17,25 juta ton
senilai Rp. 205,81 trilyun (2018). Peningkatan terbesar adalah dari komoditas
Kerapu (130,15%). Sementara produksi ikan hias naik 37,6% per tahun, yaitu
dari 1,14 milyar ekor senilai Rp. 2,68 triliun (2014) menjadi 1.570 milyar ekor
dengan nilai Rp.3,6 triliun (2018). Total pembudidaya perikanan naik 28,39%,
dari 3.810.758 orang (2014) menjadi 4.892.691 orang (2018).

4. Peningkatan Produksi Garam Nasional

Produksi Garam nasional merupakan penjumlahan dari produksi garam rakyat


yang mendapat program PUGAR di 21 Kabupaten/Kota, produksi garam rakyat
non PUGAR di 30 Kabupaten/Kota, dan produksi dari PT. Garam dalam 1 musim
produksi.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 83
GAMBAR 2.47. PRODUKSI GARAM TAHUN 2014-2018
Target produksi garam
tahun 2018 berdasarkan
Dokumen Penetapan
Kinerja Tahun 2018 adalah
sebesar adalah 4,1 juta ton,
lebih besar dari target tahun
2017 sebesar 3,8 juta ton.
Tahun 2017 produksi hanya
tercapai 1.111.067,226
ton (28,95% dari target)

karena musim kemarau yang pendek. Target produksi 2018 terdiri dari 3.8 juta
ton garam rakyat (PUGAR dan non PUGAR) serta 0,4 juta ton hasil produksi
PT. Garam. Metodologi pendataan garam disusun oleh KKP bersama Badan
Pusat Statistik sedangkan pengumpulan dan validasi Data dilakukan oleh Dinas
Kabupaten/Kota terkait. Sampai tahun 2018 telah terintegrasi lahan garam
seluas 1.416 hektar dan terbangun 6 unit gudang garam standar SNI dengan
kapasitas 2.000 ton per gudang. Total produksi garam naik 144,14%, dari 1,11
juta ton (2017) menjadi 2,71 juta ton (2018). Tenaga kerja yang terlibat sebanyak
19.000 petambak di 22 kabupaten.

5. Angka Konsumsi Ikan

Tingkat Konsumsi Ikan


Dalam Negeri dari tahun
2014 sampai dengan
tahun 2017 mengalami
peningkatan 7,23%/tahun.
Capaian pada tahun 2018
yaitu sebesar 50,69 kg/
kapita/tahun (angka sangat
sementara) meningkat
7,08% apabila dibandingkan
dengan capaian tahun

84 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


2017, yakni 47,34 kg/kapita/tahun. Meningkatnya angka konsumsi ikan, selain
menunjukkan meningkatnya preferensi masyarakat akan ikan, juga dapat
menunjukkan bahwa produksi perikanan diserap dan industri perikanan
bergerak di pasar masyarakat.

GRAFIK TINGKAT KONSUMSI IKAN TAHUN 2014-2018

Meningkatnya produksi ikan


nasional telah mendorong
meningkatnya ketersediaan
ikan untuk konsumsi
nasional, bahkan Presiden
pun telah memerintahkan
para Menteri untuk
mengkampanyekan gemar
makan ikan melalui Inpres
No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat, dengan melibatkan seluruh
komponen/elemen bangsa membangun kesadaran gizi individu maupun kolektif
masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan melalui Gerakan Memasyarakatkan
Makan Ikan (Germarikan) dalam berbagai kesempatan untuk generasi sehat dan
cerdas. KKP juga gencar melakukan kegiatan yang menghimbau para ibu hamil
untuk banyak makan ikan dalam rangka memberikan kualitas kehidupan pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pada tahun 2018, KKP juga telah melibatkan 34 mitra dalam mendukung
pelaksanaan Gemarikan, sebagaimana tercantum dalam Gambar.
Faktor yang menjadi penyebab kenaikan konsumsi ikan nasional antara lain :
Terjadinya pergeseran pola konsumsi masyarakat dari daging merah ke daging
putih atau ikan; Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kandungan gizi
dan manfaat makan ikan bagi kesehatan dan kecerdasan; Meningkatnya upaya
sosialisasi memasyarakatkan makan ikan melalui program nasional GEMARIKAN
secara masiv dengan melibatkan instansi teknis, lembaga dan masyarakat;
Tersedianya aneka produk olahan ikan yang bermutu dan menu berbasis ikan
yang memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan; Ketersediaan
dan keterjangkauan produk perikanan semakin luas sehingga memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan produk perikanan.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 85
6. Nilai Ekspor Perikanan

Nilai ekspor hasil perikanan adalah jumlah komoditas produk perikanan, baik
hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dikategorikan dalam kode HS
(Harmonized System) tahun 2017 sebanyak 482 kode HS dalam 8 digit yang
dijual ke luar negeri yang dikonversi dalam bentuk uang (US Dollar). Indikator
kinerja ini dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS).

GAMBAR 2.48. NILAI EKSPOR HASIL DAN NERACA PERDAGANGAN PERIKANAN


Ekspor hasil perikanan
naik 7,23% per tahun.
Ekspor tahun 2015 (USD
3,94 miliar) mengalami
penurunan dari 2014
(USD 4,64 miliar). Namun
sejak 2015-2018 terus
mengalami peningkatan
7,23% per tahun, dari
USD 3,94 miliar (2015)
menjadi USD 4,86 miliar
tahun 2018. Ekspor
terbesar dilihat dari nilai
adalah udang (USD
1.742,09 miliar atau 7,45%) dan dilihat dari volume adalah rumput laut (213,01
ribu ton atau 11,03%). Negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat
(USD 1,88 miliar atau 38,61%).
Kegiatan yang telah dilaksa­
nakan guna meningkatkan
capaian nilai ekspor antara
­
lain: Partisipasi aktif dalam pa-
meran di pusat-pusat pasar
seafood dunia, Melakukan
perundingan sebagai upaya
untuk mengurangi hambatan
perdagangan baik tarif maupun
non tarif, ­se­hingga akses pasar
produk perikanan ke negara
­tujuan akan m ­ eningkat, Kerjasama antara KKP dengan Pemerintah Swiss beru-
pa H ­ ibah melalui Swiss Import Promotion Program (SIPPO) dan SMART Fish
­untuk promosi produk perikanan Indonesia di luar negeri dan Peningkatan mutu
­produk kelautan dan perikanan untuk komoditas ekspor yang bernilai ekonomis
penting melalui sertifikasi kelayakan UPI (telah diterbitkan sebanyak 2.872 SKP
s.d Desember 2018).

86 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


7. Penerimaan PNBP Perikanan

PNBP sektor KP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat sektor KP


yang bukan berasal dari penerimaan perpajakan. Nilai PNBP sektor kelautan
dan perikanan adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat pada sektor KP
melalui enam unit kerja eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan
yaitu Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Budidaya, Ditjen Pengelolaan
Ruang Laut, Ditjen PDSPKP, BRSDM KP dan BKIPM yang bukan berasal
dari penerimaan perpajakan. Penerimaan PNBP dari sektor KP diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara. PDB tahun 2014 senilai Rp 189.087 Milyar, tahun 2017
menjadi Rp 227.278 M. Sementara PNBP Perikanan tahun 2014 senilai Rp 267
Milyar, tahun 2018 menjadi Rp 645 Miliar.

GAMBAR 2.49 PNBP PERIKANAN TAHUN 2014-2018

Untuk PNBP sektor kelautan dan


perikanan tahun 2018 mencapai Rp.
647,47 miliar. Sumber penerimaan
terbesar dari PNBP perikanan
bersumber dari Pendapatan Pungutan
Hasil Perikanan (PHP) yaitu sebesar
Rp441,90 miliar merupakan salah satu
penerimaan PNBP SDA sektor perikanan
yang berupa pungutan PNBP kepada
setiap orang dalam rangka memperoleh
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) untuk
melakukan usaha penangkapan ikan. Realisasi PNBP Badan Karantina Ikan
dan Pengendalian Mutu berasal dari pendapatan jasa karantina perikanan yang
berupa analisis data dan pengujian laboratorium untuk pemeriksaan kesehatan
ikan serta kegiatan karantina ikan. Sedangkan realisasi PNBP terbesar untuk
Ditjen Pengelolaan Ruang Laut berasal dari pendapatan perizinan lainnya yang
berupa kegiatan penerbitan izin lokasi Reklamasi (komersil baru) Teluk Benoa di
Provinsi Bali.
PNBP Non SDA Ditjen Perikanan Budidaya
“Realisasi penerimaan PNBP sektor
berasal dari Penjualan hasil usaha budidaya
KP tahun 2018 mengalami kenaikan
dan Imbalan jasa UPT lingkup Direktorat
sebesar 3,5% yaitu sebesar Rp.625,57
miliar pada tahun 2017 menjadi Jenderal Perikanan Budidaya diantaranya
sebesar Rp.647,47 miliar pada tahun penjualan hasil perikanan budidaya,
2018”. imbal jasa teknologi, jasa desiminasi,
jasa penggunaan laboratorium, jasa
penggunaan fasilitas, jasa fasilitas lainnya, dan jasa kerjasama dengan pihak
ketiga. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendorong pencapaian PNBP
antara lain adalah : penaataan perizinan usaha perikanan tangkap, pelaksanaan

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 87
gerai perizinan usaha di 7 kegiatan di 4 lokasi yaitu Semarang, Muara Baru,
Muara Angke, Bungus selama tahun 2018 dan peningkatan sarana prasarana
di UPT lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka pelayanan
publik.

8. Penerimaan Pajak Perikanan

Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan peran sektor perikanan tangkap


dalam pembangunan nasional salah satunya melalui penerimaan pajak
perikanan. Penerimaan pajak dari sub sektor perikanan berperan penting untuk
pembangunan nasional. Penerimaan tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan
manusia dan infrastruktur, khususnya di bidang perikanan. Perikanan Indonesia,
terutama perikanan tangkap seharusnya mencerminkan besarnya laut Indonesia
dengan memberikan kontribusi ekonomi untuk pemasukan negara di samping
kesejahteraan dan kemakmuran dari pelaku bisnis.
Sejauh ini kontribusi yang diberikan perikanan tangkap masih kurang
mencerminkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua
di dunia. Di mana, tahun 2016 perikanan tangkap hanya menyumbang 0,02%
dari GDP (Gross Domestic Bruto). Hal ini disebabkan rendahnya kepatuhan
pelaku usaha terhadap ketentuan hukum dan perpajakan. Modus pelaku usaha
untuk menghindar dari kewajiban perpajakan antara lain dengan melaporkan
jumlah dan harga kapal dengan under value, melaporkan hasil tangkapan ikan
yang tidak sesuai, tidak melaporkan jenis kegiatan usaha dengan benar, dan
tidak melaporkan pendapatan dengan benar.

GAMBAR 2.50 PENERIMAAN PAJAK PERIKANAN TAHUN 2014-2018 (RP. MILIAR)

“Naiknya penerimaan pajak sektor


perikanan yaitu sebesar Rp. 851 miliar
di tahun 2014 menjadi sebesar Rp. 1.554
miliar pada tahun 2018 menunjukkan
semakin meningkatnya kepatuhan
pelaku usaha bidang kelautan dan
perikanan terhadap ketentuan hukum
dan perpajakan. Hal ini selaras dengan
kebijakan KKP dalam mengubah illegal,
unreported, unregulated fishing (IUUF)
menjadi legal, reported, regulated fishing
(LRRF).

Namun, saat ini KKP menghimbau kepada stakeholders perikanan agar


mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. KKP akan mengubah illegal,
unreported, unregulated fishing (IUUF) menjadi legal, reported, regulated
fishing (LRRF). Reported ditujukan agar kita mengetahui potensi perikanan kita.
Semakin kita menjaga kelestarian laut, maka semakin berlanjut bisnis perikanan.

88 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Selama ini sektor perikanan lebih menguntungkan oknum-oknum yang
melakukan eksploitasi ikan, tanpa memberikan kontribusi kepada negara. KKP,
saat ini telah memperkuat kerjasama dengan Kementerian Keuangan untuk
mengoptimalisasi penerimaan negara antara lain melalui pertukaran data sektor
perikanan, sinkronisasi program dan kebijakan, serta peningkatan koordinasi
pengawasan kepatuhan.

9. Investasi Sektor Sektor Perikanan

Investasi di sektor kelautan dan


perikanan (KP) didefinisikan sebagai
tindakan penanaman modal di sektor KP
dengan tujuan mendapatkan profit atau
keuntungan. Realisasi investasi hasil KP
dihitung melalui penjumlahan realisasi
Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing
(PMA) yang bersumber dari data Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
serta Kredit Investasi yang bersumber dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi yang berasal dari PMA merupakan kontribusi perusahaan swasta asing
(menggunakan modal asing dan/atau tenaga kerja asing) terhadap pembangunan
perikanan, sedangkan PMDN merupakan kontribusi perusahaan swasta dalam
negeri (menggunakan fasilitas penanaman modal dalam negeri dan/atau
tenaga kerja lokal) terhadap pembangunan perikanan. Sedangkan investasi
dari kredit investasi merupakan kredit jangka menengah/panjang yang berasal
dari perbankan dan non perbankan untuk pembelian barang-barang modal
dan jasa yang diperlukan antara lain guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi,
dan relokasi proyek dan atau pendirian usaha baru, misalnya untuk pembelian
mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik. Realisasi dari kredit investasi
mengakomodir investasi masyarakat yang berasal dari UMKM. Pada tahun 2018,
nilai investasi hasil KP mencapai sebesar Rp 4,89 triliun. Nilai investasi kelautan
dan perikanan terus mengalami kenaikan, dengan pertumbuhan rata-rata dari
tahun 2015-2018 mencapai 12,68% yaitu sebesar 3,58 triliun pada tahun 2015,
sebesar Rp. 5,08 triliun pada tahun 2016, sebesar Rp. 4,83 triliun pada tahun
2017 dan sebesar Rp.4,89 triliun di tahun
“Nilai investasi kelautan dan perikanan 2018. Realisasi investasi selama tahun
terus mengalami kenaikan yaitu Rp. 4,83 2018 didominasi oleh sektor infrastruktur
triliun di tahun 2017 menjadi Rp. 4,89 di seperti pembangkit listrik, jalan tol dan
tahun 2018 atau mengalami kenaikan telekomunikasi. Berdasarkan sektor
sebesar 1,20%. Hal ini menunjukkan usaha, (lima besar) realisasi investasi
bahwa iklim usaha perikanan memiliki (PMDN & PMA) adalah: Listrik, Gas, dan
kecenderungan yang positif.”
Air (Rp 117,5 triliun, 16,3%); Transportasi,

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 89
Gudang, dan Telekomunikasi (Rp 94,9 triliun, 13,1 %); Pertambangan (Rp 73,8
triliun, 10,2 %); Industri Makanan (Rp 68,8 triliun, 9,5 %); dan Perumahan,
Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 56,8 triliun, 7,9%). Kontribusi realisasi
investasi hasil kelautan dan perikanan (PMDN & PMA) terhadap realisasi nasional
adalah sebesar 2 triliun rupiah atau setara 0,28% dibandingkan realisasi investasi
nasional.

10. Pembiayaan Sektor Perikanan


Nilai Pembiayaan Usaha Hasil KP dari Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
menunjukkan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga perbankan
dan non perbankan kepada UMKM hasil kelautan dan perikanan. Penyaluran
permodalan dari Perbankan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan skim kredit komersil lainnya, dan
Non perbankan berupa pegadaian dan pembiayaan lainnya. Adapun teknik
menghitung capaian indikator kinerja ini adalah dengan menjumlahkan seluruh
penyaluran usaha baik dengan skema perbankan maupun non perbankan.
Sampai dengan 2018, realisasi nilai pembiayaan usaha hasil KP tercapai sebesar
Rp. 3,71 triliun. Pertumbuhan nilai pembiayaan usaha hasil KP yang positif
ini menunjukkan bahwa kepercayaan industri jasa keuangan kepada sektor
kelautan dan perikanan semakin meningkat. Secara nasional pembiayaan usaha
kelautan dan perikanan yang disalurkan melalui perbankan s.d Desember 2018
mencapai Rp. 3,71 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 52.221 debitur. Nilai
pembiayaan usaha kelautan dan perikanan tersebut terbagi menjadi dua yaitu
pembiayaan melalui perbankan sebesar Rp. 3,63 triliun atau mencapai 97,97%
dari total pembiayaan usaha KP dengan jumlah debitur sebanyak 49.445 dan
pembiayaan non perbankan sebesar Rp. 75,25 miliar atau mencapai 2,03% dari
total pembiayaan usaha KP dengan jumlah debitur sebanyak 2.776 debitur.

11. Dana Bergulir Bidang KP


Sektor kelautan dan perikanan selain mendapatkan pembiayaan dari lembaga
keuangan bank dan non bank sebagaimana dijelaskan diatas, pada tahun
2018 juga mendapatkan pembiayaan dari dana bergulir Badan Layanan Umum
(BLU) yang disalurkan melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan
Perikanan (LPMUKP). Kinerja pengelolaan dana bergulir LPMUKP tahun 2018
cenderung positif, yang ditandai dengan semakin meningkatnya dana bergulir
dan jumlah debitur yang mendapatkan pembiayaan. LPMUKP telah beroperasi
sejak 10 November 2017, dan telah menyalurkan dana kelolaan sebesar Rp.
365 miliar kepada 14.002 penerima manfaat (nelayan, pembudidaya, pengolah/
pemasar, petambak garam,masyarakat pesisir lainnya, yang tersebar di 210 kab/
kota. Pinjaman melalui dana bergulir bidang kelautan dan perikanan disalurkan
kepada lima kategori sektor usaha bidang kelautan dan perikanan yaitu
penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar hasil perikanan,

90 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


usaha garam rakyat
Kinerja BLU-LPMUKP Tahun 2017-2018 dan usaha masyarakat
Badan Layanan Umum – Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan pesisir lainnya (kedai
10 Nov 2017
Mulai beroperasi
pesisir, wisata bahari).
Pada tahun 2018, jumlah
Rp. 365 Miliar
Dana kelolaan telah disalurkan
persetujuan sebesar Rp.
14.002
333,41 miliar dan. Dana
Penerima manfaat (Nelayan,
Pembudidaya, Pengolah/Pemasar, bergulir yang disalurkan
Petambak Garam, Masyarakat
DANA BERGULIR LPMUKP PER SEKTOR USAHA Pesisir Lainnya) melalui LPMUKP tahun
180,000,000,000

160,000,000,000
159,604,000,000
2018 paling besar
140,000,000,000
210
disalurkan pada sektor
126,404,340,000
120,000,000,000

100,000,000,000
Kabupaten/Kota
80,000,000,000

60,000,000,000 Bunga 3% usaha budidaya ikan


37,143,000,000
pertahun
yaitu sebesar Rp.159,60
40,000,000,000

20,000,000,000 8,220,000,000 2,045,000,000


-
NPL 0%
Penangkapan Ikan Pembudidaya Ikan Pengolah dan pemasar Hasil
Perikanan
Usaha Garam Rakyat
miliar atau mencapai
Usaha Msy Pesisir Lainnnya
(Kedai Pesisir, Wisata Bahari,
dll)
Data per 31 Desember 2018

47,87% dan sektor


usaha penangkapan
ikan yaitu sebesar Rp.126,40 miliar atau mencapai 37,91% dari total keseluruhan
dana bergulir yang telah disalurkan pada tahun 2018.

C. CAPAIAN REFORMASI BIROKRASI


a. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi me­rupakan upaya untuk melaku­ kan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
me­nyangkut aspek-aspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketata­laksanaan
atau business process; dan (c) sumber daya manusia aparatur, dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance). Nilai penerapan Reformasi Birokrasi KKP adalah tingkat proses
pelaksanaan reformasi birokrasi lingkup KKP untuk mewujudkan birokrasi yang
lebih baik sehingga aparatur KKP mampu bekerja secara lebih profesional,
efektif, dan akuntabel di dalam memberikan pelayanan dan melaksanakan
program pembangunan bidang KP. Evaluasi RB pada setiap K/L dilaksanakan
tahunan oleh Kementerian PAN dan RB.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Desain Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025, Peraturan Menteri PAN dan RB
Nomor 11 Tahun 2015 tentang road map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019
dan Keputusan Menteri PAN dan RB Nomor 2015 Tahun 2015 tentang unit
pengelola reformasi birokrasi nasional (UPRBN), Kementerian PAN dan RB telah
melakukan evaluasi atas pelaksanaan evaluasi berpedoman pada Peraturan
Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformai
Instansi Pemerintah. Evaluasi difokuskan pada upaya-upaya yang dilakukan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 91
Tujuan evaluasi untuk menilai
kemajuan pelaksanaan
program reformasi birokrasi
dalam rangka mencapai
sasaran yaitu mewujudkan
birokrasi yang bersih dan
akuntabel, birokrasi yang
efek­ tif dan efisien, serta
birokrasi yang mampu
memberikan pelayanan publik
yang semakin membaik.
Selain itu, evaluasi ini juga
bertujuan untuk memberikan
saran perbaikan dalam
rangka meningkatkan kualitas reformai birokrasi di lingkungan KKP.
Berdasarkan hasil penilaian Kementerian PAN dan RB, Nilai Kinerja RB KKP
Tahun 2017 adalah 78,95 dengan kategori BB. Nilai capaian tersebut berada
diatas-rata nilai capaian RB secara
nasional yaitu sebesar 72,48, hal ini “Pencapaian nilai Kinerja
Reformasi Birokrasi (RB) KKP
menunjukkan bahwa implemetasi RB di
tahun 2017 mengalami kenaikan
lingkup KKP telah berada diatas rata-rata
nilai capaian yaitu 78,74 (BB)
K/L. Hasil penilaian implementasi RB KKP
di tahun 2016 menjadi 78,95 (BB)
oleh Kementerian RB dan PAN dengan
di tahun 2017”
rincian sebagai berikut :
TABEL 2.20 HASIL PENILAIAN IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI KKP
NILAI
NO KOMPONEN PENILAIAN BOBOT
2016 2017
A Komponen Pengungkit
1 Manajemen Perubahan 5,00 3,44 3,44
2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 3,13 3,13
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 4,01 4,01
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,72 3,72
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 12,74 13,35
6 Penguatan Akutabilitas 6,00 4,35 4,35
7 Penguatan Pengawasan 12,00 8,51 8,51
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,41 4,41
Total Komponen Pengungkit (A) 60,00 44,31 44,92
B Komponen Hasil
1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 20,00 16,55 17,99
2 Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 10,00 9,15 7,78
3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 8,74 8,26
Total Komponen Hasil (B) 40,00 34,44 34,03
Indeks Reformasi Birokrasi (A+B) 100,00 78,74 78,95
Kategori BB

92 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan pelaksanaan
reformasi birokrasi di lingkungan KKP selama tahun 2018 antara lain :
a. Pembentukan agent of change bekerjasama dengan KP dengan membentuk
tunas integritas, serta telah melakukan pelatihan terhadap para calon tunas
integritas.
b. Telah melakukan identifikasi/analisis peraturan perundang-undangan yang
tidak harmonis terhadap sebagian peraturan di lingkungan KKP.
c. Telah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan
peraturan perundang-undangan namun belum seluruhnya mengukur
efektivitas pelaksanaan pengendalian penyusunan peraturan peundang-
undangan.
d. Telah dilakukan implementasi e-government, namun belum seluruhnya
terintegrasi.
e. Telah melakukan asessment terhadap sebagian besar pegawai KKP.
f. Telah melakukan penyederhaan jenis layanan dari sejumlah 255 jenis
layanan menjadi 53 jenis layanan yang sesuai dengan core bussiness KKP.
g. Telah terdapat reward/punishment terhadap pegawai di unit layanan umum
namun penerapannya belum dilakukan diseluruh unit layanan.
h. Telah dilakukan peningkatan kualitas reviu standar pelayanan dan
menindaklanjuti hasil reviu standar pelayanan.
Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang dinilai menghambat upaya
untuk menjalankan program reformasi birokrasi antara lain :
a. Evaluasi atas kinerja para AoC dalam meningkatkan budaya kerja dan
perubahan mindset di lingkungan KKP belum sepenuhnya dilakukan.
b. Evaluasi atas pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan
belum seluruhnya mengukur efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
pengendalian penyusunan peraturan perundangan-undangan dan evaluasi
belum dilakukan secara berkala.
c. Evaluasi kelembagaan yang dilakukan belum seluruhnya berfokus pada
kinerja yang dihasilkan
d. Peta proses bisnis yang ada belum disesuaikan dengan kinerja yang akan
yang akan dihasilkan oleh organisasi.
e. Monitoring dan evaluasi atas implementasi pada area pengawasan belum
mengukur tingkat efektivitas penangan gratifikasi, penerapan SPIP,
pengaduan masyarakat, Whistle Blowing System dan benturan kepentingan.
Untuk melengkapi pelaksanaan evaluasi reformasi birokrasi, Kementerian PAN
dan RB juga telah melakukan survey untuk melengkapi pelaksanaan evaluasi
dengan hasil sebagai berikut :

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 93
TABEL 2.21 HASIL SURVEI INTEGRITAS ORGANISASI, KUALITAS PELAYANAN
DAN PERSEPSI KORUPSI DI LINGKUP KKP
INDEKS RATA-RATA INDEKS KL
NO SURVEI
2016 2017 2017
1. Survei internal integritas organisasi 3,49 3,27 3,02
2. Survei eksternal kualitas pelayanan 3,50 3,30 3,17
3. Survei eksternal persepsi korupsi 3,51 3,59 3,32

Berdasarkan rekomendasi dari Kementerian PAN dan RB, sebagai langkah


upaya perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas birokrasi serta dalam
rangka menumbuhkan budaya kinerja di lingkungan KKP, beberapa hal yang
masih perlu penyempurnaan antara lain:
a. Cakupan implementasi program reformasi birokrasi agar sampai dan
terinternalisasi kepada seluruh satuan/unit kerja.
b. Melakukan identifikasi/analisis peraturan perundangan yang tidak harmonis,
terhadap seluruh peraturan di lingkungan KKP.
c. Melakukan optimalisasi implementasi e-government terhadap semua jenis
layanan KKP agar terintegrasi dan komprehensif.
d. Melakukan asessment pada seluruh pegawai KKP sehingga pengembangan
kompetensi pegawai didasarkan pada gap kompetensi.
e. Melakukan evaluasi atas efektivitas penanganan gratifikasi, penerapan
SPIP, pengaduan masyarakat, Whistle-Blowing System, dan benturan
kepentingan.
f. Menetapkan dan melaksanakan mekanisme pemberian punisment (sanksi)/
reward bagi seluruh pelaksanan layanan, serta pemberian kompensasi
kepada penerima layanan apabila layanan tidak sesuai dengan standar
pelayanan.

GAMBAR. 3.51 PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI (RB) KKP


TAHUN 2012-2017

“Kinerja Reformasi
Birokrasi di lingkup KKP
mengalami kenaikan
yaitu 78,74 ditahun 2016
menjadi 78,95 di tahun
2017 dengan predikat
BB”

94 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


b. Masterplan Teknologi Informasi (TI) Menuju e-KKP 2022

KKP mulai tahun 2017 telah memprakarsai penyusunan masterplan TI untuk


mewujudkan e-KKP 2022, dalam 3 bagian yaitu: Sistem informasi KKP
yang terintegrasi, dukungan infrastruktur yang handal, aman dan efisien
dan peningkatan kematangan tata kelola TI dan data. Masterplan TI dibuat
berdasarkan gap analysis antara kondisi teknologi informasi saat ini dengan
yang ditargetkan.
Jumlah aplikasi di Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini sangat banyak,
yaitu 295 yang masih berstatus aktif, dengan informasi yang tersekat-sekat dan
master data terpisah, atau masih berdiri sendiri sendiri, 5 data center terpisah
dan belum sesuai standar good practices, network terfragmentasi, manajemen
infrastruktur masih parsial, dan keamanan informasi masih rendah.
Hal tersebut tentu
saja menyebabkan
timbulnya bebe­
rapa permasala-
han utama dalam
teknologi informasi
di KKP antara lain
layanan pelaku
­usaha tidak efisien,
pemeliharaan ap-
likasi sulit dan tidak
efisien, inefisiensi
penangkapan data
di lapangan, kua­
litas data belum
memadai serta
pelaporan tidak efisien dan tidak dapat diandalkan, gangguan keberlangsungan
layanan TI karena sistem kelistrikan, Kinerja sistem informasi yang sulit dijaga
stabilitasnya, dan serangan cyber atas sistem informasi
Kedepan dalam rangka mewujudkan e-KKP di tahun 2022, teknologi informasi
di KKP difokuskan pada pengembangan
“Implementasi Masterplan Teknologi aplikasi berdasarkan siklus fungsional
Informasi dalam rangka mewujudkan pelayanan/organisasi, rasionalisasi dan
e-KKP di tahun 2022, salah satunya integrasi aplikasi untuk pelayanan pelaku
dilakukan melalui rasionalisasi aplikasi usaha, dukungan proses bisnis berbasis
dari 295 aplikasi menjadi 19 aplikasi” pengelolaan workflow, fleksibel terhadap
perubahan regulasi, master data tunggal,
konsisten di seluruh aplikasi, dan laporan berbasis data warehouse-business
intelligence dan lebih fleksible.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 95
c. Media Monitoring
Berdasarkan hasil media
monitoring yang dilakukan
selama tahun 2018,
Kumparan merupakan
media yang paling aktif
memberikan isu tentang
Kementerian Kelautan
dan Perikanan dari total
1.376 media pemberitaan.
Sementara itu, berdasarkan
top 40 media pemberitaan
tentang topik Kementerian
Kelautan dan Perikanan, media lokal online masih relatif kurang menyoroti isu
pemberitaan tentang KKP.
Dalam tahun 2018, VARIASI PEMBERITAAN KKP
media masih mengaitkan
2%
Kementerian Kelautan 3% 2%
2%
Alat Tangkap
dan Perikanan dengan 3%
19%
Perang Terhadap IUU Fishing
Kebijakan Ekspor-Impor
isu seputar alat tangkap. 4% Menteri Susi Diusung Cawapres
Polemik Kebijakan Impor Garam
Berbagai dinamikan 4%
Padat Karya Tunai
Kegiatan Festival & Hari Besar
pro-kontra alat tangkap 5% Bantuan Kapal & Alat Tangkap
Asuransi Nelayan & Kartu Nelayan
menjadi konten utama 6% 16%
Gemarikan
Penemuan Ikan Predator
isu yang diinformasikan 7% Pertemuan OOC
media. Pada posisi kedua, 12%
Menteri Susi Dapat Ijazah SMA
Program KJA & Pabrik Pakan Ikan
7%
media juga cenderung 8% Cacing Dalam Produk Makarel

mengakomodasi isu Sumber : Intelligence Media Management


seputar perang terhadap
illegal fishing.
Beberapa kebijakan di sektor perikanan seperti padat karya tunai, bantuan
kapal dan alat tangkap, asuransi dan kartu nelayan, hingga Gemarikan juga
memperoleh respon cukup luas media hingga masuk posisi 15 isu teratas.

d. Nilai Keterbukaan Informasi Publik


Dalam rangka memberikan pelayanan informasi publik yang cepat, tepat, dan
sederhana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dan Koordinator PPID
di lingkungan Kementerian Keuangan melalui Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan No.35/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Pengelola Informasi dan
Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Terkait pelaksanaan tugas untuk memberikan layanan informasi publik, PPID di
lingkungan KKP berpedoman pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

96 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Nomor 19/PERMEN-KP/2013 tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan
Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Keputusan Menteri Nomor 81/
KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Klasifikasi Informasi yang Dikecualikan di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tanggal 29 Desember
2018 telah dilaksanakan Penganugerahan Keterbukaan Informasi Badan
Publik Tahun 2018. Dalam acara tersebut KKP memperoleh peringkat “Cukup
Informatif” dengan nilai 68,82 untuk kategori Badan Publik Kementerian.

D. PENGHARGAAN YANG DITERIMA KKP


TAHUN 2018
1. OpenGov Recognition Awards
Penghargaan ini diterima oleh Sekretaris
Jenderal KKP, pada Indonesia Leadership
OpenGov Forum 2018 bertema “Enabling
Digital Transformation with the Indonesian
Government” pada tanggal 22 Maret 2018.
OpenGov merupakan media platform
digital yang memiliki perhatian pada bidang
pemerintahan di kawasan di kawasan Asia
Pasifik khususnya pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) antar
pemerintah yang berkontribusi membantu
sistem pemerintahan menjadi lebih efisien, tangkas, transparan dan aman.
OpenGov Asia memberikan penghargaan ini untuk meyakinkan masyarakat
bahwa pemanfaatan TIK juga dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan.

2. SAKIP dengan Predikat A


Penghargaan ini diberikan
NILAI SAKIP KKP oleh Kementerian PAN dan
RB atas Evaluasi Kinerja KL.
KKP mendapatkan Predikat
2013 2015 2017
A, nilai tersebut menunjuk-
2012 2014 2016 2018
kan tingkat akuntabilitas atau
pertanggungjawaban atas
B A A A A A A hasil (outcome) terhadap
(69,95) (75,54) (77,68) (80,76) (84,54) (82,45 (81,64)
penggunaan anggaran da-
lam rangka terwujudnya pe-
merintahan yang berorientasi
kepada hasil (result oriented
government).

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 97
3. Rekor Muri Bakso Ikan Tahun 2018
Badan Standarisasi Nasional
(BSN) bekerja sama dengan
Kementerian Keluatan dan
Perikanan serta beberapa
industri yang sudah menerapkan
SNI berhasil memecahkan
Rekor Muri penyajian bakso
ikan terbanyak sejumlah 18.818
porsi pada tanggal 5 Agustus
2018 di halaman Gedung BPPT
Jakarta Pusat. Kegiatan ini
bertujuan untuk mempromosikan pentingnya produk SNI, yang salah satunya
pada bakso ikan. Dengan penetapan SNI pada produk bakso ikan dapat
memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan untuk masyarakat yang
mengkonsumsinya.

4. Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi


KKP mendapat penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi yang diberikan
pada Malam Penganugerahan Subroto 2018 yang dilaksanakan pada 28
September 2018 untuk Kategori Bangunan Gedung Hemat Energi Sub
Kategori Bangunan Gedung Baru sebagai Juara I untuk Gedung Mina Bahari IV
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

5. Anugerah ASN Inspiratif Usulan Masyarakat (Sdr. Eddy Nurcahyono)


Anugerah ASN merupakan
salah satu langkah untuk
mendapatkan sosok ASN
panutan, yaitu ASN yang
telah menunjukkan kinerja
dan prestasi kerja sangat
baik, bahkan melampaui
panggilan tugasnya. Ajang
yang digelar Kementerian
PANRB ini terdiri dari dua
kategori, yakni kategori
Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama (PPT) Teladan dan
kategori Pegawai Negeri
Sipil (PNS) Inspiratif.

98 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Saudara Eddy Nurcahyono merupakan Pengawas Perikanan Pertama Bidang
Pembudidayaan Ikan di Jepara, yang membuat teknologi pembenihan rajungan,
kepiting bakau, dan teknologi budidaya keduanya di tambak dan termasuk
dalam 15 peserta di Penjurian PNS Inspiratif menyisihkan 4.200 kontestan lain
yang mengikuti ajang ini yang dilaksanakan pada 29 September 2018.

6. Peringkat ke-7 Tingkat KL untuk Penghargaan Kearsipan Nasional


KKP mendapatkan penghargaan
Kearsipan Nasional dari Lembaga
Arsip Nasional dengan kategori
Baik berdasarkan penilaian hasil
pengawasan kerarsipan terhadap
KL. Berdasarkan hasil penilaian,
KKP mendapatkan peringkat
ke-7 untuk kategori kearsipan di
tingkat KL.

7. Anugerah KASN Tahun 2018 pada Nominasi atas Kepatuhan


dan Kualitas Tata Kelola Seleksi Terbuka Pejabat Tinggi.
Kementerian Kelautan dan
Perikanan meraih Penghargaan
dalam acara Anugerah KASN
2018 pada Nominasi atas
“Kepatuhan dan Kualitas Tata
Kelola Seleksi Terbuka Pejabat
Tinggi” yang dilaksanakan pada
24 Oktober 2018.

8. ASEAN Energy Awards 2018 Kategori ASEAN Best Practices for Green
Buildings
KKP mendapatkan penghargaan dalam ajang ASEAN
Energy Awards 2018, penghargaan tingkat kawasan
Asia Tenggara ini diberikan pada rangkaian pelaksanaan
36th ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM)
di Marina Bay Sands, Singapura pada 29 Oktober
2018. Anugerah ini diadakan untuk memberi apresiasi
terhadap best practices dan meningkatkan kesadaran
publik terhadap pemanfaatan dan pengembangan
energi baru, terbarukan dan konservasi energi. KKP
mendapatkan penghargaan sebagai runner up untuk
Kategori ASEAN Best Practices for Green Buildings.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 99
9. Herudi Technical Committee Award (HTCA) Tahun 2018
Herunadi Technical Comitte
Award (NTCA) merupakan
bentuk penghargaan yang
diberikan oleh Badan
Standarisasi Nasional kepada
Komite Teknis/Subkomite
Teknis Perumusan Standar
Nasional Indonesia (SNI), yang
dinilai memiliki Kinerja terbaik
dilihat dati tiga kriteria utama evaluasi kinerja Komtek.
Komtek 65-05 Produk Perikanan (Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautam
dan Perikanan, KKP) dianggap berhasil mengawal perumusan Standar Nasional
Indonesia (SNI) produk perikanan sehingga kembali meraih penghargaan HTCA
pada tanggal 22 November 2018. KKP juga merupakan penerima HTCA tiga
tahun berturut-turut sebelumnya.

10. Anugerah Media Humas (AMH)


Penghargaan ini diberikan oleh Badan
Koordinasi Hubungan Masyarakat
(Bakohumas) Kementerian Komunikasi
dan Informatika. AMH merupakan
acara rutin para insan kehumasan
Pemerintah yang diselenggarakan
oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika sebagai bentuk
apresiasi atas kinerja insan humas di
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil meraih Juara Terbaik
I untuk kategori media sosial, Tingkat Kementerian/LPNK/BUMN/PTN yang
disampaikan oleh Bakohumas Kementerian Komunikasi dan Informatika pada
tanggal 4 Desember 2018.

11. I-PLAN Innovation Challenge Tahun 2018


Organisasi non-profit, Global
Alliance for Improved Nutrition
(GAIN) merancang Indonesia-
Postharvest Loss Alliance
for Nutrition (I-PLAN) yakni
sebuah program khusus yang
memfokuskan perhatian untuk
mengurangi hilangnya nutrisi di
sepanjang rantai pasokan pangan.
Guna mengatasi permasalahan

100 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


tersebut, program I-PLAN yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan
dan dengan dukungan penuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
mengadakan program kompetisi tingkat nasional bertajuk “Innovation Challenge”.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Innovation Factory dan NTUitive. Sarana dan
Display Pemasaran Ikan Segar yang dikembangkan oleh Tim Perekayasa
BBP2HP dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) menjadi juara II
Innovation Challenges kategori Pengecer pada kompetisi yang diselenggarakan
tanggal 12 Desember 2018.

12. Pusat Unggulan IPTEK (PUI)

Pada tanggal 13 Desember 2018, Balai Riset Pemuliaan ikan (BRPI) , Subang
menerima penganugrahan sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI). Acara yang di
gelar oleh Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Penelitian Tinggi dalam rangka Apresiasi Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Tahun 2018. Apresiasi Lembaga Litbang Tahun
2018 merupakan upaya dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi dalam memberikan apresiasi terhadap lembaga litbang baik dalam
lingkup litbang kementerian, litbang non kementerian, litbang daerah, dan litbang
industri yang telah berkinerja unggul, inovatif dan berdaya saing.
Penilaian kelayakan penetapan PUI didasarkan dari hasil penilaian terhadap
lembaga litbang baik melalui proses pembinaan maupun proses Seleksi PUI
Tahun 2018. Sebagai lembaga yang telah mendapatkan pembinaan selama
3 tahun, Balai Riset Pemuliaan ikan (BRPI) telah membuktikan komitmennya
sebagai litbang yang mampu menjadi Pusat Unggulan Iptek Pemuliaan Ikan
dengan hasil capaian yang telah diperoleh. Dalam masa pembinaannya, BRPI
mengembangkan 3 (tiga) kapasitas kelembagaan yang mencakup kapasitas
lembaga mengakses informasi (sourcing capacity), kapasitas riset (research
and development capacity), dan kapasitas diseminasi (disseminating capacity).
Ketiga aspek tersebut, merupakan aspek yang diambil sebagai poin penilaian
untuk dapat ditetapkan sebagai lembaga Pusat Unggulan Iptek (PUI), dan dalam
penilaiannya Balai Riset Pemuliaan ikan (BRPI) mendapatkan nilai yang cukup
memuaskan dari hasil kinerja di 2018.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 101
13. Predikat Anugerah Parahita Ekapraya (APE)
Kementerian Kelautan dan Peri-
kanan menerima penghargaan
Anugerah Parahita Ekapraya
(APE) untuk Kategori Mentor
yang diberikan oleh Wakil Pre­
siden RI, Bapak Jusuf Kalla
pada tanggal 19 Desember
2018 di Istana Wakil Presiden,
dengan predikat Mentor yang
merupakan penghargaan ter­
tinggi dari Anugerah Parahita Ekapraya (APE). Penghargaan ini merupakan
bentuk apresiasi pemerintah atas komitmen dan peran kementerian/lemba-
­
ga, serta pemerintah daerah yang telah berupaya dan berkomitmen melaksa­
nakan pembangunan PPPA melalui strategi pengarusutamaan gender (PUG).
Sejak 2004, pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
­Pelindungan Anak (PPPA) telah melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan
pemba­ngunan pemberdayaan perempuan dan perlindun-
gan anak melalui strategi pe­ngarusutamaan gender.
Anugerah Parahita Ekapraya (APE) diberikan kepada
Kementerian/Lembaga dengan memperhatikan indikator
prasyarat dan pelaksanaan pengarusutamaan gender.
Terdapat 4 kategori yaitu Pratama, Madya, Utama dan
Mentor. KKP selama tahun 2013-2018 telah berhasil
mempertahankan penghargaan Anugerah Parahita
Ekapraya (APE) dengan rincian sebagai berikut : predikat
pratama pada tahun 2013, predikat madya pada tahun
2014, predikat utama pada tahun 2016, dan tahun 2018
mendapatkan predikat Mentor.

102 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


BAB
RENCANA PEMBANGUNAN KP
3 TAHUN 2019

U
paya untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia,
menjadi tantangan besar untuk pembangunan kelautan dan perikanan
kedepan. Laut dan wilayah kepulauan kita harus dijadikan sebagai
sebagai perekat persatuan dan kesatuan NKRI, ide pengembangan
tol laut tentunya merupakan suatu terobosan untuk penguatan kedaulatan NKRI dan
pengembangan Sistem Logistik Nasional, sehingga ketimpangan dan disparitas antar
wilayah akan berkurang. Mewujudkan poros maritim dunia mempunyai arti penting
yaitu pemanfaatan laut untuk kedaulatan, kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka membangun kedaulatan


politik, dilakukan melalui penegakan hukum di laut dengan memerangi aktivitas IUU
Fishing menuju LRR Fishing. KKP telah melakukan beberapa upaya dalam rangka
penanganan IUU Fishing diantaranya moratorium izin baru dan dan IUU Fishing masih
akan menjadi ancaman serius bagi pembangunan Kelautan dan perikanan. Kondisi
tersebut dipicu oleh adanya perkembangan perika nan global saat ini dimana beberapa
negaramengalami penurunan stok ikan, tingginya permintaan produk perikanan serta
pengurangan armada kapal penangkapan ikan akibat pembatasan pemberian izin
penangkapan. Di sisi lain, kemampuan pengawasan SDKP di Indonesia masih terbatas
dan adanya kebijakan pemanfaatan perairan Indonesia sangat terbuka (open acces).

Memasuki tahun 2019, yang merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMN


2015-2019, KKP telah menyusun Rencana Kerja Pembangunan Kelautan dan
Perikanan Tahun 2019 mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019
sebagaimana tercantum dalam Perpres 72/2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2019. Rencana Kerja KKP Tahun 2019 sebagaimana yang tercantum
dalam Permen KP Nomor 65 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja KKP Tahun 2019.

Perencanaan pembangunan kelautan dan perikanan pada tahun 2019


disusun merujuk pada tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019, yakni
“Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas”. RKP
tahun 2019 ini menekankan pada 5 (lima) Prioritas Nasional (PN), yakni Pembangunan
Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar
(PN.1); Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah melalui Penguatan Konektivitas dan
Kemaritiman (PN.2); Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi melalui Pertanian, Industri,

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 103
dan Jasa Produktif (PN.3); Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan dan Sumber Daya
Air (PN.4) dan Stabilitas Keamanan Nasional dan Kesuksesan Pemilu (PN.5).

Pada tahun 2019, KKP


TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMBANGUNAN KP TAHUN 2019
mentargetkan indikator
kinerja utama pembangunan
10,36 7,62 kelautan dan perikananan
11% Juta Ton
Juta Ton
diantaranya pertumbuhan
Pertumbuhan Produksi Perikanan Produksi Perikanan
PDB Perikanan Budidaya Tangkap
PDB Perikanan 11%, Nilai
Tukar Nelayan (NTN) sebesar
19,54 4,5 112,58, produksi perikanan
112,58 Juta Ton Juta Ton
sebesar 24,92 juta ton,
Nilai Tukar Nelayan Produksi
Rumput Laut
Produksi Garam
Nasional produksi garam nasional
sebesar 4,5 juta ton, angka
54,49 9,50 21 konsumsi ikan sebesar 54,49
Kg/kap/Thn USD Miliar Juta Ton
kg/kapita/tahun, dan luas
kawasan konservasi seluas
Angka Konsumsi Nilai Ekspor Jumlah luas kawasan
Ikan Hasil Perikanan konservasi

21 juta ton.

Untuk mencapai target ALOKASI APBN KKP TAHUN 2019


kinerja pembangunan
Rp. 619,12 miliar Rp. 656,37 miliar
kelautan dan perikanan Program Pengelolaan Perikanan Tangkap Program Pengelolaan Perikanan Budidaya

tahun 2019, KKP


Rp. 362,21 miliar Rp. 436,24 miliar
melaksanakan 9 program, Program Peningkatan Daya Saing Produk KP Program Pengelolaan Ruang Laut

51 kegiatan, 332 output Rp. 646,52 miliar Rp. 1.635,98 miliar


kegiatan pembangunan Program Pengawasan Sumber Daya KP Program Riset dan Sumber DMKP

kelautan dan perikanan Rp. 73,38 miliar


Rp. 529,72 miliar Program Dukungan Pengawasan dan Peningkatan
yang tersebar di 411 Program Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Akuntabilitas Aparatur KP

satuan kerja (satker) Rp. 523,43 miliar


Program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis
dengan dukungan alokasi Lainnya Kementerian Kelautan dan Perikanan

APBN sebesar Rp. 5,48 TOTAL APBN KKP 2019 Rp. 5.483,01 miliar
triliun.

3.1 RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KKP TAHUN 2019

Dalam rangka meningkatkan peran KKP, kegiatan KKP tahun 2019 difokuskan
pada kegiatan-kegiatan yang berdampak langsung kepada stakeholder
KP diantaranya melalui pemberian bantuan pemerintah kepada nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah dan pemasaran serta masyarakat pesisir pada
umumnya. Pemberian bantuan tersebut untuk mendukung peningkatan
produktivitas para pelaku usaha melalui peningkatan sarana dan prasarana
perikanan dan kelautan. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya :

104 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


1. Perikanan Tangkap
Pada tahun 2019, KKP menargetkan indikator Kinerja pembangunan sub sektor
perikanan tangkap antara lain : pengelolaan terhadap 11 WPP- NRI, rata-rata
pendapatan Rumah Tangga Perikanan (RTP) di angka Rp.7,19 juta per RTP per
bulan dan rata-rata pendapatan nelayan pada kisaran Rp.2,54 juta per orang
per bulan. Pada tahun 2019, para stakeholder perikanan kembali difasilitasi
penyaluran modal usaha bekerjasama dengan perbankan dan BLU-KP dengan
target Rp. 4,9 triliun. Apabila target dari keseluruhan indikator tersebut dapat
tercapai, diharapkan terjadi peningkatan terhadap kesejahteraan nelayan di
Indonesia, dimana pencapaian ini pada tahun 2019 diukur melalui indikator Nilai
Tukar Nelayan (NTN) dengan target indeks sebesar 113.
GAMBAR 3.1. KEGIATAN PRIORITAS DITJEN PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2019

Dalam mendukung tercapaiannya tujuan pembangunan sub sektor perikanan


tangkap, Kegiatan prioritas perikanan tangkap pada tahun 2019 antara lain :
Pengadaan bantuan kapal perikanan sebanyak 301 unit; Pengadaan bantuan
alat penangkapan ikan sebanyak 2.000 unit; pengadaan bantuan mesin kapal
perikanan sebanyak 350 unit; Pengembangan pangkalan pendaratan ikan
(PPI) Cikidang ; Pembangunan TPI perairan darat Jakabaring; Bantuan premi
asuransi nelayan untuk 150.000 nelayan; Penempatan observer di 350 unit
kapal perikanan; Implementasi e-logbook pada 4.000 unit kapal perikanan; dan
Pembenahan perizinan pusat-daerah di 34 provinsi.
2. Perikanan Budidaya
Pada tahun 2019, KKP menargetkan indikator Kinerja pembangunan sub sektor
perikanan budidaya antara lain diukur melalui indikator Nilai Tukar Pembudidaya
Ikan (NTPi) dengan target sebesar 103, produksi perikanan budidaya sebesar
29,9 juta ton terdiri dari ikan sebesar 10,36 juta ton dan rumput laut sebesar
19,54 juta ton.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 105
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan perikanan budidaya,
kegiatan prioritas perikanan budidaya pada tahun 2019 antara lain : bantuan
benih dan calon induk sebesar 215 juta ekor, kebun bibit rumput laut kultur
jaringan sebanyak 80 paket, bantuan excavator sebanyak 20 paket, 250 paket
bioflok, 400 paket minapadi, 55 paket mesin dan bahan baku pakan, 5.000
hektar asuransi usaha budidaya, 1.250 ton operasional pabrik pakan skala
medium, dan lanjutan pembangunan SKPT di 3 lokasi yaitu SKPT Sabang,
SKPT Sumba Timur dan SKPT Rote Ndao.

GAMBAR 3.2. KEGIATAN PRIORITAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2019

KEGIATAN PRIORITAS
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN 2019

SARPRAS DAN PEMBANGUNAN ASURANSI


PERCONTOHAN BUDIDAYA UPR PEMBUDIDAYA
MINAPADI PAKAN MANDIRI
PEMBANGUNAN SARPRAS
400 paket 55 paket
PEMBENIHAN UPR DI
BENIH DAN INDUK 5.000 Ha
LOKASI BIOFLOK
IKAN 18 unit
BANTUAN BENIH
213,9 juta ekor

BIOFLOK KBRL KULTUR JARINGAN


250 paket 80 paket

BANTUAN INDUK SKPT PAKAN IKAN


1,1 juta ekor
SABANG,
SUMBA TIMUR, BANTUAN
ROTE NDAO PAKAN MANDIRI
EXCAVATOR PENGELOLAAN IRIGASI 3 lokasi 1.250 ton
PERIKANAN PARTISIPATIF
20 paket
10 paket

3. Penguatan Daya Saing


Pada tahun 2019, Program Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
difokuskan untuk mencapai target kinerja di bidang daya saing produk KP antara
lain : terbitnya sertifikasi kelayakan ekspor sebesar 2.000 sertifikat, peningkatan
konsumsi ikan menjadi 54,49
GAMBAR 3.3. KEGIATAN PRIORITAS DITJEN PDS kg/kapita/tahun, nilai investasi
TAHUN 2019 sebesar Rp.5,63 triliun, nilai ekspor
sebesar 9,5 USD miliar, inflasi ikan
<15% dan volume produk olahan
sebesar 6,8 juta ton.
Dalam rangka mendukung
tercapainya tujuan pembangunan
penguatan daya saing produk
kelautan dan perikanan,
kegiatan prioritas pada tahun
2019 antara lain 8 unit ice flake

106 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


machine kapasitas 5 ton, 12 kegiatan Marine Business Forum, 28 kendaraan
berpendingin, 35 mitra Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan), 1
unit pembangunan Pasar Ikan Modern, 2.000 sertifikasi Kelayakan Pengolahan
(SKP), 3 kegiatan pameran internasional, 11 unit pembangunan/revitalisasi cold
storage, 70 unit ice flake machine kapasitas 1,5 ton, 300 paket chest freezer,
lanjutan pembangunan SKPT Biak dan Timika.

4. Pengelolaan Ruang Laut


Pada tahun 2019, Program Pengelolaan Ruang Laut difokuskan untuk mencapai
target Kinerja di bidang pengelolaan ruang laut antara lain: Nilai Tukar Petambak
Garam (NTPg) sebesar 102,75, jumlah produksi garam nasional sebesar 4,5 juta
ton, jumlah masyarakat hukum adat, tradisonal dan local di pesisir dan pulau-
pulau kecil yang direvitalisasi sebesar 5 komunitas, luas Kawasan konservasi
sebesar 21 juta ton, jumlah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil rusak yang
pulih kembali sebesar 18 kawasan, jumlah ragam jasa kelautan yang dikelola
untuk pengembangan ekonomi sebesar 3 ragam, dan Jumlah lokasi kawasan
laut dan wilayah pesisir yang memiliki rencana zonasi dan/atau masterplan dan
bisnisplan yang akan ditetapkan menjadi peraturan perundangan sebesar 36
kawasan.

GAMBAR 3.4. KEGIATAN PRIORITAS DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT TAHUN 2019

BANTUAN PEMERINTAH LINGKUP


DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT TAHUN 2019

20 100 20 4
Pulau Pulau Dokumen Kawasan
Sertifikasi Hak atas Tanah Rencana Zonasi Kawasan Pengembangan Sentra
Pembakuan Nama pulau
di Pulau-pulau kecil/Terluar Strategis Nasional/Tertentu Kelautan Perikanan Terpadu

20 7 23 6
Kelompok Kawasan Kab/Kota Unit
Kelompok Masyarakat Struktur Hybrid Kegiatan PUGAR Gudang Garam Standar SNI
Penggerak Konservasi
(KOMPAK)

20 7 5
Kawasan Lokasi Unit
Wisata Bahari Gerakan Cinta Laut (GITA LAUT) Dermaga/Jetty Apung

Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan pengelolaan ruang


laut, kegiatan prioritas pada tahun 2019 antara lain: pembangunan dermaga
apung di 5 lokasi, 1000 hektar integrasi lahan garam melalui Pemberdayaan
Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di 23 kab/kota, penambahan pencadangan
Kawasan konservasi dan Kawasan konservasi perairan seluas 700 ribu Zonasi,
20 jenis konservasi jenis ikan, 20 paket bantuan untuk Kelompok Penggerak
Konservasi (KOMPAK)

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 107
5. Pengawasan SDKP
Pada tahun 2019, Program
KEGIATAN PRIORITAS T.A 2019
Pengawasan Sumber Daya
84 84 30 17.100 150
hari operasi Kelautan
hari operasi dan Perikanan
hari operasi Kapal Ikan Kasus

difokuskan untuk mendukung


Airborne Operasi Operasi Pengawasan
Surveillance Kapal Pengawas Speedboat kepatuhan kapal
perikanan Penanganan Kasus
TPKP
target Kinerja di bidang
270 1.010 4 1 34
Pelaku Usaha
pengawasan
Kelompok sumberdaya
layanan sistem Unit

Pelaku Usaha
Perikanan yg Bebas
dr Destructive Fishing kelautan dan perikanan antara
Pembinaan Pokmaswas
Operasional
SATGAS 115 Operasional Sistem Pemantauan
Pemeliharaan
kapal pengawas

1.370 30 8 lain: Persentase kepatuhan


Pelaku usaha orang Unit

Bangunan
Pelaku usaha(compliance) pelaku usaha
PPNS
Pengawasan
perikanan yang taat Perikanan

kelautan dan perikanan 13

terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku sebesar 87%, dan Persentase cakupan
WPP-NRI yang diawasi dari IUU fishing dan kegiatan yang merusak sumber
daya kelautan dan perikanan sebesar 41,06%.
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan, kegiatan prioritas pada tahun 2019 antara lain: 84
hari operasional kapal pengawas perikanan, 84 hari operasional airborne
surveilance, 30 hari operasional speedboat pengawasan, 502 orang/awak
kapal, perawatan dan pemeliharaan untuk 34 unit kapal pengawas perikanan,
dukungan operasional Satgas 115 Pemberantasan IUUF dan Pembinaan dan
operasional 1.010 POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas).
6. Riset dan SDM
Pada tahun 2019, Program Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan difokuskan
untuk mendukung target Kinerja di bidang riset dan SDM Kelautan dan
Perikanan antara lain:
GAMBAR 3.5. KEGIATAN PRIORITAS BRSDM KP TAHUN 2019
meningkatkan lulusan
pendidikan yang terserap
Riset dan SDM kelautan dan perikanan dunia kerja KP dan
TAHUN 2019
RISET
pelatihan yang kompeten
DIKLATLUH 7 Inovasi Teknologi adaptip serta meningkat
18.800 masyarakat dilatih 35 Rekomendasi Kebijakan
3.500 sertifikat kompetensi pendapatannya, dan
40.000 kelompok disuluh
5.252 penyuluh perikanan
1.560 pelatihan aparatur KP
Lanjutan Pembangunan
2 Pusat Riset Kelautan
jumlah Kelompok Pelaku
216 penerima bantuan beasiswa aparatur KKP
Utama/Pelaku Usaha
1.862 orang lulusan pendidikan KP
2.931 orang lulusan pendidikan terserap DU / DI
Kajian Stock yang meningkat kelasnya
Assessment 11 WPP
8.243 orang peserta didik Satuan Pendidikan KP
48,06% anak pelaku utama diterima sebagai peserta didik
6 PUD (kelompok) sebanyak
1.500 kelompok, dan
Wilayah Pengelolaan
DU / DI : Dunia Usaha / Industri
WPP : Wilayah Pengelolaan Perikanan
PUD : Perairan Umum Daratan

Perikanan (WPP) dan


Kawasan Pengelolaan Perikanan Perairan Umum Daratan (KPP PUD) yang
Terpetakan Potensi Sumberdaya Secara Terintegrasi untuk Pengembangan
Ekonomi KP Berkelanjutan (WPP dan KPP PUD) sebanyak 4 WPP dan KPP
PUD.

108 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pengawasan sumber daya kelautan
dan perikanan, kegiatan prioritas pada tahun 2019 antara lain: 8.243 peserta
Pendidikan vokasi kelautan dan perikanan, pelatihan kepada 18.800 orang,
pelatihan aparatur kepada 1.560 orang, sertifikasi kompetensi sebanyak 3.500
orang, tenaga penyuluh perikanan yang melakukan penyuluhan sebanyak 5.252
orang, kajian stok di 11 WPP, 35 paket/rekomendasi kelautan dan perikanan
serta 7 paket inovasi kelautan dan perikanan dan 300 citra radar satelit.

7. Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu


Pada tahun 2019, Program Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu difokuskan
untuk mendukung target Kinerja di karantina ikan dan pengendalian mutu
antara lain: Unit Usaha Perikanan yang memenuhi persyaratan ekspor sebesar
1.050 unit, jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra <
10 kasus per negara mitra, Persentase penyakit ikan karantina yang dicegah
penyebarannya ke wilayah RI sebesar 100 %, serta Tingkat keberhasilan
pengawasan di wilayah perbatasan sebesar 78 %.
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan karantina ikan dan pengendalian
mutu, kegiatan prioritas pada tahun 2019 antara lain: penanganan kasus
pelanggaran perkarantinaan dan keamanan hayati ikan di 46 satker, operasional
pengawasan ekspor, impor dan domestik di 183 lokasi, pembangunan/
pengembangan sarana dan prasarana pengawasan karantina di 10 lokasi,
pengawasan mutu di sentra perikanan, operasional pengawasan mutu produk
hasil perikanan di 34 provinsi, pengadaan sarana dan prasarana penjujian mutu
di 39 lokasi, pengawasan di 30 lokasi wilayah perbatasan, akreditasi Lembaga
Inspeksi sesuai ISO 17010, ISO 17025, dan ISO 9001, serta penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan perkarantinaan di 47 lokasi.

3. 2 RENCANA PEMBANGUNAN DAN OPERASIONALISASI SKPT TAHUN 2019

Pada tahun 2019, pembangunan SKPT telah memasuki fase kemandirian


yang dimulai dengan Pengembangan Investasi Berkelanjutan menuju Pertumbuhan
Ekonomi & Pemerataan Pembangunan Kawasan Perbatasan. Selain itu di tahun 2019,
pembangunan SKPT juga difokuskan pada pengembangan kelembagaan pengelola,
melengkapi penyediaan sarana dan prasarana yang masih belum lengkap, kerjasama/
kemitraan dalam rangka operasionalisasi kegiatan perikanan serta menyiapkan
anggaran untuk operasional di SKPT. KKP tetap berkomitmen melanjutkan
pembangunan di SKPT, dengan fokus pembangunan di 2019 antara lain :
1. SKPT Sabang
Kegiatan pengadaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur di
SKPT Sabang pada tahun 2019 mencakup : 19 unit kapal 5 GT (termasuk DED,
sertifikasi kapal perikanan), operasional SKPT Sabang.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 109
2. SKPT Sumba Timur
Kegiatan pengadaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur di SKPT
Sumba Timur pada tahun 2019 mencakup : 80 unit para-para, pembangunan
4 unit rumah ikat, pembangunan 2 unit sumur bor dan pembangunan 1 unit
sarana tambat kapal
3. SKPT Biak
Pada tahun 2019, pembangunan SKPT Biak difokuskan untuk melengkapi
sarpras yang masih
dibutuhkan untuk percepatan
operasional, antara lain :
pengadaan kapal <3 GT
dan Alat Penangkap Ikan
ramah lingkungan sebanyak
50 unit, pengadaan sarana
pengolahan dan pemasaran
sebanyak 1 paket, dan
pengadaan 2 unit kendaraan
berpendingin.

4. SKPT Mimika
Kegiatan pengadaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur di
SKPT Mimika pada tahun 2019 mencakup : pengadaan peralatan pendukung
operasional cold storage 200 ton, penimbunan lahan dan penimbunan jalan cold
storage 200 ton dan pembangunan sarana tambat labuh kapal skala kecil.

SKPT RINCIAN KEGIATAN TAHUN 2019


KAB. MIMIKA

9,89 Milyar
12,17 Milyar PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA
Total Anggaran SKPT Mimika
Tahun 2018
2,27 Milyar
KEGIATAN PENUNJANG SKPT MIMIKA

PENIMBUNAN LAHAN DAN TAMBAT LABUH KAPAL IKAN


PEMBUATAN JALAN SKALA KECIL
1 Paket Penimbunan Lahan dan 1 Paket Tambat Labuh Kapal Ikan Skala
Pembuatan Jalan Kecil

Anggaran : Rp. 4,49 M Anggaran : Rp. 3.86 M

PERALATAN COLD STORAGE ALAT TANGKAP IKAN


1 Paket Peralatan Single Cold 15 Unit Alat Tangka Ikan “Trammel NetI
Storage 200 Ton
Anggaran : Rp. 402 Juta
Anggaran : Rp. 1.13 M

110 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


5. SKPT Morotai
Pada tahun 2019, kegiatan di SKPT Morotai difokuskan untuk pekerjaaan
Instalasi genset SKPT, Pengadaan panel ATS AMF dan Operasional sekretariat
dan pendampingan.

6. SKPT Talaud
Pada tahun 2019, kegiatan di SKPT Talaud difokuskan untuk Instalasi genset
SKPT, Pengadaan panel ATS AMF.

7. SKPT Mentawai
Pada tahun 2019, kegiatan di SKPT Mentawai difokuskan untuk Chest Freezer
350 liter, Cool Box (200 liter 2 unit dan 100 liter 2 unit), Mini Genset (2 kVA)
untuk 5 BUMDES, Indukan kerapu kertang (10 indukan), Indukan kerapu tikus
(10 indukan), Operasional sekretariat dan pendampingan dan operasional
sekretariat dan pendampingan dan Pengiriman sarana SKPT.

8. SKPT Merauke
Pelabuhan Perikanan Merauke telah operasional dan melaksanakan aktivitas
layanan tambat labuh kapal perikanan, pelayanan BBM, es, air bersih, pelayanan
SPB, dan pendataan produksi penangkapan ikan.
Sebagai upaya pengembangan usaha kedepan perlu mengundang stakeholder
perikanan seperti BUMN Perikanan, UPI, eksportir dan pihak swasta lainnya
agar dapat menginvestasikan usahanya di PP Merauke. Selain itu kedepan juga
sudah mulai operasional Pemantauan operasional SKPT.

9. SKPT Natuna
Pada tahun 2019, KKP tetap melanjutkan pembangunan SKPT Nunukan. Kegiatan
yang dilasanakan antar lain : review master plan untuk rencana pembangunan
fisik pada tahun 2020. Mengingat keterbatasan alokasi anggaran APBN untuk
pembangunan SKPT, diharapkan SKPT Natuna dapat mempersiapkan dan
mengoptimalkan bantuan hibah JICA berupa pembangunan Listrik Jaringan
Tegangan Menengah.
Untuk meningkatkan operasional pelabuhan perlu menambahkan PP
Selat Lampa sebagai pangkalan pada SIPI kapal ijin pusat agar aktivitas
pembongkaran ikan di SKPT natuna dapat bertambah. Serta Mengundang
stakeholder perikanan seperti BUMN Perikanan, UPI, eksportir dan pihak
swasta lainnya agar menginvestasikan usahanya di PP Selat Lampa.
Pemantauan operasional SKPT.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 111
10. SKPT Rote Ndao
Pada tahun 2019, KKP tetap melanjutkan pembangunan SKPT Rote Ndao,
Kegiatan yang dilaksanakan di SKPT Rote Ndao antara lain 20 Unit Kapal 5
GT, 3 Hektar Geomembran untuk Tambak Garam, 1 Unit Pembangunan PPI
Tulandale, 1 Unit Lab. Kulture Jaringan Rumput Laut, 1 Unit Hatchery Bandeng,
1 Unit Bangsal Pendederan, 1 Unit Bak Tandon, 1 Paket Lanscape Jalan dan
Trotoar dan 1 Paket Pemasangan Listrik

11. SKPT Sebatik


Pada tahun 2019, KKP tetap melanjutkan pembangunan SKPT Sebatik. Kegiatan
yang dilasanakan SKPT Sebatik sebagai cek poin setiap komoditas perikanan
yang akan di kirim ke Tawau-Malaysia sehingga keberadaan SKPT menjadi
sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan lintas negara.
Sebagai upaya peningkatan operasional pelayanan koordinasi dengan Imigrasi,
Bea Cukai, Kesehatan Pelabuhan, KSOP dan Pemerintah Daerah akan dilakukan
dalam satu kantor pelayanan terpadu di SKPT sebatik serta Pemantauan
operasional SKPT.

12. SKPT Saumlaki


Pada tahun 2019, pembangunan SKPT Saumlaki tetap dilanjutkan, dan
diharapkan SKPT Saumlaki dapat mempersiapkan dan mengoptimalkan
bantuan hibah JICA. Sebagai upaya pengembangan usaha kedepan perlu
mengundang stakeholder perikanan seperti BUMN Perikanan, UPI, eksportir
dan pihak swasta lainnya agar menginvestasikan usahanya di PP Ukurlaran
serta pemantauan operasional SKPT

112 KEMENTERIAN KEL AUTAN PERIK ANAN


BAB

4 PENU T UP

B
uku Laporan Tahunan KKP Tahun 2018 merupakan laporan
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas KKP Tahun 2018
yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan dan dampak positif yang
berkaitan dengan tiga pilar pembangunan kelautan dan perikanan
yaitu kedaulatan, keberlanjuran dan kesejahteraan. Berbagai hasil pembangunan
kelautan dan perikanan yang telah tercapai dijadikan sebagai indikator keberhasilan
dalam mensejahterakan masyarakat, menjaga keberlangsungan sumber daya kelautan
dan perikanan serta mewujudkan kedaulatan.

Beberapa capaian pembangunan KP tahun 2018 antara lain : pertumbuhan


PDB perikanan sebesar 5,2 % yang diiringi dengan peningkatan produksi perikanan
menjadi sebesar 24,49 juta ton, NTN sebesar 113,28, NTPi sebesar 100,80, tingkat
konsumsi ikan sebesar 50,69 kg/kapita/tahun, nilai ekspor hasil perikanan sebesar
4,86 miliar USD dan luas Kawasan konservasi nasional seluas 20,87 juta hektar .

Selain itu, dalam pelaksanaan tahun akhir RPJM 2015-2019, target utama
pembangunn KP Tahun 2019 adalah pertumbuhan PDB Perikanan sebesar 11%,
produksi perikanan sebesar 38,3 juta ton, tingkat konsumsi ikan sebesar 54,49
kg/kapita, nilai ekspor hasil perikanan sebesar USD 9,5 miliar dan luas Kawasan
konservasi seluas 21 juta ha.

Sangat disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan kelautan dan


perikanan masih memerlukan perbaikan dan kerja keras oleh seluruh jajaran KKP.
Untuk itu sangat dierlukan sinergi internal KKP dan dukungan lintas sektor serta
Lembaga terkait lainnya, juga dukungan para stakeholder kelautan dan perikanan
dalam rangka mewujudkan Laut sebagai Masa Depan Bangsa dan Mewujudkan
Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis
Kepentingan Nasional.

L A P O R A N TA H U N A N 2 018 113
BIRO PERENCANAAN
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jalan Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 l Fax. (021) 3864293
www.kkp.go.id roren@kkp.go.id @kkpgoid

Anda mungkin juga menyukai