Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAHUL FAJRI

NIM : 1814201119

Praktik pemasungan terhadap orang yang dianggap menderita gangguan jiwa masih saja terjadi.
Udin misalnya, pemuda di Desa Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kuansing, Riau, itu dipasung
warga setempat atas permintaan keluarganya. Udin dipasung karena sering disebutkan mengamuk dan
hendak membunuh ayahnya.

Udin sempat dibawa ke rumah sakit jiwa, kemudian dokter dan perawat menganjurkan Udin
untuk di rehabilitasi namun keluarga menolaknya. Akhirnya tim dokter dan perawat memberikan obat
kepada keluarga untuk diminumkan pada Udin di rumah. Setelah 2 minggu, Udin tambah parah
kemudian dibawa oleh keluarganya masuk ke RSJ lagi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan anamnese
(wawancara) pada keluarganya, ternyata Udin dipasung dirumah. Kemudian perawat dan tim dokter
menjelaskan tentang dampak pemasungan dan menganjurkan Udin untuk direhabilitasi di RSJ tapi
keluaganya masih tetap menolaknya dengan keras. Perawat dan tim Dokter mengalami dilema apakah
harus membiarkan pasien untuk pulang sesuai dengan keinginan keluarga pasien dan membiarkan
pasien di pasung ataukah memaksa melakukan rehabilitasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan
pasien?
OPINI KASUS

Kasus tersebut dapat ditinjau dari aspek hukum, kode etik, asas etik dan dari segi norma budaya

1. ASPEK HUKUM

Dari Kasus Udin di atas, jika ditinjau dari aspek hukum maka ada beberapa dasar hukum yang
berkaitan dengan kasus diatas, antara lain

a. Dasar hukum yang hukum yang melindungi tim kesehatan( termasuk perawat ) jika tetap
melakukan tindakan sesuai dengan dengan keinginan keluarga Udin

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer HK.02.02/MenKes/148/I/2010

pasal 12 dalam melaksanakan praktek, perawat wajib untuk :

 Menghormati hak pasien

 Melakukan rujukan

 Menyimpan Rahasia sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku

 Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien atau klien dan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan

 Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

 Melakukan pencatatan Askep secara sistematis

Undang – undang No. 36 tahun 2009 Tentang : Kesehatan

Pasal 5 ayat

(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehata yang diperlukan bagi dirinya

Pasal 56 ayat

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan meahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap

Pasal 8

Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan
dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan

Pasal 7

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edokasi tentag kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab
Dari beberapa dasar hukum diatas, pasien dan keluarga berhak mengambil keputusan yang
terbaik atas tindakan yang akan dipilih setelah tim kesehatan termasuk perawat memberikan
informasi mengenai tindakan yang akan diterima pasien secara lengkap. Hak pasien
sepenuhnya untuk memutuskan apakah harus membiarkan pasien untuk pulang sesuai dengan
keinginan keluarga pasien atau tidak. Ketika ada persyaratan yang diajukan, pasien dan keluarganya
memiliki tanggung jawab atas dirinya dalam keputusan tersebut. Sesuai permenkes, perawat wajib
untuk menghormati keputusan ataupun persyaratan yang diajukan oleh pasien.

b. Dasar hukum yang tim dokter dan perawat jika melakukan tindakan untuk memperbaiki
kondisi Udin agar membaik

Undang – undang No. 36 tahun 2009 Tentang : Kesehatan

Pasal 56

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.

(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada :

a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang
lebih luas;

b. Keadaan seseorang tidak sadarkan diri, atau

c. Gangguan mental berat

Ketika Udin dibawa pulang oleh keluarganya (dalam kasus disebutkan setelah 2 minggu
dibawa pulang keadaan Udin bertambah parah) tim kesehatan (termasuk perawat) dibenarkan
untuk melakukan tindakan penyembuhan. Salah satunya menyarankan untuk rehabilitasi dan
menghentikan pemasungan yang diduga akan mempengaruhi keadaan pasien. Hal ini
dibenarkan sesuai Undang-Undang no 36 tahun 2009

2. KODE ETIK KEPERAWATAN

Kode etik keperawatan Indonesia yang berkaitan dengan kasus di atas adalah tentang tanggung
jawab perawat terhadap tugas yang bunyinya “ perawat senangtiasa mengutamakan
perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang
dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih tugaskan tanggungjawab
yang ada hubungannya dengan keperawatan”.

Dalam kasus yang dialami Udin, perawat dihadapakan pada 2 pilihan yang sulit, apakah
membiarkan pasien dibawa pulang atau memaksa keluarga pasien untuk merehabilitasi pasien
di RSJ. Jika kode etik keperawatan yang menjadi dasar pengambilan keputusan, tentu yang
lebih dipentingkan adalah kesembuhan kondisi Udin.
3. ASAS ETIK KEPERAWATAN

Dari 6 asas etik keperawatan yang ada, maka asas etik yang berkaitan dengan kasus di atas
adalah

a. Asas autonomy / asas menghormati otonomi

Perawat dituntut untuk menghormati apa yang menjadi hak pasien. Keluarga Udin
memiliki hak penuh untuk memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan kesehatan
Udin secara mandiri. Peran perawat dalam hal ini adalah melaksanakan dan menghormati
keputusan yang diambil oleh keluarga Udin.

b. Asas benefience (asas manfaat)

Dengan berdasarkan asas manfaat ini, perawat dapat mempertimbangkan tindakan apa yang
akan dilakukan untun memperbaiki kondisi Udin tanpa melakukan tindakan yang bukan
kewenangannya, jika keputusan yang diambil oleh keluarga Udin tidak memberikan
manfaat untuk proses kesembuhannya atau bahkan telah memperburuk kondisi
kesehatannya.

4. NORMA DAN BUDAYA

Tinjauan kasus berdasarkan norma dan budaya :

Dalam kasus di atas, apabila dokter, perawat, serta tim medis yag lain tetap melakukan
treatment tersebut maka ini bertentangan dengan norma sosial di masyarakat yang memiliki
pengertian:

“ segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan
yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat
ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian
besar warga masyarakat ”.

Anda mungkin juga menyukai