Kaito Novel
Kaito Novel
Chapter 00
Ketika ditanya apa yang paling aku harapkan di sekolah SMA nanti, maka
akan kujawab, perjalanan pulang pergi ke sekolah dengan kereta. Sebagai
murid sekolah SMP, perjalanan pulang ke sekolah menggunakan kereta
memiliki daya tarik tersendiri. Sebuah perasaan jelas untuk menjadi orang
dewasa. Namun, kekaguman tersebut dengan cepat meredup. Sekarang
aku menginjak kelas dua SMA dan aku sudah terbiasa dengan perjalanan
bolak-balik menggunakan kereta. Mungkin sebaliknya, aku bahkan mulai
membencinya.
Tinggal di daerah pedesaan, jadwal kereta hanya datang satu atau dua kali
dalam satu jam. Ditambah juga, naik sepeda dari rumah menuju stasiun
memakan waktu sekitar 20 menit. Aku merasa bahwa hidup di mana aku
selalu terkurangi oleh waktu telah menjadi merepotkan. Semua orang
dewasa di dunia yang menjalani kehidupan seperti ini, naik kereta yang
ramai dan berguncang untuk menuju ke kota ...... benar-benar
berat. Menjadi murid SMA, aku benar-benar merasa bahwa aku tidak ingin
menjadi bagian masyarakat. Sekarang setelah aku menjadi murid kelas
dua, kekhawatiran baru telah muncul. Itu adalah sesuatu yang terjadi
dalam perjalanan kereta.
Hari ini juga, aku mengendarai sepedaku selama 20 menit, dan sampai di
stasiun kereta. Meskipun sekarang bulan Mei, bersepeda selama dua
puluh menit ke stasiun masih membuatku berkeringat. Ketika sampai di
stasiun, aku mengelap keringat di dalam toilet dan memasuki stasiun.
Ada beberapa orang yang memakai jas, dan yang lainnya memakai
seragam sekolah. Para siswa pada dasarnya adalah semua orang yang
ingin pergi menuju sekolah, sama seperti diriku. Diantara mereka, ada
beberapa orang yang sering aku ajak bicara. Namun, setelah naik kereta
bersama setiap hari, kami sedikit demi sedikit berhenti berbicara satu
sama lain. Hari ini juga, aku berpura-pura tidak memperhatikan teman
dekat di depanku, dan melewatinya, tiba di tempat dimana aku biasa
menunggu kereta.
Kereta yang selalu aku tumpangi berangkat pada jam 7:52. Sekolahku
adalah sekolah untuk siswa tingkat lanjut, namun tidak ada kegiatan
ekstrakurikuler di pagi hari, yang mana dengan sendirinya menjadi
tantangan tersendiri. Menurut sekolah, bangun terlalu pagi bisa
menyebabkan kurang tidur dan akan menyebabkan penurunan
kemampuan akademik para siswa. Namun, sejak jam pelajaran kelas
sampai malam hari, masalah tidur masih berlanjut. Omong-omong, siswa
SMA yang tidur lebih dari sepuluh jam adalah makhluk yang masih akan
merasa mengantuk dengan cepat. Aku merasa bahwa kekurangan tidur
itu sendiri yang harus mereka khawatirkan.
Sambil menguap dan memikirkan hal seperti itu, kereta pun berhenti saat
pengumuman dibuat untuk kedatangannya. Ukuran kereta ini hanya
sepanjang dua gerbong. Untuk jalur Sandai yang aku gunakan, kereta-
keretanya kebanyakan berukuran sepanjang dua gerbong, dan terkadang
hanya berukurang satu gerbong. Ini jelas kereta pedesaan.
Meski berukuran kecil, kereta tersebut tidak terlalu ramai. Kereta ini
mungkin menuju ke stasiun dekat sekolah SMA dimana banyak murid
akan turun, tetapi saat aku menaiki kereta, aku masih bisa menemukan
tempat duduk. Serius, terima kasih daerah pedesaan.
Tata letak tempat duduk kereta tidak diatur sedemikian rupa dimana
tempat duduknya berjejer di setiap sisi, membuat penumpang duduk
saling berhadapan. Melainkan Sebaliknya, kursi dipasang berpasangan di
kedua sisi membuat baris. Di antara kursi berpasangan tersebut, ada jalan
setapak, cukup lebar untuk dilalui satu orang. Selain itu, masing-masing
sepasang kursi bisa diputar dan dibuat untuk menghadapi barisan lain,
menciptakan tempat duduk kelompok untuk empat orang. Kemungkinan
besar, pengaturan tempat duduk seperti ini sulit ditemukan di kota, tapi di
pedesaan, ini lebih sering terjadi.
Hari ini, seperti biasa, aku duduk di barisan kosong yang biasa. Setelah
pulang-pergi dengan kereta selama setahun penuh, tempat duduk yang
aku duduki sudah tetap, dimana aku duduk hampir selalu sama. Namun,
satu bulan yang lalu, kejadian normal ini berubah drastis.
Hari ini juga, dia duduk di sampingku. Meski ada banyak kursi kosong
lainnya, untuk beberapa alasan, dia memutuskan untuk duduk di
sampingku.
Sigh ~, hari ini aku tidak bisa melakukan quest pagi juga ... Entah
mengapa, aku merasa ada sesuatu yang menyentuh tubuhku ...?
Aku tidak bisa memahami situasi sekarang. Untuk beberapa alasan, Kii-
san menyandarkan tubuhnya ke tubuhku. Kii-san memiliki wajah yang
sedikit merah saat dia melihat ke depan dengan ekspresi aneh. Dia
nampak sedikit tidak puas ...
Ada dua stasiun di dekat SMA Touyama, tempat dimana saat ini aku
tuju. Salah satu diantaranya, yang sedang aku gunakan sekarang, ialah
Stasiun SMA Touyama jalur Sandai. Perhentian ini berpusat di dalam
distrik perumahan, dan memiliki beberapa toko di sekitarnya.
Dari semua siswa SMA kami, sekitar 70% dari mereka melakukan
perjalanan melalui Stasiun Touyama. Ngomong-ngomong, sekitar 20%
menggunakan dengan bus atau motor, dan sisa 10% menggunakan Jalur
Sandai Line seperti diriku. Ini cukup mengejutkan betapa sedikitnya orang
yang menggunakan Jalur Sandai untuk bepergian.
Nah, karena hal ini, jumlah siswa yang berjalan di antara Stasiun SMA
Touyama dan SMA itu sendiri sangatlah sedikit. Ditambah pula, para siswa
yang pergi melalui Stasiun SMA Touyama, mungkin karena merasa minder
dengan Stasiun Touyama, kebanyakan dari mereka begitu hening. Aku
juga sangat hening, namun, itu karena aku berasal dari pedesaan dan aku
tidak ingin menonjol.
Jadi, hari ini juga, aku meluangkan waktuku, berjalan menyusuri jalan sepi
dimana mobil tidak bisa melewatinya.
Saat aku memasuki kelas dan duduk di kursi paling belakang, teman
sekelasku, Sagami, menanyakan hal ini padaku.
Dia adalah orang idiot. Itu seharusnya menjadi perkenalan yang cukup
bagus.
Omong-omong, namaku adalah Yoshiki Setsu. Hampir semua orang
memanggilku Setsu.
"Pacar Kii-san ? Aku tidak tahu apapun tentang itu ... "
Tentu saja, jika ini tentang seseorang yang aku sukai atau yang disukai
teman dekatku, maka aku akan sedikit tertarik, namun ketika menyangkut
orang yang tidak memiliki hubungannya denganku, maka tidak ada alasan
bagiku untuk peduli.
"Sebenarnya, ada seorang senpai kelas tiga yang mengaku pada Kii-san
kemarin, dan dia menolaknya dengan mengatakan bahwa dia sudah
memiliki pacar! Kii-san bukanlah tipe orang yang suka berbohong, jadi
mungkin dia benar-benar sudah mempunyai pacar! "
"Apakah dia punya pacar atau tidak, tidak ada efeknya bagimu."
"Tidak baik, meski aku mengetahuinya, tidak mungkin bagiku untuk bisa
berpacaran dengan Kii-san. Itulah mengapa, aku ingin lelaki yang
berpacaran dengannya harus menjadi orang yang keren dan berani. "
Apa-apan dengan ekspresi suram mendadak itu? Apa yang terjadi dengan
semua energi yang kau miliki beberapa waktu yang lalu, emosimu terlalu
tidak stabil. Namun, karena Sagami terlihat sangat menyedihkan,
kuputuskan untuk memberitahunya tentang apa yang kuketahui.
"Yah, aku tidak tahu apa ini berguna atau tidak, namun saat dia naik
kereta, tidak ada orang yang terlihat seperti pacarnya."
"Yeah…"
"Ah, apa aku tidak memberitahumu? Dia mengendarai kereta yang sama
denganku. "
"..."
Saat aku membentak dia, Sagami terjatuh ke mejaku dengan putus asa.
"Kau bohong ... Kii-san yang itu, tinggal di pedesaan ... sangat iri!"
"Seperti yang kukatakan, itu bukan pedesaan, itu adalah area perumahan."
*****
"Mamiko, hari ini juga kau sedang dalam mood yang baik."
"Un!"
"Aura yang kau berikan terlihat bahagia, sampai bisa membuat orang lain
merasa malu."
Ya, karena dia sangat pemalu, aku tidak ingin menyebarkannya kepada
yang lain bahwa kita berpacaran. Aku sangat ingin menceritakannya
sekarang juga, tapi memikirkan perasaannya, tidak mungkin aku bisa
mengatakannya.
Hari ini, aku bersandar padanya. Ahhhh. Apa yang dia pikirkan? Apakah
dia membenciku untuk itu? Tapi, itu salah Yoshiki-kun, menjaga jarak dari
pacarnya. Hari ini adalah spesial, aku tidak akan melakukan hal yang
sama lagi. Lain kali, Yoshiki-kun akan melakukannya ... aku benar-benar
menginginkan itu ... Jika dia melakukannya ...
"Nnn ~, fufufufufufu."
Kita sudah berpacaran selama sepuluh tahun. Aku harap untuk melakukan
sesuatu seperti pasangan segera. Aku yakin wajahku tersenyum sekarang.
Walaupun mengetahui itu, aku tidak dapat menahan diri.
Hari ini, aku pergi ke sekolah dengan menggunakan kereta lagi. Dan tentu
saja, gadis tercantik di sekolah, Kii-san, duduk di sampingku lagi.
Namun, hari ini, ada lebih banyak orang dari biasanya. Tidak banyak kursi
yang kosong, dan cukup sedikit orang yang berdiri juga. Jika ada sekolah
lain tanpa kelas pagi, jumlah orang di kereta akan meningkat seperti ini.
Di sisi lain, ada dua atau tiga kompleks apartemen besar di daerah
tersebut, masing-masing memiliki banyak penghuni. Ada juga beberapa
orang yang naik kereta di stasiun ini.
Kemudian, di antara mereka yang naik ke kereta, ada seorang nenek yang
berusia di atas delapan puluh tahun, dengan pinggang yang bengkok dan
menggunakan tongkat. Dia sepertinya mencari tempat untuk duduk, tapi
karena ada begitu banyak orang, tidak ada tempat duduk yang terbuka.
"Yeah, silakan."
Aku membantu membawa tasnya dan membawanya ke tempat duduk
yang aku duduki sebelumnya. Kii-san duduk di kursi di sebelahnya, namun
seharusnya tidak ada masalah.
"Terima kasih."
Saat duduk di kursi, wanita tua itu memberiku ucapan terima kasih.
Sebagian karena aku melakukan perbuatan baik, tapi juga, karena bisa
melepaskan diri dari Kii-san, merasa ada beban yang hilang dari
pundakku, membiarkanku meluangkan waktu di kereta seperti biasanya.
Mari kita lihat, kukira aku bisa melakukan quest pagi yang belum pernah
aku lakukan dalam beberapa saat. Baru-baru ini, karena aku belum bisa
melakukan quest di pagi hari, aku menyebabkan masalah bagi orang lain
di party-ku. Ayo pergi berburu monster hari ini dengan semuanya.
Dengan pemikiran seperti itu, aku meletakkan jariku pada icon aplikasi
yang disebut Human Beast War.
Game ini memungkinkan party memiliki lebih dari 50 pemain, yang mana
akan melakukan pencarian bersama. Aku juga termasuk salah satu dari
party-party ini. Party yang kumasuki bukanlah yang terkuat, namun party
ini sangat menyenangkan dimana membuatku menikmatinya karena
menjadi bagiannya. Menantikan untuk melakukan pencarian bersama
dengan semua orang, aku mengetuk layar icon.
Aku mendengar suara yang cerah dari sampingku. Pemilik suara tersebut
memiliki rambut hitam panjang dan cukup cantik. Itu adalah Kii-san.
Aku mengerti, meski dia tampak seperti eksistensi yang tidak terjangkau
sebagai orang tercantik di sekolah, dia juga berada di tahun yang sama
denganku. Kurasa dia tidak suka kalau aku menggunakan cara bicara yang
sopan.
"Ma-Maaf ..."
Apa? Tunggu sebentar, apa yang dia bicarakan? Kii-san maksudnya dia,
kan? Atau apa dia memiliki arti lain dari pertanyaan tersebut?
"......"
Dia pasti sangat marah, tapi aku tidak mengerti mengapa. Mengapa aku
tidak boleh memanggilnya dengan nama belakang? Mungkin dia tidak
suka dipanggil dengan nama belakangnya? Yah, mungkin ini memang
seperti itu. Bagaimanapun, dia benar-benar marah sekarang.
Itu hampir saja, aku hampir menanggapi dengan nada sopan lagi, yang
akan membuatnya marah lagi padaku. Ini benar-benar tidak sesuai dengan
dirinya dan dia menjadi sangat menakutkan. Jika memungkinkan, aku
tidak ingin membuatnya marah lagi.
Aku membuat sedikit jarak antara aku dan Kii-san. Namun, seperti yang
aku kira, dia menutup jarak lagi di antara kami.
Dia menatapku saat dia berbicara, nadanya kembali dari nada marahnya
menjadi lebih halus dan lembut. Karena setidaknya ada jarak 10 cm
diantara ketinggian kita, jadi Kii-san terpaksa untuk menatapku saat dia
berbicara.
Apakah ini yang disebut dengan mata menengadah? Ini sangat kawaii. Aku
sangat senang sampai tidak bisa menggambarkannya. Aku memalingkan
wajahku, yang memerah karena malu.
"Bukan apa-apa, itu hanya hal yang biasa."
Tunggu dulu. Aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Mengapa aku
harus berdiri di sampingnya? Apa yang dia maksud dengan kesepian?
Hari ini, aku benar-benar tidak mengerti banyak hal yang Kii-san katakan.
Namun, aku mengerti bahwa dia bisa sangat menakutkan. Mari kita
mencoba untuk tidak mendapatkan sisi buruknya mulai
sekarang. Sebaliknya, aku harus mencoba untuk tidak berbicara
dengannya sebanyak itu. Aku tidak ingin membuatnya marah lagi.
"Setsu, ayo kita pergi ke karaoke hari ini. Sudah lama aku tidak
menyanyikan lagu. "
"Baiklah, aku tidak punya banyak waktu jadi aku akan pergi sekarang."
Sagami membalasku, dengan wajah depresi. Apa kau sangat ingin pergi ke
karaoke sebanyak itu?
******
Tempat dimana aku bekerja berjarak sekitar lima menit berjalan kaki dari
SMA Touyama.
Biasanya hanya ada tiga orang, dua pekerja part-time dan si owner, yang
bekerja di kafe. Meski begitu, kafe ini tidak terlalu sibuk sehingga
terkadang hanya ada dua orang saja, satu pekerja part-time dan si owner,
yang sedang dalam shift.
Hari ini, karena tidak ada orang di ruang istirahat, kemungkinan besar
hanya ada aku dan si owner. Aku mengambil gantungan baju dan
seragamku lalu membuka pintu yang satu-satunya ruang ganti. Namun…
"!!!"
"Ah…"
Aku tidak memikirkan kalau ada orang di dalam tapi kenyataannya aku
salah, ada orang di dalam ruangan ini. Yang lebih buruk lagi, orang itu
adalah seorang gadis, dan dia sedang mengganti bajunya. Dengan kata
lain, di hadapanku ada pemandangan seorang gadis dengan celana
dalamnya.
...
Ini salahnya karena pintunya tidak terkunci dengan benar,kan? Lagi pula,
tidak mungkin aku bisa berhenti menatapnya apabila dia terlihat begitu
cantik. Sebaliknya, aku gagal menjadi seorang lelaki bila tidak
melakukannya.
Nah, itu juga benar bahwa jika aku memeriksa jadwal shift hari ini, aku
bisa berasumsi bahwa Echizen ada di ruang ganti ... Namun, tetap saja,
bukankah itu terlalu jahat sampai dia harus menendangku begitu keras,
bukan?
Pada kenyataannya, Dari awal Echizen dan aku tidak pernah benar-benar
akur. Usia kita hampir sama dan kita mulai bekerja di sini sekitar waktu
yang sama, namun, secara mengejutkan, kita tidak bisa cocok. Minat kita
sepenuhnya berbeda dan kejadian seperti yang barusan terjadi
sebelumnya, jumlahnya tidak sedikit. Kemungkinan besar, dia sudah pasti
membenciku.
Bukannya aku menyukai Echizen dengan cara yang romantis, tapi karena
kita rekan kerja, aku ingin saling akrab satu sama lain. Aku sudah
mencoba berbicara dengannya berkali-kali sebelumnya, tapi aku selalu
diabaikan atau dia merespon hanya dengan satu kata. Kesan bahwa dia
membenciku sudah sangat kuat.
Namun, aku tidak akan menyerah, hari ini, aku akan berbicara dengan
Echizen. Setelah memutuskan pemikiranku, aku membuka pintu ke ruang
ganti.
"Hei Echizen, tentang kejadian tadi, aku minta ma ... aaf ..."
*****
Sudah sekitar satu jam sejak aku memulai shift-ku. Seperti biasa, hampir
tidak ada pelanggan. Si owner sedang sibuk membersihkan dan mengatur
dapur, tapi Echizen dan aku cukup bebas di kafe. Dalam situasi saat ini,
kita berdua berdiri diam tanpa berbicara satu sama lain. Selalu seperti ini
setiap saat. Ini terasa seperti aku menahan napasku, dan rasanya agak
canggung.
"Echizen, kau murid SMA Oumi kan? Apa kalian mempunyai perjalanan
sekolah atau semacamnya? "
"..."
"..."
"..."
"Hokkaido ......?"
"..."
"..."
"..."
"..."
"......"
"........."
"........."
"........."
"......... Ma-Maaf."
"Heeey, bangun-"
"Hhhmm?"
Pagi ini, aku terbangun karena mendengar suara ibuku. Biasanya, aku
akan mengatur jam alarm, tapi sepertinya aku lupa melakukannya saat
malam tadi. aku akhirnya menyia-nyiakan waktu ibuku karena
itu. Maafkan aku, bu.
"Aku akan berangkat kerja sekarang. Pastikan kau pergi ke sekolah. "
Kira-kira satu menit berlalu seperti ini sebelum aku melihat jam. Jarum
jam menunjuk ke arah 8.
Jadi, sekarang jam 8 pagi ya... aku tidur sekitar jam 3, jadi aku tidur sekitar
5 jam. Tidur selama ini, Aku pikir aku tidak akan berakhir tidur di
kelas. Mari bekerja keras untuk hari ini ... tunggu, jam 8?
Aku menggerakkan mataku untuk melihat jam dengan lebih teliti. Itu jelas
sekali menunjukkan jam 8.
"..."
****
Biasanya, aku bisa santai sambil bersepeda ke stasiun. Namun hari ini, aku
akan pergi secepat mungkin.
Aku meninggalkan rumah sekitar jam 8:15. Kereta berangkat pada jam
8:30. Oleh karena itu, aku hanya mempunyai waktu 15 menit untuk
sampai ke stasiun.
Kau mungkin berpikir bahwa bersepeda selama lima menit dengan cepat
tidaklah terlalu sulit, tapi tidak menjadi bagian dari klub olahraga, itu
sangat sulit bagiku. Tapi saat ini, aku harus bisa sampai ke stasiun tepat
pada waktunya. Jika tidak, tidak hanya terlambat untuk jam pelajaran
pertama, aku juga akan terlambat pada jam kedua! Memotivasi diriku
untuk bekerja lebih keras, aku menginjak pedal dengan semua tenaga
yang kumiliki.
Aku tidak berhasil tepat waktu. Aku mungkin akan berhasil jika satu menit
lebih cepat ...
Kereta berikutnya akan datang pada jam 09.30. Dengan kata lain, aku
harus menunggu satu jam di stasiun ini tanpa melakukan apapun. Jika
tahu hal ini akan terjadi, seharusnya aku tinggal di rumah saja. Aku
hampir akan melakukannya, jadi mungkin sebaiknya aku tidak
mencobanya.
"Ke-Kenapa ..."
Berdiri di sana adalah seorang gadis yang dikatakan sebagai gadis
tercantik di sekolahku, Kii-san. Tunggu, apa yang dia lakukan disini? Jika
dia berencana naik kereta di jam 9:30 sama seperti aku sekarang, maka
dia tidak akan sampai di sana pada jam ketiga.
Setelah memikirkan hal itu, aku masih belum mengerti. Untuk saat ini, dia
tidak menyadariku dari tempatku sekarang. Mari kita lihat, apa yang harus
kulakukan sekarang?
Sejujurnya, aku sangat takut dengan apa yang terjadi pada Kii-san
sebelumnya, jadi aku tidak ingin terlalu dekat dengannya. Namun, Jika dia
menyadariku, kemungkinan besar dia akan duduk di sampingku. Lagi
pula, itulah yang telah dia lakukan sampai sekarang. Aku tidak tahu apa
yang dia pikirkan, tapi dia selalu duduk di sebelahku.
Karena itu, sekarang, aku harus memastikan bahwa dia tidak mengetahui
bahwa aku ada di sini. Hari ini, aku akan menghabiskan waktuku di kereta
dengan nyaman dan sendirian.
Meski aku telah memutuskan apa yang harus kulakukan, namun aku
masih belum memutuskan bagaimana aku harus melakukannya. Tata letak
stasiun ini cukup standar, dua platform dan dua kereta. Untuk naik kereta
yang berangkat ke sekolah, aku harus naik ke platform yang
berlawanan. Saat ini, aku berencana menggunakan tangga untuk sampai
ke sisi lain,namun tangga bisa terlihat dari mana saja. Kau bisa langsung
tahu kapan seseorang menggunakan tangga. Itu sebabnya, jika aku menuju
kesana sekarang, Kii-san bisa dengan mudah mengetahui bahwa aku ada
di sini.
Karena itu, aku hanya bisa menunggu di sini agar kereta datang lebih
dulu. Begitu kereta tiba di stasiun, dan dia sudah berada di dalam kereta,
platform di sisi yang berlawanan tidak dapat dilihat. Selama aku menaiki
kerete pertama, berbeda dari yang biasanya, Kii-san tidak akan
memperhatikanku.
Dengan rencana yang kupikirkan secara hati-hati ini, tidak ada yang
salah. Memegang kepercayaan pada rencanaku, aku menunggu kereta
datang.
Aku selalu memikirkan ini, tapi untuk dapat datang tepat pada waktunya
seperti ini, sistem perkeretaan Jepang memang sangat menakjubkan. Yah,
sisihkan itu dulu, bagian selanjutnya adalah bagian yang tersulit. Aku
bergegas ke platform yang berlawanan. Tidak ada tanda-tanda dari orang
yang menunggu di peron. Sepertinya dia sudah masuk. Bagus, seperti yang
kurencanakan. Yang perlu kulakukan sekarang adalah menemukan tempat
duduk di kereta.
Aku bergegas ke kereta. Suara yang datang dari gemerincing kereta lebih
kencang dari biasanya, tapi masih banyak kursi yang kosong. Untuk
sekarang, aku ingin mengambil tempat duduk secepat mungkin, jadi aku
duduk di kursi yang paling dekat.
"Fiuh."
Kemudian, aku mendesah lega. Aku berkeringat sedikit, tapi aku tidak
keberatan tentang hal itu sekarang juga. Sudah beberapa bulan sejak
terakhir kali aku bisa berangkat melalui kereta sendirian. Aku merasa
lega dan tenang. Ah~, sangat menyegarkan.
... Eh?
"Lain kali jangan terlambat ya ... aku benar-benar khawatir tahu ... "
"!!!"
Akhirnya, dia meraih lenganku. Melihat dari sudut pandang orang lain,
kami nampak seperti sepasang kekasih. Tidak, sebenarnya, apa yang
sedang terjadi? Apa-apaan situasi ini !? Pada akhirnya, hari ini juga aku
masih belum bisa memahami maksudnya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa dia tidak menginginkan hal seperti ini
terjadi lagi, jadi aku akhirnya bertukar nomor telepon dengan Kii-san.
Chapter – 05
Ini adalah hari yang terbaik dalam seminggu karena aku tidak perlu pergi
sekolah atau pun bekerja, dan aku bisa bermalas-malasan di rumah
sepanjang hari. Namun, hari ini, aku tidak punya waktu untuk melakukan
itu.
Ya, akhir pekan ini, game smartphone yang aku sebutkan sebelumnya,
Human Beast War, memiliki sebuah event yang sedang
berlangsung. Kemarin, semua yang kulakukan hanyalah bermain game
dan hari ini kemungkinan besar akan sama. Sungguh, ini akan menjadi
akhir pekan yang produktif.
Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi. Kemarin, mereka semua juga
begitu. Yah, karena tidak banyak yang bisa kulakukan, aku secara acak
memilih quest untuk mengumpulkan poin EXP dan bergabung
dengannya. Untuk senjata dan armor kuat terjatuh, sangat penting untuk
mengumpulkan EXP.
Game ini dapat dibagi menjadi lima tingkat kesulitan. Quest yang sedang
kulakukan sekarang adalah quest tingkat C, tingkat kesulitan tertinggi
ketiga. Ini pada tingkat di mana aku hampir bisa mengalahkannya dengan
skill-ku.
Untuk event kali ini, aku mendengar bahwa kau bisa memperoleh hadiah
yang sangat bagus jika kau bisa memyelesaikan quest tingkat A. Sebuah
Kostum edisi terbatas. Sejujurnya, aku tidak terlalu membutuhkan kostum
apapun yang khusus untuk melakukan pencarian, jadi aku tidak terlalu
tertarik dengan event seperti ini. Namun, ada anggota party kami yang
menyukai kostum yang berbeda, jadi kami akhirnya menemaninya dalam
melakukan quest.
Secara kebetulan, salah satu dari orang-orang itu baru saja online. Saat
anggota party masuk, sebuah notifikasi akan muncul di bagian atas layar
tidak peduli apa kau berada di tengah pencarian atau tidak.
Ketika aku kembali ke home screen dan membuka grup chat, Ryouma
mengetikkan kata tersebut padaku. Omong-omong, namaku di game
adalah Yosshii. Ini adalah nama yang selalu aku gunakan saat bermain
game.
"Apa!? Bukannya kita sudah janjian main bareng hari ini? "
"Kau mungkin salah membaca. Hanya ada kita berdua hari ini! "
"Jadi, hanya kita berdua ... kukira melakukan quest tingkat B akan terlalu
berat jika hanya kita berdua."
"Y-yeah!"
*****
"Ah-itu menyenangkan-"
Aku, Echizen Hina terjun ke tempat tidurku. Hari ini, aku sudah bermain
game seharian penuh jadi aku merasa sedikit lelah.Namun Itu masih
sangat menyenangkan .
Hari ini juga, aku diselamatkan oleh Yosshii-san berkali-kali. Biasanya, aku
menggunakan pistol, dan menembak monster dari jauh, tapi terkadang,
mereka menyerangku dari belakang dan aku tertangkap. Pada saat seperti
ini, lebih cepat dari orang lain, Yosshii-san selalu datang
menyelamatkanku. Dia juga selalu memberiku item pemulihannya.
Karena dirinya, aku mulai menikmati game ini lebih banyak, dan hidup
menjadi lebih menyenanhkan. Apalagi hari ini, hanya Yosshii-san dan aku
yang bermain bersama. Itu sangat menyenangkan. Namun, anggota party
lain membantuku mengatur situasi ini. Itu adalah waktu yang sangat
menyenangkan. Entah kenapa, rasanya seperti kencan ...
Yosshii-san mungkin sangat baik dalam kenyataan juga. Jika aku bisa
menemuinya, aku sangat ingin melakukannya……..kupikir itu mustahil.
Ujian.
Saat waktu ujian tiba, kau harus mempelajari lagi materi yang telah kau
pelajari tidak peduli kau menginginkannya atau tidak. Oleh karena itu,
kebanyakan orang akan mulai belajar semalaman.
Saat ini, aku sedang kewalahan dengan salah satu ujian tersebut. Di
sekolahku, ujian dibagi menjadi 8 mata pelajaran selama 3 hari, 2 mata
pelajaran pada hari pertama dan 3 mata pelajaran pada 2 hari lainnya.
Ada kemungkinan juga kalau aku akan gagal. Aku memiliki keraguan itu
di dalam diriku, dan tentu saja, aku juga belajar di kereta. Seperti biasa,
Kii-san duduk di sampingku tanpa khawatir. Sejauh yang bisa aku
katakan, Kii-san sama sekali tidak belajar. Dia sama sekali tidak
melakukan apa-apa.
"Yeah, hanya sedikit. Ujian hari ini akan sulit ... "
Dia mengintip isi dari buku teks yang kupegang. Dia mungkin mengira
aku bodoh, bahkan tidak mengerti sesuatu yang begitu
sederhana. Namun, jawaban yang datang darinya sangat berbeda dari
apa yang aku harapkan.
"Aku tau! Sejarah memang sangat sulit ~. Aku juga tidak begitu hebat
dalam hal itu ~ "
"Yeah ~, meski menurutku itu tidak seburuk itu. Sekarang aku bisa
mendapatkan nilai diatas 90. "
"Eh?"
"Ya, kurasa tidak apa-apa ... Tapi ada dua persyaratan yang harus
dipenuhi."
"Syarat?"
"Iya. Pertama, berhenti berbicara dengan cara bicara sopan. Kedua, jika
nilaimu akhirnya membaik sejak aku membantumu, maka pergilah
bersamaku seharian penuh. "
*****
Dan hasil dari ujianku kali ini ... Menakjubkan. Semuanya di atas nilai
70.
Itu biasa untuk semua ujian non-manusia-ku di atas nilai 80, tapi aku
juga bisa mendapatkan nilai dari pelajaran bahasa Inggris dan sejarah,
yang mana keduanya adalah mata pelajaran yang tidak aku sukai, jauh
di atas rata-rata.
Alasan perbaikan ini sangat jelas. Baiklah, aku perlu berterima kasih
padanya jadi aku membuka smartphone-ku. Lagi pula, kita sudah saling
bertukar nomor. Namun yeah, kita masih belum saling berbicara satu
sama lain.
Untuk sekarang, aku akan mengiriminya teks seperti ini. Baru-baru ini,
aku terbiasa menggunakan cara bicara non-sopan padanya, dan ini
mulai menjadi lebih alami bagiku. Setelah mengirimnya, Kii-san
membalasnya segera.
"Itu hebat! Selamat! Seperti yang dijanjikan, hari Minggu ini, pergi
bersamaku! "
Aneh rasanya jika kau tidak merasa senang berpergian dengan gadis
cantik (meski masih sedikit aneh) semacam dia.
Sejak saat itu, waktu berlalu dengan cepat dan segera menjadi hari dimana
aku akan pergi dengan Kii-san. Kami seharusnya bertemu di sekolah pada
jam 12, tapi aku benar-benar gugup dan akhirnya naik kereta satu jam
lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.
Lagi pula, ini adalah pertama kalinya aku keluar bersama seorang gadis,
dan ditambah gadis itu adalah gadis tercantik di sekolahku. Tentu saja,
aku akan sangat gugup. Dia duduk di sampingku di kereta sepanjang
waktu, tapi kegugupan itu tidak bisa dibandingkan dengan betapa
gugupnya aku saat ini. Sementara kereta menyusuri jalan relnya, aku
memikirkan rencana hari ini untuk mengurangi keteganganku.
Lalu, setelah makan siang, dan menyelesaikan belanja kita, apa yang harus
kita lakukan setelah itu? Umm, yah, kurasa mengakhirinya seperti itu juga
tidak masalah. Aku pikir Kii-san juga tidak akan mempermasalahkan
rencana seperti itu. Yeah, ayo kita habiskan hari ini seperti itu.
Lima menit berjalan dan gerbang SMA-ku pun bisa terlihat. Tentu saja, Kii-
san tidak ada di sana. Lagi pula, ini baru satu jam lebih awal.
Dengan itu, aku membuka buku yang telah kupilih secara acak, dan
menunggu Kii-san.
"..."
Situasi ini ... sangat sulit bagiku untuk pergi ke sana ...
Melihat kerumunan seperti itu, aku membuat wajah yang sulit. Tapi jika
aku tidak pergi ...
"Yoshiki-kun"
Jika rumor itu menyebar, itu akan menyebabkan banyak masalah bagi Kii-
san. Ada juga rumor bahwa dia sudah punya pacar. Hmm? Jika dia punya
pacar, mengapa dia memintaku untuk pergi bersamanya?
Nah, singkirkan hal itu dulu, kita perlu menemukan cara untuk
membuktikan bahwa kita bukan pasangan. Dengan pikiran itu, aku
membuka mulutku.
Dengan rasa lega, aku melihat bahwa kaki kita telah berhenti. Ditambah,
aku merasakan pegangan di tanganku menjadi lebih kuat.
Sambil berbalik dan mengatakan itu, mata Kii-san tampak agak basah,
suaranya diwarnai kesedihan.
Setelah melihat itu, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.
Chapter – 08
"..."
"..."
Saat ini, aku dan Kii-san berada di restoran teishoku yang berjarak
sekitar 10 menit dari sekolah dan kita berdua benar-benar tidak
berbicara satu sama lain. Aku tidak bisa menemukan sesuatu untuk
dikatakan padanya, dan untuk beberapa alasan, dia duduk di sebelahku
sama seperti ketika kita berada di kereta walaupun sekarang kita
berada di bilik empat orang.
Jika kau melihatnya dari samping, kau mungkin berpikiran bahwa kami
adalah sepasangan kekasih yang sedang bermesra-mesraan .....
tidak. Aku tidak tahu mengapa Kii-san duduk di sampingku, tapi
suasana hati di antara kita bukanlah sama seperti para pasangan yang
sedang bermesraan, malahan, suasana kita sedang sangat canggung.
Sudah jelas bahwa apa yang terjadi tadi telah membuatnya marah, dan
itu mungkin membuat dia dalam suasana hati yang buruk. Ketika aku
pertama kali mencoba untuk duduk di depannya, dia berkata,
"Kemarilah ke sini", dengan suara dingin, dan memaksaku untuk duduk
di sampingnya. Kemudian, sambil berpura-pura melihat menu, dia terus
memelototiku dari waktu ke waktu.
"Um, kita hanya butuh satu menu, jadi mari kita lihat menu bersama ..."
"Y-yeah, itu benar ..."
Lagi pula, apa sebenarnya yang dipikirkan Kii-san saat dia bersandar
padaku seperti ini? Mungkin aku salah, tapi bukankah ini berarti dia
menyukaiku? Tapi, nampaknya dia sudah mempunyai pacar ... eh,
mungkinkah Kii-san adalah gadis yang tak tahu malu? ... Tidak, aku
tidak ingin mempercayainya. Namun, ada kemungkinan ...
Sambil memikirkan hal ini, aku menatap Kii-san. Ekspresinya
mendadak menjadi gelap.
"Umm, tentang tadi, maafkan aku. Bersikap seperti itu ... "
Setelah mengatakan itu, aku tidak bisa menemukan yang lain, jadi aku
berhenti berbicara. Kemudian, setelah mendengar apa yang aku
katakan, ekspresi Kii-san menjadi sedikit sedih.
"Aku mungkin salah dengar, tapi apa yang kau maksud dengan itu?"
"Tidak, jujur saja, aku sama sekali tidak mengerti. Itu sebabnya aku
ingin kau memberitahuku. Aku ingin tahu apa yang kukatakan itu
sangat menyakitimu. "
"... Itu yang paling menyakitkan bagiku ... Kenapa, kenapa kamu tidak
mengerti ...?"
Air mata keluar dari mata Kii-san. Pelanggan di sekitar kita juga mulai
memperhatikan. Namun, aku tidak bisa berhenti disini. Jadi aku tidak
akan terbawa oleh suasana, aku harus mengerti apa yang salah. Dengan
membulatkan tekadku, aku menatap mata Kii-san.
"..."
"..."
Mata kita bertemu, tapi aku tidak mengalihkan pandanganku. Jika aku
mengalihkannya sekarang, aku akan kalah.
Karena terlalu terkejut, aku akhirnya mengatakan apa yang ada di dalam
pikiranku. Kemudian, Kii-san membuka matanya lebar-lebar, seolah-olah
dia mendengar sesuatu yang tak terduga.
Aku bahkan lebih terkejut ketika dia mengulangi apa yang aku katakan
untuk mengkonfirmasi tadi. Pencarian kepastiannya bermaksud bahwa
untuknya, kita ini sedang berpacaran adalah fakta yang sudah jelas.
Namun, walaupun aku bisa memilah semua informasi yang kumiliki, aku
masih tidak mengerti semuanya. Pertama-tama, apakah itu benar atau
tidak, aku dan Kii-san berpacaran. Jika memang hal itu terjadi, tidak
mungkin aku bisa melupakannya.
"Benarkah…..begitu?"
Tidak paham sama sekali, aku menatap Kii-san dengan ekspresi terkejut
dan sekali lagi bertanya dengan suara lemah.
"..."
"..."
Lalu, mata kita bertemu. Ekspresi Kii-san terlihat sedih, sebuah ekspresi
dimana orang lain tidak ingin melihatnya. Kau memintaku untuk berdebat
dengan wajah seperti itu?
"Ma-Maksudku, Yoshiki-kun, bukankah kau meminta, tolong pergi keluar
bersamaku?"
"Saat kita kelas satu Sekolah Dasar. Kita pergi ke ruang istirahat bersama
ketika ada festival olahraga di sekolah. Dan kau menanyakannya pada saat
itu. "
Ini buruk, aku tidak ingat sama sekali. Selama mengikuti festival olahraga,
aku hanya fokus pada lombaku sendiri.
Setelah melihat bahwa aku tidak bisa mengingat apapun, air mata mulai
bercucuran di mata Kii-san.
"Kau tidak ingat? Saat itu aku lupa dimana ruangan istirahat berada dan
kau memberitahuku, tolong pergi bersamaku. "
Ah, ahhh ~, kurasa aku ingat sedikit sekarang. Jika aku ingat dengan
benar, aku menemukan seorang gadis yang lupa akan tempat ruangan
istirahat berada dan aku ingin memberitahunya untuk mengikutiku, tapi
aku mengubah nuansa pada kalimat itu, dan akhirnya berkata, "Tolong
pergi bersamaku". Di jaman itu, aku menonton drama romantis dan aku
melihat karakter utama mengatakan kalimat seperti, "Tolong pergi
bersamaku", jadi setidaknya aku ingin mencobanya sekali.
Tidak, itu masih sangatlah aneh. Lagi pula, apakah ada orang yang benar-
benar percaya bahwa kau bisa menjadi sepasang kekasih hanya dengan
mengatakan kalimat itu? Bahkan jika itu hanya kelas satu SD, bukankah itu
masih sedikit naif? Tidak hanya itu, dia sudah menjaga hubungan itu
begitu lama.
"Umm, memang benar bahwa aku mengatakan, tolong pergi bersamaku,
tapi aku tidak bermaksud sebagai menjadi sepasang kekasih ... Bagaimana
ya bilangnya ... kau dan aku, mungkin sebenarnya tidak berpacaran ..."
Cara bicara sopan yang aku hentikan akhir-akhir ini muncul kembali.
Mungkin, dia mengira aku telah menariknya sepanjang waktu. Memang
benar bahwa aku memiliki bagian dalam kesalahpahamannya. Tentu saja,
setelah mengetahui bahwa dia berpikir kita ini berpacaran selama sepuluh
tahun, daripada senang, aku merasa takut dengan kesadaran itu.
Ini buruk. Aku membuat seorang gadis menangis. Apa yang harus
kulakukan saat seperti ini terjadi?
Sambil menyeka air matanya, dia berbicara dengan suara lembut. Melihat
wajahnya seperti itu, perasaan kasihan muncul di dalam diriku. Jelas, dia
merasa sakit hati sekarang.
"Itu benar. Sejujurnya, Kau terlihat seperti orang yang sangat bodoh. Tapi
aku bahkan lebih bodoh. Karena diriku, kehidupan cinta Kii-san menjadi
terganggu. Aku tidak berpikir Kau harus berkencan dengan seseorang
seperti DIRIku, tapi seseorang yang jauh lebih keren ... "
Aku merasa telah melakukan kejahatan yang berat. Meski itu adalah
sebuah kesalahan, akhirnya aku membatasi Kii-san karena dia 'pergi
keluar' bersamaku. Yang paling penting adalah karena itu, dia akhirnya
menolak banyak pengakuan. Jika dia tidak benar-benar 'pergi keluar'
denganku, dia mungkin bisa memiliki pengalaman romantis yang jauh
lebih banyak.
Namun, tidak ada yang bisa dilakukan tentang masa lalu. Nah, hanya ada
satu hal yang bisa aku lakukan.
"Itu sebabnya, kamu tidak perlu memikirkanku lagi, Kii-san. Kau bisa jatuh
cinta lebih bebas. "
Ketika aku mengatakan hal ini kepada Kii-san, yang telah berhenti
menangis, mengerutkan bibirnya. Terlihat seakan-akan dia sedang
cemberut.
"Kalau begitu, tidak apa-apa kalau aku jatuh cinta dengan bebas?"
"Tentu saja."
...
"…Kau yakin?"
"Aku yakin."
"Tidak, maksudku kita tidak terlalu banyak berbicara satu sama lain, dan
aku tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatmu menyukaiku ..."
"..."
"…Apa…?"
Saat ini sedang istirahat makan siang, dan setelah memberi tahu
sahabatku, Sagami, tentang hubunganku dengan Kii-san, sekarang dia
menunjukkan ekspresi terkejut.
"Hei, jangan bercanda denganku seperti itu. Bahkan jika kau memang
berbohong, paling tidak buatlah menjadi sesuatu yang bisa dipercaya. "
Aku menunjukkan dua foto antara aku dan Kii-san pada Sagami yang tidak
mempercayaiku. Ekspresi Sagami berubah menjadi tertegun, seolah-olah
dia mendadak terkena petir. Mata dan mulutnya terbuka begitu lebar,
sehingga aku benar-benar terkesan dengan ungkapan yang bisa dibuat
manusia.
"Yeah"
"Jadi itu kau ~. yang menjadi pacarnya ~. Entah mengapa, itu terasa aneh
~. "
"Dan juga, jangan beritahu orang lain tentang ini. Aku tidak ingin ada
masalah yang datang. "
"Bukan, apa kau bilang aku kasar? Bahkan sekarang, aku masih menyukai
Kii-san. Itu cukup mengejutkan. Aku merasa kau lebih baik
menyembunyikannya saja. "
Kupikir aku bersikap tulus saat mengatakannya padanya, tapi kurasa aku
tidak memiliki cukup pertimbangan.
"Baiklah, keadaannya memang seperti itu, umm ... mulai sekarang juga,
aku akan mengandalkanmu."
Aku tidak tahu harus berkata apa sekarang, kukatakan padanya bahwa
aku akan mengandalkannya. Lalu aku berdiri dan meninggalkan
kelas. Saat itu, Sagami terbaring di mejanya, merasa depresi. Kurasa itu
akan lebih baik jika aku tidak memberitahunya.
*****
Sekolah kami biasanya memiliki atap terbuka. Meski begitu, atap bukanlah
lokasi yang begitu populer.
Pada awalnya, siswa kelas satu mungkin berkumpul di sana karena
penasaran, tetapi pada akhirnya jumlahnya semakin menurun. Alasannya
ialah, untuk sampai ke atap sangatlah merepotkan. Untuk menuju ke sana,
Kau harus pergi ke gedung lain yang berada di samping bangunan
normal. Karena itu, pada umumnya para siswa banyak yang tetap tinggal
di kelas. Dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke atap, itu
tidak sebanding dengan tampilan yang lebih baik.
Namun, hari ini, aku sedang menuju ke atap. Alasannya sangat sederhana,
karena aku akan makan siang bersama Kii-san. Dia mengatakan bahwa dia
ingin makan di kantin, tapi makan bersama di mana ada begitu banyak
orang akan menimbulkan masalah, jadi akhirnya kami makan di atap.
"Ah, Yoshiki-kun!"
Saat aku baru sampai di atap, aku disambut oleh senyum Kii-san, yang
sedang duduk. Seperti yang kupikirkan, dia sangat cantik sekali.
"Tak apa-apa, aku tidak menunggu terlalu lama. Daripada itu, ayo cepat
dan makan bersama! "
"Eh ...?"
"Maaf, aku sama sekali tidak menyadarinya. Namun, tak apa-apa, aku akan
memakan bento Kii-san juga. "
Sejujurnya, aku khawatir kalau aku tidak akan bisa memakan semuanya,
tapi sekarang, aku hanya bisa mencoba yang terbaik. Setelah mengatakan
itu, Kii-san memiliki ekspresi khawatir karena beberapa alasan.
"Aku mengerti."
Aku tersenyum lembut padanya dan membuka kotak bentoku sendiri. Itu
adalah bento yang penuh dengan nutrisi seperti biasa. Ini tak apa-apa
karena rasanya enak.
Setelah itu, aku juga bisa memakan bento Kii-san. Sebelum makan siang
berakhir, kami berjanji satu sama lain bahwa kami akan makan siang di
atap dan Kii-san akan membuatkan bento untukku mulai dari
sekarang. Lalu kami kembali ke kelas.
*****
Malam itu, saat aku kembali ke rumah, tidak seperti biasanya, ibuku sudah
kembali. Aku meletakkan kotak bento di dapur dan duduk di ruang tamu.
Setelah mengatakan itu, ibuku mengambil kotak bento dan mulai mencuci
wadahnya. Ah, benar, aku harus mengatakan kepadanya bahwa aku tidak
perlu bento lagi karena Kii-san akan membuatnya.
"Memangnya Kenapa?"
"Aku sudah punya pacar sekarang, jadi dia akan membuatkanku bento
mulai sekarang."
Dia terdiam sesaat, lalu tiba-tiba mulai bertepuk tangan.
"Entah, dia akan menghadapi ujian, jadi mungkin dia sangat khawatir akan
hal itu. Daripada itu, Menu makan malam ini harus sekihan, kau
tau? Sekihan! " (TN: tau sekihan kan? Itu loh beras merah, biasanya di pake
cuman buat kalau ada kejadian special aja missal kayak pernikahan dan
sejenisnya)
Hari Sabtu sebelum makan siang, aku pergi menuju Mon Pet Kuwa. Hari
ini, aku memiliki banyak jam untuk bekerja, giliranku dimulai pada jam 12
siang dan berakhir sampai toko tutup pada jam 09 malam.
"Ah, Yoshiki-kun terima kasih atas kerja kerasnya juga. Hari ini kau
memiliki shift yang panjang tapi tetap lakukan yang terbaik. "
Tidak seperti biasanya, Si owner berada di kantor belakang. Hari ini juga,
dia memiliki jenggot dagunya yang khas. Dia sibuk menggunakan
laptopnya untuk sesuatu yang tidak aku pahami.
"Ah, tidak ada banyak pelanggan sekarang jadi pasti akan baik-baik saja."
Jika seorang pelanggan datang sekarang juga, apa yang akan dia lakukan
nanti? Kemungkinan sekarang tidak ada yang menjaga bagian depan,
bukan? Meskipun aku memikirkan hal seperti itu, Si owner memiliki
beberapa bagian yang salah di dalam kepalanya jadi tidak ada gunanya
untuk menceritakan hal ini padanya.
Aku sekali lagi melirik sekilas pada Si owner saat aku mengubah
seragamku dan pergi ke bagian depan. Seperti yang Si owner katakan,
seperti biasa, Tidak ada satu kursi pun yang terisi.
Biasanya paling tidak sudah ada beberapa kursi yang terisi. Aku
penasaran apakah sedang ada event yang terjadi di dekat sini.
Sembari memikirkan hal-hal tersebut, aku mengatur meja. Namun, karena
tidak ada pelanggan yang akan datang segera, aku akan bebas untuk
sementara waktu.
Aku sudah memikirkan hal ini sepanjang waktu, namun apakah tempat ini
benar-benar dikelola dengan baik? Tentu saja, melakukan pekerjaan part-
time dengan mudah adalah hal yang bagus, tetapi aku tidak bisa tidak
khawatir. Kemudian, Si owner, yang telah menyelesaikan pekerjaannya di
bagian belakang, keluar dengan wajah ceria.
"Ah, terima kasih atas kerja kerasnya. Aku sudah lama ingin
menanyakannya, tapi apa yang sedang anda lakukan di laptop tadi? "
Saat dia menjawab, dia tampak sangat lelah sehingga aku tidak bisa
bertanya lebih jauh.
Dengan berkata begitu, pria tua ini, yang berusia lebih dari 30 tahun dan
berjanggut putih, mengedipkan matanya padaku. Terkadang, Si owner
bertingkah aneh seperti ini. Entah kenapa, dia terus berusaha
menjebakku dengan Echizen. Karena itu, suasananya menjadi sedikit
canggung. Sejujurnya, ini sedikit menyebalkan, tapi aku tidak bisa
mengatakannya kepada orang yang mempekerjakanku. Bahkan jika itu
pada saat yang sama dengan Echizen, jika Si owner menyuruhku untuk
beristirahat pada saat itu, aku harus patuh beristirahat.
Ini sudah mencapai jam 3 sore dan Echizen pun masuk. Dia terlihat dalam
mood yang buruk. Begitu ya, dia sangat membencinya ketika dia
bersamaku.
"Kerja bagus."
Setelah sekitar 30 menit mengatur semuanya, tidak ada hal yang bisa
kukerjakan lagi. Echizen juga berakhir sama sepertiku, dia tidak
mempunyai sesuatu untuk dikerjakan lagi, jadi kami berdua berdiri di
posisi biasa kami. Dan seperti biasa, kami berdiri sekitar 5 meter terpisah
satu sama lain.
*****
"Kalian berdua bisa beristirahat sekarang."
Pada akhirnya, masih belum ada pelanggan yang datang dan saat jam 6
sore, Echizen dan aku disuruh untuk beristirahat. Echizen mencoba
berbicara dengan Si owner dan berkata, "Tidak perlu bagi kami berdua
untuk.....", tapi dia tidak mendengarnya dan memaksa kami untuk
beristirahat.
"..."
"..."
Kami saling berhadapan satu sama lain, dengan suasana yang tegang.
Kenapa selalu berakhir seperti ini? Sembari memikirkan solusi untuk
mencairkan suasana yang tegang ini, tiba-tiba aku mendengar suara musik
yang tidak asing lagi.
Itu adalah latar musik dari game Human Beast War, game yang sering aku
mainkan. Suara itu berasal dari smartphone Echizen. Echizen memiliki
sifat yang selalu lurus sampai-sampai dia memiki gambaran orang yang
suka membaca buku, bukan bermain game. Setidaknya itulah kesan yang
kudapat darinya.
Dia segera mengatur ponselnya ke dalam silent mode dan suara latar
musiknya menghilang, tapi aku benar-benar mendengarnya sesaat. Aku
tidak bisa mengatakan apapun tentang hal itu. Aku berhenti
memikirkannya dan mulai berbicara.
Saat ditanya, wajah Echizen tampak terkejut, lalu membalas dengan nada
yang sedikit memprotes.
"... Memang."
"Seperti yang kuduga! Itu game yang sangat menarik, bukan! "
Setelah mendengar bahwa dia juga memainkan Human Beast Wars, aku
merasa sangat senang sampai aku melimpahinya perasaan senangku.
Biasanya, Echizen pasti sudah menjauh dariku sekarang, tapi hari ini, dia
sedikit lebih lembut pada diriku.
"…Menarik."
Seperti biasa, responnya tidak terlalu ramah, tapi aku merasa suaranya
agak lebih lembut daripada yang biasanya.
"Saat ini Level 35. Lagipula, Aku bukan tipe orang yang sering membunuh
monster."
Ada berbagai macam cara dalam bermain Human Beast War, namun
umumnya terbagi menjadi dua tipe. Tipe yang pertama adalah tipe di
mana kau menangani kerusakan dan membunuh binatang, sedangkan tipe
yang kedua lebih merupakan tipe pendukung, yang mana tidak menyerang
secara langsung namun memberikan item pendukung dan
menyembuhkan selama pertempuran.
Aku juga adalah salah satu dari tipe pemain damage dealer itu.
"Ya."
"Eh, benarkah? Aku juga sama. Berparty dengan orang lain itu sangat
menyenangkan! "
"Ya, saat berparty, kita bisa mengalahkan musuh yang lebih kuat."
"Yeah, yeah, aku mengerti itu! Setiap orang saling membantu satu sama
lain. "
Rasanya kita bisa berbicara dengan baik. Ini adalah pertama kalinya kami
bisa berbicara seperti rekan kerja part-time bersama.
"Itu benar, ayo kita berteman. Pada saat kita bebas, seperti sekarang, kita
bisa mencari quest bersama-sama? "
Aku masih ingin berbicara dengan Echizen lagi, tapi dia sangat
berkonsentrasi di layar smartphone-nya, jadi tidak mungkin bagiku untuk
bisa berbicara dengannya lebih jauh lagi. Yah, mau gimana lagi, kurasa aku
akan membuka Human Beast War dan memainkannya juga.
Saat aku baru saja memasuki game, aku melihat bahwa Ryouma, yang
berasal dari party yang sama, sedang online juga. Sepertinya kita masuk
pada waktu yang hampir bersamaan. Kebetulan sekali, jadi ayo kita
lakukan quest bersama-sama.
Setelah itu, aku melakukan quest bersama Ryouma-san sampai waktu
istirahatku berakhir. Selama waktu itu, Aku tidak bisa berbicara dengan
Echizen, tapi karena kami berdua bermain game yang sama, waktu berlalu
dengan lebih mudah dari biasanya.
"Sepertinya Ibu bekerja lembur hari ini, jadi dia pulang agak malam."
"Benarkah? Lalu bagaimAna dengan makan malam nanti. Apa Ayah ada
di rumah? "
Ayah kami adalah seorang mangaka, dan dia saat ini memiliki seri
manga mingguan yang dia gambar. Dia biasanya melakukan
pekerjaannya di sebuah apartemen sewaan, tapi dia merasa lebih
mudah berkonsentrasi di rumah, jadi ketika dia memiliki banyak
pekerjaan, dia berakhir menggambar di kamarnya.
Kemungkinan besar, hari ini adalah salah satu dari tipe hari itu. Ibuku
pernah bilang bahwa sebaiknya tidak mengganggunya selama masa
seperti ini. Namun, apa yang akan kita lakukan dengan makan
malam? Jika Ibu tidak berada di rumah, maka kita bisa membelinya dari
toko, pergi ke restoran keluarga, atau ...
Aku tetap menjaga pemikiranku untuk diriku sendiri saat adikku mulai
berbicara.
"Hah? Mengapa?"
Selama waktu itu, ayahku terpaksa cuti sakit selama 3 hari penuh, dan
manga yang sedang dia kerjakan terpaksa libur untuk pertama
kalinya. Kupikir adikku akan benar-benar merenungkan itu, namun
sepertinya dia tidak pernah kapok untuk memasak lagi.
"Baik…"
"Kau tidak tahu bagaimana cara memasak, jadi untuk hari ini, ayo kita
pergi dan beli sesuatu dari toko."
Aku hanya bisa menggelengkan kepala atas perilaku adikku yang begitu
ngotot. Sejak kapan dia menjadi begitu keras kepala? Saat dia kecil, dia
selalu mendengarkanku. Pandangan matanya begitu gigih. Karena aku
tidak mengetahui cara lain untuk mengubah keputusannya, aku
menyerah pada kebodohannya.
"Subjek tes? Harusnya ada cara lain untuk mengatakan itu...? "
Sembari terheran dengan apa yang telah aku katakan, adikku mulai
mengeluarkan bahan dari lemari es dan mulai memasak. Jika aku
melihat masakan misteriusnya, aku mungkin akan kehilangan nafsu
makanku, jadi aku pindah ke ruang tamu, berbaring di atas sofa, dan
menyalakan TV. Baru-baru ini, karena smartphone-ku, aku jarang
menonton televisi, namun tetap saja menonton TV masih belum
kehilangan daya tariknya.
Meskipun aku berbicara tentang semua poin bagus dari TV, sejujurnya,
aku juga banyak menonton Youtube. Lagi pula hal ini lebih nyaman dan
mudah. Aku bisa menontonnya kapan pun yang aku mau.
"..."
"Yeah, ini enak. Akhirnya, kau sudah bisa memasak sekarang. "
"U-umm, mana yang lebih baik? Tamagoyaki yang buatanku, atau yang
dibuat pacarmu? "
Aku tak berpikir bahwa adikku akan menanyakan hal seperti ini pada
diriku. Mengapa dia menanyakan hal ini padaku?
"Tentu saja, buatanmu yang lebih baik. Nah, jika membicarakan bento
secara keseluruhan, maka pacarku yang lebih baik. "
"Aku melakukannya, yay! Untung saja aku berlatih sepanjang waktu ... "
Tampaknya dia sangat senang karena dia menggerakkan tangannya
keatas dan kebawah dengan sangat cepat. Yah, kurasa tidak apa-apa
untuk saat ini.
Setelah itu, karena dia merasa sangat senang setelah mendengar rasa
masakannya terasa enak, adikku membuat lebih banyak tamagoyaki
lagi. Dia membuat sampai melebihi apa yang bisa dia makan
sendiri. Maksudku, kau tidak perlu membuat sebanyak itu ...
Seperti biasa, Hari ini juga, aku bersepeda menuju stasiun terdekat.
Sekarang sudah memasuki bulan Juli, dan cuaca sekarang sangat panas
sekali. Ditambah pula, musim panas tahun ini nampaknya yang
terpanas. Hanya bersepeda ke stasiun sudah membuatku berkeringat
begitu banyak, sampai-sampai aku terlihat seperti baru saja mandi.
Semua orang juga tampak merasa panas saat mereka mendongak dan
menyeka keringat mereka dengan saputangan.
Ueno Tomoko.
Dia memiliki rambut coklat panjang dan fitur wajah yang cantik. Aku
memasuki sekolah TK, SD, dan SMP yang sama dengan Ueno. Kami bahkan
berada di kelas yang sama. Ada juga beberapa kali di mana kami pulang
bersama dari tempat les.
"Ya, ya, aku akan berjuang. Lalu, apa yang sedang kau lakukan sepagi ini? "
Setelah aku menanyakan itu, mata Ueno mulai bersinar, seolah-olah dia
sudah menunggu pertanyaan ini.
"Oh! Selamat, baik untukmu! kau tidak pernah mempunyai pacar sama
sekali saat SMP. "
"Jangan bilang begitu, itu juga sama bagiku. Semua orang selalu bertanya,
Sudah berapa lama kau berpacaran dengan Ueno? "
"Ah, kau juga? Aku juga ditanyai semacam itu. Tapi ... itu juga membuatku
sedikit senang. "
Itu jauh lebih lembut dibandingkan dengan suara kereta, tapi telingaku
masih mampu mendengarnya dengan jelas. Meski kereta sudah datang,
aku sangat terkejut sampai aku tidak bisa bergerak. Dengan kelagapan
melihat Ueno, aku bisa melihat wajahnya agak tersipu. Seolah-olah dia
mencoba mengalihkan pandanganku, dia mengatakan.
"Y-yeah ..."
Aku keheranan bagaimana aku menanggapi hal ini? Tidak, aku tidak perlu
memikirkan hal ini. Ueno sudah punya pacar, dan aku pun juga
sama. Bukan berarti dia mencoba menembakku atau hal yang lainnya.
Mungkin ini kurang tepat, tapi karena aku sedang berada dalam mood
bercanda, aku akan menanggapinya dengan usil. Tepat sebelum dia
menaiki kereta, aku berlari seolah-olah sedang mengejar Ueno dan
mengatakannya.
"B-Begitu ya! Jika itu benar, kau seharusnya menembakku saat itu. "
"Bukan, maksudku, jika aku mengaku padamu saat itu, kau mungkin tidak
memiliki pacar yang kau miliki sekarang."
Dan begitulah, kami memasuki kereta dan aku mulai tersadar. Berbicara
kepada Ueno seperti itu ... adalah sebuah kesalahan.
Saat aku mencoba membalas, melihat wajah Kii-san yang seperti itu
langsung membungkamku. Wajahnya sama sekali tidak tersenyum. Itu
penuh dengan kemarahan, kebencian dan emosi negatif lainnya.
"Hmph!"
"Tentu saja."
"…Maaf."
Saat aku mengatakan itu, Kii-san, yang sedang berada dalam suasana hati
yang sangat buruk, memelototi diriku.
"Bahkan setelah semua yang sudah kau lakukan, yang kau lakukan
hanyalah meminta maaf?"
"..."
Ummm, apa yang harus aku lakukan? Kali ini, memang kesalahanku, tapi
aku tak tahu apa yang harus kuperbuat selain meminta maaf.
Mungkin, dia menginginkan uang? Tidak, aku tidak berpikir Kii-san adalah
orang semacam itu...
Karena aku tidak mengerti apa yang membuat Kii-san menjadi sangat
marah, sampai dia mulai mengomeliku, mengatakan beberapa hal satu
demi satu tanpa henti.
"Aku selalu memikirkanmu, Yoshiki-kun. Kapan pun aku naik kereta, aku
berharap bahwa kereta akan tiba lebih cepat di stasiun tempatmu
berada. Namun, kau terlihat akrab dengan gadis lain ... Dan kau bahkan
bilang, aku menyukaimu, padanya? Apa maksudnya ini? Apa yang sedang
kau pikirkan, Yoshiki-kun? "
Karena tertekan oleh kemarahannya, aku mulai terdiam lagi. Yah, bukan
tidak beralasan baginya untuk semarah ini ... maksudku, jika Kii-san
melakukan hal yang sama padaku, aku mungkin akan marah juga. Tidak,
yah, mungkin tidak terlalu marah seperti dirinya.
"Baiklah, bagiku, itu hanya aku yang berbicara dengan seorang teman
seperti biasanya ..."
"…Maafkan aku."
"..."
"Aku, menyukaimu."
Lagi pula, aku tidak jatuh cinta padanya hanya karena itu saja. Dia
memiliki kepribadian yang sedikit berat, tapi ketika aku menghabiskan
waktu bersamanya, akhirnya aku menikmatinya setiap saat. Aku juga
sangat menyukai bagian dirinya itu.
"Lalu, gadis yang kau tembak sebelumnya dan aku, siapa yang lebih kau
sukai?"
Sejujurnya, perasaanku lebih kuat saat aku menyukai Ueno. Aku tidak
menyadarinya saat itu, tapi mengingatnya kembali sekarang, perasaanku
cukup kuat. Jadi apa boleh buat. Aku sudah menghabiskan lebih dari 10
tahun bersama Ueno, sementara itu, aku hanya menghabiskan waktu
beberapa bulan saja dengan Kii-san.
Tapi, jika aku mengatakan itu, kemungkinan besar dia akan berada dalam
suasana hati yang buruk lagi ... Mencoba untuk tidak menunjukkannya di
wajahku, dengan hati-hati aku mengeluarkan suaraku.
"Ah, kau pasti sangat menyukai gadis itu sebelumnya. Ini terlihat
diwajahmu sendiri. "
"..."
"Umm, sekarang?"
"Sekarang."
"Ya itu bagus. Panggil aku seperti itu mulai dari sekarang. "
Kii-s, tidak, maksudku Mamiko, saat kau berbicara dengan suara yang
keras seperti itu, orang-orang akan memperhatikan kita.
Yah, Kii-s-Mamiko sendiri nampaknya sedang dalam mood yang lebih baik
sekarang.
Jadi, dengan ini semua masalah sudah beres, kami akan tiba di stasiun.
Mamiko, yang duduk di kursi dekat lorong, pertama pergi, saat murid-
murid lain dari SMA Touyama juga mulai pada turun.
Aku tidak menganggap diriku sebagai orang yang naif, tapi ketika kita
membicarakan gadis tercantik di sekolah, kurasa itu tak apa-apa. Selama
kita secara bertahap menutup jarak antara kita, dan belajar lebih banyak
tentang satu sama lain, kita akan baik-baik saja.
Dengan begitu, aku mungkin bisa lebih menyukainya daripada Ueno. Ya,
itulah yang aku pikirkan.
"... !!"
"..."
Meskipun aku dalam keadaan panik, aku bukan orang yang terlalu bodoh
mengapa dia mengulurkan tangannya. Aku menghapus beberapa keringat
dari tangan kiriku dan berpegangan pada tangannya. Tangan seorang
gadis ternyata lebih kecil dan lembut dari yang aku duga. Seolah-olah
hanya dengan sedikit tenaga ke dalam genggamanku akan mampu
menghancurkannya.
Sambil berpegangan pada tangan yang rapuh itu, aku berjalan ke sekolah
di jalan yang rasanya sedikit berbeda dari biasanya.
Chapter - 15
Hari ini aku tidak bekerja part-time, jadi sekarang adalah waktu luangku
setelah sekian lama. Aku berpikir untuk mengajak teman-temanku untuk
pergi ke karaoke.
Dia mempunyai kantung mata di bawah matanya, kulitnya pucat tak alami,
dan tampak kurus, seolah-olah dia tidak memiliki jiwa. Seperti yang aku
katakan sebelumnya, ayahku adalah seorang mangaka yang memiliki seri
mingguan.
Dia harus memikirkan karya manga-nya setiap hari sepanjang tahun dan
dia jarang mendapat istirahat.
"Apa yang salah? Apa Ayah tidak bisa menepati waktu deadline?"
"Kupikir ayah tak perlu mengoreksiku jika memang seperti itu ... Dan? Apa
Ayah butuh sesuatu dariku?"
"Yeah, Baiklah."
******
"Maaf mengganggu..."
Tempat dimana aku dibawa Ayahku ialah sebuah ruangan di lantai lima
sebuah apartemen, berlokasi sejauh satu stasiun dari rumah. Ini adalah
tempat kerja ayahku, yang pernah aku kunjungi dulu.
"Tidak masalah. Sudah sekian lama sejak aku mengunjungi tempat kerja
Ayah jadi aku cukup senang. "
"Begitu ya…"
"... Eh?"
"Tunggu, serial baru ... bagaimana dengan serial Ayah yang sekarang?"
"Aku tidak bisa. Sejujurnya, seri yang sekarang berada dalam posisi buruk.
Pemimpin redaksi memberiku kesempatan. Aku ingin menuliskannya
dengan benar. "
"Namun tetap saja, aku pikir Ayah pernah mengatakan bahwa mengakhiri
sebuah seri adalah hal yang sulit dilakukan."
"Aku tidak terlalu keberatan untuk memberi saran, tapi kenapa ayah
memilih aku?"
"Yah, kau tahu serial baru ini akan bergenre komedi romantis, dan ini
sangat sulit untuk ditulis. Jika aku ingat dengan benar, kau sedang menulis
sebuah novel, dan genrenya adalah komedi romantis, bukan? "
"Ahh, yeah."
Memang, aku sedang menulis novel. Meski begitu, itu bukan pada tingkat
profesional. Aku hanya menulisnya sebagai hobi. Tidak ada orang yang
mau membacanya, tapi menulis hal itu adalah pengalaman yang sangat
menyenangkan.
Aku hanya memberitahu ayahku tentang hal ini. Lagi pula, orang lain
seperti teman-temanku di sekolah, adikku, atau ibuku akan sangat
memalukan untuk memberitahukan hal semacam ini.
"Seperti yang aku katakan tadi, aku benar-benar tidak memiliki ide yang
menarik untuk sebuah komedi romantis."
Aku punya banyak ide untuk genre komedi romantis, tapi kebanyakan ide
tersebut hanya untuk novel, jadi aku tidak tahu seberapa menariknya
mereka sebagai manga. Ketika mengenai storyboard, ayahku seharusnya
lebih baik dalam hal ini.
"Apa itu…..benar?"
"Yeah."
"Eh? Kenapa?"
Ayahku mulai berdiri saat dia mengatakannya. Entah mengapa, dia mirip
sekali dengan ibu dalam aspek ini.
"Berbicara tentang anakmu sendiri seperti itu ... Baiklah, jika Ayah
mengatakannya seperti itu, kurasa setidaknya aku akan
menghubunginya."
*****
Seperti yang kupikir, menjadi seorang siswa sangatlah sulit. Tapi, aku
harus berjuang keras. Karena aku ingin pergi ke sekolah yang sama
dengan Anii ... (TN: panggilan untuk kakak laki-laki)
Dengan pemikiran itu, aku menuju ke stasiun dari tempat les-ku. Tempat
les-ku berjarak satu stasiun yang paling dekat dengan rumah. Ini dekat
dengan tempat kerja ayahku. Terkadang, aku menuju ke tempat kerjanya
untuk sekedar bersantai.
"Ahhh ~"
"Ahh, Kau tidak pernah bisa melihat hal seperti itu di dalam
kenyataan. Lagi pula, apa hal tersebut memang bisa terjadi dalam
kehidupan nyata ... "
"Ya, jika kau tidak mengerti situasinya, penulis tidak akan bisa
memasukkannya ke dalam emosi."
Shuraba adalah hal yang sangat langka untuk dialami. Tunggu sebentar.
"Tidak, kurasa tidak. Kami berdua sangat tulus, jadi tidak ada adegan yang
mirip seperti shuraba . "
Ibu dan ayahku berpacaran saat mereka SMA, jadi kupikir jika mereka
sudah bersama-sama selama itu, sesuatu seperti shuraba pasti pernah
terjadi ...
"Sialan ~ Jika tahu hal ini akan terjadi, seharusnya aku membuat sesuatu
seperti shuraba dengan Ibu ~"
Berarti ... siapa yang datang? Apa ini dari pengiriman? Saat aku
memikirkannya, pintu depan terbuka.
"Sesuatu seperti berbagi ide dengan Ayah? Daripada itu, kenapa kau di
sini? "
"Iya."
"Y-yeah ..."
******
Kedua Orang tuaku dan kerabat lainnya memanggil adikku "Yui", tapi
untuk beberapa alasan, aku telah memanggilnya "Imouto" sejak aku masih
kecil. Aku benar-benar tidak tahu mengapa aku memanggilnya seperti itu.
Namun, aku tidak menduga bahwa adikku akan datang kesini. Mamiko
akan datang nanti. Ini tak apa-apa, bukan? Terakhir kali aku berbicara
dengannya tentang Mamiko, suasana hatinya menjadi buruk ...
Mamiko datang dengan suasana yang terlihat sangat gugup. Aku sudah
pernah melihatnya dengan pakaian kasual, tapi bagaimana bilangnya ya..,
dia terlihat cukup modis.
Jika aku harus memberi pendapat, maka aku akan mengatakan bahwa dia
terlihat seperti Yamato Nadeshiko*. Mamiko masuk ke tempat kerja
ayahku dengan penampilan seperti itu, saat matanya melihat ke sekeliling
ruangan. Dia mungkin terkejut dengan jumlah manga yang ada di
rak. Tentu saja, dia akan terkejut. Hanya sebuah toko yang bisa memiliki
begitu banyak buku. (TN: wanita ideal jepang)
"M-Menakjubkan ..."
Aku merasa terpuji saat Mamiko mengatakan itu, meski manga di sini
bukan milikku. Saat Mamiko melihat sekelilingnya, dia berjalan ke area
kerja di belakang. Adikku sedang membaca manga di sofa sementara
ayahku masih menggerutu, mengerjakan storyboard-nya.
Mamiko sedikit tersipu saat mengatakan hal itu pada ayahku yang tidak
tahu bagaimana untuk menanggapinya. Adikku juga terkejut dengan
kedua matanya yang terbuka lebar. Seorang gadis seperti ini terlalu sia-sia
bagiku... yah apa boleh buat bahwa mereka bisa seterkejut ini.
Aku mengatakan hal tersebut karena aku mulai agak malu. Aku tak
pernah berpikir bahwa memperkenalkan pacarku kepada keluargaku
sendiri akan sangat memalukan. Aku ingin melarikan diri dari suasan ini
secepat mungkin.
Memang benar pulang ke rumah awal akan sedikit tidak wajar tetapi ...
"Eh?"
"Kencan, ya, kalau begitu apa boleh buat. Walaupun, jika kau ingin
berkencan, lain kali beritahu aku dulu. " (Ayah Yoshiki)
"Tunggu sebentar."
Pada akhirnya, Mamiko dan aku tetap tinggal di tempat kerja ayahku. Saat
ini kami berdua sedang menghadap adikku yang sedang duduk di atas
sofa. Ayahku diam-diam mengintip ke arah kami sambil berpura-pura
mengerjakan storyboard-nya.
Lalu, adikku mengubah targetnya padaku. Dia tampak dalam suasana hati
yang lebih buruk dari sebelumnya saat dia memelototiku.
"Kau mencoba meragukan diriku dan Mamiko, jadi tentu saja aku harus
melakukan itu."
Namun, dia tidak berhenti melototiku, dan aku bisa merasakan suasanya
menjadi lebih buruk.
"Tidak, Kau sedang marah, bukan? Ini sudah terlihat jelas. "
Jelas sekali bahwa dia tidak hanya merasa kesal, tapi jika aku mencoba
mengatakannya lagi, maka perdebatan takkan pernah berakhir, jadi aku
tidak akan mengatakan apapun.
“Begitu ya. Jadi, apa kau sudah selesai? Kami harus pergi."
"Ah…"
"Y-yeah ..."
Sambil melihat dengan cemas pada adikku, Mamiko juga mulai berdiri.
"Ayah, semoga sukses dalam cerita komedi romantismu."
"T-Tunggu dulu!"
Namun, sekali lagi adikku menghentikan kami. Sejujurnya, hal ini mulai
menyebalkan. Aku tidak mengerti mengapa dia menghentikan kami tadi,
dan entah mengapa dia marah.
Aku tidak berkata apapun saat aku berbalik untuk melihatnya. Aku akan
membiarkan dia mengatakan sesuatu, tapi jika dia masih menunjukkan
perilaku yang sama seperti sebelumnya, aku akan mengatakan sesuatu
kembali dan langsung pergi.
"Seperti yang Anii katakan, aku mungkin marah. Aku merasa sangat
frustrasi sekarang. "
"Apa?"
"... Eh, kau sangat membenci sikapku yang berlagak pacar tadi?"
"Aku benci itu juga, tapi aku lebih kesal karena kau sudah mempunyai
pacar."
"Apaa?"
Apa yang gadis ini katakan? Dia seharusnya tidak peduli apakah aku
mendapatkan pacar atau tidak. Itulah yang aku pikirkan, tapi apa yang
adikku bilang selanjutnya lebih mengejutkanku.
Umm, apa yang dia maksud? Mengapa aku menjadi milik adikku?
"Apa yang ingin kukatakan ialah bahwa aku menyukaimu ... Anii."
Tidak, gadis ini sudah parah. Dia serius mengatakan itu. Hal yang seperti
ini tidaklah benar.
"Tunggu sebentar, tenanglah sedikit. Kita ini saudara kandung, bukan? "
Entah bagaimana, aku baru saja ditembak oleh adikku, tapi tidak ada
pengakuan yang lebih merepotkan daripada masalah yang ini. Sekarang,
apa yang harus kulakukan ...
Entah mengapa, aku terlalu populer akhir-akhir ini. Belum lama ini ,
Mamiko mengaku juga padaku.
"... Yoshiki-kun?
Saat aku sedang bingung mengenai apa yang harus kulakukan pada
pengakuan adikku, Mamiko, yang berada di sampingku, mulai memanggil
namaku. Melihat Mamiko sekarang, dia memiliki ekspresi yang sama
ketika aku sedang berbicara dengan Ueno. Dengan kata lain, Mamiko
mulai marah.
Mungkin karena aku tidak mengatakan sesuatu yang menyebabkan dia
berpikir bahwa aku sedang mempertimbangkan apakah aku harus
berkencan dengan adikku atau tidak. Tapi kenyataannya bukan seperti itu,
aku hanya merasa bingung. Tentu saja aku tidak akan berpacaran dengan
adikku, ‘kan?
Sekarang, giliran adikku. Aku menatap adikku lagi. Saat aku menatap dia,
adikku melompat terkejut dan bahunya sedikit bergetar. Sepertinya dia
sedang mempersiapkan dirinya untuk sesuatu.
"… Seperti yang kupikirkan. Lagipula, kau sudah memiliki pacar. "
"Bukan, bukan itu masalahnya. Aku tidak bisa melihatmu sebagai wanita. "
"..."
"Bahkan jika aku tidak mempunyai pacar, aku masih tidak bisa berpacaran
denganmu."
"..."
Mungkin sikapku ini sedikit kasar, tapi jika aku tidak menanggapinya
dengan benar, maka hanya akan menyakiti dirinya. Lagi pula, aku tidak
memiliki perasaan apapun padanya.
Setelah aku mengatakan itu, adikku langsung pergi sambil berteriak “Jadi
begitu!”, Dan bergegas menerobos keluar dari tempat kerja.
"Yaa, itu terserah Yui untuk jatuh cinta pada siapa~. Ini bukanlah hal yang
buruk. "
"... Baiklah, kurasa Ayah bisa menggunakannya, tapi apa itu tak apa-
apa? Apa itu benar-benar menarik? "
"Tentu saja, ini menarik. Serahkan saja padaku!"
Dengan perasaan rumit yang kumiliki, hanya itulah yang bisa kukatakan
pada ayahku. Lalu ayahku yang sedang menggambar di mejanya
mengatakan satu hal lagi.
"Baiklah, tinggalkan Yui padaku. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya. "
"..."
Lagipula, itu adalah hal yang mustahil bagiku untuk melakukan sesuatu
mengenai masalah ini.
*****
Bahkan jika dia jatuh cinta pada kakak kandungnya sendiri, seharusnya
tidak ada masalah. Orang-orang di sekitar seharusnya tidak bisa
mengatakan apapun tentang hal itu. Jika dia sedang jatuh cinta, maka apa
boleh buat. Karena itulah aku hanya diam saja melihat pengakuannya
sebagai penonton.
Hasilnya, yah ... tentu saja, putraku menolak dia. Dan itu adalah penolakan
yang sangat jelas. Kata-katanya mungkin sedikit kasar, tapi kupikir lebih
baik dengan cara seperti itu. Jika dia tidak memiliki perasaan padanya,
mengatakannya secara langsung akan lebih baik.
Dalam situasi seperti ini, aku mulai merasa linglung. Demi menyelesaikan
gambaran storyboard-ku untuk seri mangaku yang baru, aku mulai
menggerakkan tanganku. Meski aku harus mulai memikirkan bagaimana
mengembangkan pekerjaan baruku, semua yang ada di kepalaku hanyalah
wajah putriku.
Aku juga memiliki pengalaman ditolak sebelumnya dan itu juga cukup
sulit. Saat itu, aku telah mengaku pada seseorang yang dekat dengan
diriku dan penolakan waktu itu juga sudah jelas. Aku mungkin tak bisa
melihat atau berbicara dengan mereka lagi setelah itu, dan aku ingat
bahwa aku selalu kepikiran sampai aku tak bisa tidur.
Tapi, Dalam kasus putriku, dia telah mengaku pada kakaknya sendiri,
seseorang yang selalu bersamanya sejak dia lahir. Mereka biasa mandi
bersama, makan bersama, dan tidur di bawah atap yang sama. Untuk tak
bisa berbicara kembali dengan kakaknya, kemungkinan itu adalah sesuatu
yang tidak bisa dibayangkan oleh seorang mangaka seperti diriku.
Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan untuk membuat
ini lebih mudah pada putriku?
Tanpa aku sadari, siang hari sudah berlalu. Sepertinya aku terlalu fokus
menggambar mangaku selama sekitar 4 jam. Apa yang kugambar dengan
cepat ini merupakan hal yang memalukan bagi mangaka profesional. Itu
tidak memiliki bayangan atau plot yang besar, dan mungkin juga memiliki
banyak kesalahan. Bagaimana pun juga, hal ini tidak bisa dipublikasikan
ke khalayak umum.
Tapi sekarang, aku ingin putriku melihat karya ini. Ini mungkin mirip
seperti saran kecil dari seorang Ayah kepada putrinya. Aku memegang
storyboard saat menuju ke rumah. Saat aku kembali ke rumah, lampu di
ruang tamu sudah gelap. Cahaya di kamarku juga sama, kemungkinan
besar istriku sudah tertidur juga. Kamar putraku juga sama.
"Ada apa?"
Suara putriku terdengar dari balik pintu yang tertutup.
Saat aku mengatakan itu, pintu perlahan terbuka, dan putriku muncul
dengan mata merah. Yah, menangis sebanyak ini masih bisa dimengerti,
tapi sebagai orangtua, hal ini sangat menyakitkan untuk melihat keadaan
dia seperti ini. Sudah satu tahun sejak aku terakhir memasuki kamarnya,
namun, kamarnya masih memiliki nuansa girlish yang sama seperti
sebelumnya.
"Tidak, ini bukan masalah besar, tapi apa kau tak keberatan membaca
karya baruku?"
"Jika tentang itu, bukankah lebih baik meminta pada Anii untuk
melakukannya?"
Ini adalah kisah seorang anak laki-laki yang jatuh cinta pada seorang
gadis, mengaku pada sang gadis, dan ditolak. Kau mungkin akan
menyadarinya, tapi sebenarnya ini tidak terasa seperti manga
shounen. Masih ada harapan bagi mereka untuk berpacaran, namun pasti
akan disebut akhir yang pahit jika terlihat dalam manga shounen.
Aku melakukan semua ini dengan harapan bisa membuat putriku merasa
empati. Akhir dari kisah ini ialah adegan dari karakter utama, yang sedang
depresi setelah ditolak, mengangkat kepalanya ke atas. Adegan itu
berjumlah 4 halaman. Aku menggambar adegan itu sedemikian besar
sehingga pemandangan karakter utama yang terpuruk mulai bangkit
kembali untuk menatap ke depan.
Tak peduli butuh seberapa banyak waktu. Tak peduli seberapa lama kau
menyeret dirimu sendiri melewati masa lalu. Tak apa-apa bahkan jika kau
melupakan kakakmu. Namun, aku berharap pada akhirnya, kau akan
benar-benar menatap ke depan. Untuk menatap ke depan dan hidup
sambil tersenyum.
Dia mengatakan itu padaku dan kembali ke tempat tidurnya ... nampaknya
perasaanku tidak bisa menggapainya. Dengan putus asa, aku mengambil
storyboard yang tergeletak.
*****
Omong-omong, aku sama sekali tidak bisa berbicara dengan adikku. Kami
makan malam bersama, namun kami bahkan tidak melakukan kontak
mata. Rasanya seperti kami berdua adalah orang asing. Bahkan ibu kita
yang biasanya tidak peka juga mulai menyadarinya dan bertanya, "Apa
ada sesuatu yang terjadi?"
"Selamat pagi."
"Yeah."
Dia biasanya berangkat nanti ... Apa karena efek dari apa yang terjadi
kemarin ...? Aku berusaha menjaga diriku dan tidak mengganggunya.
"Onii-chan, selamat pagi."
"Fufu, seperti yang kuduga, rasanya sangat aneh saat aku memanggilmu
dengan cara yang berbeda."
"Tidak, mulai hari ini, aku akan memanggilmu Nii-chan. Aku akan berhenti
memanggilmu Ani. "
"... Eh !!"
Tentu saja, selain hari dimana aku bekerja, aku akan menghabiskan
liburan musim panasku untuk bermain game di rumah. Meskipun aku
sudah memikirkan rencanaku selama libur musim panas nanti, masih ada
hal yang harus dihapadapi oleh para siswa sebelum liburan.
Itu adalah Ujian. Ujian diadakan lima kali dalam setahun. Hasil tahunan
dibagikan setiap tingkatan, dan rata-rata akan diambil untuk menentukan
peringkat setiap siswa.
Biasanya aku hanya sekitar peringkat 50, tapi berkat bantuan Mamiko
pada ujian terakhir, aku bisa menaikkan peringkatku menjadi sekitar
peringkat 30.
Untungnya, aku akan belajar bersama Mamiko lagi kali ini. Mulai dari
sekitar tengah hari, Mamiko dan aku akan pergi ke restoran tempat
dimana aku bekerja, Mon Pet Kuwa, untuk belajar.
Karena aku sudah sering pulang ke rumah bersamanya akhir-akhir ini, aku
tidak terlalu gugup saat dia mengenakan seragam sekolahnya, tapi hal itu
berubah saat dia mengenakan pakaian kasualnya. Itu jauh lebih modis
dibandingkan dengan seragam sekolah yang biasa aku pakai, dan make up
ringan yang dia pakai juga sangat cantik.
Saat aku merasa seperti ini di depan Mon Pet Kuwa, pintu depan restoran
tiba-tiba terbuka. Orang yang berdiri di sana adalah Echizen yang
memakai seragam kerjanya.
"Selamat…….datang-"
Dia menyapa dengan senyum bisnis yang biasa, tapi begitu dia menyadari
bahwa pelanggannya adalah aku, wajahnya berubah menjadi serius. Meski
secara teknis aku datang ke sini sebagai pelanggan …... Setidaknya itulah
yang kupikirkan, aku tidak mengatakan apapun karena aku mungkin akan
memiliki reaksi yang sama jika Echizen datang sebagai pelanggan juga.
"Lalu, untuk dua orang. Silakan duduk di kursi manapaun yang anda mau.
"
"Y-yeah ..."
Sedangkan untuk Echizen, segera setelah aku masuk ke dalam, dia pergi
keluar untuk membersihkan area itu. Dia mungkin juga ingin
melakukannya lebih awal. Yah, disana tidak banyak pelanggan juga.
Sekarang sudah hampir jam 12 siang, tapi selain diriku, hanya ada
pelanggan 3 wanita. Apalagi mereka sepertinya tipe pelanggan yang
memesan kopi murah dan akan mengobrol selama 5 jam. Dengan
bagaimana keadaan sekarang, tampaknya tidak banyak pelanggan yang
akan datang hari ini.
Sambil memikirkan hal ini, aku terus menunggu Mamiko. Aku merasa
sedikit lapar, jadi aku berpikir untuk memesan sesuatu, tapi aku tidak
ingin memesan apapun sebelum Mamiko tiba.
Sekali aku mulai memikirkan hal-hal yang buruk, aku akan terus
kepikiran. Saat aku sedang dilanda cemas karena menunggu Mamiko,
smartphone-ku yang aku tinggalkan di atas meja mulai berdering. Melihat
layar, aku melihat nama Mamiko di atasnya dan dengan cepat mengangkat
teleponnya.
"Apa-"
"Maafkan aku, Yoshiki-kun !! Aku tidak bisa pergi hari ini! "
Saat aku mencoba untuk bertanya padanya, dia menyela dan mengatakan
itu.
"Yeah, aku sangat menyesal. Orang tua-ku mengalami kecelakaan pagi ini ...
"
"Eh, kecelakaan!?"
"Ya. Karena aku khawatir, aku memutuskan untuk tinggal bersama orang
tua-ku hari ini. Aku benar-benar minta maaf!!"
"Tolong jangan minta maaf, aku tak keberatan. Tinggallah bersama orang
tuamu hari ini. "
"Terima kasih, Yoshiki-kun. Aku benar-benar minta maaf…"
"Ya…"
Aku belum pernah bertemu mereka sebelumnya, tapi ini adalah orang tua
pacarku. Rasanya sulit untuk tidak mengkhawatirkannya. Dan juga,
tampaknya Mamiko juga sedikit terkena dampaknya. Dengan ini, Mamiko
mungkin tidak bisa memikirkan mengenai belajar untuk ujian. Ya…..
Mamiko mungkin sudah belajar setiap hari, jadi dia mungkin akan baik-
baik saja. Masalahnya sekarang ada pada diriku.
Terakhir kali adalah hal terbaik yang pernah terjadi, tapi kali ini, mungkin
yang terburuk. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa bertahan
dalam ujian kali ini? mengkhawatirkan hal ini tidak akan mengubah
apapun.
Untuk sekarang, aku akan membuka buku teks dan mulai belajar. Pertama
adalah bahasa Inggris. Ayo hafalkan tatabahasa dan kosa kata! Aku
menyemangati diriku sendiri, tapi karena aku buruk dalam menghafal, ini
akan menjadi tugas yang sulit. 10 menit setelah memulai, aku masih tidak
bisa menghafal 10 kata.
Untuk ujian kali ini, aku perlu menghafal 200 kata, jadi setelah melakukan
perhitungan sederhana, setidaknya butuh dua jam untuk melakukan
hafalan saja. Ditambah dengan pembelajaran yang dibutuhkan untuk
mempraktekkan penggunaan kosa kata, aku memerlukan waktu 2 hari
untuk belajar bahasa Inggris saja.
Seperti yang kuduga, ini lebih efisien untuk meminta orang pintar untuk
mengajariku ... Saat aku merasa semakin putus asa, Echizen datang ke
tempat dudukku.
Lagi pula, aku pasti melupakan semuanya di akhir. Jika memang seperti
itu, aku mungkin juga tidak menghafal sejak awal. Merasa puas dengan
proses berpikir misteriusku, aku mulai menjelajahi internet di
ponselku. Ini adalah sesuatu yang pasti tidak boleh aku lakukan selama
ujian. Setelah beberapa saat, Echizen membawa omurice pesananku.
"Terima kasih."
Echizen merupakan murid SMA Oumi, namun masa ujian kita sering
berbarengan satu sama lain. Jika itu yang terjadi,rasanya akan aneh kalau
Echizen sedang melakukan pekerjaan part-time sekarang ... Memikirkan
itu, aku memutuskan untuk bertanya pada Echizen, tapi dia berbalik
dengan wajah kesal.
Lalu, dia membalas dengan respon dinginnya yang biasa. Eh, pergi kemana
kepribadiannya yang cerah tadi?
Jadi begitu, bahkan jika dia membenciku, jika aku adalah pelanggan, dia
masih bisa melayaniku dengan benar. Lalu, jika aku bukan pelanggan, tapi
rekan kerja part-time saat aku ingin berbicara dengannya, dia akan
mengabaikanku.
"Begitu ya. Aku minta maaf karena telah berbicara denganmu. "
"Bukannya aku terganggu oleh itu. Baiklah aku akan pergi sekarang."
"…Aku mengerti."
"Baiklah, sepertinya kau memang sedang ujian. Apa kau baik baik saja?"
"…Pertama."
"Apa?"
"Pertama."
...
"..."
Aku tidak sengaja terdiam. Oumi bukanlah sekolah SMA dengan banyak
orang bodoh. Sebaliknya, akhir-akhir ini, para siswa di sana lebih pintar
bila dibandingkan dengan sekolahku. Menempati peringkat pertama di
SMA seperti itu…..
Orang ini terlalu pintar. Aku bekerja part-time dengan orang seperti
ini? Melihat aku membeku karena terkejut, Echizen pun mendesah.
"Tunggu sebentar!"
Apa boleh buat, hari ini aku akan belajar sendiri. Dari awal, memang
beginilah seharusnya belajar untuk ujian. Ini sama seperti masa SMP dulu,
Oleh diriku sendiri, sendirian, belajar dengan efisiensi yang sangat
buruk. Aku memfokuskan penglihatanku pada buku kosakata sembari
memakan omuriceku. Kali ini, akan kupastikan untuk tidak melupakannya
lagi.
"A-Ada apa?"
"Ahhh ~"
"Maaf soal itu. kau tak harus melakukannya bila kau memang tidak mau "
"... Tidak, tak masalah. Lagipula aku sedang bebas, aku akan membantu. "
"Ya."
Jika dia sendiri bilang begitu, maka aku akan menerima kebaikannya dan
menerima bantuan darinya. Aku bergerak sedikit ke samping dan
memberi ruang bagi Echizen. Namun, Echizen menatapku dengan aneh
sebelum duduk di kursi yang ada dihadapanku.
Ini sangat memalukan. Aku sudah terbiasa dengan Mamiko yang selalu
duduk disebelahku dan aku berpikir bahwa Echizen juga akan melakukan
hal yang sama. Tentu saja akan seperti ini. Karena kami berdua tidak
berpacaran satu sama lain, mana mungkin Echizen akan duduk di
sampingku.
"Jika itu masalah menghafal maka aku tidak bisa banyak membantumu ..."
"Kalau begitu, apa kau punya tipsnya? Aku tidak pandai dalam menghafal.
"
"Benar, itu bisa memberi kesan yang lebih kuat jadi lebih mudah
dihafalkan. Jika tidak, kau mudah melupakan apa yang coba kau hafal. "
"Y-yeah."
Bisa dibilang, alasan kenapa aku bisa memperoleh nilai yang tinggi pada
ujian terkahir mungkin karena Mamiko yang membantuku. Semua yang
Mamiko katakana meninggalkan kesan yang kuat dalam diriku. Lagipula,
belajar bersama Mamiko sendiri adalah situasi yang tidak biasa. Lalu, jika
lingkungan ujianku kali ini juga meninggalkan kesan yang kuat sama
besarnya, mungkinkah hafalanku akan berjalan lebih lancar?
"Itu benar…"
"... tak apa-apa, tapi pada dasarnya aku sudah menghafal semua kosakata
inggris yang diperlukan."
"Jika kau bilang begitu, kurasa, baiklah aku akan belajar juga."
Dia tampak sedikit enggan, tapi dengan sedikit dorongan, dia akhirnya
menyerah. Ternyata Echizen cukup sederhana dan baik hati.
*****
Echizen berkata begitu saat dia berdiri. Kami sudah mempelajari kosakata
bahasa Inggris bersama-sama selama dua jam. Ngomong-ngomong,
sebenarnya dia sudah menghafali semua hafalan kosakata, karena itu, ini
adalah menghabiskan waktu dengan baik.
Seperti yang kuduga, saat aku mengingat waktu yang kuhabiskan
bersamanya, kosakata itu kembali lagi padaku. Sepertinya aku bisa
menghadapi ujian bahasa Inggris kali ini dengan baik.
"... tidak usah, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya melakukan ini
karena owner menyuruhku untuk melakukannya. Aku akan
menganggapnya sebagai bagian dari pekerjaan. "
Echizen menjawab dengan nada jengkel. Itulah yang dia katakan ... tapi
aku sendiri yang merasa tidak enak padanya.
...
"Lalu, bagaimana kalau aku memberimu kostum baru dalam Human Beast
Wars?"
Yosh!
Dia mungkin melihat username yang ditunjukkan pada pojok kiri atas saat
dia membacanya dengan suara keras. Karena itu, aku tidak terlalu
terkejut, tapi entah kenapa, Echizen sedang tertegun.
"... Eh, ada apa?"
Saat aku bertanya padanya, dia tidak menjawab dan malahan tiba-tiba
membuka daftar temanku. Daftar temanku tidak terlalu panjang jadi
daftarnya bisa dilihat secara utuh pada satu halaman. Di antara nama yang
ada di daftar teman, ada nama anggota party-ku.
<PoV Echizen>
Tepat setelah itu, saat istirahat, aku terus membuka aplikasi Human Beast
Wars sepanjang waktu.
Mungkin karena aku online sepanjang waktu. Biasanya, aku akan sangat
senang melihat pesan ini, tetapi dalam situasi yang sekarang, aku tidak
bisa. Itu karena, Selama ini Yosshii-san adalah rekan kerjaku.
Baru-baru ini, sejak kami mengetahui bahwa kami memainkan game yang
sama, kami bisa berbicara sedikit lebih banyak, tetapi hanya tentang
itu. Aku tidak memiliki perasaan yang khusus atau semacamnya. Dia
hanyalah rekan kerja part-time bagiku. Sejujurnya, aku sama sekali tidak
peduli tentang dirinya.
Bahkan hanya bermain bersama satu sama lain saja sudah sangat
menyenangkan, dan perasaan yang belum pernah aku alami sebelumnya
mulai tumbuh. Kupikir ini sedikit bodoh, tapi aku memang menyukai
Yosshii-san. Ini bukan seperti aku ingin berpacaran dengannya, tapi lebih
seperti sebagai orang yang sangat aku sukai.
Pikiranku mulai kacau. Hal seperti ini benar-benar terjadi. Apa yang harus
aku lakukan? Caraku berperilaku di sekitar Setsu-kun, caraku bertingkah
pada Yosshii-kun, aku tak tahu apa yang harus dilakukan ...
Aku memukul dahiku ke meja di ruang istirahat. Rambut yang sudah aku
tata dengan rapi sekarang benar-benar berantakan. Tapi, aku tidak terlalu
keberatan. Ada hal yang lebih penting untuk kupikirkan.
Aku bertanya pada diriku sendiri. Pada saat-saat seperti ini, aku hanya
bisa menanyakan pada diriku sendiri untuk menemukan jawabannya. Aku
menyelam jauh ke dalam pikiranku, mencoba memahami
perasaanku. Kupikir aku harus melanjutkan hubungan yang kumiliki
sekarang dengan Setsu-kun dan Yosshii-san.
Lalu, apa yang harus aku lakukan? Sekali lagi, aku bertanya pada diriku
sendiri. Jika aku menginginkan yang sama, maka aku harus bertindak
dengan cara yang sama juga. Ini adalah tindakan yang terbaik.
Setsu-kun menjadi Yosshii-san, aku harus membedakan mereka. Setsu-
kun adalah rekan kerjaku, sementara Yosshii-san adalah teman
permainanku yang berharga. Tidak ada yang berubah. Seharusnya tak
masalah apabila mereka adalah orang yang sama.
Aku hanya harus bertindak seperti biasanya, seolah-olah aku tak tahu
apapun, dan berinteraksi dengan dia cara seperti itu. Itulah yang harus
kulakukan. Saat aku mengulangi ini untuk diriku sendiri berulang kali,
waktu istirahatku telah berakhir. Aku buru-buru menekan kartu waktuku
dan mengubah ekspresiku ketika aku pergi keluar.
“Ah, apa istirahatmu sudah selesai? Lalu, karena tidak ada banyak
pelanggan, Kau bisa membantu Setsu-kun lagi. ”
"Jika tidak ada yang harus dilakukan, kurasa aku akan pergi."
Karena itu, aku dengan santai menanggapi kata-katanya. Tentu saja, aku
tidak ingin pergi dan membantunya. Lebih baik bagiku untuk
membersihkan beberapa kursi pelanggan.
Dia datang kesini untuk belajar, tapi mengapa dia datang ke tempat
kerjanya untuk melakukan itu? Aku mempertanyakan itu, tapi aku tidak
perlu bertanya kepadanya. Tapi, ini tetap saja rasanya aneh.
Aku terus meliriknya. Setiap kali aku melihatnya, semua yang dia lakukan
adalah belajar. Aku penasaran mengapa aku melakukan ini? Ah, aku
mengerti, aku ingin tahu mengapa dia ada di sini. Kalau begitu, tanyakan
saja padanya.
"..."
"Tidak ada."
Lalu, aku mengatakan sesuatu yang aku sendiri tidak mengerti. Aku ingin
bertanya padanya tapi mengapa aku tidak bisa mengeluarkan pertanyaan
itu?
Apa yang sedang kulakukan? Mengapa aku tidak bisa mengatakan apa
yang aku pikirkan? Mengapa aku hanya mengatakan hal yang tidak
berarti? Untuk beberapa alasan, wajahku muali memanas. Mungkinkah,
aku merasa gugup? Mengapa? Aku sudah berbicara dengan Setsu-kun
berkali-kali sebelumnya. Setsu-kun hanyalah laki-laki yang tidak
kupedulikan sama sekali.
Ketika aku pergi, Setsu-kun mengatakan itu dengan suara pelan, tapi aku
tidak mengatakan apa-apa. Atau lebih tepatnya, aku tidak bisa
mengatakannya. Setelah itu, aku terus mengikuti Setsu-kun dengan
mataku. Aku bahkan tidak mengerti diriku sendiri.
Chapter – 22
Ketika aku sedang memikirkan hal seperti itu selama perjalanan pulang,
Smartphone-ku mulai bergetar. Melihat ke layar ponsel, ada panggilan
dari Mamiko. Sayangnya, aku sedang berada di kereta, daripada
menjawab, aku mengirimnya pesan, “Ada apa?”.
“Aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa pergi hari ini. Mungkin ini
terlalu mendadak, tapi apa kau punya rencana besok? "
"Aku tidak diberitahu secara rinci ... Tapi sepertinya dia pernah bilang
ingin bertemu Yoshiki-kun."
"Dan ... dia akan menjadi lebih baik jika aku pergi?"
"Sepertinya begitu..."
Itu yang dikatakannya, tapi aku ingin tahu apakah Mamiko baik-baik
saja. Aku memang khawatir tentang orang tuanya, tetapi sejujurnya, aku
lebih mengkhawatirkan Mamiko dibandingkan dengan orang tuanya.
Keesokan harinya, aku belajar sebanyak yang aku bisa di pagi hari dan
keluar rumah sekitar jam 2:30 sore.
Jika kau masuk angin, "Beristirahatlah dan kau akan membaik" dan
semuanya sudah terselesaikan. Bila lengan atau kakimu sakit, "Baiklah,
kau mungkin baik-baik saja", dan tidak ada lagi yang dilakukan. Dengan
demikian, bau obat yang menyengat hidungku, dan ketegangan yang sunyi
memberiku sedikit pengalaman baru.
“Sudah kubilang jangan terlalu dipikirkan. Daripada itu, apa orang tuamu
baik-baik saja? ”
“Yeah, itu hanya patah tulang. Aku khawatir karena ibuku membuatnya
terlihat seperti masalah besar. ”
Ya..itu bagus. Dia telah membuatnya seperti menjadi serius, jadi kupikir
cederanya cukup parah sampai bisa ada kemungkinan untuk melakukan
operasi.
“Ya, ini benar-benar hal yang bagus. Sebelumnya aku sangat khawatir. ”
"Mungkin aneh bagiku untuk menanyakan ini karena aku sendiri yang
membatalkan rencananya pada saat-saat terkhir, tapi apa yang kau
lakukan kemarin?"
"Sendirian?"
"Jadi, memang seorang gadis ya~." (TN: Mamiko yandere mode: On :v)
"Geh!"
Bagaimana dia tahu? Kupikir aku memiliki wajah poker yang cukup bagus.
"Begitu ya~. Jadi saat aku tidak ada, kau memutuskan untuk belajar
dengan gadis lain. ”
Aku berpikir bahwa dia tampak imut seperti itu tapi aku mencoba
menunjukkan senyum minta maaf dan mengatakan bahwa aku menyesal.
“... Apa-apaan dengan sikap itu? Apa kau benar-benar merasa menyesal? ”
(TN: Yandere mode half-serious :v siapkan tempat pemakamanmu sebelum
terlambat)
"Pembohong, kali ini juga kau pasti berpikir bahwa aku akan
memaafkanmu seperti biasanya."
"..."
Kemudian, Mamiko keluar dari ruangan dan pergi entah kemana. Setelah
tertinggal di belakang, aku tidak mengejar Mamiko, tapi hanya berdiri di
sana dengan tertegun. Aku merasa bahwa jika aku mencoba menghentikan
Mamiko secara paksa, kami takkan bisa membuat perkembangan ke mana
pun.
"Tidak, tidak ada yang salah. Terima kasih atas perhatian anda."
“Dengan wajah seperti itu, mana mungkin tidak terjadi apa-apa. Jadi,
mengapa kamu tidak menceritakannya padaku sebentar? ”
Tidak, curhat pada seseorang yang baru aku temui itu sedikit..... Kupaksa
diriku untuk tersenyum, aku mencoba untuk menolak. Lalu, saat dia
melihat wajahku, wanita itu tiba-tiba melepaskan tongkatnya. Tentu saja,
karena dia ditahan oleh tongkat, saat dia melepasnya, dia akhirnya
terjatuh. Bergerak secara refleks, aku menangkapnya, tanganku hampir
menyentuh tanah. Ini mirip dengan gendongan putri.
“Entah kenapa, kakiku sedit sakit ~. Aku mungkin tidak bisa berjalan
sendiri, maukah kau membantuku berjalan kembali? ”
Ketika dia mengatakan itu, dia bertingkah seola-olah dia sedang kesakitan,
namun itu jelas sekali sampai aku sendiri tahu bahwa dia sedang berpura-
pura. Orang ini, dia sengaja jatuh ...
Aku hanya sebentar berbicara dengannya. Tapi seberapa banyak dia ingin
aku curhat padanya? Sambil memikirkan itu, aku akhirnya dengan tenang
membantu wanita itu ke kamarnya, karena jika dia terluka, aku tidak bisa
meninggalkannya begitu saja.
Chapter - 23
Saat ini, aku sedang berada di sebuah kamar di dalam rumah sakit, ditatap
langsung seorang wanita yang dirawat di sini. Wajahnya tampak seperti
ingin memastikan sesuatu dariku. Wanita itu sendiri cukup cantik, dan
sejujurnya, ditatap olehnya membuatku sedikit gugup. Tapi…
"Tidak, bukan seperti aku ingin curhat pada anda atau apapun."
Dia sama gigihnya dengan nenekku. Tidak juga, aku tidak perlu curhat
pada orang lain ... Aku adalah tipe orang yang memikirkan banyak hal dan
merenungkannya pada diriku sendiri.
“Beneran, aku baik-baik saja. Kalau begitu, aku akan pergi sekarang ... ”
"... Maaf, tapi aku masih ada hal lain yang harus kulakukan."
Itu benar, aku perlu berkonsentrasi dan memikirkan kejadian yang terjadi
dengan Mamiko. Aku harus memikirkan kembali semua tindakanku sejauh
ini, dan merenungkannya.
Karena bibi ini begitu gigih, kata-kataku menjadi sedikit tidak sopan.
“Tidak perlu marah begitu. Selain itu, aku tahu semuanya. ”
"!!!"
Ke-Kenapa ...
Mungkin orang ini adalah peramal nasib, atau sesuatu seperti itu ...
"Yah, aku hanya kebetulan berada di sana ketika insiden itu terjadi ~"
Aku baru saja akan menghela nafas lega, saat wanita itu menjatuhkan bom
lebih besar dari apa yang dia katakan sebelumnya.
"...…...."
Aku berjalan keluar ruangan dan berbalik. Di sana, tepat di bawah nomor
kamar, adalah kata-kata yang ditulis Kii. Tidak ada orang lain di ruangan
ini, jadi nama belakang wanita itu pasti Kii. Dan nama belakang pacarku
juga, Kii.
Sekali lagi, aku perlahan memasuki ruangan. Aku tak sadar tentang ini
sebelumnya, namun wanita ini memang terlihat sedikit mirip
Mamiko. Meski gaya rambutnya pendek, ia memiliki rambut hitam yang
cantik seperti Mamiko. Dia juga memiliki kelopak mata yang panjang. Ada
beberapa bagian dirinya yang mengingatkanku pada Mamiko.
Aku berkata begitu sambil melihat ke bawah. Ini buruk, karena aku
mengetahui bahwa dia adalah orang tua Mamiko, aku menjadi
gugup. Apalagi, dia melihat percakapan kami dari sebelumnya. Kuharap
dia tidak marah ...
"Tidak tidak, aku merasa keberatan ~ Gadis itu terlihat sangat murung
kemarin."
"Yah, itu karena O-okaa-san mengalami kecelakaan." (TN: Okaa-san
adalah panggilan ibu dalam bahasa Jepang, dan biasanya cara orang
merujuk pada ibu orang lain.)
“Memang ada bagian itu juga, namun gadis itu terus berkata, ‘maafkan aku
Yoshiki-kun’, sepanjang waktu.”
"Apa….benar begitu?"
Saat aku panik dan mencoba memberi alasan, ibu Mamiko berkata, “Fufu”,
dan tersenyum.
“Aku sebenarnya tidak semarah itu. Tentu saja sebagian kesalahan ada
pada dirimu, tapi tampaknya Mamiko juga perlu sedikit berubah. ”
“Tidak, kali ini benar-benar kesalahanku. Tak perlu alasan bagi Mamiko…
san untuk berubah. ”
"..."
"Kau memang orang yang baik. Itu sebabnya aku mengerti mengapa
Mamiko sangat menyukaimu. Tapi, perbuatan yang dia lakukan terlalu
ekstrim, iya ‘kan ?. ”
"… Maksudku…"
“Umm, tak peduli bagaimana keadaan Mamiko sekarang, aku masih bisa
mencintainya. Aku memiliki keyakinan dalam hal itu. ”
Saat aku mengatakan itu, ibu Mamiko mulai pergi, melihat ke arahku, dan
sekali lagi menghela nafas.
"Kau, mungkin akan dibunuh oleh Mamiko, tahu?" (TN: Ibunya sendiri
ngakuin kalo Mamiko itu yandere :v)
"Eh, apa?"
“Tipe orang seperti itu memang ada. Tipe orang dengan perasaan
romantis yang begitu besar sampai akhirnya tidak bisa terbendung. ” (TN:
Hati-hati milih pacar, bisa jadi pacamu itu Yandere :’v)
“Kau mungkin berkata begitu, tapi kau masih remaja. Seseorang yang
sangat kau sukai daripada Mamiko mungkin akan muncul. "
“Pernyataan itu sangat naif, Nak. Setiap orang pasti akan berubah, dan
pada saat itu, aku tak berpikir kau akan menyukai Mamiko sebanyak yang
kau lakukan sekarang. Kau tahu, hanya ada segelintir pasangan yang aku
tahu dari SMA yang berakhir menikah. ”
Entah kenapa aku merasa sedikit kesal. Dia berbicara padaku dengan cara
merendahkan hanya karena dia sudah dewasa. Itu sebabnya aku
menjawab lebih kuat dan lebih gigih dari biasanya.
“Aku ingin anak itu mengalami berbagai jenis pengalaman. Gadis itu tidak
mengenal banyak laki-laki selain dirimu. Ada banyak laki-laki yang lebih
baik dari dirimu, ‘kan? Aku ingin dia mengerti hal itu. ”
Saat aku mengatakan itu, dia menatapku dengan mata seperti dia sedang
mencoba menghibur anak kecil.
“Aku akan mengajarimu sesuatu. Menjadi dewasa artinya mengetahui
kenyataan. Berinteraksi dengan hal-hal yang berbeda, orang-orang yang
berbeda dalam masyarakat. Itulah artinya menjadi manusia, begitu juga
dengan lawan jenis. Begitu kau memahami hal ini, itu artinya kau sudah
menjadi dewasa. ”
"..."
“Kemudian, ketika kau menjadi dewasa, saat itulah dua orang benar-benar
bisa menjadi pasangan. Bisa menemukan sisi baik dan buruknya
seseorang, menerima dan memaafkan satu sama lain, itulah arti menjadi
pasangan. Tapi aku tidak bisa melihat kalian berdua menjadi pasangan di
masa depan. Aku hanya bisa melihat perasaanmu seperti anak kecil yang
tidak mengerti. ”
Kata-kata dari orang dewasa mulai membebani lebih dan lebih berat di
pundakku. Ini memberikan ilusi bahwa gravitasi bumi menjadi jauh lebih
kuat.
“... Itu sebabnya, aku ingin kau putus dengannya. Bukannya aku tidak
menyukaimu. Sebaliknya aku menyukaimu, kau adalah anak yang
baik. Namun, aku ingin kau putus dengannya demi pertumbuhan anak itu.
"
"..."
“Jika itu sekaranag, kurasa itu tidak akan meninggalkan luka yang terlalu
dalam. Aku pikir jika itu dirinya, dia akan bisa mengerti dan tumbuh
sedikit dan move on ke hubungan lain. ”
Terus terang, kesan ceria orang ini sejak pertama kali kami bertemu
sekarang hilang. Sejujurnya, apa yang dia katakan memang tidak salah.
Aku masih anak-anak, dan aku tidak mengerti kenyataan. Namun, karena
aku masih anak-anak. Itu karena aku anak-anak maka tak masalah. Itu
karena aku seorang anak-anak maka aku ingin menghormati
kemauanku. Bahkan jika itu seperti yang dikatakan orang ini, bahwa hal
ini pada akhirnya akan mengarah pada sesuatu yang buruk, sekarang, aku
tidak ingin berpisah dengannya. Dengan hatiku seperti ini, mana mungkin
aku akan melarikan diri.
“Aku tidak mau. Aku tidak ingin putus dengannya. ”
Saat aku mengatakan itu, wanita itu mendesah untuk ketiga kalinya. Itu
lebih dalam dari sebelumnya, menunjukkan kekagumannya pada
pendirianku.
"Fufu ~ Kurasa kau takkan mau mendengarkan saranku tak peduli berapa
kali aku mengatakannya, ya ~"
“Yah, jika kau rela sejauh itu, maka aku akan menyerahkannya
padamu. Aku berharap yang terbaik, Yoshiki-kun. ”
“Y-Yeah, aku akan melakukan yang terbaik. Ah, kalau begitu aku akan
pergi mencari Mamiko. ”
Aku ingin melihat Mamiko secepat mungkin. Aku akan meminta maaf
sedalam-dalamnya dan mengatakan perasaanku padanya. Saat aku
meninggalkan ruangan dengan keyakinan seperti itu, seseorang muncul di
hadapanku.
Tidak, itu sebaliknya. Orang ini hanya berdiri di sini, dan aku akhirnya
tiba-tiba keluar. Aku begitu tenggelam dalam pikiranku sendiri sampai
aku tidak memperhatikan dirinya.
Itu benar, orang yang berdiri di luar ruangan adalah orang yang paling
ingin aku temui saat ini. Ada banyak hal yang ingin kuminta maaf, tetapi
karena ini begitu mendadak, kepalaku tidak bisa berfungsi dengan benar.
“Tak apa-apa, aku tak peduli sama sekali. Aku sangat lega karena kau tidak
ingin putus denganku ~ ”
Ah, dia mendengar percakapan kami sebelumnya. Itu tidak bagus, ini
sangat memalukan. Tapi, melihat Mamiko seperti ini, kurasa tak apa-
apa. Tunggu, yang lebih penting ...
"Tidak, maksudku, aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah
menyakitimu Mamiko. ”
"Tak apa-apa! Tidak ada masalah sama sekali, jadi tolong, aku hanya ingin
bersamamu ... ”
Tidak, saat kau menunjukkan padaku emosi seperti itu, perasaan maafku
akan mulai menghilang ... Sementara aku memikirkan itu, aku melihat
Mamiko yang menekan wajahnya ke dadaku. Melalui rambut hitamnya
yang indah, aku bisa melihat air mata di matanya. Melihatnya seperti itu,
aku membuang semua pikiranku, dan berhenti berpikir hal yang tidak
perlu.
Ah, tentu saja aku masih memiliki pekerjaan part-time, tapi aku berniat
bekerja hanya 3 kali seminggu. Aku tidak terlalu membutuhkan uang
untuk sekarang. Selain itu, aku berpikir untuk menulis cerita selama
liburan musim panas. Mungkin ini hanya cerita pendek yang memiliki
sekitar 100.000 karakter.
Cerita yang sudah selesai aku tulis saat ini hanyalah satu. Sebenarnya aku
sudah menulis beberapa cerita lain sebelumnya, namun aku mengalami
kesulitan untuk mengembangkan ceritanya dan itu tak pernah menjadi
populer, jadi aku tidak pernah menyelesaikannya.
Cerita yang sudah aku selesaikan merupakan hasil jerih payah dari banyak
pemikiran dan perasaanku. Ini adalah pertama kalinya aku berkontribusi
di situs tersebut. Bookmarks-nya pun mencapai 6.400 lebih, PV untuk itu
juga mencapai lebih dari 3 juta tampilan, dan bahkan pernah ceritaku
mencapai peringkat satu di peringkat harian. Itu sangat populer sampai
aku dihubungi oleh perusahaan. (TN: PV disini artinya preview, jumlah
tampilan yang sudah dilihat)
Karena tidak ada banyak petunjuk yang mengarah pada karakter yang
mungkin akan berpisah, aku menerima banyak kritikan dan cacian dari
pembaca. Aku bisa membicarakan hal ini dengan normal sekarang, tapi
saat itu rasanya sangat sulit. Kesannya terlalu buruk, ulasannya juga
buruk, dan tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali meminta maaf.
Aku berpikir untuk menulis ulang cerita itu, namun entah kenapa aku
tidak menyukainya. Saat mentalitasku akan runtuh, yang mana
membuatku ingin berhenti menulis, aku menerima pesan dari salah satu
pembacaku. Di dalam pesan itu, dia memberi tahu bahwa dia sangat
menyukai ceritaku. Itu sangat menarik, dan mereka senang bahwa mereka
telah menemukannya.
Aku merasa sangat senang karena hal itu, jadi aku mulai menulis lagi. Dan
begitulah, dengan satu pesan itu membutku bergairah kembali untuk
menulis, pesan itu meninggalkan kesan yang sangat dalam padaku.
Jadi, apa yang akan aku tulis kali ini? Aku pikir aku akan mencoba menulis
cerita yang bergenre fantasi.
Aku tak tahu apakah aku bisa memasukkan seluruh cerita nyake dalam
100.000 karakter, namun aku akan mencobanya dan melihatnya. Aku
menyalakan laptopku dan membuka Notepad.
Biasanya, ketika aku menulis cerita, aku melakukannya di
Notepad. Awalnya aku menggunakan Word, tapi karena saat membuka
aplikasinya terlalu lama, aku sekarang menggunakan Notepad.
Aku menatap layar Notepad yang masih kosong tanpa isi sama sekali saat
aku duduk dalam pemikiran mendalam. Bahkan dengan genre fantasi,
akan ada banyak jenis ceritanya, masing-masing dengan
perkembangannya sendiri yang tak terhitung jumlahnya. Di antara
mereka, sisihkan dulu masalah orisinalitas, salah satu dengan pengaturan
yang termudah ialah ...
Mungkin mengenai cerita reinkarnasi dunia lain. Bahkan aku yang hanya
membaca komedi romantis akan menganggapnya menarik. Yeah, ayo kita
buat cerita mengenai reinkarnasi ke isekai. Dan, tentang pengaturan ...
Dan dengan tempo seperti itu, satu per satu, secara perlahan aku
menghabiskan waktu membangun cerita.
Dimulai pada pagi hari, menatap laptop selama setengah hari, aku
akhirnya bisa menyelesaikan cerita fantasi. Setelah mengonfirmasi bahwa
aku tidak membuat kesalahan dalam penulisan. Maka, sekarang sudah
waktunya untuk mempostingnya.
Namun, aku pikir cerita ini menarik, jadi aku akhirnya mempostingnya.
Kumohon, kuharap ada banyak orang yang membaca cerita ini. Aku
berkata begitu dalam pikiranku saat aku menekan tombol posting. Pada
saat yang sama, tulisan, "Postinganmu Sudah Dibuat", muncul di layar.
Meskipun begitu aku membuka Notepad lagi dan mulai menulis kembali.
Ah ~ panas sekali...
Ampun deh, kenapa aku harus menanggung rasa sakit ini ...? Berdiri di sini
dengan suasana yang panas selama musim panas benar-benar tak
berarti. Yah, jika aku bisa bertahan, aku akan bisa mendapatkan banyak
uang jadi ayo bersemangat.
Karena tidak ada yang datang, aku mulai membersihkan bagian dalam cafe
setelah menyemangati diriku sendiri. Sejujurnya, hanya bergerak
membuatku berkeringat tanpa henti, namun memang beginilah yang
namanya pekerjaan. Selama aku mendapatkan uang, aku harus bekerja
untuk cafe ini. Itu adalah tanggung jawabku. Untuk mengambil alat
pembersih, aku berjalan ke belakang.
Saat aku mulai bergerak, aku mendengar suara yang datang dari Echizen,
rekan kerjaku.
"…Yeah"
Padahal kau sendiri yang bertanya, tapi mengapa kau terlihat sedikit
tertarik? Aku sedikit terganggu dengan reaksinya. Baiklah, untuk
sekarang, aku akan mengambil alat pembersih. Aku mulai bergerak
menuju ke arah belakang.
"Kalau begitu, aku akan memegang yang ini, dan kau bisa mengambil ini."
"Ya, mengerti."
Dengan balasan itu, aku mengambil kain pel ... eh, tunggu dulu?
“Tidak, aku akan memegang ini. Aku bisa memegang pel dan sapu seperti
biasa. ”
Setelah membalas kepadaku, dia berkata, "Lalu, ayo kita pergi", dan
berjalan di depanku.
... Sebenarnya, apa yang terjadi pada gadis itu? Sikapnya terhadapku
terlalu berbeda dari sebelumnya. Awalnya, dia terlihat seperti
membenciku, tapi sekarang malah terlihat seperti dia menyukaiku, atau
itu hanya aku yang terlalu berlebihan memikirkannya?
Namun, setidaknya sikap Echizen terhadapku telah berubah. Apakah ada
sesuatu yang terjadi saat aku sedang ujian? Mungkin dia mengidap
amnesia atau sesuatu? Sambil mengkhawatirkan hal-hal ini, Echizen dan
aku mulai membersihkan bagian dalam café yang panas.
*****
Sudah satu jam sejak kami mulai bersih-bersih, hari ini juga, kami bekerja
sampai sore sampai si Owner memperbolehkan kami untuk
beristirahat. Seperti biasa, Echizen dan aku akan beristirahat
bersama. Echizen menjawab dengan ‘baiklah’ dan menuju ke belakang,
tapi aku, di sisi lain, tidak bisa bergerak dari tempat aku berdiri.
Karena aku tidak mau menyerah, aku berbalik ke arah Owner, dan
berkata, “Aku akan beristirahat setelah aku selesai membersihkan di sini”.
Selain itu, ada banyak hal yang berbeda hari ini, dan entah mengapa
rasanya sangat berbahaya. Juga, aku merasa sedikit bersalah pada
Mamiko. Karena apa yang terjadi terakhir kali, aku sekarang lebih sadar
bahwa aku adalah pacarnya, jadi aku harus menghindari keadaan yang
membuatku sendirian dengan gadis lain. Mendengar jawabanku, Si Owner
memiliki ekspresi getir saat dia membalasku.
"Ah, aku mengerti ... Kalau begitu, kamu bisa beristirahat dulu, Echizen-
chan."
Meski aku sudah merasa sedikit lega, mendengar apa yang dikatakan
Echizen tadi, membuatku memandang dirinya dengan heran. Echizen
berjalan kesini sambil menatapku.
“Karena kau sedang bekerja, akan aneh bagiku untuk beristirahat. Jadi,
apa yang sedang kau lakukan? ”
Dengan kelagapan, aku menunjuk tempat yang kotor. Tapi tetap saja, dia
tidak ingin beristirahat karena aku sedang bekerja ... kau bukan tipe orang
seperti itu, bukan?
"Untuk yang seperti ini, kita mungkin membutuhkan sepotong kain untuk
membersihkannya."
Oof, pernyataan itu sangat menyakiti hatiku ......memang benar apa yang
dia katakan, jadi aku tak bisa mengatakan apa-apa. Saat aku sedang
terkejut karena kata-katanya, Echizen dengan cepat bergerak ke dapur
dan membawa kain.
"Ya terima kasih. Kemudian, aku bisa melakukan sisanya, jadi pergilah dan
beristirahat. ”
Dengan berkata begitu, aku meraih kain yang dipegang Echizen. Namun,
Echizen mengangkat tangannya, seolah-olah dia sedang berurusan dengan
seorang anak kecil, dan tidak menyerahkan kain itu.
"Oh begitu…"
“Begitu ya, lalu akan kuserahkan sisanya padamu. Aku akan beristirahat
sekarang. ”
"Jika kau bilang begitu, maka biar aku saja yang melakukannya. Kau bisa
pergi beristirahat."
"Yeah."
Ini terlalu tidak berguna. Hanya berdiri di sini dan tidak melakukan apa-
apa ... mungkin akan lebih baik jika aku hanya pergi istirahat ...
Tidak perlu bagi Echizen dan diriku untuk beristirahat bersama. Namun,
mengatakan sesuatu seperti itu pada Echizen yang hari ini mungkin akan
sia-sia. Ada yang salah dengan kepalanya hari ini. Karena tak ada yang bisa
kulakukan, aku melakukan apa yang diminta oleh Echizen dan berdiri di
belakangnya saat dia bekerja. Kemudian, 30 menit berlalu.
Suara Echizen mencapai telingaku. Melihat tempat itu, itu sudah menjadi
bersih, tanpa setitik kotoran tersisa.
“Lalu, kau bisa pergi istirahat sekarang. Aku akan membersihkan lap dan
lainnya. ”
"Tentang apa?"
"Istirahatmu."
Setelah aku mengatakan itu, Echizen pun terdiam, dan dia mulai
memelototiku. lalu kita mulai berbicara lebih cepat tanpa henti.
"..."
“Aku mengerti, aku mengerti! Aku akan melakukan apa yang dikatakan
Owner, kita akan beristirahat bersama! ”
"Tidak ada."
Pada saat itu, ekspresi Echizen terlihat sangat senang. Sungguh, aku masih
berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan Echizen hari ini.
Chapter – 26
Sejujurnya, ini adalah jenis game yang tidak aku kuasai, tapi karena itu
memiliki peringkat 1 di aplikasi pencarian, jadi aku memasangnya karena
tertarik. Ini hanya untuk menghabiskan waktu, tak masalah jika itu
membosankan.
Dengan perasaan santai tersebut, aku mulai memainkan game ini. Game
ini disebut Human Beast Wars, tidak seperti kebanyakan game lain yang
bergantung pada keberuntungan, game ini adalah third person
shooter. Aku tidak terlalu mahir dalam game yang seperti ini, namun
perasaan mengalahkan monster memiliki sensasinya tersendiri, jadi aku
terus memainkannya. Meski, itu hanya pada titik di mana aku bermain
saat aku memiliki waktu luang.
Suatu hari, aku tak sengaja berpasangan dengan pemain acak secara
online, dan akhirnya melakukan quest dengan orang yang tidak kukenal
sama sekali. Pada awalnya kupikir, aku hanya akan menghambat mereka,
jadi aku pikir akan pergi begitu saja, tapi itu bisa saja akan terasa
menyebalkan, jadi kuputuskan untuk melanjutkan pencarian hingga akhir.
Anggota quest yang lain sepertinya memiliki level yang cukup tinggi, yang
mana membuatku merasa sangat gugup, tapi aku ingin melakukan apa
pun yang aku bisa. Namun, aku tidak bisa bermain lebih baik daripada
biasanya, jadi aku dengan cepat berakhir dalam situasi di mana aku
hampir mati.
*****
"..."
"..."
Saat ini aku sedang beristirahat, dan duduk di seberang rekan kerjaku,
Setsu-kun. Seperti biasa, kami tidak saling berbicara satu sama lain. Setsu-
kun tampaknya tidak mempermasalahkannya saat ia mengeluarkan
smartphone-nya dan langsung bermain game di smartphone-nya. Aku juga
melihat smartphone-ku, namun sesekali, aku akan melirik sekilas pada
Setsu-kun.
Aku tak tahu mengapa atau apa ini, tapi aku memiliki perasaan yang
aneh*. Hanya melihat Setsu-kun saja sudah membuat dadaku terasa
sakit. Ditambah pula, wajahku berubah menjadi panas karena suatu
alasan. Aku sudah merasa seperti ini sepanjang hari ini. Aku akhirnya
merasa aneh dengan sadar akan Setsu-kun. Mataku selalu mengikutinya
saat dia bergerak, aku berakhir berbicara dengannya tanpa alasan, dan
aku bahkan memaksanya untuk beristirahat pada saat yang sama
denganku saat itu benar-benar tak perlu. (TN: Itu namanya penyakit hati :v
)
Jika diriku dari sebulan yang lalu melihat diriku yang sekarang,
kemungkinan besar dia akan terkejut tanpa bisa berkata apa-apa. Bahkan
sekarang, saat aku melihat diriku sendiri, aku sendiri merasa terheran.
Namun, bukan berarti aku membenci diriku sendiri karena menjadi
seperti itu. Meskipun aku menemukan diriku menjadi bodoh, aku tidak
membencinya. Sebaliknya, aku mungkin lebih menyukai diriku yang
sekarang daripada sebelumnya.
Teman-temanku juga mengatakan kepadaku bahwa aku perlu lebih
banyak tersenyum, dan hidup akan menjadi sedikit lebih
menyenangkan. Sekelilingku terasa lebih hidup dan penuh warna, hidupku
terasa lebih menyenangkan, dan aku mulai benar-benar menantikan
pekerjaan part-time. Aku sama sekali tidak mengerti alasannya kenapa
bisa menjadi seperti ini.
Entah bagaimana, aku bisa merasakannya, bahwa hal baru ini sudah
menjadi bagian yang penting dalam diriku. Perasaan yang tertidur jauh di
dalam hatiku merupakan perasaan yang belum aku pahami. Namun ada
satu hal yang pasti, perasaan itu adalah sesuatu yang harus aku hargai.
Jika aku bisa memahaminya, aku merasa bahwa aku bisa lebih menyukai
diriku sendiri. Hidupku akan menjadi lebih indah. Alasan kenapa aku
menempel dengan Setsu-kun juga karena aku merasa akan lebih bisa
memahami perasaan ini jika aku melakukannya. Aku tak terlalu percaya
diri dalam hal ini, tetapi aku merasa seperti Setsu-kun memegang kunci
untuk semua ini.
Walau aku mengatakan itu, dengan situasi yang sekarang, mana mungkin
aku bisa memahaminya, jadi aku mengalihkan perhatianku pada
smartphone-ku dan membuka Human Beast Wars . Sekarang aku baru
kepikiran, saat aku merasakan perasaan ini ialah pada saat aku
mengetahui bahwa Setsu-kun dan Yosshii-san adalah orang yang
sama. Mungkin saat itu adalah petunjuk untuk ini.
Aku memikirkannya sedikit, tetapi seperti yang diduga, aku masih tidak
mengerti. Perasaan di dalam dadaku, detak jantungku yang berdetak
keras, dan rasa sakit ini yang belum pernah aku rasakan sebelumnya
merupakan semua hal yang tidak aku pahami. Aku tak tahu sudah berapa
kali aku meliriknya saat istirahat sekarang, tapi setelah melihat
smartphone-ku, dan kembali melirik Setsu-kun, aku menghela nafas kecil.
Perasaan ini…
“Kalau begitu, Apa kau ingin bermain bersama? Lagipula, Aku juga akan
memainkannya. "
“Kau pikir aku ini tipe orang macam apa?”, Atau itulah yang ingin
kukatakan, namun saat aku mempertimbangkan sikapku di masa lalu,
tidak dapat dipungkiri bahwa dia akan berpikir seperti itu.
...
... Tunggu, kenapa aku tiba-tiba bertingkah seperti ini pada Setsu-
kun? Aku benar-benar tidak menyukai Setsu-kun sebelumnya, itulah
mengapa aku bersikap seperti itu padanya ... Apa itu berarti sekarang ini
tidaklah sama? Aku tak mengerti, aku tak mengerti diriku sendiri.
Ini semua adalah perasaanku, namun sejak aku aku tidak bisa
mengendalikannya, rasanya seperti bukan milikku. Lalu, kemana perasaan
sejatiku pergi? Di saat aku sedang berpikir, pintu ruang istirahat
mendadak terbuka.
Owner datang dengan tersenyum dan segera duduk di kursi yang paling
dekat pintu.
“Pasti sulit sekali bagi kalian berdua untuk bekerja dalam cuaca yang
panas begini, kan? Selain itu, tidak ada pelanggan yang datang. ”
“Ah, tunggu sebentar. Aku tak keberatan membiarkan kalian pergi, tapi
aku masih merasa bahwa aku sudah merepotkan kalian berdua. Tentu,
kalian akan dibayar, namun aku masih merasa tidak enak karena
membuat kalian datang jauh-jauh ke sini, hanya untuk menghentikan
pekerjaanmu lebih dini. ”
“Tidak, Tidak, aku merasa tidak enak saja dengan kalian. Jadi, apa kau
keberatan menerima ini? ”
“Kalian berdua harus pergi bersama. Sungguh, aku merasa tidak enak
dengan semua ini! ”
"Yah ~ karena kita punya tiket, mengapa kita tidak pergi saja?"
"..."
"Bukan seperti itu, tapi ... aku sudah mempuyai pacar, kau tahu?"
"Eh?"
"Itu sebabnya, aku akan merasa bersalah pada pacarku jika aku sendirian
dengan gadis lain."
“Lalu, aku akan pergi sekarang. Echizen, aku akan menggunakan ruang
ganti duluan. ”
Itu benar, aku belum banyak bermain baru-baru ini, jadi ayo main Human
Beast Wars . Anggota party lainnya mungkin tidak online, tapi aku masih
bisa berlatih sendiri. Dengan pikiran seperti itu, aku mengambil charger
teleponku di atas meja, dan menekan aplikasi sambil berbaring di tempat
tidur.
Setelah 10 menit, Ryoma-san masih online tapi dia tidak membalas. Dia
terlihat tidak sedang menjalankan quest, aku penasaran apa yang
terjadi? Mungkinkah dia lupa mematikan smartphone-nya? Aku juga
pernah lupa mematikan smartphone-ku saat bekerja, jadi setelah aku
selesai bekerja dan melihat smartphone-ku, hanya ada beberapa persen
baterai yang tersisa.
Aku menerima pesan itu, tetapi aku tidak membalasnya. Karena itu,
Yosshii-san sekarang sedang melakukan quest sendiri. Sejujurnya,
melakukan quest dengan Yosshii-san sekarang akan sulit bagiku. Yosshii-
san yang aku suka, merupakan rekan kerjaku Setsu-kun, dan Setsu-kun
yang itu, sudah mempunyai pacar. Hanya mengetahui fakta ini saja sudah
sangat mengganggu hatiku sampai-sampai aku tidak berminat untuk
bermain game.
Lalu mengapa aku melihat layar ini? Itu karena ini merupakan satu-
satunya bukti bahwa aku memiliki hubungan dengan dirinya. Aku ingin
sedikit sesuatu yang lebih seperti dia, tapi aku tidak memiliki foto dirinya,
jadi aku hanya bisa melihat layar permainan. Nama penggunanya adalah
Yosshii-san, dan ikonnya gambar seekor anjing, tapi entah kenapa, aku
bisa melihat gambar dirinya yang tersenyum.
Yah, dia tidak tersenyum seperti itu di depanku sebelumnya, saat dia
berbicara dengan Owner, dia akhirnya tersenyum. Sudah seperti ini untuk
sementara waktu sekarang. Aku terus memikirkannya, dan itu tidak akan
meninggalkan pikiranku. Bagiku, yang tidak banyak berbicara dengan
orang lain di sekolah, ini adalah pertama kalinya aku merasakan hal
seperti ini.
Aku yakin ... bahwa aku ... telah jatuh cinta pada Setsu-kun.
Chapter – 28
Waktu menunjukkan pukul 07:52 pagi, dan hari ini, aku berangkat ke
sekolah lebih awal dari biasanya.
Itu karena sekolahku, SMA Touyama, hari ini memiliki masa orientasi
untuk calon siswa. Aku akan membantu orientasi itu. Dan tugasnya ialah,
kami akan berbicara dengan para siswa SMP mengenai pengalaman kami
selama di SMA Touyama, dan melakukan beberapa kegiatan rekreasi
bersama mereka.
… Sejujurnya, aku tidak ingin pergi. Aku merasa sedikit kesal pada
kenyataan bahwa waktu liburan berhargaku digunakan untuk ini. Tepat
sebelum liburan musim panas, kelas kami mengadakan turnamen
hompimpa untuk menentukan satu cowok dan satu cewek yang akan
membantu dengan orientasi. Aku akhirnya kalah enam kali berturut-
turut. Samar-samar aku merasa bahwa sejak aku masih kecil, aku selalu
kalah dalam bermain hompimpa untuk menentukan hal-hal yang seperti
ini.
Yah, sekarang aku hanya perlu menerima kenyataannya saja. Hari ini, aku
harus melakukan pekerjaanku dengan baik dan berbicara dengan para
siswa SMP tentang pengalamanku. Kehidupan seseorang mungkin akan
berubah karena hal-hal yang kuberitahu, jadi aku harus memastikan aku
akan melakukannya dengan baik.
Lalu…….…
“Pagi, Setsu-kun. Aku akan duduk di sebelahmu. ”
Seperti biasa, Mamiko duduk di sebelahku. Itu benar, orang lain yang
bertugas membantu orientasi adalah Mamiko. Setelah melihatku kalah
dalam hompimpa, Mamiko putus asa sampai rasanya dia menjadi orang
lain. Mamiko yang itu sekarang menatapku dengan wajah penuh
senyuman.
"Bukan apa-apa ~ aku hanya berpikir saja bahwa sudah lama sejak kita
duduk berdampingan seperti ini."
Itu benar, sejak liburan musim panas dimulai, jumlah waktu agar kita bisa
bertemu menjadi lebih sedikit.
“Muu ~, apa kau merasa tidak senang Yoshiki-kun? Aku tahu, hanya aku
yang merasa sangat, sangat bahagia. ”
"Tentu saja aku juga sama. Kita belum bisa saling bertemu sama sekali. ”
Sudah lama waktu berlalu sejak terakhir aku melihatnya, dan aku sudah
bisa merasakan bahwa gambaranku mengenai Mamiko mulai
runtuh. Sebelumnya, dia tidak pernah mengatakan sesuatu seperti
"Ehehehe ~". Tapi, gadis yang imut mengatakan sesuatu yang imut seperti
ini benar-benar membuatku senang. Aku benar-benar harus menghargai
ini.
Mamiko menjadi bingung karena aku belum pernah melakukan hal ini
sebelumnya. aku tidak mengatakan apapun, dan aku tetap memeluk
Mamiko. Apa yang kita lakukan pagi-pagi begini? Kau mungkin berpikir
seperti itu, tapi setidaknya Mamiko merupakan orang yang berharga
bagiku. Yah, kurasa tidak perlu melakukan ini di dalam kereta.
*****
Di dalam ruangan itu sudah ada tiga orang yang duduk di meja
panjang. Saat ini, orang yang berkumpul hanyalah seorang guru wanita
berambut pendek yang mengenakan kacamata, Wada-sensei, dua orang
lainnya dari anggota OSIS, Mamiko, dan aku.
“Aku Yoshimura, kelas tiga. Kami akan mengandalkan kalian hari ini. "
"Ah iya."
“Kau akan menjawab pertanyaan dari mereka, dan memberi tahu mereka
mengenai hal yang kau sukai dari sekolah. Ah, kalian juga yang akan
memberi penjelasan selama tur. ”
“Ngomong-ngomong, apa tidak ada orang lain? Jika aku ingat dengan
benar, seharusnya ada dua orang dari tiap kelas. ”
“Ah ~ Mereka akan berada di ruang kelas lain. SMA kita tampaknya cukup
populer, jadi ada banyak orang yang berpartisipasi dalam orientasi ini. Ah,
kita tidak punya banyak waktu lagi, jadi kita harus mulai bersiap. ”
Saat Yoshimura-senpai mengatakan itu, kami mulai mengatur lembaran
dan posisi meja untuk mempersiapkan acara.
****
Aku merasa lebih lelah dari biasa yang kulakukan selama bekerja. Namun,
selama aku mengatasi ini, tidak ada yang lain kecuali liburan musim
panas. Yang harus aku lakukan hanyalah bekerja, PR musim panas, dan
bermalas-malasan sambil menulis cerita. Selagi aku berpikir tentang sisa
liburan, Yoshimura-senpai memanggilku.
“Memang selalu seperti ini. Aku melakukan ini tahun lalu juga dan itu juga
sangat melelahkan. ”
"Begitu ya…"
"Namun, mungkin akan ada lebih banyak orang yang memilih untuk
datang ke sini karena dirimu, jadi terima kasih sudah membantu hari ini."
Aku merasa sedikit bingung, aku cukup yakin bahwa aku sudah menjadi
siswa normal dan tak ada alasan bagi seorang guru untuk
memanggilku. Selain itu, Wada-sensei memiliki mata yang tajam, dan dia
terkenal guru yang galak di sekolah.
Orang itu sendiri mungkin tidak bermaksud untuk melotot pada siapa
pun, tetapi saat dia melihat orang-orang dari samping, itu benar-benar
terasa seperti dia memelototi dirimu. Mungkin ada banyak gadis yang
menganggap bahwa ini tak terlalu bermasalah, namun bagi siswa laki-laki,
itu sangatlah menakutkan.
"Aku…"
Saat aku mendengar itu, aku membuat suara bingung sementara orang
lain juga melakukan hal yang sama di belakangku. Aku memiliki firasat
buruk karena bulu-bulu di kulitku mulai berdiri. Aku takut untuk melihat
dari mana suara itu datang, namun saat aku melakukannya, Mamiko sudah
berada di sana. Aku menutup mata, dan aku mencoba mengulangi
percakapan yang aku lakukan dengan sensei di dalam kepalaku. Ah, dia
pasti salah paham. Hanya membutuhkan waktu sekejap bagiku untuk
menyimpulkan itu.
Catatan TL:
“Tak ada maksud apapun. Pada hari Minggu, temani aku ke suatu tempat. ”
"Tidak, maksudku, kita ini memiliki hubungan guru-siswa ... bertemu pada
hari bukan sekolah itu sedikit ..."
“Ah, salahku. Aku mengatakannya dengan cara yang buruk. Aku tak
bermaksud untuk pergi kencan denganku di suatu tempat. ”
Sensei menjawab dengan nada kosong. Jadi, saat dia berkata, “menemani”,
dia tak bermaksud pergi berkencan dengannya atau semacamnya? Eh, apa
aku salah paham karena aku tidak terbiasa dengan hal semacam ini?
“Itu bukan sesuatu yang besar. Hanya saja pada hari Minggu itu, aku ingin
Setsu ikut denganku ke sesi informasi sekolah yang ditargetkan untuk
para siswa SMP. ”
“Tidak, itu mustahil. Aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak ingin
melakukannya. ”
Saat aku mendengar bahwa akan ada lebih dari 200 orang yang akan
datang, aku menjadi gugup dan menolaknya. Tidak mungkin aku bisa
berbicara di depan banyak orang. Kemungkinan besar aku akan sangat
gugup, dan aku pasti tidak ingin melakukannya. Selain itu, aku sudah tidak
ingin datang hari ini, bagaimana aku bisa berdiri melakukan itu pada hari
Minggu. Sensei menanggapi penolakanku dengan takjub.
“Aku benci sekali. Selain itu, tugas ini tidak harus diriku. Aku yakin ada
banyak orang lain yang bisa melakukannya. ”
“Tidak, meminta orang lain akan sangat merepotkan. Tolong, Apa kau mau
melakukannya? ”
"Eh."
Karena aku tidak menyukai orang lain tahu tentang itu, aku akan menolak
kata-kata Sensei, namun pada saat itu, Mamiko memotong perkataanku
dengan suara kerasnya sendiri.
“Kami adalah pasangan yang benar-benar saling jatuh cinta. Tolong jangan
masuk di antara kami! ”
Sensei merasa terheran saat dia mengatakan itu. Yah, Mamiko biasanya
seseorang yang baik kepada semua orang, dan murid teladan. Dengan
Mamiko yang seperti ini, aku tak berpikir kalaua sensei tidak mengatakan
apapun.
"Namun, tetap saja, Setsu dan Kii ... kalian berdua benar-benar tidak cocok
sama sekali."
Yeah, aku mengerti itu. Aku sudah mengerti bahwa Mamiko dan aku tidak
serasi sama sekali. Aku sudah mengerti, jadi tolong jangan blak-blakkan
begitu, itu benar-benar menyakiti hatiku. Saat aku berkubang dalam
pikiranku sendiri, entah mengapa, Mamiko memelototi Sensei dengan
ekspresi menyesal.
“Aku sudah mengerti. Fakta bahwa kami berdua tidak cocok. Bagaimana
aku bisa cocok dengan orang keren seperti dirinya? Namun, kami berdua
saling menyukai satu sama lain! ”
Tidak, itu salah…
“Aah, begitu ya. Aku paham, aku paham. Jadi, Setsu, apa hari Minggu baik-
baik saja? ”
Sensei mungkin sudah lelah meladeni Mamiko, jadi dia sekali lagi
berbicara denganku.
"Kenapa?"
"Pergi keluar untuk melakukan hal seperti itu pada hari libur, aku tak
menyukainya."
“Yah, itu juga yang akan aku lakukan, jadi tak masalah, ‘kan?”
“Tidak, aku keberatan. Hal itu tak ada manfaatnya bagiku. Sensei akan
dibayar, tapi aku tidak mendapatkan apapun dari itu. ”
Saat aku berkata begitu, seperti yang diharapkan, Sensei tak bisa berkata
apa-apa. Kemudian, setelah berpikir sebentar, beliau berbicara kembali.
“Yah, kurasa begitu. Namun, jika imbalan anda tidak bisa membuatku
puas, aku masih tidak mau. ”
Aku bilang begitu, tapi aku berniat menolaknya apapun yang akan dia
katakan. Yah, jika itu sesuatu yang besar, aku masih akan memikirkannya.
"Apaaa!?"
"Fuun ~, hal itu malah membuatku ingin terus menggoda kalian berdua."
“Apa anda sudah selesai? Kami akan makan siang bersama sekarang. ”
"Ya, kurasa…"
"..."
"..."
Kau mungkin lupa, tapi Mamiko adalah gadis paling populer di sekolah.
Senesei menanyakan itu dengan senyum tak kenal takut. Aku tidak punya
pilihan lagi.
****
“Karena itu, aku tidak bisa bekerja pada hari Minggu. Aku benar-benar
minta maaf. ”
“Ah, aku mengerti, jangan khawatir tentang itu. Ini sesi informasi,
kan? Semoga berhasil."
Sejauh yang aku tahu, Setsu-kun terlihat sangat menyesal di telepon. Ini
hanya mengambil jeda dari satu hari kerja, tidak perlu khawatir tentang
hal itu. Tetap saja, hari Minggu ...
Siapa lagi yang bisa aku minta untuk masuk? Echizen-chan ... Ah, berbicara
tentang Echizen-chan, dia juga mengatakan dia akan pergi ke sesi
informasi sekolah hari itu.
Sekarang adalah hari Minggu, dan karena aku bangun pagi-pagi sekali hari
ini, adik perempuanku memanggilku.
“Kau memakai seragammu, apa itu sekolah? Tapi ini ‘kan hari Minggu. ”
“Tidak, ini adalah sesi informasi sekolah. Aku entah bagaimana dipaksa
untuk membantu. ”
"Ya, memang."
"Jika memang seperti itu, aku juga hari ini akan pergi ke sana."
"Eh!"
Tanpa sadar aku berteriak keras pada kata-kata Yui. Menyikat giginya di
sampingku, Yui menunjukkan senyuman geli.
Sialan, dia mengejekku. Tak disangka Yui juga akan datang. Seharusnya ini
tak ada yang perlu dikhawatirkan, tapi ketika mengetahui ada keluargaku
di sana, itu membuatku merasa sangat gugup.
Tunggu sebentar.
“Ada teman yang mengajakku karena mereka bilang agak sulit untuk pergi
sendiri. Selain itu, aku juga ingin melihat apakah aku bisa mencoba
sekolah yang lebih baik. ”
"Benarkah? Mencoba sekolah yang lebih baik? Sejak kapan kau menjadi
sepintar itu? ”
Bahkan jika aku sendiri yang bilang, aku akan mengatakan bahwa sekolah
kami, Touyama, sudah cukup terkenal. Sekolah yang lebih baik mungkin
berarti seperti SMA Oumi, atau sekolah terbaik di wilayah kami: SMA
Anzen.
Ditambah pula, jika kau ingin masuk ke SMA Oumi, mereka hanya
menerima Siswa SMP yang nilai ilmu pengetahuan dan matematika pada
tingkat yang sama dengan SMA Anzen... Jika itu yang terjadi, kau
membutuhkan nilai sekitar 250 pada ujian percobaan. Aku dengar
terakhir kali Yui mendapatkan nilai sekitar 180 ...
"182."
Gadis ini ... dengan nilai segitu, bagaimana dia berharap diterima di SMA
Oumi atau SMA Anzen.
"Selain itu, dengan nilai 182, itu mungkin sedikit berbahaya bahkan untuk
sekolahku."
Nilai tertinggiku saat SMP ialah 246 dan aku rata-rata sekitar 230. Jika aku
berusaha keras, aku bisa memilih untuk mencoba masuk ke SMA Anzen,
tapi karena tak ada jaminan bisa masuk, aku menurunkan
levelku. Sekolahku menginginkan orang-orang yang memiliki nilai paling
sedikit 200. Ini masih liburan musim panas, tetapi 182 mungkin cukup
sulit.
“Aku sudah tahu itu. Itu sebabnya aku berusaha sangat keras sekarang. ”
Wajah yang Yui miliki sekarang begitu serius seolah-olah dia tidak sedang
bercanda. Itu terlihat lebih serius daripada yang pernah aku lihat
sebelumnya.
"..."
Itu benar, gadis ini juga seorang pelajar. Tentu saja dia akan serius.
Aku merasa bahwa mengatakan hal seperti ini kepada Yui, yang sudah
bekerja keras rasanya agak kasar, tapi aku tak bisa menemukan hal lain
untuk dikatakan. Kemudian, Yui menghadap ke arahku dengan senyuman
dan memberiku jawaban.
“Yeah, aku akan melakukan yang terbaik! Onii-chan juga, lakukan yang
terbaik hari ini! ”
"Yeah!"
Aku benar-benar tidak termotivasi hari ini, tapi setelah mendengar kata-
kata Yui, aku merasa sedikit bersemangat. Setelah itu, kami berdua
memutuskan untuk naik kereta bersama karena kami pergi ke tempat
yang sama.
*****
Namun, aku jarang datang ke sini baru-baru ini. Aku tak pernah berharap
untuk datang ke sini lagi, jadi datang seperti ini benar-benar tak
terduga. Sambil mengernyitkan mukaku, aku menunggu di tempat
pertemuan yang ditentukan di dekat pintu masuk.
Namun, rasanya ada sedikit jarak di antara kami. Lagi pula, kami berhenti
berbelanja bersama, dan waktu yang kami gunakan untuk berbicara di
rumah sudah sedikit berkurang. Yui sekarang melakukan ujian masuk
SMA, tapi tetap saja, ada sesuatu yang berubah tentang dirinya. Ini sedikit
aneh tapi aku merasa sedih dengan perubahannya, tapi pada saat yang
sama aku juga senang tentang itu.
“Aku datang untuk sesi informasi sekolah. Aku mewakili sekolah SMA-ku
tahu. ”
“Aku tak ingin melakukannya jika aku bisa. Namun, tidak ada orang lain
yang bisa melakukannya. ”
Saat dia bilang bahwa aku bukanlah tipe orang yang melakukan hal seperti
ini, Ueno mengernyitkan sedikit wajahnya, tapi setelah itu, dengan cepat
tersenyum dan memberiku tepukan di punggung.
Jenis skinship ini tidak berubah sama sekali. Bukannya kau sudah punya
pacar? Apa baik-baik saja melakukan ini? Jika aku adalah pacarnya, aku
tak ingin kau melakukan ini.
"Ueno, seperti biasa, kau suka melakukan hal semacam ini bukan?."
Ueno adalah orang yang cukup agresif, tipe orang yang mengurusi hal
yang mana orang lain tidak ingin melakukannya. Kepribadian bergairah
miliknya itu sangat bersinar terang bagiku, dan mungkin itulah yang
menyebabkan aku jatuh cinta padanya saat itu. Karakterku sangat
berkebalikan dengannya.
"Yup. Berbicara di depan banyak orang adalah sesuatu yang sangat aku
sukai. ”
"Benarkah ... Aku tak bisa berpikir dengan cara yang sama ..."
“Ah, itu benar! Aku ingin bertanya, tapi apa yang terjadi dengan pacarmu
setelah itu? Apakah kalian putus? ”
Kemungkinan besar dia membicarakan tentang apa yang terjadi di kereta
terakhir kali. Saat di mana Mamiko melihat kami berbicara dan sedikit
marah.
"Tentu saja ~. Jika aku melakukan itu, pacarku juga akan marah. ”
"Ya, itu sebabnya aku berusaha untuk tidak sendirian dengan gadis lain."
“Namun, apakah situasi saat ini baik-baik saja? Maksudku, sekarang kau
sedang berbicara denganku sendirian, kan? ”
"Ah."
"Yoshiki-kun?"
"Selamat pagi."
"Selamat……pagi."
Sementara itu, dia terus menatapku yang berada di sampingnya. Apa yang
terjadi sebelumnya adalah kesalahanku, dan aku akhirnya melakukan hal
yang sama seperti sebelumnya, tidak menunjukkan tanda bahwa aku
merenungi tindakanku.
Aku tidak bisa menahan sisi tubuhku ketika aku melihat ke arah di mana
sikutan itu datang dan melihat Mamiko. Melihatnya, dia melihatku dengan
tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya.
Akhirnya, dengan suasana hati Mamiko yang tak kunjung membaik, kami
masuk melalui pintu belakang aula kebudayaan. Di pintu depan ada
banyak siswa SMP, namun berjalan masuk melalui pintu belakang, hampir
tidak ada orang. Hanya ada beberapa siswa SMA yang juga datang untuk
mewakili sekolah mereka seperti yang aku lakukan.
“Kalau begitu, kalian berdua bisa menunggu di ruangan ini. Aku akan pergi
menyapa guru lainnya. ”
Di satu sisi meja ada pendingin air, cangkir, dan beberapa makanan
ringan. Mamiko dan aku mengamati murid-murid lain melalui sudut mata
kami saat tengah memilih tempat kosong untuk duduk.
Sembari mengamati siswa lain, aku berkata begitu dengan suara kecil
pada Mamiko. Namun, Mamiko hanya melihat ke arah lain. Dia benar-
benar marah ... Apa yang harus aku lakukan ...?
Rupanya, Ueno sudah sampai sebelum kita. Duduk di sebelah Ueno adalah
seorang anak laki-laki yang tampak serius dan mengenakan
kacamata. Karena dia memakai seragam yang sama, mereka mungkin
berasal dari sekolah yang sama. Kemudian, setelah Ueno melihat Mamiko,
dia melihat ke arahku dan memberiku tatapan yang sepertinya berkata,
"Jangan khawatir".
Dia benar-benar berpikir ini adalah masalah orang lain. Tidak, yah, kukira
itu memang masalah orang lain ... Tapi tetap saja, aku ingin setidaknya dia
merasa sedikit menyesal tentang ini. Begitulah yang kurasakan, tapi tetap
saja, tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, ini masih
salahku. Memikirkan itu, aku tidak mengatakan apapun saat menjatuhkan
jidatku di atas meja. Sungguh, apa yang bisa kulakukan untuk
memperbaiki ini ...?
Pada saat yang sama saat aku mendengar suara itu, seorang anak laki-laki
meletakkan tangannya di pundakku. Ternyata dia adalah teman sekelasku
saat SMP dulu, Kenji Kawachi. Kudengar dia memasuki klub rugby di SMA,
jadi meski tidak ada banyak perbedaan di antara ketinggian kami, Dia
tampak lebih besar dibandingkan orang di sekitarnya.
Sungguh mengejutkan. Kenji sama denganku dan bukan tipe orang yang
melakukan hal-hal yang merepotkan seperti ini. Aku penasaran berapa
banyak karakternya telah berubah.
"Tapi tetap saja, ini tak terduga ... untuk Yoshiki melakukan hal semacam
ini."
“Yah, ada beberapa hal yang terjadi. Lebih penting lagi, kau juga, Kenji, tak
biasanya kau melakukan ini juga. ”
"Bagiku, juga ... ummm ... ada banyak hal terjadi ..."
Kenji yang berdiri di sana seperti itu membuatku merasa ada yang
salah. Kenji biasanya lelaki yang cukup kuat dan biasanya takkan
menyerah seperti ini. Selain itu, entah mengapa wajahnya tersipu
merah. Kami sering bersama di sekolah SMP, tapi ini pertama kalinya aku
melihatnya seperti ini. Hampir seperti ... dia mulai terbakar atau sesuatu ...
Aku tidak bertanya lebih jauh lagi. Lalu, dia tersenyum ringan kepadaku.
“Tidak, ini tidak seburuk itu. Aku datang ke sini dengan orang yang aku
sukai. ”
"Ya, itu orang lain yang datang bersamaku ke sesi informasi sekolah ini."
Kenji tersenyum malu. Ini adalah pertama kalinya aku melihat ekspresi itu
darinya. Jika aku ingat dengan benar, ini mungkin pertama kalinya Kenji
menyukai seseorang. Aku khawatir karena Kenji menempel ke ibunya
sepanjang waktu di sekolah SMP, tapi tampaknya hal itu tidak perlu.
“Ya, dia cukup cantik. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau
mungkin sama, ya? ”
"... Halo."
Mungkin karena dia masih marah padaku, Mamiko memberi salam yang
tumpul. Saat Kenji melihat Mamiko, seluruh tubuhnya menegang. Dia
mulai bergerak beberapa detik kemudian dan melingkarkan tangannya di
pundakku. Dia kemudian berbicara kepadaku dengan suara dimana
Mamiko tak bisa mendengar.
"Kau….. apa kau benar-benar berpacaran dengan gadis yang secantik itu?"
“Kanojo-san[1], dia memang seperti ini, tapi kuharap kau akan terus
merawatnya mulai dari sekarang.” (TN: panggilan buat pacar yang cewek,
kalo pacar yang cowok di panggilnya kareshi-san)
Apa kau ini orang tuaku atau semacamnya? Yah, kukira bahkan orang
tuaku tidak mengatakan itu.
Kenji memberiku tatapan ragu. Jika Mamiko bertindak sangat dingin, apa
boleh buat kalau dia akan berpikir bahwa sesuatu telah terjadi.
“Lebih penting lagi, siapa orang yang kau suka? Dia ada di sini sekarang,
‘kan? ”
"Tidak, aku tak berpikir dia ada di sini ... Ah, dia baru saja tiba. Echizen-
san, sebelah sini. ”
Tampaknya orang yang Kenji suka baru saja tiba. Rupanya nama gadis itu
adalah "Echizen-san”. Echizen… SMA Oumi… Echizen…
Hmm ...?
Mungkinkah ...
Lalu, mataku akhirnya bertemu dengan orang itu. Ketika orang itu
melihatku, dia langsung membeku. Orang yang berdiri di sana adalah
rekan kerjaku, Echizen.
Chapter – 32
Aku sangat terkejut ketika Echizen muncul pertama kali, tapi setelah
dipikir-pikir lagi rasanya tidak terlalu mengejutkan. Dia mendapat
peringkat pertama di SMA Oumi. Jika itu yang terjadi, maka tidaklah aneh
untuk dirinya mewakili sekolah SMA-nya di sini. Yah, dia tidak terlihat
menjadi tipe orang seperti itu.
Saat aku melirik ke arah Echizen yang memiliki ekspresi sedikit tersipu,
Kenji bertanya padaku. Sementara itu, Mamiko juga memberi reaksi. Dia
mengirim pandangan yang lebih menyakitkan dari sebelumnya. Seberapa
jauh aku akan jatuh di mata Mamiko hari ini?
"Tunggu sebentar!"
Saat aku akan menjelaskan hubungan antara Echizen dan aku, Echizen
menghentikanku, dan membawa dirinya lebih dekat denganku. Lalu, dia
membawa mulutnya ke telingaku dan berbicara kepadaku dengan suara
lembut.
Terlihat putus asa, Echizen menjauh dariku dan memberi Kenji jawaban
yang tepat seperti, "Dia hanya kenalanku". Jika Echizen tidak ingin aku
mengatakannya maka kurasa aku tidak melakukannya, tapi apa
alasannya? Yah, memikirkannya mungkin takkan membawaku
kemanapun.
Ketika aku melihat kembali Mamiko yang menakutkan, dia malah terlihat
tenang dan diam. Dia tidak menatapku, dia juga tidak melihat Kenji atau
Echizen, dan dia juga tidak melihat smartphone miliknya. Yang dia
lakukan hanyalah menatap ke kejauhan. Mamiko bertingkah seperti itu
rasanya sedikit aneh jadi aku memberinya sedikit senggolan.
****
Setelah acara selesai, kami duduk di luar di lobi, bukan ruang tunggu dari
sebelumnya. Aku bersama Kenji dan Echizen saat Mamiko sedang berada
di kamar kecil. Wada-sensei bilang bahwa kami boleh pergi tapi karena
Kenji mengatakan bahwa dia ingin kami berempat berbicara sebentar jadi
kami memutuskan untuk beristirahat di sini.
Aku tidak banyak bicara, tapi mungkin karena perasaan bebas yang aku
dapatkan setelah acara selesai, aku akhirnya memenuhi permintaan
Kenji. Sejujurnya, aku ingin sendirian dengan Mamiko agar aku bisa
meminta maaf padanya, tapi ......
“Itu sangat menegangkan. Echizen juga gugup, kan? ”
“Ah, aku juga sangat gugup. Aku biasanya tidak melakukan hal semacam
ini. ”
"Tentang apa yang kita bicarakan tadi, bisakah kau bertanya padanya
tentang itu untukku?"
"Yeah, yeah."
Pipinya juga sedikit memerah dan kelihatannya dia tidak bisa tenang. Aku
sedikit penasaran tentang itu, tapi pertama-tama, aku harus melakukan
apa yang diminta. Aku menarik nafas dan menaikkan suaraku.
Ya, ini adalah apa yang Kenji ingin aku tanyakan. Kupikir dia harus
bertanya sendiri jika dia memang benar-benar penasaran, tapi karena ini
pertama kalinya dia menyukai orang lain, aku kira dia takkan bisa
melakukan itu. Yah, karena aku teman baiknya, aku ingin mendukung
cintanya Kenji, jadi ini baik-baik saja.
Ketika aku diminta untuk melakukan ini, aku juga bertanya tentang
bagaimana sikap Echizen biasanya, dan malah mendapat jawaban yang
sangat menakjubkan. Dia pasti bisa disebut idola sekolah. Sangat terkenal
sampai pada titik di mana tidak ada siswa yang tidak mengenalnya dan
setidaknya ada satu orang yang mengaku padanya setiap minggu.
Dia adalah sejenis keberadaan yang mirip seperti manga dimana Kenji tak
bisa dihindari untuk jatuh cinta padanya. Kupikir itu sangat keren bahwa
dia sangat jujur tentang hal itu jadi aku benar-benar ingin dia berhasil
mendapatkan cintanya. Itu sebabnya, aku bersedia melakukan apapun
untuk untuk mendukung cinta Kenji.
“Ah, kalian berdua sepertinya sangat cocok satu sama lain. Sepertinya kau
tidak berkencan dengan Kenji, tapi aku ingin tahu apa yang kau pikirkan
tentang dia. ”
Yah, aku menjadi sedikit pria yang kepo, tetapi seharusnya terasa alami
seperti ini.
"Aah, seperti pria tampan dengan gadis cantik, hal semacam itu."
"... Fuun ~, kita tidak benar-benar berpacaran, tapi aku juga tidak
menyukainya."
“Eh !! Tidak, tidak, aku tak melakukan hal seperti itu. Aku hanya sedikit
penasaran ... ”
"..."
Dia sepertinya tidak bisa tenang, jadi aku penasaran pertanyaan macam
apa itu, tapi ternyata hanya itu saja. Sepertinya aku bodoh karena
meletakkan kewaspadaanku. Jika itu pertanyaan yang sederhana, maka
aku dapat dengan mudah menjawabnya.
“Kau adalah rekan kerjaku. Kami tidak sedekat itu sebelumnya, tapi baru-
baru ini, sangat menyenangkan berada di dekatmu. Ini mungkin sedikit
lancang, tapi aku menganggapmu sebagai teman. ”
Ya, seorang teman. Aku tidak punya banyak teman perempuan, tapi
Echizen termasuk dalam kelompok itu. Mungkin hanya aku yang berpikir
demikian ...
"Seorang teman…"
"Maaf, aku memiliki urusan mendadak, jadi aku akan pergi lebih awal."
Saat dia perlahan berjalan keluar, aku bisa melihat sekilas wajahnya.
Bagaimana bilangnya ya ... Ketika aku melihat itu, perasaan yang tak enak
mulai muncul di dalam dadaku.
Chapter – 33
Hal ini mungkin sering terjadi, namun tetap saja, hatiku merasa sangat
sakit sekali. Karena aku tidak memiliki banyak teman lelaki, satu-satunya
lelaki yang sering berinteraksi denganku hanyalah Yoshiki-kun. Itu
sebabnya takkan ada orang selain Yoshiki-kun yang bisa aku sukai. Aku
akan selalu, selalu mencintainya.
Itu adalah gadis yang dia sukai saat SMP dulu. Aku tak tahu kapan dia akan
menyukainya lagi. Aku menjadi sangat cemas, dan imbasnya, aku hanya
bisa memukul Yoshiki-kun dengan kecemasan itu dalam bentuk
kemarahan.
Lalu, gadis itu juga muncul. Dia memiliki rambut pirang dan gadis yang
cukup cantik. Rupanya, dia adalah rekan kerja Yoshiki-kun. Aku pernah
mendengar tentang rekan kerjanya, tapi aku tidak pernah mengira dia
akan secantik ini. Terlebih lagi, reaksi yang dia miliki, sepertinya dia
memiliki sedikit perasaan pada Yoshiki-kun.
Ini hanyalah intuisi, tapi itulah yang kurasakan. Hal Itu membuat
kegelisahanku semakin bertambah. Kemudian, aku mulai
membayangkannya.
Adegan gadis pirang itu dan Yoshiki-kun berbicara dengan gembira satu
sama lain.
Adegan dari mereka berdua bertukar bibir dengan senang satu sama lain.
Dan dalam adegan itu tidak ada tanda adanya kehadiranku. Keberadaanku
tidak diperlukan. Untuk beberapa alasan aku tak bisa membuat diriku
marah. Jika itu seperti biasa, aku akan marah pada Yoshiki-kun, namun
sekarang bukan seperti itu. Rasanya seperti, bagaimana aku harus
mengatakannya ... Sebuah perasaan menyerah, atau sesuatu seperti itu
menutupi hatiku.
******
“Hei, itu cukup lama. Dua orang lainnya sudah pulang. "
Aku memanggil Mamiko saat dia sudah kembali dari kamar kecil. Setelah
Echizen pergi, aku mencoba memikirkan berbagai hal, tapi pada akhirnya
aku tidak bisa memahami alasan ekspresi sedih Echizen. Beberapa menit
kemudian, Kenji juga kembali dari kamar kecil, dan ketika dia mengetahui
bahwa Echizen sudah pulang, dia melakukan hal yang sama dan
pergi. Lalu, Mamiko, yang berdiri di depanku setelah cukup lama di kamar
kecil, dan lima menit setelah Kenji pergi, dia akhirnya kembali.
Berpikir…
Mungkin dia memikirkanku. Dia sangat marah pada saat itu. Itu benar, aku
harus meminta maaf tentang itu sekarang. Lalu kita bisa pergi ke restoran
keluarga dalam perjalanan pulang, dan dengan senang hati berbicara satu
sama lain.
"Apa kau-"
"Yoshiki-kun!"
Saat Mamiko berbicara, wajahnya menunduk, jadi aku tidak bisa melihat
wajahnya dengan sangat akurat. Aku tidak bisa membaca ekspresi yang
dia miliki. Lalu dengan posisi seperti itu, Mamiko mengatakan sesuatu
dengan suara gemetarnya yang tidak bisa aku percayai.
Saat naik kereta untuk pulang kembali rumah, aku hanya bisa menatap ke
luar jendela dengan pandangan kosong. Meskipun kereta ini jarang ada
penumpang seperti biasa, Mamiko, yang biasanya ada di sampingku, tidak
ada di sana. Yah, karena hari ini dia datang dengan mobil. Namun, bahkan
jika Mamiko datang dengan kereta, kami mungkin akan terpisah satu sama
lain seperti ini.
Aku menyelesaikan semua tugas musim panasku, dan sekarang aku berada di
rumah dan tidak melakukan apapun, hanya duduk dalam keadaan linglung.
Menghabiskan waktuku seperti ini adalah pemborosan, aku mengerti itu, tapi
sekarang sepertinya aku tidak bisa melakukan apapun.
Jika aku mencoba menulis cerita, membaca manga, atau bahkan bermain
game smartphone, aku akhirnya berpikir tentang wajah Mamiko. Dan setiap
kali itu terjadi, air mata langsung keluar di mataku. Aku penasaran sudah
berapa kali aku menangis sejak Mamiko putus denganku seminggu yang
lalu. Sejujurnya, aku tak berpikir bahwa aku sangat
menyukainya. Berpacaran dengannya adalah sesuatu seperti tak sengaja, tapi
entah mengapa, aku akhirnya jatuh cinta padanya.
Pada saat itu, aku seharusnya meminta maaf kepada Mamiko lebih
cepat. Sebelum itu, aku seharusnya lebih menghargainya. Karena dia adalah
pacarku, aku menganggapnya sebagai hal yang biasa. Jika dia marah, Mamiko
akan tetap memaafkanku, pikirku. Pada akhirnya, keyakinan naif itu adalah
akhir dariku. Aku benar-benar ingin memukul diriku yang dulu. Dan
kemudian aku ingin memberi tahu dia untuk lebih menghargai Mamiko.
Namun, itu sudah terlambat. Mamiko sudah meninggalkanku. Aku yakin dia
lelah denganku sekarang. Kemudian, setelah liburan musim panas berakhir,
dia mungkin akan berpacaran dengan seorang lelaki yang lebih baik ...
... Itu tidak bisa dihindari, aku masih sangat menyukai Mamiko. Aku sangat
menyukainya sampai membuat hatiku hancur. Dalam sehari, hanya itu yang
bisa kupikirkan ketika aku duduk tanpa melakukan apa-apa.
“Aku ingin melihatnya. Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya lagi ... ”
Aku menyuarakan harapanku, tapi aku mengerti bahwa harapan itu tak
mungkin dikabulkan.
****
Tetap saja, jika Yoshiki-kun merasa senang, maka aku baik-baik saja dengan
tidak bahagia. Jika dia bisa bersama dengan seseorang yang sangat dia sukai,
tertawa dan tersenyum, maka aku tidak punya masalah dengan itu. Aku
mungkin takkan pernah bertemu seseorang yang aku sukai sama seperti aku
menyukai Yoshiki-kun, tapi jika dia bahagia, maka aku akan baik-baik saja.
Aku akan hidup hanya dengan kenanganku tentang dirinya. Pergi ke sekolah
bersamanya, berpegangan tangan dengannya, dan bahkan
menciumnya. Pergi berbelanja dengannya dan menemui orang
tuanya. Semua itu sangat menyenangkan. Sungguh, itu semua sangat
menyenangkan ... Selama aku memiliki kenangan ini ... aku bisa hidup ......
“Hidup… aku tidak bisa ~. Aku sudah tidak bisa melanjutkan hidup seperti
ini~. "
Saat aku di tempat tidur, semua perasaan yang aku tahan, mulai
meledak. Sejumlah besar air mata mulai keluar.
"Tidak, aku tidak ingin putus ~ aku ingin selalu bersama selamanya."
Namun, ketika aku melihat Yoshiki-kun bersama dengan gadis itu, aku tidak
bisa memikirkan alasan bagiku untuk berada di sana. Aku pikir aku tidak
dibutuhkan.
“Aku ingin bersama. Aku sangat mencintaimu, jadi aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya ~ ”
"Yoshiki-kun juga mengatakan bahwa dia menyukaiku ... kenapa dia harus
bersama gadis lain ~?"
Aku mengerti bahwa apa yang aku katakan semakin bertambah egois, tapi
aku tidak bisa menahan diri.
"Uuuu ~ Yoshiki-ku ~ n ... Yoshiki-ku ~ n ... Aku ingin melihatmu ~ Aku ingin
kau peduli padaku ~"
Sebaliknya, aku akhirnya mengatakan kata-kata sedih sembari air mata
mengalir di wajahku.
Chapter – 35
Sekarang adalah hari terakhir liburan musim panas dan aku berada di
Mon Pet Kuwa, tempat dimana aku bekerja part-time.
Aku memiliki shift pendek hari ini dari pukul 12:00 siang sampai pukul
3:00 sore. Saat aku memasuki ruang istirahat, Echizen sudah memakai
seragamnya. Sepertinya hari ini juga, aku akan bersama Echizen. Selama 2
minggu terakhir, jumlah waktu ketika Echizen dan aku bersama-sama
menjadi berkurang, jadi rasanya sudah lama sejak ini terjadi.
Sejujurnya, aku tidak bisa berpikir lebih jauh dari ini. Pikiranku dipenuhi
dengan Mamiko. Aku benar-benar tidak merasakan motivasi untuk
melakukan apapun. Jadi, lega rasanya karena ini masih musim panas. Jika
waktu sekolah, aku merasa seperti berada di tingkat di mana aku harus
tidak datang ke sekolah.
"Haaa ~"
"Haa ~"
Aku menghela nafas lagi. Dengan perasaan murung itu, aku keluar dari
ruang ganti saat Echizen melihat ke arahku. Seolah-olah dia menatap
hatiku.
“Bukankah kau terlalu banyak menghela nafas? Ini sedikit tidak nyaman. "
"Ah maaf."
Yah, itu bukan hal yang baik untuk menghela nafas di depan orang
lain. Aku akan berhati-hati mulai sekarang.
Sudah waktunya untuk shift-ku, jadi aku mencoba menuju ke dalam cafe,
saat aku dipanggil Echizen, yang juga akan menuju ke dalam cafe.
"... Benarkah?"
"Beneran."
Echizen dan aku pergi ke dalam dan mengatur peralatan seperti yang
biasa kami lakukan. Kami berpencar untuk mengatur meja dan kursi
pelanggan. Lalu, setelah semua itu selesai, kami berakhir dengan banyak
waktu luang. Echizen dan aku berdiri sekitar 1 meter terpisah satu sama
lain.
Pada saat seperti ini, kita biasanya akan berbicara tentang Human Beast
Wars, tapi karena aku belum log-in baru-baru ini untuk event, jadi aku
tidak punya banyak hal untuk dibicarakan. Dengan demikian, terus seperti
ini dalam keheningan. Sebelumnya keheningan ini akan membuatku
merasa canggung, tapi sekarang, tidak begitu banyak. Yah, aku mungkin
tidak benar-benar ingin berbicara dengan siapa pun sekarang.
"Pasti ada yang salah, kau terlihat muram."
“Tidak, pasti ada yang aneh. Selain itu, kau mendesah. Pasti ada sesuatu
yang terjadi. "
"Itu bukan masalah besar. Aku hanya kehilangan dompetku, itu saja. ”
Aku memikirkan itu di dalam kepalaku, tapi mana mungkin aku bisa
mengatakan itu. Berpura-pura tidak menyadari bahwa dia menatapku, aku
terus memasang poker face saat aku terus melihat ke depan. Setelah itu,
aku terus merasakan tatapan tajam padaku sampai jam 3:00 sore saat
shift-ku berakhir.
Shift-ku berakhir dan aku pulang lebih awal dari biasanya. Seperti biasa,
kedua orang tuaku atau adik perempuanku tidak ada di rumah. Aku
langsung menuju ke kamarku, dan berbaring di tempat tidur. Untuk
menghabiskan waktu, ayo kita mainkan Human Beast Wars…
Sepertinya saat hanya ada Ryoma dan aku, dia selalu super ceria. Hanya
melalui layar, tapi aku merasa lebih energik. Itu karena ada seseorang
yang takkan berubah.
[Lama tidak bertemu. Maaf, aku belum bisa log-in baru-baru ini.]
[Tidak masalah!]
Itu semua yang Ryoma-san kirim. Ini mengejutkan sekali, aku pikir dia
akan bertanya apa alasannya ... Namun, aku hanya bisa memikirkan itu
untuk sesaat.
Pada awalnya, aku ingin berbohong padanya, tapi tidak ada alasan untuk
melakukan itu dengan Ryoma-san, kan? Karena ini adalah hubungan
dalam game, maka tidak ada masalah bahkan jika aku mengatakan yang
sebenarnya. Dia akan peduli tentang hal itu sampai ke titik tertentu, tapi
karena dia masih hanya teman dalam game, dia takkan terlalu peduli.
Aku menarik napas dalam-dalam saat aku mengetik huruf ke dalam kolom
chat.
[Aku putus dengan pacarku, kau tahu ... dan aku tidak dalam mood untuk
bermain karena terlalu syok.]
Setelah mengetiknya, aku sekali lagi menyadari bahwa aku telah putus
dengan Mamiko. Yah, tak ada yang bisa aku lakukan tentang itu
sekarang. Aku mengetuk tombol balasan dengan setenang mungkin.
Chapter – 36
Teman ...
Aku bergumam pada diriku sendiri saat berada di dalam kamarku. Aku tak
tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mengerti bagaimana aku
harus mengatasi perasaanku sendiri. Aku tidak pernah mengalami jatuh
cinta dengan seseorang sebelumnya, jadi aku tidak jelas tentang hal-hal
yang seperti ini. Haruskah aku terus mengejar cinta yang mustahil
ini? Haruskah aku menutup perasaan ini selamanya?
Kemungkinan besar, semua pilihan itu akan sulit bagi aku. Dalam hal ini,
aku ingin memilih pilihan yang takkan aku sesali, tapi pada akhirnya, aku
merasa seperti aku akan menyesalinya tak peduli pilihan mana yang aku
pilih, karena aku akan berakhir dengan mengidealkan pilihan yang tidak
aku buat.
Dia terus mendesah, dan rasanya seolah-olah dia jatuh ke dalam lubang di
suatu tempat. Aku menjadi sangat khawatir. Aku ingin orang yang aku
suka selalu bersemangat. Aku ingin dia terus tersenyum. Itu sebabnya aku
selalu bertanya padanya tentang hal itu, tetapi dia hanya memberiku
tanggapan biasa.
Semua yang dia katakan adalah kebohongan yang jelas bahkan aku sendiri
bisa menyadarinya. Dia berusaha menyembunyikan alasan
sebenarnya. Namun, jika Setsu-kun tidak mau mengatakannya maka tak
perlu baginya untuk memberitahuku. Aku merasa sedikit sedih, tapi aku
bukan pacarnya, lagipula, aku hanyalah seorang teman. Sambil
memikirkan hal ini, aku selalu mengawasi sosoknya.
Melihat lebih dekat, dia bukanlah lelaki tampan, tapi rambutnya diatur
dengan baik dan dia memiliki alis yang rapi. Perawatannya yang teliti
membuatnya terlihat keren. Seperti yang kuduga, aku ingin bersamanya ...
Aku akhirnya memikirkan itu, namun, pemikiran seperti itu membuatku
semakin menderita.
Biasanya, kami akan beristirahat bersama, jadi rasanya sedikit sepi, tapi
hari ini, mungin akan menjadi canggung jadi mungkin lebih baik seperti
ini. Aku duduk di kursi ruang istirahat dan melihat smartphone-ku.
Dia belum login baru-baru ini jadi aku berpikir dia mungkin sudah tidak
memainkannya sehingga aku merasa sedikit terkejut, tapi pada saat yang
sama, aku merasa lega. Dengan begini, aku bisa berbicara dengan Setsu-
kun tentang Human Beast Wars sambil bisa berbicara dengannya di game
juga. Aku merasa sedikit senang dan mengirim pesan kepada Yosshii-
san. Ketika aku melakukan itu, balasan segera datang.
Aku hanya melakukan sapaan dasar sejauh ini, tapi sepertinya kita bisa
memiliki percakapan yang menyenangkan seperti sebelumnya jadi aku
menjadi lebih senang. Namun, aku lupa apa yang harus aku sampaikan
kepadanya. Ini hanya intuisiku, tapi aku merasa alasan kenapa Setsu-kun
tidak bersemangat hari ini, dan alasan dia jarang log-in, mungkin adalah
alasan yang sama. Dia tak tahu bahwa aku adalah teman dalam game-nya,
jadi aku ragu karena aku merasa seperti aku menipunya.
Meski begitu, aku khawatir padanya. Aku merasa khawatir tentang hal-hal
yang orang yang aku suka khawatirkan. Aku mungkin dibenci oleh Setsu-
kun jika dia tahu tentang hal ini, tapi aku mengumpulkan keberanian dan
memutuskan untuk menanyakan alasannya. Kemudian, balasan darinya
datang.
[Kau tahu, aku putus dengan pacarku ... dan aku sedang tidak mood untuk
bermain karena syok.]
Itulah isi balasan darinya. Melihat kata-kata itu, aku langsung tertegun
kaku.
Aku pikir karena dia sudah punya pacar, aku tak pernah memiliki
kesempatan untuk mendekatinya.
Aku pikir bahwa aku tak pernah bisa membuatnya berbalik dan menatap
diriku.
Namun, pemikiran seperti itu kini telah hancur. Ah, aku masih memiliki
harapan .....
****
Karena aku berpikir bahwa tinggal di rumah sepanjang hari karena aku
tak bekerja sangat tidak sehat, aku memutuskan untuk pergi ke toko
buku. Hari ini, manga baru yang aku nantikan akan dirilis.
Aku turun dari stasiun sebelum stasiun SMA Touyama tempat dimana aku
biasanya turun. Setelah berjalan sekitar 10 menit, aku sampai di toko
buku. sekarang adalah hari terakhir liburan musim panas, tapi karena ini
adalah hari kerja, tidak ada banyak orang di dalam.
Setelah itu, aku menuju ke area light novel. Di seluruh toko buku, semua
light novel ditempatkan di area ini. Yah, karena mereka adalah light novel,
tidak bisa dipungkiri bahwa mereka diperlakukan dengan cara seperti
ini. Hanya ada pembeli tertentu yang ingin membacanya.
Aku bahkan tidak melihat rilisan baru dari karya yang aku suka ... Merasa
sedikit tidak puas, aku melangkahkan kakiku ke area manga. Aku biasanya
hanya memilih beberapa karya spesifik ketika membeli manga, tapi
terkadang aku suka membeli yang menarik untuk dilihat. Namun, karena
aku selesai membaca manga dengan sangat cepat, tidak ada perasaan yang
menarik, jadi jika aku harus memilih yang aku sukai, in pasti novel.
"Eh ..."
Saat aku lewat, aku lupa untuk terus berjalan dan akhirnya menatap
pemandangan yang mengejutkan itu. Aku belum pernah melihat belanja
impulsif seperti itu sebelumnya. Lalu, pelanggan itu menyadari
keberadaanku di belakangnya, dan berbalik menghadapku. Begitu ia
melakukannya, aku terkejut untuk kedua kalinya hari ini. Pelanggan ini
memiliki tampang yang pernah aku lihat sebelumnya, dengan rambut
pirang yang juga pernah aku lihat sebelumnya.
Situasi yang sama terjadi sebelum beberapa hari yang lalu, tapi pelanggan
ini adalah gadis pirang yang sangat kukenal. Ia adalah Echizen.
Chapter – 37
Saat aku menyadari bahwa dia adalah Echizen, nampaknya dia juga
menyadariku saat dia dengan cepat membalikkan punggungnya.
"Ke-Kenapa ...?"
Yah, itulah yang ingin aku ketahui juga. Echizen memiliki citra seorang
siswa teladan, jadi aku tak berpikir bahwa dia akan menjadi tipe orang
yang membaca hal-hal seperti manga. Kurasa dia memainkan Human
Beast Wars, jadi itu tidak terlalu aneh….... Tapi tetap, secara spontan
membeli begitu banyak masih sangat tak terduga.
"Tidak, maksudku, aku datang untuk membeli manga, kau datang untuk
itu juga ‘kan, Echizen?"
“Tidak perlu merasa malu, ‘kan? Itu wajar bagi para gadis untuk membaca
manga juga. ”
"Be-Benarkah?"
"Ah, oke."
Aku pikir, aku mendengar dia mengatakan sesuatu dengan suara yang
kecil tapi tampaknya itu hanya imajinasiku saja. Kemudian, kami berdua
terdiam. Kemungkinan besar, Echizen tidak ingin aku melihatnya seperti
ini, jika aku ada di sini, aku akan merasakan hal yang sama. Karena itu,
suasana menjadi keheningan yang canggung. Tidak dapat menahannya,
aku berinisiatif berbicara.
"T-tunggu!"
"Apa "
“Tolong tunggu sebentar lagi. Ha-Hari ini, apa kau sedang bebas? ”
"Ayo pergi."
Aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi itu semua sia-sia. Pada akhirnya,
aku menyerah pada dorongan Echizen, dan memutuskan untuk pergi
dengan Echizen ke restoran keluarga.
Sungguh, ketika mengenai hal seperti ini, aku ini mengerikan. Aku lemah
terhadap dorongan dan dengan cepat menyerah pada orang lain. Karena
aku seperti ini, itu wajar bagiku untuk terguncang. Sambil melihat menu
restoran keluarga, aku jatuh ke dalam depresi diri.
"Yeah."
"Apa?"
"Burger lada."
Akan terasa aneh jika tidak mengatakan apapun jadi aku mencoba untuk
memulai percakapan. Aku ingin tahu mengapa Echizen membaca manga.
"Jika kau bilang begitu, maka rasanya cukup mengejutkan juga karena kau
membaca manga."
"... Seperti yang kuduga, aku yang membaca sesuatu seperti ini terlihat
aneh, ‘kan?"
“Tidak, bukan seperti itu. Sebaliknya, aku sedikit senang. Aku juga suka
manga. ”
"…Yeah."
Apa dia beneran.. ... Tetap saja, kukira aku akhirnya berada di jalan itu
sehingga aku merasa bersalah.
"Bila seperti itu, jika kau membeli yang bekas dari internet, harganya akan
lebih murah."
"... Umm, jadi, alasan Echizen bekerja part-time, adalah agar kau bisa
membeli manga ...?"
“Tidak aneh sama sekali. Setiap orang memiliki satu atau dua hobi mereka
sendiri, itu benar-benar normal. ”
Saat aku berkata begitu, Echizen membuat ekspresi senang. Dan dengan
ekspresi itu, dia terus menatapku.
"A-apa?"
“Manga yang kau suka, apa kau tak keberatan mengatakannya padaku?”
"... Aku tak keberatan sih, tapi semuanya ditargetkan untuk lelaki."
"Tak apa-apa. Aku ingin tahu hal yang kau sukai. ”
"..."
"..."
“Terima kasih sudah menunggu ~. Burger lada dan doria keju. Ini masih
panas jadi harap berhati-hati. ”
Setelah itu, Echizen dan aku terus makan dengan diam dan dengan cepat
berpisah.
Catatan TL:
1. Doria adalah hidangan yang terdiri dari nasi dan keju dan kemudian
dipanggang. seperti ini:
Chapter – 38
Liburan musim panas telah berakhir dan semester baru akan dimulai hari
ini.
... Aku tidak ingin pergi ke sekolah. Pemikiran itu terus mengalir di
kepalaku saat aku berbaring di tempat tidurku, tapi aku bukanlah seorang
siswa yang tidak sekolah tanpa alasan apa pun. Dengan perasaan yang
begitu rumit, aku membawa sepedaku ke stasiun.
Ketika aku tiba di stasiun, ini seperti biasanya. Karena sekarang adalah
upacara pembukaan untuk banyak sekolah, ada lebih banyak orang, tapi
selain itu, orang-orang yang aku lihat di sana adalah mereka yang
biasanya aku lihat setiap hari. Aku pergi ke gerbong kedua seperti
biasanya, tetapi kemudian aku ingat bahwa jika aku naik ke gerbong
kedua seperti biasanya, aku akan bertemu Mamiko lagi. Ya, aku pasti akan
menemuinya. Setidaknya aku ingin menghindari itu. Ini akan menjadi
canggung bagi kita berdua.
"Ah…"
Lalu, apa boleh buat. Hanya ada ruang di dekat Mamiko. Aku perlahan
berjalan sekitar tiga meter jauhnya dari Mamiko dan meletakkan
tanganku di pegangan. Mamiko juga akhirnya memperhatikanku dan
mengeluarkan suara gelisah "Eh ..." tapi aku mengabaikannya. Mau
bagaimana lagi, tidak ada tempat lain untuk berdiri selain di sini. Saat aku
terus mengatakan itu, aku melirik Mamiko dari sudut mataku.
"!!"
"!!"
Jarak antara Mamiko dan diriku sekitar 3 meter. Itu lebih jauh dari jarak
nol diantara kita yang pernah kami miliki sebelum liburan musim panas,
tapi entah bagaimana rasanya aku masih pergi bersama dengannya sama
seperti sebelumnya. Karena itulah, senyum kecil muncul di wajahku.
Kemudian, aku akhirnya berpikir kembali. Aku ingin lebih dekat. Saat aku
berpikir begitu, aku sangat ingin bersama dengan Mamiko.
Saat aku tiba di sekolah, di dalam kelas sedikit lebih berisik daripada
biasanya. Di sana, seperti biasa, teman dekatku Sagami adalah orang
pertama yang berbicara denganku di pagi hari.
“Dan, seberapa jauh kamu pergi dengan Kii-san? Mungkin kau sudah
melakukan beberapa hal… seperti hal ini atau hal itu? ”
“Kami tidak melakukan apapun. Lebih penting lagi, kami sudah putus. ”
"..."
“Tentu saja seperti itu. Kau dan Kii-san tidak pernah cocok. Untuk
menghiburmu, ayo pergi bermain bowling !! ”
"Maaf. Ada yang harus aku lakukan hari ini jadi aku tidak bisa pergi. ”
“Begitu ya. Aku mengerti, kita bisa mencoba lagi lain waktu. ”
Karena ada upacara pembukaan hari ini, waktu sekolah berakhir dengan
cepat. Sepulang sekolah, Sagami dan beberapa orang lain mengundangku
untuk nongkrong, tetapi aku menolak ajakan mereka. Itu karena ayahku
memanggilku hari ini. Dia mungkin akan bertanya padaku tentang
manganya lagi.
Karena aku suka berbicara tentang hal-hal seperti itu, aku benar-benar
menantikannya. Aku meninggalkan ruang kelas dengan suasana hati yang
cerah. Namun, pada waktu itu, aku melihat Mamiko berbicara dengan
siswa laki-laki lain, jadi hatiku sedikit terluka.
Saat aku tiba di tempat kerja, ayahku sedang bekerja di tempat biasanya di
sofa, dengan seorang wanita mengenakan kacamata dan jas. Ini pertama
kalinya aku melihatnya, namun dia wanita yang cukup cantik.
"Dan, orang ini adalah orang yang bertanggung jawab padaku, Itou."
"Terima kasih."
Eh, untuk apa dia berterima kasih? Pertanyaan itu muncul di benakku, tapi
aku tidak mengatakan apapun. Lagi pula, tidak sopan untuk terus bertanya
kepada seseorang yang baru saja kau temui untuk pertama kalinya. Hanya
seperti itu, salamku kepada Itou-san berakhir dan aku menghadap ke
ayahku.
“Lalu, apa yang akan dilakukan hari ini? Apa Ayah mengalami stuck lagi? "
"Eh, benarkah?"
Aku sekali lagi menghadap ke arah Itou-san. Dia tersenyum lembut saat
dia melambaikan tangannya padaku. Itou-san bertanggung jawab atas
ayahku, ‘kan? Mengapa orang seperti itu tertarik padaku? Selagi aku
memikirkan itu, Itou-san bergerak sedikit lebih dekat ke arahku.
Dia terus tersenyum kecil. Entah mengapa, itu sedikit
menakutkan. Mungkin, dia akan membuatku melakukan sesuatu yang
aneh. Eh, menakutkan sekali, apa ini, apa yang harus aku lakukan? Sambil
merasa tidak nyaman seperti ini, Itou-san terus bergerak ke
arahku. Kemudian dia berhenti bergerak sejauh satu meter dariku.
...
"Naaniiiiii!?"
Momen ini mungkin yang kedua, mungkin bahkan pertama, hal paling
mengejutkan yang pernah terjadi padaku.
Chapter – 39
"Novel online."
“Yah, itu rumit. Ke titik di mana tidak mungkin untuk menilai apakah itu
menarik atau tidak. ”
"Bagaimana?"
"Be-Benarkah!"
*****
Aku sangat tertegun, dan tanpa sadar bernapas dengan cepat. Meski
begitu, ekspresi Itou-san tidak berubah.
"Ehh ..."
"Eeehhhh ..."
"..."
Ini buruk, dia mengatakan sesuatu yang membuatku sangat senang. Tidak,
tidak, jangan mudah terpengaruh. Masih ada banyak tempat yang perlu
aku tingkatkan.
Itu benar, cerita fantasi yang aku tulis selama musim panas tidak begitu
populer. Aku menyelesaikannya selama istirahat dengan memperbarui
setiap hari, tetapi pada akhirnya, jumlah bookmark hanya mencapai
ribuan. Ratingnya bahkan tidak setinggi itu. Tidak mungkin bagi seorang
profesional untuk menemukan bakat dalam pekerjaan seperti itu.
“Tapi, bukan itu yang seharusnya menarik dalam cerita tertulis. Mana
mungkin itu bisa bagus dalam manga. ”
"Eh?"
“Selain itu, kemampuan menulismu tidak luar biasa, dan kau tidak bisa
benar-benar mengekspresikan apa yang kau inginkan dengan sangat
baik. Namun, jika kau bisa menggambarnya dengan baik, aku yakin itu
pasti akan sangat menarik. ”
"Be-Begitu..."
"Umm, apa aku bisa menggambar dengan benar apa yang kuinginkan?"
“Disini. Lihatlah iPad ini. Ini memiliki banyak manga yang berbeda, dan
artikel tentang cara menggambar dengan benar. Silahkan baca mereka. ”
“Ah iya…”
“Juga, yang di sini adalah nomer kontakku. Silahkan hubungi aku jika kau
memiliki masalah. ”
“Y-ya. Mengerti. “
Sungguh, ini terasa tidak nyata. Apa yang harus aku lakukan tentang
ini? Dengan sedikit 220panik, aku berbalik menghadap ayahku yang
sedang menggambar manga di atas mejanya. Lalu, dia tersenyum saat dia
menatapku.
“Lakukan yang terbaik, Yoshiki.”
Ada nada yang sedikit bahagia dan menggoda dalam kata-kata itu. Menjadi
agak terganggu oleh ayahku, aku bergumam, “Aku pergi”, dan
meninggalkan tempat kerja.
****
Aku tidak menyangka itu adalah Itou-san. Tidak tunggu dulu, mengapa dia
tahu nomorku?
Dasar ayah, ada sesuatu yang disebut privasi, kau tahu? kalau itu Itou-san
dia mungkin tidak bermaksud buruk, kurasa tidak apa-apa.
“Aku lupa mengatakannya hari ini, tapi aku ingin bertemu denganmu
sebentar. Apa kita bisa bertemu setelah sekolah pada hari Jumat? Kau bisa
memutuskan lokasinya. ”
“Ah, kau bekerja part-time. Apakah kau memiliki sesuatu yang kau
inginkan? ”
"Bukan seperti itu, aku tidak memiliki apapun yang aku inginkan, tapi ...
aku berpikir hanya ingin mencobanya."
"Kedengarannya bagus. Kemudian, Sabtu ini, untuk lokasi ... di mana kau
akan menyukainya? ”
“Y-ya, ayo lakukan itu. Terima kasih sudah bekerja sampai larut malam. ”
Tapi, sudah lewat jam sepuluh malam. Memulai pekerjaan dari sekarang,
berapa lama hingga editor ini akan terus bekerja? Aku tidur sambil
bersimpati dengan Itou-san.
Chapter – 40
Pada hari Sabtu, kubawa diriku ke tempat kerja ayahku, tempat dimana
kupilih sebagai lokasi pertemuan dengan Itou-san. Ayahku menggerakkan
pulpennya dengan penuh semangat seperti biasanya, jadi aku diam-diam
menjauh agar tidak mengganggunya sambil membaca manga sendiri.
Ketika aku melihat dia seperti itu, aku akhirnya merasakan banyak
kesalahan. Melihat seseorang yang sangat fokus pada pekerjaan, aku
benar-benar ingin memukul diriku dari sebelumnya.
"Gu ~"
Dia dengan cepat menanggapi usulanku. Itu yang dia katakan, tapi dia
pasti sedang lapar. Aku merasa tidak enak jika akhirnya kita melakukan
pertemuan seperti ini.
"..."
Saat aku terus bersikeras, Itou-san tampak seolah-olah dia tidak ingin aku
terus membicarakannya. Kurasa dia peduli tentang itu ... Yah, tentu saja
begitu. Aku tidak ingin orang lain mendengar perutku mengeluarkan
suara seperti itu.
Akan sangat buruk jika dia menjadi lebih lapar. Bagaimanapun, aku akan
terganggu jika Itou-san kehilangan konsentrasi karena rasa laparnya.
“Umm, aku juga lapar jadi apa tak masalah kalau kita ganti lokasi?”
****
Satu jam telah berlalu sejak kami pindah ke restoran keluarga. Ada
sejumlah besar hidangan yang tersisa di meja, yang mana sebagian besar
berisi makanan yang dimakan oleh Itou-san.
Sebelum datang ke sini dia berkata, “Aku tidak terlalu lapar”, tapi ketika
dia pertama memesan, dia memilih nanban teishoku, steak, dan pasta
daging. Aku terheran kemana kata-katanya tadi yang katanya tidak terlalu
lapar.
"Eh?"
Lalu, Itou-san menyemburkan kata-kata itu. Kurasa itu, dia tidak ingin
orang lain tahu bahwa dia memakan semua makanan ini sendiri. Yah,
karena dia perempuan.
Sampai saat ini kami hanya makan siang, tetapi sekarang "rapat" akan
dimulai, rasa gugup mulai menjalari tubuhku. Dalam upaya untuk
membebaskan diri, aku meregangkan punggungku.
“Ah, tak apa-apa kok. Jangan terlalu dipikirkan. Ini hanya pertemuan
kecil. ”
"Aku juga menanyakan ini kemarin, tapi kau bersedia membuat manga
yang baru dan asli, benar?"
“Te-Tentu saja. Kupikir akan ada banyak hal yang tidak bisa aku lakukan,
tapi aku akan mencoba yang terbaik. ”
"Bagus sekali."
"!!"
"Aku berharap banyak darimu, tapi aku masih belum memutuskan untuk
memberimu tempat itu."
“Itu karena kau seorang kandidat. Jika kau akhirnya menulis sesuatu yang
menarik, aku akan memasukkannya ke majalah ini. Di sisi lain, jika itu
membosankan, debutmu akan tertunda sampai waktu yang belum
ditentukan. ”
"Tidak ada banyak waktu, jadi dalam seminggu, aku ingin 45 halaman
tidak peduli seberapa buruk gambarnya, semua dalam panel yang tepat
juga."
Meskipun aku benar-benar baru dalam hal ini, dan aku bahkan tidak tahu
cara menggambar dengan benar ... Membuat panel, belum lagi
menggambar gambar itu sendiri, tampaknya terlalu sulit.
"Aku tahu itu. tapi, jika kau tidak melakukan ini, kau tidak bisa melakukan
debut. Apa kau bisa melakukannya?"
Aku tidak tahu apa aku bisa menggambarnya. Aku mungkin berakhir
menciptakan karya yang begitu membosankan bahkan akan mengejutkan
diriku sendiri.
Kecemasan seperti itu mengambil alih kepalaku untuk sesaat, tapi hal itu
dengan cepat menghilang. Aku mungkin tidak bisa melakukannya, tetapi
aku hanya bisa menghadapi tantangan ini.
“Aku bisa melakukan itu. Aku akan menggambar sesuatu yang sangat
menarik sebelum minggu depan. ”
****
Kemudian.
Pada saat itu, aku tanpa sadar mengeluarkan teriakan sukacita. Maksudku,
itu tidak bisa dihindari. Karyaku akan dipublikasikan di majalah, mana
mungkin aku tidak akan senang.
"Ya. Ini jauh lebih sibuk daripada pekerjaan normal lainnya. Ada hari di
mana aku bekerja lebih dari 12 jam. ”
"Yah, ada beberapa orang yang mengatakan menjadi editor itu cukup sulit,
tapi aku tidak berpikir begitu."
“Maa ~ kau tak perlu membuat wajah seperti itu. Hanya saja aku sangat
menyukai pekerjaanku. Aku merasa ini pengalaman yang sangat berharga.
”
Itu benar, jika orang itu sangat menyukai manga, bahkan bekerja 12 jam
akan baik-baik saja ... atau tidak. 12 jam masih terlalu sulit. Semua Editor
pasti hanyalah kumpulan orang-orang aneh.
“Selain itu, si penulis berkali-kali lebih sibuk daripada kami, editor. Tidak
mungkin kita bisa mengeluh karena sibuk. ”
"Itu benar, ayahku sendiri memang benar-benar sibuk."
“Fuu, jangan bertindak seperti itu adalah masalah orang lain. Kau sendiri
bukan pengecualian, tahu? ”
"Eh?"
“Itu sebabnya, kau tidak seharusnya berpikir bahwa kau cukup bebas
untuk tetap bekerja part-time. Kau bisa mendapat penghasilan dari
mangamu, jadi kurasa kau tidak perlu memaksakannya. ”
Keluar dari pekerjaan part-time ... Aku tak pernah memikirkannya, tapi
jika aku akan menggambar manga, itu benar bahwa aku tidak memiliki
banyak waktu luang. Selain itu, aku mungkin mendapat pemasukan yang
stabil. Karena tidak banyak pelanggan yang datang ke tempatku bekerja,
mereka mungkin tidak terlalu dirugikan ... Aku mungkin tidak bisa melihat
si Owner atau Echizen lagi, namun sekarang, aku ingin melakukan yang
terbaik pada mangaku.
“Kalau dipikir-pikir, itu benar. Kukira aku akan berhenti dengan pekerjaan
part-time-ku. "
“Eh, apa itu baik-baik saja? Aku memang menyarankanmu tapi bukannya
itu terlalu buruk jika kau mendadak berhenti?. ”
“Tidak juga, tempatku bekerja adalah kafe di mana tidak ada banyak
pelanggan yang datang. Jika aku berhenti mungkin tak terlalu bermasalah.
”
“Kalau memang begitu, kurasa tak apa-apa. Jika kau berhenti bekerja, Kau
bisa berkonsentrasi pada manga milikmu. "
"Ya, aku pasti akan menggambar sesuatu yang menarik, dan menarik
perhatian para pembaca."
"..."
"..."
****
Waktu pun berlalu tanpa aku sadari dan setengah dari bulan September
telah terlewati. Menderita karena panasnya terik matahari, aku menuju ke
tempat kerjaku di Mon Pet Kuwa seperti biasa.
Ini adalah pertama kalinya aku mulai bekerja sejak aku memutuskan
untuk berhenti bekerja, dalam rangka untuk fokus mengerjakan
mangaku. Aku harus memberitahu Owner sekarang mengenai niatku
untuk berhenti dalam dua minggu ke depan. Untuk alasan itu, sangat
penting bahwa aku pergi lebih awal.
Sambil memikirkan hal seperti itu, aku pergi ke dalam cafe. Saat aku baru
masuk, aku melihat Owner berada di sana, melayani pelanggan tidak
seperti biasanya. Ini "tidak seperti biasanya", mengacu pada fakta bahwa
Owner melayani dan ada pelanggan. Segera setelah Owner selesai
melayani pelanggan, dia kembali ke arahku.
"Terima kasih atas kerja anda. Aku melihat ada pelanggan datang hari ini.
”
Tidak, anda tidak perlu terkejut tentang itu. Aku menelan kata-kata itu
dan terus berbicara.
“Kemudian, Owner. Aku punya sesuatu yang ingin aku bicarakan, apa
sekarang tak apa-apa? ”
Bahkan jika ada pelanggan, di dalam café hanya ada satu grup, jadi tidak
ada banyak pekerjaan. Dengan demikian, aku hanya berdiri di sana sambil
melamun.
"... Ke-kencan."
"Eh?"
Nah, Kenji bilang bahwa ini kencan tapi aku merasa kalau Echizen tak
berpikiran sama. Dia benar-benar memiliki ekspresi terkejut di
wajahnya. Ketika Kenji mengatakan bahwa ini adalah "kencan" aku
berpikir bahwa mereka mungkin sedang berpacaran, tetapi tampaknya
bukan itu yang terjadi.
Tetap saja, tidak perlu menunjukkannya secara khusus. Bukan berarti kau
harus menjalin hubungan untuk bisa pergi "kencan" bersama.
Namun, Echizen, yang tidak memikirkan "kencan" dengan cara lain selain
satu dengan makna khusus, untuk beberapa alasan, menghadapiku dan
dengan jelas menyangkal hal itu.
“Tidak, maksudku meski itu kencan, kau bisa pergi dengan teman,
kan? Benar seperti itu, ‘kan Kenji? ”
Ditolak begitu jelas, Kenji terlihat sedih, jadi aku memutuskan untuk
mendukungnya. Ketika aku melakukan itu, dia segera mengerti.
"Jadi begitu ya,..."
"… Ah…"
"Ya."
“Tetap saja, sepertinya agak canggung. Aku ingin tahu apakah dia bisa
berbicara dengan benar. ”
“Tidak perlu khawatir tentang itu kan? Dia bukan anak kecil lagi. ”
Aku mundur sedikit dari Owner yang sedang memutar tubuhnya karena
khawatir di usia tuanya saat aku mencoba mengubah topik.
"Yang lebih penting lagi, apa sekarang tak masalah kalau aku
membicarakan masalah tadi?"
Kashan.
Saat aku memberitahu Owner niatku untuk berhenti, suara dari sendok
jatuh terdengar. Ketika aku melihat ke arah suara itu, tidak ada seorang
pun di sana.
Jika aku melihat dirinya selama kegiatan klub, aku mencoba bertingkah
keren daripada sesuatu yang normal. Jika mata kami bertemu, aku akan
berkhayal, dan aku akan merenungkannya tanpa aku sadari.
Aku merasa seperti anak SMP, tapi aku senang. Aku tak pernah mengalami
seperti ini sebelumnya.
****
Saat ini pukul 10 pagi di akhir pekan pada paruh terakhir bulan
September, ketika irama akhir liburan musim panas kembali lagi. Aku,
Kenji Kawachi, telah menunggu Echizen-san tercintaku di stasiun Toyama.
"Oke!"
“Aku tak percaya kau memenangkan tiket ini! Kau cukup beruntung, ya? "
Hubungan kita bahkan tidak sehebat itu. Kami berdua pergi ke sesi
informasi sekolah bersama, tapi kami bahkan jarang berbicara di sekolah
setelah itu. Ini hanya cinta pada pandangan pertama, dan aku cukup puas
dengan itu. Karena itu, dia memulai pembicaraan itu membuatku gembira.
Aku mencoba untuk menutup semua perasaan itu, dan ketika aku
melakukannya, aku dengan tenang membuka mulutku.
Ya, alasan aku menonton film hari ini dengan Echizen-san ialah karena
aku, atau lebih tepatnya ibuku, memenangkan beberapa tiket
film. Sejujurnya, aku tidak tertarik dengan filmnya, tapi aku mendengar
rumor bahwa Echizen-san ingin melihatnya dan memutuskan untuk
bertanya padanya, dan di sinilah kami sekarang.
Saat dia berkata, “Oke,” aku tak peduli jika aku meninggal saat itu juga, aku
sangat senang sekali. Temanku bilang bahwa terlalu bersemangat sampai
membuatnya merasa jengkel, itulah betapa aku tidak bisa diam tentang
dirinya. Sebenarnya, aku masih sangat senang sekali, aku bisa mati saat
itu.
"Ah-"
“Hm? Kawachi-kun, ada apa? ”
Aku melirik ke arahnya, tapi tentu saja, itu curang. Dia selalu begitu
tenang dan bermartabat, tetapi ketika Echizen-san menngeluarkan
senyum kekanak-kanakan itu, itu sangat manis sekali! Anehnya – tidak, itu
karena senyum itu – aku sedikit bingung, tapi aku entah bagaimana tetap
tenang dan akhirnya kami tiba di bioskop tanpa insiden.
*****
Dan setelah sekitar 130 menit dari film Sci-Fi yang kami tonton, kami
kembali di depan stasiun. Saat ini masih sekitar jam 1 siang, dan aku
merasa kalau pulang sekarang masih terlalu awal.
"..."
“Nah, mengapa kita tidak nongkrong sedikit lagi? Maksudku, jika kau
sedang sibuk, aku mengerti, tapi ... ”
Dia berpikir sedikit ketika aku menggumamkan itu. Dan setelah beberapa
saat, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya.
"Kamu benar. Aku tidak sibuk, jadi ayo kita nongkrong sedikit lagi! ”
"Baiklah!"
Aku menggenggam tanganku dengan senang. Tapi, apa yang harus kita
lakukan sekarang? Aku memikirkan sebentar. Aku tidak tahu apa yang
harus dilakukan ... Pada saat itu, dia berbicara.
"..."
Ehh, apa yang harus kita lakukan? Sesuatu yang bisa kita lakukan bersama
pasti terasa hebat, tapi aku tidak bisa memikirkan apapun! Aku benar-
benar bodoh! Meratapi kebodohanku sendiri, aku putus asa melihat ke
sekeliling. Pasti ada di suatu tempat, tempat kita bisa bersenang-senang
bersama ...
Ah, aku baru saja ingat! Bukankah temanku bilang ada kafe yang bagus di
dekat sini? Aku tidak tahu di mana letaknya, tapi mengapa kita tidak pergi
ke sana? Jika aku tidak salah, namanya ...
****
Ketika aku berada di dekat dapur untuk mengambil garpu dan sumpit, aku
mendengar kata-kata itu dari Setsu-kun. Aku sangat terkejut, sampai aku
menjatuhkan garpu di tanganku, tetapi tampaknya mereka tidak
menyadarinya.
Aku menjauh dari mereka dan sedikit lega. Maksudku, aku berpikir tak
terlalu penting jika mereka menemukanku, tapi jika aku adalah Setsu-kun,
aku tidak ingin ada orang yang menguping. Jadi, aku ingin menghindari itu
jika aku bisa. Tapi meski ingin cepat kembali ke tempat dudukku, kakiku
masih melekat ke lantai. Setsu-kun benar-benar selalu ada di
pikiranku. Apakah dia benar-benar akan berhenti dari pekerjaannya? Aku
jadi kepikiran terus.
"Berhenti? Mengapa?"
Saat aku berdiri di sana, Owner berbicara dengan nada suara yang sama
seperti yang selalu dia miliki.
“Hmph! Dan kau tidak bisa bekerja di sini pada saat yang sama? ”
"Begitu ya. Yah, jika itu masalahnya, tidak ada yang bisa aku lakukan. Ini
bukan seperti kita kekurangan orang atau apapun ... ”
“Tentu saja. Nah, pertahankan ini selama dua minggu terakhir, oke? ”
Tidak! Aku tidak ingin Setsu-kun berhenti dari pekerjaannya! Ada banyak
hal yang belum bisa kukatakan padanya. Aku masih ingin bekerja
dengannya. Aku mencoba mengungkapkan keinginan itu kepadanya,
tetapi kurasa aku tidak bisa mengatakan sesuatu seperti itu di wajahnya
sekarang.
Tanpa aku sadari, aku sudah berada di luar Mon Pet Kuwa, berjalan
bersama Kawachi-kun di atas trotoar.
“Meski begitu, aku cukup terkejut. Aku tak pernah mengira Setsu akan
bekerja part-time ... Lain kali, aku akan minta dia mentraktirku sesuatu. ”
Dia mengatakan itu sembari berjalan sedikit di depanku. Itu mungkin tak
terduga untuk Kawachi-kun, tapi bagiku, itu adalah sesuatu yang sudah
menjadi bagian dari keseharianku. Memang belum cukup setahun, tapi
menjadi rekan kerja Setsu-kun adalah sesuatu yang sudah aku terima
begitu saja dan aku tak pernah berpikir tentang perubahan itu.
Kemungkinan besar, jika itu adalah aku dari beberapa bulan yang lalu, aku
takkan memikirkan hal ini, tapi sekarang sudah berbeda. Saat ini aku jelas
memiliki perasaan khusus pada Setsu-kun. Itu sebabnya tidak mungkin
aku bisa mengambil ini dengan mudah. Aku terus tenggelam dalam
pikiranku sambil memikirkan Setsu-kun sejak terakhir kali Kawachi-kun
berbicara.
"Aku mengerti ... Lalu, sebelum kita kembali, ada tempat yang ingin aku
kunjungi, apa kau tak keberatan?"
"Ya."
Karena ada tempat yang ingin dia datangi, setelah tertawa ringan,
Kawachi-kun mulai berjalan sedikit di depanku lagi. Setelah itu, aku
akhirnya mengikuti di belakangnya.
*****
Aku terus berpikir saat kami terus berjalan sampai kami mencapai
taman. Pada saat itu, pemandangan yang terpapar di hadapanku
membuatku ingin menahan nafasku sendiri. Pemandangan di depanku
dipenuhi dengan warna merah dari daun musim gugur yang menari di
udara. Itu adalah pemandangan fantastis yang belum pernah aku lihat
sebelumnya, membuatku berpikir bahwa itu terlihat sangat
indah. Sementara mataku tercuri oleh pemandangan menakjubkan yang
terjadi, Kawachi-kun mendekatiku dan membuka mulutnya dengan
lembut.
"Yeah, ini…"
“Tempat ini cukup bagus. Aku tidak tahu banyak tentang itu, tapi aku
sangat menyukainya. ”
Aku sangat setuju dengan kata-katanya. Aku juga sangat menyukai tempat
ini. Ini pertama kalinya aku begitu terharu seperti ini.
"Iya. ‘kan? Dan yah, ada sesuatu yang ingin aku katakan di sini ... ”
Aku bilang begitu sambil aku menoleh ke arah Kawachi-kun yang terlihat
gugup. Sepertinya dia telah memutuskan untuk sesuatu saat dia menatap
lurus ke arahku.
Kemudian.
Hanya mengatakan itu maka semuanya selesai. Sejauh ini, ketika aku
mendapat pengakuan, aku selalu berakhir dengan memberikan respon
yang tidak berperasaan seperti itu. Kali ini juga ...
Atau itulah yang aku pikirkan, tetapi entah kenapa, kata-kata itu tidak bisa
keluar dari mulutku. Aku hanya perlu menolak seperti biasanya, tapi
mulutku tetap tertutup. Sebaliknya, "air mata"-lah yang keluar. Aku, orang
yang mendapat pengakuann, menangis.
Mungkin karena aku tahu bagaimana rasanya sekarang. Jatuh cinta pada
seseorang, dan kemudian mungkin orang itu menolakmu, itu adalah
sesuatu yang aku ketahui dengan sangat baik. Aku memikirkan penyesalan
dan kesedihan yang akan aku rasakan.
Dan sekarang, Kawachi-kun akan merasakan rasa sakit ini. Karena aku
akan membuatnya merasa seperti itu, aku akhirnya menangis karena aku
sangat menyesal. Karena itu, aku berpikir itu akan baik-baik saja jika aku
berpacaran dengannya, tapi seperti yang aku pikirkan, aku sangat
menyukai Setsu-kun terlalu banyak. Aku tidak bisa berpacaran dengan
Kawachi-kun sekarang.
"..."
Setelah shift-ku berakhir, aku duduk di bangku dekat stasiun kereta lokal
sembari memikirkan hal lain. Karena ini Owner yang kita bicarakan,
kupikir dia akan berkata, "Tolong jangan berhenti", tetapi tanggapannya
tak terduga mudah sekali. Entah bagaimana, rasanya dia tidak tertarik ...
Lebih penting lagi, Kenji dan Echizen sedang berkencan. Aku tak tahu
mengapa mereka datang ke Mon Pet Kuwa, tapi dari bagaimana aku
melihatnya, aku tidak bisa melihat mereka bertingkah seperti
pasangan. Yah, Echizen mungkin tidak melihatnya sebagai hal lain selain
jalan-jalan dengan seorang teman.
Namun, bagi Kenji, itu mungkin kemajuan yang sangat bagus. Dia tak
pernah bisa melakukan hal seperti ini dengan Echizen sebelumnya, dan
selain itu, Echizen tampaknya tidak terlalu menentang berada di
dekatnya. Biasanya, tidak ada seorang pun akan bertemu sendiri dengan
seseorang yang mereka benci di akhir pekan. Dengan kata lain, kesan
Echizen tentang Kenji tidak terlihat buruk. Ya, bukankah itu bagus? Jika
terus berkembang seperti ini, aku ingin tahu apakah hari dimana aku akan
melihat mereka berdua jadian akan datang.
Kami ini sudah putus, tapi sebagian diriku masih memikirkan dirinya. Di
sekolah, aku selalu melihat Mamiko sepanjang waktu. Sejujurnya, aku
masih jatuh cinta padanya. Mungkin pada titik di mana aku takkan pernah
menyukai orang lain dengan cara yang sama. Jika kita berpacaran kembali,
aku akan benar-benar menghargainya ......
Aku tidak tahu sudah berapa kali rasa penyesalan ini muncul kembali,
walau memikirkannya benar-benar tidak berguna …... Saat aku tengah
memikirkan perasaanku, kereta dua gerbong tiba di stasiun. Aku naik ke
kereta dan duduk di kursi kosong.
Kemudian, setelah dua puluh menit diguncang di dalam kereta, aku tiba di
tujuanku. Aku turun di halte tepat sebelum stasiun yang paling dekat
rumahku, Hari ini, aku ada pertemuan dengan Itou-san tentang
mangaku. Meskipun pada dasarnya storyboard-ku sudah selesai,
pertemuan ini hanya untuk pemeriksaan terakhir. Ah, setelah itu, dia juga
akan menunjukkan beberapa gambar dari mangaka lain.
"Ya. Entah bagaimana, anda terlihat lebih energik dari biasanya ...? ”
"Benarkah? Yah, kau bisa melihatnya? Sebelumnya, aku melihat gadis yang
sangat cantik di sini. ”
"... Jadi bahkan wanita pun akan merasa senang setelah melihat gadis yang
cantik."
Aku sedikit bingung dengan Itou-san yang tiba-tiba beralih ke mode kerja,
tetapi aku menyerahkan storyboard yang telah aku gambar ulang dalam
beberapa hari terakhir. Dia membalik bacaan dengan kecepatan yang
biasa, dan kemudian dia menunjukkan ekspresi puas. Melihat itu, aku
menghela nafas lega karena dia hanya akan menunjukkan ekspresi ini
ketika dia puas dengan pekerjaanku.
Itou-san menambahkan bahwa "Itu tidak terlalu bagus", tapi bagi seorang
amatir seperti diriku itu cukup bagus. Aku merasa tergugah sampai pada
titik di mana aku berpikir bahwa hanya orang ini yang akan bekerja
denganku.
Aku mencoba menjawab dengan tenang, tapi aku tidak bisa menahan
kesenanganku saat aku berpikir tentang bagaimana naskah itu akan
dikerjakan.
“Baiklah, kalau begitu ayo kita akhiri di sini untuk hari ini. Aku akan pergi
sekarang, tapi apa kau akan tinggal sebentar? ”
Dan, dengan pertemuan kami yang agak singkat sudah selesai, Itou-san
dan aku keluar dari restoran.
Itu benar, dia adalah mantan pacarku, Mamiko. Kenapa, kenapa dia di sini
...?
Dia memang cantik. Sangat,sangat, sangat cantik. Tidak, lebih penting lagi,
jika aku dilihat dalam situasi ini mungkin akan berakhir buruk. Dilihat dari
perspektif orang luar, pemandangan ini hanya bisa dilihat sebagai
kencan. Itu tidak akan aneh jika Mamiko muncul dengan kesalahpahaman
lain.
Memikirkan itu, untuk memastikan bahwa Mamiko tidak memperhatikan
kita, aku mencoba dengan paksa menyeret Itou-san pergi. Namun,
semuanya tidak berjalan dengan baik ...
Saat aku menjawab, aku segera menyadarinya. Aku mencoba secara paksa
menarik Itou-san pergi. Dengan kata lain, aku sekarang memegang
tangannya. Melihat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang akan
berpikir kita adalah sepasang kekasih. Aku segera melepaskan tangan
Itou-san, tapi itu sudah terlambat. Mamiko menunduk ke bawah saat dia
berjalan ke arah yang berlawanan denganku dengan langkah kaki yang
tidak berenergi.
Aku harus memperbaiki ini sekarang. Meskipun aku bukan pacarnya, aku
didorong oleh desakan saat aku mengejar Mamiko dan meraih
pergelangan tangannya.
"Tunggu!"
"..."
Dia berbicara seolah-olah dia merajuk, tapi aku tak tahu karena dia tidak
menghadap ke arahku. Meski begitu, mengetahui bahwa Mamiko
mempercayaiku, aku sedikit lega ketika aku melepaskan tangannya. Tapi
pada saat itu, kali ini Mamiko meraih tanganku. Dia sekarang berbalik
untuk menghadapiku wajahku secara langsung.
"..."
"Ah!!"
"A-maaf!"
"Apa? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan? Mungkinkah, karena ini hari
terakhirmu, jadi kau merasa sentimental? ”
Yang benar adalah aku sedang memikirkan tentang Makiko, tetapi aku
menegaskan apa yang dia katakan. Karena dia juga tidak salah; Aku
merasa emosional tentang ini juga. Berbicara dengan Owner seperti ini
terasa emosional, karena ini adalah kali terakhir aku datang ke sini untuk
bekerja. Ini agak menyedihkan untuk dipikirkan.
Aku mengatakan itu dengan sekilas, dan kemudian pergi ke ruang ganti di
bagian belakang untuk merubah pakaianku. Ketika aku mengganti
pakaian, aku melirik ke jadwal shift, Rupanya Echizen akan masuk 30
menit setelah giliranku.
Tetapi meskipun hari ini adalah libur sekolah, sangat jarang aku bisa
bersama dengan Echizen. Selalu hanya ada aku dan Owner. Yah, itu tidak
masalah jika itu satu atau dua orang. Lagipula jarang ada pelanggan.
"Hei, Setsu-kun."
Dan 30 menit setelahnya, Echizen masuk. Sudah setengah bulan sejak aku
melihat Echizen, dan dia memiliki kegugupan yang aneh tentang
dirinya. Aku bahkan tidak mengatakan apapun padanya, tapi kurasa aku
akan memberitahunya bahwa aku akan berhenti hari ini.
"Apa?"
"Ini mungin terlalu mendadak, tapi aku akan berhenti hari ini."
“Eh ?! Bagaimana?!"
“Aku mendengarnya dari Owner. kau memiliki pekerjaan lain yang ingin
kau lakukan, bukan? ”
"Sama denganmu."
Jawab Echizen tidak ramah sama seperti biasanya. Dia bahkan tidak
terlihat sedikit sedih. Maksudku, kurasa aku tidak mengharapkannya, tapi
bahkan sedikit, "Aku minta maaf" pasti akan menyenangkan. Tapi ini juga
terakhir kalinya aku akan berbicara dengan Echizen seperti ini. Kami pergi
ke sekolah SMA yang berbeda, dan aku mungkin takkan pernah bertemu
dengannya lagi. Ini terasa sedikit sedih, tapi dia bahkan tidak peduli, jadi
mengapa aku terlalu peduli? Aku berpikir itu saat aku melihatnya
mengatur tempat duduk seperti biasanya.
****
Satu jam kemudian di dalam cafe, di mana bahkan pada hari terakhirku
tidak ada pelanggan yang datang, dan dengan tidak ada yang harus
dilakukan seperti biasa, Echizen dan aku berdiri berdampingan.
Meskipun ini terakhir, tidak ada percakapan yang muncul sama sekali. Aku
berpikir untuk berbicara dengannya, tetapi aku merasa seperti itu harus
diakhiri dengan suasana seperti ini, jadi aku tidak mengatakan apa-apa.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku juga."
"Benarkah?"
"Ya. Kurasa itu berarti kau melakukan quest dan hal lain dengan temanmu,
ya?
Ketika aku menjawab, dia tampak sedikit gugup, seperti sulit baginya
untuk berbicara. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia perlahan-lahan
meninggikan suaranya padaku.
"Jadi, um, jika teman itu adalah seorang gadis, dan dia adalah kenalanmu
atau semacamnya, apa yang akan kau lakukan?"
Dan, dengan wajah tersipu, mirip seperti di manga, dia mengatakan itu
padaku.
"Hmm, yah, aku tak berpikir ada yang seperti itu, tapi jika itu masalahnya,
aku akan berpikir itu sudah ditakdirkan."
"Ditakdirkan ..."
"Ya. Biasanya, aku pikir bertemu seseorang seperti itu adalah takdir, dan
bahwa kami terhubung atau sesuatu. ”
"... Serius?"
"Mhmm ..."
Echizen tampaknya cukup tenang. Aku mengatakan itu akan terasa seperti
takdir, tapi tentu saja, aku tidak akan merasa jatuh cinta begitu
saja. Maksudku, kurasa jika itu sudah cukup ditakdirkan, aku tak tahu
apakah aku akan mengembangkan perasaan seperti itu, tapi ya. Sambil
memikirkan itu, aku melanjutkan percakapan dengan Echizen.
“Yah, kau mungkin jatuh cinta pada seseorang, kurasa. Apa masalahnya,
menanyakanku sesuatu seperti itu? ”
"Aku bisa melakukannya dengan party juga, tapi tentu saja aku ingin
melakukannya sendiri,"
****
“Aku sudah memikirkannya, tapi hari ini dia butuh waktu untuk ganti baju
jadi tak masalah. Dan kurang lebih aku sudah mengatakan apa yang ingin
kukatakan padanya. ”
Lebih dari biasanya, sepertinya itu bersinar karena suatu alasan. Bunga-
bunga indah yang biasanya tidak aku perhatikan, atau kucing liar lucu
yang biasanya tidak aku lihat. Dan aku berpikir tentang bagaimana aku
takkan kembali ke sini lagi, dan merasa sedikit sedih.
Aku menuju ke stasiun dengan kecepatan yang lebih lambat dari biasanya.
Chapter – 46
"..."
"Meski kau bilang bahwa kau ingin dia tetap bekerja di sini."
"..."
Aku menjawab seperti itu, tapi Owner tampaknya tidak yakin sama
sekali. Sebaliknya, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu. Kemudian,
dia tiba-tiba membawa cermin tangan ke arahku.
"Jika kau mengatakannya dengan wajah seperti itu, itu tidak terlalu
meyakinkan."
"!!!!"
Sosokku yang terpantul di cermin tangan tampak sangat lemah. Itu adalah
wajah yang terlihat seperti air mata bisa keluar kapan saja.
“Itulah yang kau bilang, Echizen-chan, lalu kenapa kau memutuskan untuk
datang bekerja hari ini? Bukankah itu supaya kau bisa memberi tahu
sesuatu pada Setsu-kun? ”
Nada Owner terdengar sedikit marah. Itulah yang dikatakan Owner, tapi
dari awal aku tak pernah berniat mengakui perasaanku .. Aku datang
bekerja hari ini karena aku akan menyerah.
"Jika seorang teman dalam game adalah seseorang yang aku tahu dalam
kehidupan nyata"
Jika Setsu-kun berada dalam situasi itu, apa yang akan terjadi? Aku
akhirnya jatuh cinta pada masalah sederhana semacam itu. Jadi, aku ingin
menyangkal perasaanku terhadap Setsu-kun.
Tapi pada akhirnya, kata-kata itu tak pernah terucap dan menjadi, "Kukira
aku benar-benar datang untuk menyukaimu."
Jika akhirnya aku mengatakan hal seperti itu, aku akan mengharapkan
sesuatu. Itu sebabnya aku terus bersembunyi di dalam ruang ganti. Jika
aku melihat Setsu-kun sekali lagi, emosiku akan berakhir meledak dan aku
mengakui perasaanku padanya.
Aku membalas Owner dengan nada tajam, aku sekali lagi kembali ke ruang
ganti. Lalu, aku dengan cepat berganti dan meninggalkan ruangan.
'' Aku akan pulang sekarang. Terima kasih atas kerja keras Anda. "
"... Terima kasih atas kerja kerasmu."
Lagipula, Aku akan sangat menyesali ini. Karena aku tak pernah
menyampaikan perasaanku... Aku takkan menyampaikan perasaanku
kepada orang yang sangat aku sukai.
Aku mungkin akan menyesali ini selamanya. Aku bisa mengakui padanya
pada saat itu. Tapi aku tidak melakukannya. Itu karena selama Setsu-kun
bahagia, aku tak bermasalah dengan itu.
Aku tidak ingin Setsu-kun menderita karena sesuatu yang aku lakukan.
Jika aku mengatakan kepadanya bahwa aku adalah teman dalam game-
nya, bagaimana reaksinya? Mungkin, dia akan mengencaniku karena
itu. Merangkul harapan yang sangat redup itu, pada akhirnya aku tidak
bisa mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Aku merasa sedikit
menyesal karena itu, tapi itu sekarang sudah tidak terlalu penting.
Untuk saat ini, aku senang bahwa aku tidak mengeluarkan kata,
"suka". Sejujurnya, bekerja bersama dengannya har ini dan berbicara
dengannya tentang game itu sangat buruk. Aku hampir akan
mengungkapkan pengakuanku kepadanya setiap saat.
Setiap kali aku melihat senyuman Setsu-kun, setiap kali aku mendengar
suaranya, hanya itu yang bisa aku pikirkan. Keinginan untuk mengaku
padanya semakin kuat.
Lalu, tetesan besar air mata mulai mengalir dari mataku. Namun, aku tidak
menyekanya. Aku sudah tahu mengapa air mata ini meluap. Aku sudah
tahu perasaanku sendiri. Namun, aku tidak bisa mengarahkan mataku ke
arah itu. Takkan ada jalan untuk berhenti jika aku melakukannya. Itu
sebabnya aku putus asa memalingkan muka. Sampai pada hari dimana
perasaan-perasaan ini lenyap, aku tidak akan pernah menarik perhatianku
pada perasaan “suka” ini. Jadi, aku membuat keputusanku, tapi ...
"..."
... Itu sebabnya, hanya untuk saat ini. Untuk momen terakhir ini, aku
diizinkan untuk meluapkan emosi-emosi ini, ‘kan? Aku tidak tahu pada
siapa aku menanyakan pertanyaan itu. Lalu, aku mengatakannya.
Itu adalah kata-kata yang dimaksudkan untuknya dan keluar dari mulutku
tanpa berpikir. Karena tidak ada orang di jalan yang gelap ini, tidak perlu
merasa malu.
Setelah mengatakan itu, emosiku yang baru saja lepas kendali, mulai
sedikit tenang. Meski itu hanya untuk diriku sendiri, aku berpikir bahwa
begitu aku mulai, aku tidak akan bisa berhenti jika melanjutkan, tapi
bukan itu masalahnya.
Aku mungkin tidak akan bisa melihat Setsu-kun lagi. Jika kita bertemu, itu
mungkin akan menjadi percakapan santai. Dia atau aku tidak akan
menjadi bagian utama dari kehidupan satu sama lain lagi.
Tepat jam 12 tengah malam, saat akuhendak rtidur, pesan itu muncul di
layar ponselku. Itu dari Ito-san, editorku.
"Apa masalahnya?"
"O-oh!"
Aku tak sengaja berteriak saat membaca pesan itu dari Ito-san. Aku rasa
itu masuk akal. Aku sudah menantikan naskah ini untuk sementara waktu.
Aku mengirim Ito-san pesan itu dengan perasaan santai di hatiku. Sialan,
aku sangat senang! Karakter yang aku buat akan menjadi
manga! Bagaimana bisa aku tidak merasa senang?
Aku penasaran. Wajah macam apa yang akan mereka miliki, dan
bagaimana mereka akan bergerak? Karena aku memikirkan itu sepanjang
malam, pagi pun datang dan aku tidak bisa tidur sama sekali. Tapi karena
kegembiraan itu, aku menjalani sepanjang hari tanpa merasa lelah, dan
sekolah akhirnya berakhir.
Dari sekolah, jika Kau tidak segera pergi setelah kelas terakhir selesai, Kau
takkan berhasil, jadi kebanyakan orang akan naik kereta pada waktu saat
ini. Aku akan menaikinya juga jika aku tidak memiliki rencana seperti
itu. Sambil memikirkan hal itu, aku melihat pada sumber langkah kaki
yang datng, namun aku segera memalingkan muka. Karena sumber
langkah kaki itu berasal dari Mamiko.
"..."
Karena aku sangat canggung. Aku tidak tahu apakah hanya mendekatinya
tak masalah. Sejujurnya, mengaku dalam situasi seperti ini tidaklah masuk
akal. Pikiran yang lemah itu terus datang padaku. Sungguh menyedihkan
sekali.
Aku bahkan berpikir bahwa aku tidak pantas untuk duduk di sampingnya
...
Saat aku memikirkan itu, kereta datang seolah-olah ingin menyapu pikiran
negatif itu dariku. Aku berdiri dan naik ke kereta. Ini hanya kereta dengan
satu gerbong, dan masih banyak tempat yang kosong. Namun aku tidak
benar-benar ingin duduk jadi aku hanya berdiri di tempat biasa. Mamiko
juga naik kereta, dan sepertinya dia akan berdiri di tempat yang dekat
denganku. Aku berharap kita bisa duduk ...
Biasanya, aku akan senang bisa dekat dengan Mamiko, tapi sekarang
rasanya berbeda. Mungkin karena apa yang baru saja aku pikirkan. Karena
pikiran itu, aku menjadi gila. Dengan pemikiran semacam itu yang terus
mengalir di kepalaku, aku menghabiskan seluruh waktuku di kereta
dengan bermain-main smartphone-ku.
Setelah 20 menit perjalanan, aku turun dari satu stasiun lebih awal dari
yang aku inginkan. Dan saat melakukannya, Mamiko kembali
mengejutkanku.
Dalam upaya untuk menjaga keterkejutanku dari Mamiko, aku keluar dari
stasiun tanpa ekspresi dan berjalan ke restoran keluarga. Tapi tentu saja,
aku tidak bisa melupakannya. Dan aku menatap pemandangan yang indah
itu. Dan di sana, di samping Mamiko yang tersenyum gembira, ada seorang
lelaki yang ramping, tinggi, dan tampan.
…Hah?
Apa-apaan ini? Jadi selama ini dia sudah punya pacar baru? Apa-apaan
itu? Jika kau memang sudah punya pacar, jangan membuatku berharap
padamu! Katakan saja kalau kau tidak suka padaku. Bagaimana aku bisa
mengaku padanya jika dia punya pacar? Mengungkapkan
perasaanku? Mustahil.
Aku berpikir begitu, tetapi isi otakku hampir meledak. Perasaanku pada
Mamiko mulai menjadi liar.
Perasaan negatif ini tidaklah mutlak. Karena aku baru saja melihatnya dan
mengenali mereka lagi.
Tentu saja, aku mencintainya. Aku tidak ingin dia diambil oleh lelaki
manapun. Bahkan jika lelaki itu lebih baik dariku, aku pasti tidak ingin
kalah, aku tidak ingin menyerah.
Pikiran yang kuat itu membuatku merasa hampa. Sepertinya aku tidak
bisa berpikir rasional lagi. Dengan menggenggam kuat perasaan itu, aku
dengan berani berjalan ke arah Mamiko dan pria itu. Tentu saja, ketika
mereka menyadariku, mereka menertawakanku Namun aku tidak
berhenti, aku terus berjalan maju ke arah mereka.
Hanya dengan perasaan ini, aku berjalan tepat di depan Mamiko dan
menggenggam tangannya.
Dan, bahkan aku sendiri terkejut, kata-kata yang tidak bisa kukatakan
selama setengah bulan akhirnya bisa kusampaikan. Pada awalnya, dia
memiliki tatapan bingung di wajahnya, tetapi setelah beberapa detik
kemudian, dia secara bertahap menundukkan kepalanya.
Suara itu terdengar sedikit marah. Begitu dia pergi, keheningan pun
melanda. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan Mamiko. Aku
memutuskan untuk bertanya padanya apa yang ada di pikiranku.
"... Ya."
Kata-kata yang sudah kuduga, keluar dari mulut Mamiko. Tentu saja,
menurut dirinya seolah-olah aku ini sudah mati. Kurasa dia tidak ingin
berpacaran denganku. Yah, aku sebaiknya berhenti saja. Aku harus
berhenti. Aku harus, aku HARUS, tapi aku ...
"Kenapa? Jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai dariku, aku akan
memperbaikinya. ”
“Aku masih menyukaimu, jadi saat aku melihatmu bersama gadis lain, aku
merasa cemburu! Ini sangat menyakitkan, dan sedih! Jadi aku tidak mau ...
”
Hanya membaca kata-kata dari pesan itu saja, sudah kelihatan kalau Ito-
san sangat marah.
Menurutnya, dia sudah menunggu lebih dari satu jam dan mengirimiku
banyak pesan juga. Setelah aku kembali ke rumah dan aku baru menyadari
itu, aku meminta maaf berulang kali dan entah bagaimana membuatnya
memaafkan aku. Namun, sudah tidak ada waktu, dan sepertinya aku tidak
bisa melihat naskah yang baru dibuat.
Yah, itu benar-benar kesalahanku jadi apa boleh buat. Lain kali jika aku
bertemu langsung dengan Itou-san, aku akan meminta maaf padanya
dengan sepenuh hati. Bagaimanapun, Itou-san yang biasanya baik itu
sekarang benar-benar marah. Sambil memikirkan hal seperti itu, aku
mengalihkan pandanganku dari layar smartphone-ku. Lalu, jam 7:30 pagi,
aku meninggalkan rumah seperti biasa.
Aku menuju ke peron, di sana terdapat sejumlah orang. Ini hanya kejadian
sehari-hari. Aku berhenti di tempat biasa, dan mengeluarkan smartphone-
ku.
Sementara aku membuat wajah gugup, sebuah pesan datang dari chat
dalam game.
Orang yang mengirim pesan begitu ceria adalah Ryoma-san. Aku mungkin
bisa mengatakan bahwa dia adalah teman terbaikku dalam game.
Aku mendapat getaran aneh dari Ryouma-san. Jika itu seperti biasa, kami
akan melakukan quest hanya dengan kami berdua, tapi dia dengan cepat
keluar hari ini. Aku mulai berpikir kalau dia sedang marah.
Tetap saja, saat kita bertemu kemarin, ada sesuatu yang membuatku
penasaran. Pria tampan kemarin. Sebenarnya dia itu siapa? Aku mencoba
bertanya pada Mamiko kemarin, dan dia bilang itu kerabatnya. Tebakanku
luar biasa benar.
Tampaknya kerabatnya dirawat di rumah sakit terdekat, dan Mamiko
berencana akan mengunjunginya. Ketika aku melihat dia di restoran
keluarga sebelumnya, sepertinya itu sesudah mengunjunginya. Dan juga,
sepertinya Mamiko menceritakan tentang diriku pada kerabatnya itu. Jika
memang seperti itu, aku bisa mengerti mengapa dia sedikit marah.
"Begitu ya."
Mana mungkin tidak apa-apa jika dia memiliki wajah seperti itu, tapi dia
tidak akan mengatakan apapun jika aku bertanya jadi aku tidak bertanya
lebih lanjut. Menjadi seperti ini ketika hanya kita berdua saja tak terlalu
bermasalah, tapi rasanya sulit saat ada banyak orang di sekitar kita.
=>TAMAT<=