Hukum Islam
(Studi Kasus di Waroeng Favorite C-Kembar Kecamatan Jatinangor
Kabupaten
Sumedang)
Oleh
Nanda Septi Rahayu
1 Moh Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Toha Putra, 1978), Hal 402
2
makanan dan alamat pengirim benar, tinggal pilih metode pembayaran Go-
Food. Hanya tersedia dua jenis pembayaran yaitu Go-Pay dan Tunai.
Berdasarkan hasil observasi peneliti ialah Merchant yang sudah bekerja
sama dengan Go-Food di sini adalah Waroeng Favorite C-Kembar yang berada
di Jatinangor, Jatinangor. Waroeng Favorite C-Kembar sendiri menyediakan
berbagai macam menu, di antaranya ada Seafood, Bakmie, Sweets & Desserts.
Menurutnya dengan adanya Go-food tidak keberatan tapi membantu dan
menguntungkan, dimana saat masyarakat atau mahasiswa tidak berkunjung
terbantu oleh Go-Food. Untuk Bagi hasil Waroeng Favorite C-Kembar ini 20%
setiap menunya dan uangnya di transfer H+1 ke rekening yang sudah terdaftar
dan itu sudah dipotong 20%, lalu yang menentukan persenan tersebut dari
pihak Go-Food sendiri dan Pemilik Warung tidak merasa keberatan dengan ada
nya Go-food ini, karena dengan tersedianya layanan Go-food dapat
mempermudah konsumen, dan cukup menguntungkan usaha.
Beberapa akad dalam pesan membeli makanan melalui fitur Go-food
yaitu sebagai berikut:
1. Akad antara Costumer dan Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang adalah akad jual beli salam, yaitu rumah makan
sebagai penjual makanan dan konsumen sebagai Costumer.
2. Antara Costumer, Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang, go-food dan driver ialah akad wakalah, karena
konsumen mewakilkan ke pihak go-food untuk membelikan makanan,
kemudian pihak go-food mewakilkan lagi ke pihak driver untuk
membelikan makanan.
3. Antara Costumer, Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang, driver terdapat akad ijarah. Setelah membelikan
makanan dan driver mengantar makanan ke konsumen, dalam hal ini
konsumen langsung membayar makanan sekaligus membayar ongkos kirim
atau upah.
4. Driver Go-Jek melakukan akad kepada Rumah Waroeng Favorite C-
Kembar Jatinangor Kabupaten Sumedang dan kepada Costumer, dalam hal
ini ialah driver Go-Jek. Para ahli hukum Islam memberikan definisi akad
3
sebagai pertalian antara ijab dan kabul yang dibenarkan syara’ yang
berakibat hukum terhadap objeknya2.
5. Harga makanan ketika costumer membeli langsung tanpa aplikasi Go-Food
itu relatif murah dibandingkan dengan membeli melalui Go-Food.
Akad Jasa Go-Food terdapat dua akad yang terjadi dalam transaksi
tersebut yaitu akad ijarah dan akad qardh. Akad ijarah (sewa atau upah) terjadi
ketika pelanggan meminta pengemudi untuk mengantarkan makanan
pesanannya ke tempatnya, kemudian costumer membayar ongkos kirim pada
driver tersebut. Costumer, di sini berlaku sebagai penyewa jasa, sedangkan
driver sebagai penyedia jasa, dan ongkos kirim yang dibayarkan sebagai upah
dan akad qardh terjadi ketika pengemudi menalangi pembayaran pesanan yang
diganti costumer pada saat driver mengantarkan pesanan, maka pengemudi
berlaku sebagai pemberi pinjaman dan pelanggan sebagai peminjam.
Beberapa pandangan ulama terhadap beberapa akad atau akad ganda
dalam fitur Go-food yaitu sebagai berikut:
1. Pada dasarnya hukum akad qardh adalah mubah (boleh) selagi tidak ada
riba pertambahan untuk pemberi pinjaman atau utang, dalam hal ini
terdapat larangan Nabi Saw menggabungkan akad pinjaman dengan akad
jual beli bahwa "tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual
beli"3.
2. Para ulama telah sepakat haramnya penggabungan akad pinjaman dan jual
beli. Ijma' ini dinukil al-Qarafi yang menyatakan umat Islam telah sepakat
bahwa boleh hukumnya jual beli dan utang piutang yang terpisah kedua
akad tersebut, tapi haram menggabungkan kedua akad tersebut dalam satu
akad, karena ini ialah celah untuk terjadinya riba 4.
3. Akad ijarah ialah akad jual beli, yaitu jual beli jasa, maka menggabungkan
kedua akad sama hukumnya dengan menggabungkan akad jual beli dan
akad qardh, yaitu haram. Berdasarkan hadits ini maka AAOIFI dalam
panduan lembaga keuangan syariah melarang penggabungan akad qardh
dan akad ijarah dalam Pasal Mikyar (19) tentang Qardh Ayat 7 mengatur
2 Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam, (Jakarta:Kencana, 2006), Hal 45
3 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor, Berkat Mulia Insani, 2017),
Hal 268.
4 Abul Abbas Ahmad bin Idris Ash-Shonhaji Al-Qarafi, Al-Furuq/Anwarul Buruq Fi Anwa'il
Furuq, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1998), Jilid III, Hal 266
4
1. Musyarakah
Secara bahasa syirkah adalah bercampurnya antara harta yang satu
dengan harta yang lainnya sehingga keduanya tidak bisa dibedakan lagi 9.
9 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam 5, (Depok : Gema Insani, 2011), Hal 441
7
Sedangkan menurut syara‟ musyarakah adalah suatu akad antara dua pihak
atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan tujuan memperoleh
keuntungan10. Syirkah atau musyarakah berarti akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberi kontribusi dana atau mal, dengan kesepakatan bahwa resiko dan
keuntungan akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan 11. Jadi, dari
pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa musyarakah merupakan akad kerja
sama antara dua pihak atau lebih, masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana untuk membiayai suatu usaha tertentu baik usaha yang sudah berdiri
ataupun baru, dimana keuntungan dan kerugian dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan.
2. Akad Salam
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli
jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan
penjual. Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal
akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Ulama Syafiiah
dan Hanabilah menjelaskan, salam adalah akad atas barang pesanan dengan
spesifikasi tertentu yang ditangguhkan penyerahannya pada waktu tertentu,
dimana pembayaran dilakukan secara tunai di majlis akad. Ulama malikiyyah
menyatakan, salam adalah akad jual beli dimana modal (pembayaran)
dilakukan secara tunai (di muka) dan objek pesanan diserahkan kemudian
dengan jangka waktu tertentu12.
3. Akad Ijarah
Upah ialah salah satu sumber penghasilan bagi pekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak. Hak atas upah timbul dari perjanjian kerja,
dan merupakan salah satu hak dalam hubungan kerja. Upah diberikan sebagai
balas jasa atau penggantian kerugian yang diterima oleh pihak buruh karena
atas pencurahan tenaga kerjanya kepada orang lain yang berstatus sebagai
majikan. Upah dalam Islam dikenal dalam istilah ijarah, secara terminologi
kata al-Ijarah berasal dari kata al-ajru’ yang brarti al-iwad yang dalam bahasa
Indonesia berarti ganti atau upah 13. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barag itu sendiri 13.
4. Akad Qardh
Qardh berasal dari bahasa arab yang berarti pinjaman atau utang-
piutang. Secara etimologi, qardh bermakna memotong14. Dinamakan tersebut
karena uang yang diambil oleh orang yang meminjamkan memotong sebagian
hartanya15. Harta yang dibayarkan kepada muqtarid (yang diajak akad qardh)
dinamakan qarad, sebab potongan dari harta muqrid (pemilik barang)16.
Qiradh merupakan kata benda (masdar). Kata qiradh memiliki arti bahasa yang
sama dengan qardh. Qiradh juga berarti kebaikan dan atau keburukan yang kita
pinjamkan17. al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada muqtaridh yang
membutuhkan dana dan/atau uang18. Pengertian al-qardh menurut terminologi,
antara lain dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurutnya qardh adalah
“Sesuatu yang diberikan dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk
memenuhi kebutuhannya”. Sementara definisi qardh menurut ulama Malikiyah
adalah “suatu penyerahan harta kepada orang lain yang tidak disertai iwadh
(imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya”. Sedangkan menurut ulama
13 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Cet, Ke-1 (Bandung: PT Al Ma‘arif, 1987), Hal 15.
13
Ruslan Abdul Ghofur, Kontruksi Akad, Dalam Jurnal Al-‘Adalah. Vol XII NO. 3 Juni 2015,
Hal 497.
14 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) Cet. 1, Hal 149
15 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), Jilid 4, Hal 181
16 Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, Hal 150
17 Abdul Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba, (Jakarta: Senayan Publishing), 2011, Hal 323
18 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hal 4
9
A kad Salam
19
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1998), h.
22.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan suatu gejala atau fakta
mamberikan data-data yang seteliti mungkin tentang gejala atau fakta 19.
Dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
berdasarkan fakta sebagaimana adanya.
2. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Fokus penelitian ini lebih pada persoalan penentuan hukum pada praktik
jual beli pada waroeng Favorite C-Kembar, oleh karena itu sumbersumber yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama
(biasanya dapat melalui angket, wawancara, jajakan pendapat dan lain
19 Sarjono Soekanto, Pengantar Peneliti Hukum, (Jakarta: UI press, 1986), h. 51.
10
20 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: cv. Mandar Maju,
2002), h. 73
21 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2015),
h. 83
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Cet ke-8, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,1989), h. 132-133.
23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 143.
11