Anda di halaman 1dari 12

Jual Beli Makanan Melalui Go-food Di Tinjau Dari Perspektif

Hukum Islam
(Studi Kasus di Waroeng Favorite C-Kembar Kecamatan Jatinangor
Kabupaten
Sumedang)
Oleh
Nanda Septi Rahayu

A. Latar Belakang Masalah


Pemenuhan kebutuhan setiap muslim pasti melaksanakan suatu
transaksi, maka terjadi kegiatan yang dinamakan jual beli. Jual beli menurut
bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedangkan menurut syara’
artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad)1.
Dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi informasi di antaranya
dengan adanya penggunaan smartphone yang memungkinkan penggunanya
mengakses segala informasi yang dibutuhkan dari telepon genggam. Pelaku
Dunia usaha memanfaatkan kemajuan dengan mengkoneksikan usaha yang
mereka jalani pada jaringan internet melalui aplikasi yang diakses pengguna
smartphone. Perusahaan transportasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi
ini adalah Go-Jek.
Go-Jek melayani mulai dari mengantarkan tujuan costumer sampai
dengan mengantarkan barang, dan juga jasa pemesanan makanan. Go-jek
sendiri memiliki banyak jasa layanan yang dimanfaatkan pelanggan,
diantaranya GoRide, Go-Car, Go-Send, Go-Box, Go-Deals, Go-Pulsa, Go-
Shop, Go-Mart, GoMassage, Go-Clean, Go-Tix, dan Go-food. Go-Food adalah
layanan pesan antar yang disediakan oleh Go-Jek untuk membelikan dan
mengantarkan pesanan makanan pada pengguna dan bekerja sama dengan
ratusan ribu merchant yang tersebar di seluruh Indonesia, Go-Food resmi
diluncurkan di Bandung bulan Juni 2015. Mekanismenya layanan ini ialah
pengguna membuka aplikasi Go-Jek dan pilih menu Go-Food dengan icon
sendok dan garpu, di menu layanan Go-Food terdapat cukup banyak tampilan
yang berisi rekomendasi tempat makan terdekat, kemudian pilih salah satu
makanan yang diorder, setelah makanan yang sudah dipilih masuk ke dalam
keranjang masukan alamat pengiriman, jika jumlah

1 Moh Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: Toha Putra, 1978), Hal 402
2

makanan dan alamat pengirim benar, tinggal pilih metode pembayaran Go-
Food. Hanya tersedia dua jenis pembayaran yaitu Go-Pay dan Tunai.
Berdasarkan hasil observasi peneliti ialah Merchant yang sudah bekerja
sama dengan Go-Food di sini adalah Waroeng Favorite C-Kembar yang berada
di Jatinangor, Jatinangor. Waroeng Favorite C-Kembar sendiri menyediakan
berbagai macam menu, di antaranya ada Seafood, Bakmie, Sweets & Desserts.
Menurutnya dengan adanya Go-food tidak keberatan tapi membantu dan
menguntungkan, dimana saat masyarakat atau mahasiswa tidak berkunjung
terbantu oleh Go-Food. Untuk Bagi hasil Waroeng Favorite C-Kembar ini 20%
setiap menunya dan uangnya di transfer H+1 ke rekening yang sudah terdaftar
dan itu sudah dipotong 20%, lalu yang menentukan persenan tersebut dari
pihak Go-Food sendiri dan Pemilik Warung tidak merasa keberatan dengan ada
nya Go-food ini, karena dengan tersedianya layanan Go-food dapat
mempermudah konsumen, dan cukup menguntungkan usaha.
Beberapa akad dalam pesan membeli makanan melalui fitur Go-food
yaitu sebagai berikut:
1. Akad antara Costumer dan Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang adalah akad jual beli salam, yaitu rumah makan
sebagai penjual makanan dan konsumen sebagai Costumer.
2. Antara Costumer, Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang, go-food dan driver ialah akad wakalah, karena
konsumen mewakilkan ke pihak go-food untuk membelikan makanan,
kemudian pihak go-food mewakilkan lagi ke pihak driver untuk
membelikan makanan.
3. Antara Costumer, Rumah Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor
Kabupaten Sumedang, driver terdapat akad ijarah. Setelah membelikan
makanan dan driver mengantar makanan ke konsumen, dalam hal ini
konsumen langsung membayar makanan sekaligus membayar ongkos kirim
atau upah.
4. Driver Go-Jek melakukan akad kepada Rumah Waroeng Favorite C-
Kembar Jatinangor Kabupaten Sumedang dan kepada Costumer, dalam hal
ini ialah driver Go-Jek. Para ahli hukum Islam memberikan definisi akad
3

sebagai pertalian antara ijab dan kabul yang dibenarkan syara’ yang
berakibat hukum terhadap objeknya2.
5. Harga makanan ketika costumer membeli langsung tanpa aplikasi Go-Food
itu relatif murah dibandingkan dengan membeli melalui Go-Food.
Akad Jasa Go-Food terdapat dua akad yang terjadi dalam transaksi
tersebut yaitu akad ijarah dan akad qardh. Akad ijarah (sewa atau upah) terjadi
ketika pelanggan meminta pengemudi untuk mengantarkan makanan
pesanannya ke tempatnya, kemudian costumer membayar ongkos kirim pada
driver tersebut. Costumer, di sini berlaku sebagai penyewa jasa, sedangkan
driver sebagai penyedia jasa, dan ongkos kirim yang dibayarkan sebagai upah
dan akad qardh terjadi ketika pengemudi menalangi pembayaran pesanan yang
diganti costumer pada saat driver mengantarkan pesanan, maka pengemudi
berlaku sebagai pemberi pinjaman dan pelanggan sebagai peminjam.
Beberapa pandangan ulama terhadap beberapa akad atau akad ganda
dalam fitur Go-food yaitu sebagai berikut:
1. Pada dasarnya hukum akad qardh adalah mubah (boleh) selagi tidak ada
riba pertambahan untuk pemberi pinjaman atau utang, dalam hal ini
terdapat larangan Nabi Saw menggabungkan akad pinjaman dengan akad
jual beli bahwa "tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual
beli"3.
2. Para ulama telah sepakat haramnya penggabungan akad pinjaman dan jual
beli. Ijma' ini dinukil al-Qarafi yang menyatakan umat Islam telah sepakat
bahwa boleh hukumnya jual beli dan utang piutang yang terpisah kedua
akad tersebut, tapi haram menggabungkan kedua akad tersebut dalam satu
akad, karena ini ialah celah untuk terjadinya riba 4.
3. Akad ijarah ialah akad jual beli, yaitu jual beli jasa, maka menggabungkan
kedua akad sama hukumnya dengan menggabungkan akad jual beli dan
akad qardh, yaitu haram. Berdasarkan hadits ini maka AAOIFI dalam
panduan lembaga keuangan syariah melarang penggabungan akad qardh
dan akad ijarah dalam Pasal Mikyar (19) tentang Qardh Ayat 7 mengatur
2 Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam, (Jakarta:Kencana, 2006), Hal 45
3 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor, Berkat Mulia Insani, 2017),
Hal 268.
4 Abul Abbas Ahmad bin Idris Ash-Shonhaji Al-Qarafi, Al-Furuq/Anwarul Buruq Fi Anwa'il
Furuq, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1998), Jilid III, Hal 266
4

"Lembaga keuangan syariah tidak dibolehkan mensyaratkan akad ba'i


(jual beli), akad ijarah (sewa), atau akad mu'awadhah lainnya yang
digabung dengan akad qardh, karena dalam jual/sewa biasanya pihak
debitur sering menerima harga di atas harga pasar dan ini merupakan
sarana untuk terjadinya riba (pinjaman yang mendatangkan keuntungan
bagi kreditur)”5.
4. Taqiyuddin An Nabhani menyatakan penggabungan akad (al-uquud al
murakkabah) adalah haram, dan ini dianggap sebagai pendapat yang rajih
(kuat), untuk mengharamkan layanan Go-Food. Pada kasus ini, multi akad
yang terjadi adalah gabungan akad qardh (talangan) dan ijarah (jasa antar
makanan) dan bisa bertambah, jika perusahaan ojek mengenakan biaya jasa
perantara jual beli, misalkan 15% dari total belanja, yang disebut samsarah
dalam fiqih Islam. Dengan demikan, gabungan akadnya menjadi 3 (tiga)
akad, yaitu akad qardh (talangan), akad ijarah (jasa antar makanan), dan
akad Samsarah (perantara).
5. Syariah Islam telah melarang multi akad berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad, 1/398, bahwa
”Nabi Saw telah melarang dua kesepakatan dalam satu kesepakatan
(shafqataini fii shafqatin wahidah).” Menurut Imam Taqiyuddin An
Nabhani hadits ini melarang adanya dua akad dalam satu akad (wujuudu
aqdaini fii aqdin wahidin), misalnya menggabungkan dua akad jual beli
menjadi satu akad, atau menggabungkan akad jual beli dengan akad ijarah
menjadi satu akad67.
6. Imam Ibnu Taimiyyah menyatakan multi akad itu dibolehkan sebagian
ulama, tapi tidak membolehkan secara mutlak 8. Sesuai dengan pendapat ini
maka akad layanan jasa antar makanan dengan ojek online hukumnya boleh
atau tidak diharamkan.
7. Pandangan Madzhab Syafiiah, yang menyatakan transaksi Go-Food ialah
akad ishtishna’, yaitu akad salam dan ijarah, sehingga diperbolehkan.

5 Ibnu Taimiyah, as-Siyāsah asy-Syar’iyyah fī Işlāhi ar-Rā’ī wa ar-R’iyyah, (Beirut: Darul


Kutub Al-Ilmiyah, 1999), Hal 270
6 Sofyan AP. Kau, Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Via Telepon dan Internet, Al-
Mizan
7 Nomor 1 Desember 2007, Hal 3
8 Sofyan AP. Kau, Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Via Telepon dan Internet, Hal 4
5

Dalam aplikasi Go-Food, di dalamnya ada penjual yaitu dalam penelitian


ini Waroeng Favorite C-Kembar, Costumer dan barang dagangan. Driver
Go-
Jek berperan sebagai penjual barang dan jasa. Pihak yang menjual barang
itu bukan si pembuat barang pesanan, tapi perusahaan Go-Jek dengan
aplikasi Go-Jeknya dan ini disebut sebagai akad salam dan ijarah. Syarat
akad ishtishna’ keterangan jenis, macam, kualitas, dan sifat barang
dagangan. Syarat yang lain ialah temponya harus jelas, dalam akad
ishtishna’ ini, boleh pembayaran diakhirkan setelah barang diterima, atau
mencicil sesuai perjanjian.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
akan melakukan sebuah penelitian dengan judul “Jual Beli Makanan Melalui
Go-food Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Rumah
Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor Kabupaten Sumedang)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas yang menjelaskan multi akad, maka
penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme transaksi jual beli melalui Go-Food di Rumah
Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor Kabupaten Sumedang?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem upah (Ijarah) pada jual
beli makanan melalui Go-Food di Rumah Waroeng Favorite C-Kembar
Jatinangor Kabupaten Sumedang?
3. Bagaimana tinjuan hukum Islam terhadap pembelian makanan secara online
dan offline di Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor Kabupaten
Sumedang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengetahui mekanisme transaksi jual beli melalui Go-Food di Rumah
Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor Kabupaten Sumedang.
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem upah (Ijarah) pada jual
beli makanan melalui Go-Food di Rumah Waroeng Favorite C-Kembar
Jatinangor Kabupatenumedang.
6

3. Mengetahui tinjuan hukum Islam terhadap pembelian makanan secara


online dan offline di Waroeng Favorite C-Kembar Jatinangor Kabupaten
Sumedang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Menambah khazanah keilmuan yang dapat berguna bagi
pengembangan ilmu hukum islam Khususnya mengenai mekanisme
transaksi jual beli melalui Go-Food.
b. Sebagai acuan untuk penelitian serupa diwaktu yang akan datang serta
dapat dikembangkan lebih lanjut dan mendapat hasil yang sesuai
dengan seiring berkembangnya zaman.
2. Secara Praktis
Selain secara teoritis, penelitian inipun memberikan secara praktis pada
penelitian ini sebagai berikut:
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan masyarakat
mengenai jual beli makanan melalui Go-Food dalam perspektif hukum
Islam.
b. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
persetujuan penelitian dalam penyusunan skripsi guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum (S.H) pada program studi Hukum Ekonomi
syariah jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam YAPATA Al-
Jawami Bandung.
E. Kerangka Berpikir
Untuk menjelaskan masalah penelitian ini digunakan beberapa teori
yang terkait langsung dengan penelitian ini, yaitu:

1. Musyarakah
Secara bahasa syirkah adalah bercampurnya antara harta yang satu
dengan harta yang lainnya sehingga keduanya tidak bisa dibedakan lagi 9.
9 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam 5, (Depok : Gema Insani, 2011), Hal 441
7

Sedangkan menurut syara‟ musyarakah adalah suatu akad antara dua pihak
atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja dengan tujuan memperoleh
keuntungan10. Syirkah atau musyarakah berarti akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberi kontribusi dana atau mal, dengan kesepakatan bahwa resiko dan
keuntungan akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan 11. Jadi, dari
pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa musyarakah merupakan akad kerja
sama antara dua pihak atau lebih, masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana untuk membiayai suatu usaha tertentu baik usaha yang sudah berdiri
ataupun baru, dimana keuntungan dan kerugian dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan.
2. Akad Salam
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli
jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan
penjual. Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal
akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Ulama Syafiiah
dan Hanabilah menjelaskan, salam adalah akad atas barang pesanan dengan
spesifikasi tertentu yang ditangguhkan penyerahannya pada waktu tertentu,
dimana pembayaran dilakukan secara tunai di majlis akad. Ulama malikiyyah
menyatakan, salam adalah akad jual beli dimana modal (pembayaran)
dilakukan secara tunai (di muka) dan objek pesanan diserahkan kemudian
dengan jangka waktu tertentu12.

3. Akad Ijarah
Upah ialah salah satu sumber penghasilan bagi pekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak. Hak atas upah timbul dari perjanjian kerja,
dan merupakan salah satu hak dalam hubungan kerja. Upah diberikan sebagai
balas jasa atau penggantian kerugian yang diterima oleh pihak buruh karena

10 Nur Khoirin, Menyoal Kesyariahan Bank Syariah (Studi Kasus Kerjasama


Masyarakat CV. Miskasari dengan Bank Syariah Mega Indonesia Semarang), (Semarang :
IAIN Walisongo Semarang, 2010), Hal 17-19.
11 Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2007),
Hal 39.
12 Dimyauddin, Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010),
Hal 129.
8

atas pencurahan tenaga kerjanya kepada orang lain yang berstatus sebagai
majikan. Upah dalam Islam dikenal dalam istilah ijarah, secara terminologi
kata al-Ijarah berasal dari kata al-ajru’ yang brarti al-iwad yang dalam bahasa
Indonesia berarti ganti atau upah 13. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barag itu sendiri 13.
4. Akad Qardh
Qardh berasal dari bahasa arab yang berarti pinjaman atau utang-
piutang. Secara etimologi, qardh bermakna memotong14. Dinamakan tersebut
karena uang yang diambil oleh orang yang meminjamkan memotong sebagian
hartanya15. Harta yang dibayarkan kepada muqtarid (yang diajak akad qardh)
dinamakan qarad, sebab potongan dari harta muqrid (pemilik barang)16.
Qiradh merupakan kata benda (masdar). Kata qiradh memiliki arti bahasa yang
sama dengan qardh. Qiradh juga berarti kebaikan dan atau keburukan yang kita
pinjamkan17. al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada muqtaridh yang
membutuhkan dana dan/atau uang18. Pengertian al-qardh menurut terminologi,
antara lain dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurutnya qardh adalah
“Sesuatu yang diberikan dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk
memenuhi kebutuhannya”. Sementara definisi qardh menurut ulama Malikiyah
adalah “suatu penyerahan harta kepada orang lain yang tidak disertai iwadh
(imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya”. Sedangkan menurut ulama

Syafiiyah, qardh mempunyai pengertian yang sama dengan dengan term


asSalaf, yakni akad pemilikan sesuatu untuk dikembalikan dengan yang sejenis
atau yang sepadan”.
Hubungan diantara ketiga teori tersebut ialah masalah jual beli. Agar
lebih jelasnya, penulis sajikan dalam gambar sebagai berikut: Gambar 1.1

13 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, Cet, Ke-1 (Bandung: PT Al Ma‘arif, 1987), Hal 15.
13
Ruslan Abdul Ghofur, Kontruksi Akad, Dalam Jurnal Al-‘Adalah. Vol XII NO. 3 Juni 2015,
Hal 497.
14 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011) Cet. 1, Hal 149
15 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), Jilid 4, Hal 181
16 Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, Hal 150
17 Abdul Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba, (Jakarta: Senayan Publishing), 2011, Hal 323
18 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Hal 4
9

A kad Salam

Costumer Driver Waroeng Favorite C -


Kembar

A kad Wakalah A qad Qardh A kad Ijarah Go-Food Musyarakah

F. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode Penelitan


Metode dalam penelitian ini ialah field research yaitu kegiatan
penelitian yang dilakukan di masyarakat baik lembaga-lembaga organisasi
masyarakat maupun lembaga pemerintahan. 19 Pada hakikatnya, penelitian
lapangan merupakan metode untuk menemukan secara khusus tentang realitas
yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, penelitian bermaksud mengungkap
tinjuan hukum islam terhadap jual beli melalui aplikasi Go-Food di Waroeng
Favorite CKembar.
Penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan (library research) sebagai
pendukung dalam menyempurnakan hasil penelitian, termasuk menggunakan
bahan-bahan artikel, makalah, penelitian terdahulu, dan teori-teori yang
diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti.

19
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1998), h.
22.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan suatu gejala atau fakta
mamberikan data-data yang seteliti mungkin tentang gejala atau fakta 19.
Dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
berdasarkan fakta sebagaimana adanya.
2. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Fokus penelitian ini lebih pada persoalan penentuan hukum pada praktik
jual beli pada waroeng Favorite C-Kembar, oleh karena itu sumbersumber yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama
(biasanya dapat melalui angket, wawancara, jajakan pendapat dan lain
19 Sarjono Soekanto, Pengantar Peneliti Hukum, (Jakarta: UI press, 1986), h. 51.
10

lain)20. Data primer dalam studi lapangan didapatkan dari hasil


wawancara kepada responden dan informan terkait penelitian. Dalam
hal ini data primer yang diperoleh peneliti bersumber dari yakni
keterangan dan data yang diperoleh dari pemilik Waroeng Favorite C-
Kembar.
b Data sekuder adalah data yang didapatkan dari sumber secara tidak
langsung kepada pengumpul data. Sumber sekunder ini dapat diperoleh
dari beberapa informasi media atau dari dokumen lain 21. Data sekunder
diperoleh peneliti dari buku-buku yang mempunyai relevansi dengan
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data pada penelitian ini terbagi menjadi dua
metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara yaitu cara yang digunakan oleh seseorang untuk tujuan
tertentu, untuk mendapatkan keterangan/pendapat secara lisan dengan seorang
responden dengan bercakap-cakap langsung dengan seseorang. 22 Dalam hal ini
penulis akan melakukan wawancara dengan pihak Go-Jek yang ada di Waroeng
Favorite C-Kembar dan pemiliknya.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.23 Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan terhadap praktik
jual beli melalui aplikasi Go-Jek di Waroeng Favorite C-Kembar dengan
menggunakan metode observasi nonpartisipan yang menunjukkan bahwa
penulis tidak terlibat dalam aktivitas jual beli melalui aplikasi Go-Food di
Waroeng Favorite C-Kembar, dengan kata lain penulis hanya sebagai pengamat
independen.
c. Dokumentasi

20 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: cv. Mandar Maju,
2002), h. 73
21 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2015),
h. 83
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Cet ke-8, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,1989), h. 132-133.
23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 143.
11

Dokumentsi adalah kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan24.


Metode ini digunakan untuk memeroleh keterangan dengan menelusuri dan
mempelajari data dari studi kepustakaan berupa buku, karya ilmiah, dan
sumber lain yang menunjang penelitian.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kegiatan pengumpulan kemudian
diproses melalui pengolahan data dengan menggunakan beberapa metode, yaitu
:
1. Editing, adalah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini dilakukan
untuk meneliti kembali data yang diperoleh, apakah masih terdapat
kekurangan-kekurangan serta apakah data tersebut sudah sesuai dengan
permasalahan yang akan dibahas25.
2. Sistematizing, yaitu adalah menempatkan data menurut kerangka
sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah 26. Menyusun dan
mensistematika data tentang proses awal hingga akhir tentang tahapan
jual beeli yang terjadi di waroeng favorite c-kembar
3. Analizing, yaitu tahapan analisis dan perumusan aturan multi akad
dalam jual beli di Waroeng Favorite C-Kembar yang terdapat dalam
syariat Islam melalui aplikasi Go-Jek atau Go-Food.
5. Teknik Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan kajian penelitian, yaitu praktik pemesanan paket aqiqah dalam tinjauan
hukum Islam yang dikaji menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan
mendiskripsikan masalah yang ada sekarang dan berlaku berdasarkan data-data
tentang jual beli melalui aplikasi Go-Food di Waroeng Favorite C-Kembar
dengan mencatat, menganalisis dan memberikan penilaian. Metode berfikir
dalam penulisan ini adalah metode berfikir deduktif yang dipergunakan untuk
mengemukakan beberapa aturan syariah yang bersifat umum terkait multi akad

24 Koentjaraningrat,Metode-metode Penelitian Masyarakat,(Jakarta: PT Gramedia, 1993), h.


46.
25 Soeratno, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP
YKPM,1995), h. 127
26 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2004), h. 126
12

untuk kemudian di tarik kesimpulan yang bersifat khusus terhadap peristiwa


yang terjadi di lapangan, yakni di Waroeng Favorite C-Kembar.

Anda mungkin juga menyukai