Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PENERAPAN AKAD SALAM TERHADAP JUAL BELI

PADA RESTORAN MIE GACOAN

Anggun Dewina Elistya


(Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
anggundewina00@gmail.com

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan semakin


lancarnya arus globalisasi yang dampaknya terlihat jelas pada perubahan gaya hidup dan
pola pikir masyarakat. Contohnya dalam memilih menu makanan, masyarakat sekarang
akan lebih cenderung untuk mengonsumsi makan cepat saji atau fast food. Peralihan pola
makan ini terjadi karena adanya peningkatan pendapatan ekonomi serta kesibukan kerja
yang tinggi, sehingga produk makanan praktis atau cepat saji menjadi semakin hit saat ini
(Admojo dalam (Nurwandari, 2018)). Mie Gacoan menjadi salah satu restoran cepat saji
yang sekarang ini disukai dan selalu dikunjungi oleh banyak pelanggan baik itu dari
kalangan mahasiswa sampai dengan masyarakat umum (Salsabila & Maskur, 2022).

Restoran Mie Gacoan merupakan sebuah merk dagang wanalaba restoran mie
pedas no 1 di Indonesia yang berdiri pada tahun 2016 di Malang. Saat ini Restoran Mie
Gacoan sudah menjadi market leader di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
Pada layanan jual beli Restoran Mie Gacoan terdapat akad yaitu suatu perjanjian yang
sengaja dilakukan oleh dua orang atau lebih, dilandasi pada kebahagiaan pihak-pihak
yang terlibat akad dan memiliki konsekuensi baru bagi pihak yang berakad, tanpa adanya
tujuan untuk merugikan pihak manapun (Rahayu, 2020). Akad yang dilakukan di
Restoran Mie Gacoan merupakan akad salam di mana pembayaran dalam jual beli
dilakukan diawal secara tunai sedangkan barang yang dipesan belum tersedia, hanya sifat-
sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan di awal pada saat melakukan perjanjian (Aly
& Sucipto, 2018).

Implementasi akad salam pada Restoran Mie Gacoan menjadi konsep layanan
yang jarang digunakan dalam perusahaan jenis restoran di Indonesia. Jarangnya
pemakaian akad salam disebabkan karena sebagian masyarakat belum mengerti terkait
implementasi akad ini. Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yaitu: (1) bagaimana mekanisme akad salam, dan (2) bagaimana penerapan jual
beli salam yang terjadi pada Restoran Mie Gacoan.

METODELOGI

Metode penelitian pada artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan cara
analisis diskriptif berdasarkan kajian pustaka. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data-data dan literatur yang sesuai dengan topik yang analisis sesuai
dengan teori-teori yang didapatkan (Wardiana et al., 2022). Metode penelitian kualitatif
diskriptif dipilih untuk menlusuri dan menciptakan atau menjelaskan makna topik yang
analisis dan mendeskripsikan secara sistematis mengenai jual beli salam pada Restoran
Mie Gacoan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jual Beli Salam

Pengertian Jual Beli Salam

Jual beli salam adalah kegiatan jual beli yang pelunasan barang dibayar secara tunai
oleh pembeli sebelum barang yang dipesan diterima (Rizal yaya, Aji Erlangga
Martawireja, 2014). Barang yang pesan oleh pembeli harus sepesifik dan dikatakan di
awal akad. Pada saat barang belum diterima pembeli, penjual melakukan proses produksi
barang terlebih dahulu sesuai dengan spesifikasi baranag yang telah ditentukan.

Menurut Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, salam adalah akad atas barang pesanan
dengan ciri-ciri, jenis, dan ukuran yang telah ditentukan lalu penyerahan barang yang
dipesan ditangguhkam pada waktu tertentu, dimana pembayaran dilangsungkan secara
tunai di majlis akad. Ulama malikiyyah menjelaskan bahwa salam merupakan akad jual
beli dimana modal (pembayaran) dibayarkan secara tunai (di muka) dan objek yang
dipesan diberikan kemudian dengan rentang waktu tertentu.
Dasar Hukum Jual Beli Salam

1. Al-quran

Dasar hukum jual beli salam terdapat di Al-quran yaitu:

ٰٓ
َ ‫ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْٰٓوا اِذَا تَدَا َي ْنت ُ ْم ِبدَيْن اِلى ا َ َجل ُّم‬
ُ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْوه‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”. (Al-Baqarah:282).

2. Hadis

Artinya: “Dari Ibnu Abu Najih, ia mendengar Abdullah bin Katsir menceritakan dari
Abu Al-Minhal, ia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas RA,berkata: ketika Rasulullah
SAW datang ke kota Madinah, penduduknya menerapkan sistem salaf dalam transaksi
buah kurma kering selama dua dan tiga tahun. Maka Rasulullah SAW. bersabda, “Barang
siapa yang melakukan transaksi salaf (salam), maka sebaiknya dilakukan pada takaran
atau timbangan tertentu, hingga batas waktu tertentu pula.” (HR. Al-Bukhari).

3. Ijma’

Kesepatkan para ulama (ijma’) memperbolehkan akad salam yang dikutip dari Ibn
Mundzir menyatakan bahwa para ahli ilmu (ulama) menyetujui untuk mengizinkan jual
beli salam karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk memudahkan urusan manusia.
Dengan adanya ijma’ ini memperjelas kegiatan jual beli salam diberikan legalasi dalam
pelaksanaan praktiknya (Ibid dalam (Saprida, 2018).

Rukun Jual Beli Dengan Akad Salam

Menurut Rizal Yahya, Aji Erlangga, dan Ahim Abdurahim dalam buku berjudul
Akuntansi Perbankan Syariah, salam memiliki tiga rukun yang meliputi: (1) transaktor,
yang terdiri dari muslam (pembeli) dan muslam ilaih (penjual); (2) objek akad salam
yaitu barang dan harga yang diperjualbelikan; (3) ijab dan kabul yaitu pernyataan
kehendak jual beli dengan salam. Rukun-rukun salam memiliki ketentuan Fatwa DSN
Nomor 05/DSN-MUI/ IV/2000 yang menetapkan:

1. Transaktor

Dalam fatwa DSN mewajibkan muslam ilaih untuk memberikan barang tepat waktu
sesuai kualitas dan jumlah yang telah disepakati diawal akad. Muslam ilaih dibolehkan
untuk mengirim barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan ketentuan barang
tersebut memiliki kualitas dan jumlah yang sama dengan kesepakatan, dalam hal ini
muslam ilaih tidak dibolehkan untuk menuntut harga tambahan. Apabila barang yang
diberikan memiliki kualitas yang lebih tinggi, muslam ilaih tidak boleh menuntut
tambahan harga. Sebaliknya apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah dan
muslam menerimanya, maka muslam tidak diperbolehkan untuk menuntut penurunan
harga (diskon).

2. Objek salam

DSN dalam fatwanya menyatakan barang harus memiliki ketentuan untuk dapat
diperjualbelikan antara lain: (1) barang harus mempunyai ciri-ciri yang jelas/spesifik dan
dapat diakui sebagai utang; (2) penyerahan barang dilaksanakan kemudian; (3) tempat
dan wakru penyerahan barang wajib ditentukan berlandaskan kesepakatan; (4) barang
tidak boleh dijual oleh pembeli sebelum barang berada ditangan pembeli; (5) brang tidak
boleh ditukar, kecuali barang tersebut sejenis dan sesuai kesepakatan.

Berhubungan dengan alat pembayaran DSN mensyaratkan bahwa: (1) alat bayar
harus jelas (uang, barang, atau manfaat); (2) pembayaran dilaksanakan saat perjanjian
disepakati; (3) pembayaran tidak perbolehkan dalam betuk ‘irba.

3. Ijab dan Kabul


Ijab dan Kabul merupakan pernyatakan kontrak dari kedua belah pihak, pernyataan
dilakukan dalam bentuk lisan, isyarat, tindakan ataupun tulisan, sesuai dengan praktik
yang sering dilakukan di masyarakat yang menunjukan keridhaan keduabelah pihak
dalam melakukan akad. Dalam fatwanya, DSN menyatakan sepanjang kontrak disepakati
dan tidak ada yang dirugikan dari kedua belah pihak kesepakatan diperbolehkan untuk
dibatalkan. Pembatalan kontrak biasanya terjadi saat barang tidak tersedia tepat waktu
atau kualitas barang tidak sesuai kesepakatan.

Alur Jual Beli Salam

Alur transaksi salam dilakukan dengan:


1. Pertama, melakukan negosiasi sesuai kesepakatan kedua belah pikah yaitu antara
muslam dengan muslam ilaih
2. Kedua, setelah akad salam sudah disepakati muslam melakukan pembayaran atas
barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan.
3. Ketiga, dalam transaksi salam muslam ilaih akan memproduksi barang sesuai dengan
keinginan muslam terlebih dahulu. Setelah selasai barang akan dikirimkan sesuai
atau lebih cepat dari tanggal dan waktu penyerahan. Barang yang diserahkan sesuai
dengan kualitas dan jumlah yang disepakati.

B. Penerapan Akad Salam Pada Restoran Mie Gacoan

Restoran Mie Gacoa

Mie Gacoan adalah suatu merek dagang dari jaringan restoran di Indonesia
merupakan anak dari perusahaan PT Pesta Pora Abadi. Nama “Mie Gacoan” diambil dari
kata “Gaco” yeng memiliki makna jagoan atau andalan. Restotan ini mengungsung
konsep restoran modern dengan harga terjangkau yang membuat banyak orang tertarik
untuk datang, baik dari kalangan mahasiswa, pelajar, dan keluarga. Selain konsep
modern, menu dari restoran gacoan juga tidak kalah menarik. Menu yang ditawarkan
bukan hanya makanan saja, restoran ini juga menjual aneka dimsum dan berbagai jenis
minuman yang dapat disesuaikan dengan selera masing-masing pelanggan, antara lain
seperti: (1) mie dengan cita rasa yang berbeda-beda (suit, hompimpa, gacoan); (2) aneka
dimsum (pangsit goreng, siomai, udang keju, udang rambutan, lumpia udang); (3)
berbagai jenis minuman (gobak sodor, teklek, petak umpet, sluku bathok).
Mekanisme Jual Beli Salam Pada Restoran Mie Gacoan

Konsep jual beli salam ini setara dengan transaksi pada Restoran Mie Gacoan. Jual
beli salam dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan jual beli dimana harga dari barang
dibayarkan diawal saat akad dilakukan, dan barang yang dibeli belum tersedia, akan tetapi
spesifikasi terkait ciri-ciri, jenis, ukuran, tempat, dan waktu pengiriman disebutkan pada
saat akad dilakukan. Dalam syariat islam jual beli salam diperbolehkan karena transaksi
ini dapat mempermudah urusan kebutuhan dan keperluan manusia. Penerapan jual beli
salam yang disingkronkan dengan simulasi transaksi pada Restoran Mie Gacoan yaitu:

1. Muslam (pembeli)

Pembeli harus memahami aturan (baligh dan berakal) dan mampu memesan menu
yang ada pada restoran, biasanya menu akan ditambilkan diatas kasir disertakan harga
setiap porsi menu yang dipilih. Pembeli yang sudah memilih sendiri menu yang di
sediakan Restoran Mie Gacoan merupakan bentuk keridhaan pihak pembeli dalam jual
beli salam.

2. Muslam Ilaih (penjual)

Penjual harus memahami aturan (baligh dan berakal) dan tidak diperbolehkan
melanggar kesepakatan. Penjual merupakan pihak yang akan menyediakan menu
pesanan. Dalam hal ini, setelah menerima uang dari pembeli, penjual berkewajiban untuk
memproduksi menu sesuai pesanan. Ketika penjual melakukan proses produksi pihak
pembeli harus menunggu sampai menu siap untuk dihidangkan. Penjual juga akan
memberikan nomor antrian kepada pembeli untuk ditempatkan ke meja pembeli, hal
tersebut sebagai tanda tempat dan waktu kesepakatan.

3. Harga

Pada Restoran Mie Gacoan harga akan diletakan di atas kasir dengan gambar dan
deskripsi menu. Pembeli yang memilih menunya sendiri dan memesan kepada penjual
serta melakukan akad berarti sudah menyetujui harga. Untuk mempermudah pembeli
pihak penjual atau Restoran Mie Gacoan menyediakan metode pembayaran yaitu secara
cash (tunai) atau dapat melalui qris.
Akad salam akan sah ketika syarat dan ketentuan sudah terpenuhi. Sahnya jual beli
salam akan menimbulkan hak penjual untuk mendapatkan modal dan memiliki
kewajiban untuk memberikan menu sesuai pesanan. Sedangkan pembeli juga berhak
menapatkan menu pesanan sesuai sepesifikasi yang telah disepakati kedua belah pihak
saat akad dan memiliki kewajiban unruk melakukan pembayaran kepada penjual
(Rahayu, 2020).

4. Objek Salam (menu pesanan)

Menu pesanan yang sudah siap nantinya akan diantarkan ke meja pembeli sesuai
spesifikasi menu yang telah dipesan pada saat akad. Apabila nantinya menu yang
diantarkan tidak sesuai spesifikasi yang sudah disepakati pembeli diperbolehkan untuk
menukarkan kepada penjual untuk mendapatkan menu pesanan yang sesuai kesepakatan.
Pembeli juga memiliki hak untuk bebas pada saat memilih menu, hal tersebut dilakukan
agar tidak memunculkan kemudharatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat akad pada
Restoran Mie Gacoan, yaitu akad salam. Salam adalah transaksi jual beli yang
pembayarannya diawal pada saat kesepakatan dalam keadaan barang belum tersedia,
hanya sepesifikasi terkait ciri-ciri, jenis, ukuran, tanggal dan waktu pengiriman yang telah
disebutkan diawal akad. Jual beli salam ini diperbolehkan berdasarkan landasan Al-
Qur’an dan Hadist karena dapat mempermudah kebutuhan dan keperluan manusia.

Restoran Mie Gacoan memudahkan pembeli yang ingin menyantap makanan dengan
berbagai menu yang disediakan melalui proses yang mudah dan cepat. Untuk penjual juga
akan merasakan kemudahan bertransaksi karena pembeli akan membayar menu pesanan
diawal sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pembuatan pesanan serta
kecurangan bertransaksi. Oleh karena hal tersebut islam memperbolahkan jual beli salam
kerena kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan.
REFRENSI

Aly & Sucipto. (2018). Analisis Transaksi Akad Salam Dalam Jual Beli Online.
EKSISBANK: Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan, 2(2), 11–17.
https://doi.org/10.37726/ee.v2i2.47

Nurwandari, I. (2018). ANALISIS PERSAINGAN RESTORAN FAST FOOD


BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
MULTIDIMENSIONAL SCALING (MDS) (Studi Kasus di Kota Malang) (Issue 1).

Rahayu, A. K. S. (2020). Penerapan Jual Beli Akad Salam Dalam Layanan Shopee. Jurnal
Ar-Ribhu, 3(2), 92–106. https://ojs.diniyah.ac.id/index.php/Ar-Ribhu

Rizal yaya, Aji Erlangga Martawireja, A. A. (2014). AKUNTANSI PERBANKAN


SYARIAH.

Salsabila & Maskur. (2022). Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Persepsi Harga dan
Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Mie Gacoan (Studi Pada
Pelanggan Mie Gacoan di Kota Semarang). SEIKO : Journal of Management &
Business, 5(1), 156–167.
https://www.journal.stieamkop.ac.id/index.php/seiko/article/view/1902

Saprida, S. (2018). Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli. Mizan: Journal of Islamic
Law, 4(1), 121–130. https://doi.org/10.32507/mizan.v4i1.177

Wardiana, T. A., Nurhayati, N., & Ihwanudin, N. (2022). Implementasi akuntansi salam
dalam aplikasi shopee. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 5(1),
523–532. https://doi.org/10.32670/fairvalue.v5i1.1874

Anda mungkin juga menyukai