Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi

salam
1. Eka Widya Estifani
2. Indah Rahmatul Auliyah
3. Moh. Zahidi Ubaidirrohman
4. Sayful Haq
PENGERTIAN
• Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara
pembeli jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan
diantara pembeli dengan penjual. Spesifikasi dan harga barang
pesanan harus sudah disepakati di awal akad, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh.
• Secara bahasa menurut penduduk Hijaz (Madinah) dinamakan
dengan salam sedangkan menurut penduduk Irak diistilahkan
dengan salaf. Secara bahasa salam atau salaf bermakana:
“Menyegerakan modal dan mengemudikan barang”. Jadi jual beli
salam merupakan “jual beli pesanan” yakni pembeli membeli
barang dengan kriteria tertentu dengan cara menyerahkan uang
terlebih dahulu, sementara itu barang diserahkan kemudian pada
waktu tertentu
ADA 2 MACAM JENIS SALAM
DIANTARANYA
1. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka
sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
2. Salam Paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu
antara pemesanan
pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok
(supplier) atau pihak ketiga
lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang
pesanan dan memesan
kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
DASAR HUKUM SALAM
Jual beli salam merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Alquran di antaranya:
1. Surat Al-Baqarah: 282 yaitu:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
2. Hadis Jual Beli Salam
“Ibn Abbas menyatakan bahwa ketika Rasul datang ke Madinah, penduduk
Madinah melakukan jual beli salam pada buah-buahan untuk jangka satu
tahun atau dua tahun. Kemudian Rasul bersabda: Siapa yang melakukan
salam hendaknya melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan
yang jelas pula, sampai batas waktu tertentu”.
(Muslich, 2015: 243).
DASAR HUKUM SALAM
3. Ijma’
Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip dari
pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu telah
sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan
keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian,
perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk
mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam
diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini
secara jelas memberikan legalisasi praktik pembiayaan/jual beli salam.
SYARAT SYARAT SALAM
1. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad. Berarti
pembayaran dilakukan terlebih
dahulu.
2. Barangnya menjadi hutang bagi si penjual.
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan.
Berarti pada waktu yang
dijanjikan barang itu harus sudah ada. Oleh sebab itu memesan
buah-buahan yang
waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran,
timbangan, ukuran ataupun
bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam
itu.
FATWA JUAL BELI SALAM
1. Ketentuan Pembayaran
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau
manfaat.
b. Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance).
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).

2. Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. Penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.

3. Ketentuan tentang Salam Paralel


Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah dari,
dan tidak
berkaitan dengan akad pertama
FATWA JUAL BELI SALAM
4. Penyerahan BarangPenyerahan Barang
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas
dan kuantitas sesuai kesepakatan.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti kualitas yang
lebih baik tersebut.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, pembeli
mempunyai pilihan untuk menolak atau menerimanya, apabila pembeli rela
menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga
(diskon).
5. Pembatalan Kontrak.
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan
kedua belah
pihak.
6. Perselisihan.
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, persoalannya
diselesaikan melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Cotoh kasus 1
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan keputusan Bank Berkah Syariah menyediakan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.
Jurnal transaksi:
1 Juni 2015 Dr Hutang Salam Rp 100.000.000
Cr Persediaan barang Salam Rp 80.000.000
Cr Pendapatan Margin Salam Rp 20.000.000

Contoh kasus 2
Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyediakan modal salam sebesar Rp
80.000.000 kepada KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih
pandan wangi” sebanyak 5 ton. Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 28
Mei 2015.
Jurnal Transaksi:
2April 2015 Dr Piutang Salam Rp 80.000.000
Cr Kas Rp 80.000.000
Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaaan. Pada saat penerimaan
barang diakui dan diukur sebagai berikut:
Jikabarang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai
yang disepakati
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima
barang salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 80.000.000.
Jurnal:
28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000
Landasan Teori
Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
1) Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar
dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai
barang pesanan yang tercantum dalam akad.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah
menerima barang salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 90.000.000.
Jurnal:
28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 90.000.000
Cr Piutang Rp 80.000.000
2) Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada
saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari
barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad.
Contoh: Landasan Teori
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah
menerima barang dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 70.000.000.
Jurnal:
28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 70.000.000
Dr Beban Kerugian Salam Rp 10.000.000
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai