Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

IMPLEMENTASI MULTIAKAD DALAM EKONOMI SYARIAH


TRANSAKSI GO FOOD DALAM PANDANGAN ISLAM
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ekonomi syariah)

Di Susun Oleh :
Nur Afni Hidayati
210312043
A21PC

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVRSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu
pengetahuan yang telah memberika rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu
tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya saya mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ekomi Syariah.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Multi Akad Transaksi Go
Food dalam Islam. Dengan harapan pembaca dapat lebih memahami mengenai materi
ini.
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk menjadi sempurna lagi maka dengan senang hati saya menerima kritikan dan
saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun khususnya
mahasiswa/I Universitas Muhammadiya Bandung.

Bandung, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
2. Kerangka Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
4. Penelitian Yang Relefan.........................................................................................2
B. LANDASAN TEORI.................................................................................................4
1. Multi Akad............................................................................................................4
a. Pengertian Multi Akad........................................................................................4
b. Macam-macam Multi Akad................................................................................5
2. Jual Beli.................................................................................................................8
a. Pengertian Jual Beli............................................................................................8
b. Dasar Hukum Jual Beli.......................................................................................9
c. Syarat dan Rukun Jual Beli...............................................................................10
3. Go Food...............................................................................................................11
a. Pengertian Go Food..........................................................................................11
b. Penerapan Multi Akad Pada Transaksi Go Food..............................................11
C. ANALISIS................................................................................................................14
1. Analisi Multi Akad Pada Tranaksi Go Food...................................................14
a. Akad ijarah pada aplikais Go-Food..................................................................14
b. Akad Qardh pada aplikasi Go Food..................................................................15
c. Akad Hawalah pada aplikasi Go Food.............................................................16
D. KESIMPULAN........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

ii
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi yang serba
digital, ditandai dengan munculnya model-model bisnis yang kreatif, baik
dalam bisnis perbankan maupun dalam dunia bisnis lainnya. Munculnya
model bisnis ini menuntut para praktisi atau akdemisi bidang keuangan dan
hukum ekonomi syariah untuk merespon secara kreatif pula dalam rangka
mencari status hukumnya dari segi fiqh (hukum Islam).
Dalam menentukan status hukum terhadap model bisnis adalah dengan
memperhatikan akad-akad yang digunakannya. Akad yang digunakan dalam
dunia bisnis sekarang ini, kadang-kadang tidak hanya satu akad yang
digunakan melainkan dua akad atau lebih yang dilakukan secara bersamaan.
Multi akad adalah akad yang terjadi antara dua pihak untuk melakukan
transaksi muamalah dengan menggabungkan dua akad atau lebih yang
berakibat hak dan kewajiban dari masing-masing akad menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara alamiah
(thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad (ta’dili). Transaksi
multi akad yang alamiah terjadiantara akad pokok (al-‘aqd al-ashli) dan akad
yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i), seperti akad qard yang kemudian
diikuti oleh akad rahn dalam transaksi pijam meminjam di Bank atau
Pegadaian, atau akad qard yang diikuti dengan akad hawalah yang terjadi
dalam transaksi menggunakan kartu kredit, atau akad qard yang diikuti oleh
wakalah bil ujrah seperti yang terjadi dalam transaksi go-food.
Go-Food merupakan sebuah fitur layanan food delivery layaknya
delivery order di sebuah rumah makan. Hanya dengan menggunakan
smartphone dan membuka fitur Go-Food di dalam aplikasi Gojek, konsumen
bisa memesan makanan dari restoran yang sudah bekerja sama dengan
Gojek. Makanan akan dipesan dan diantar langsung oleh Gojek. Singkatnya,
layanan ini sangat mirip dengan layanan delivery order dari sebuah restoran.

1
Transaksi yang dilakukan Go-Food adalah jual beli makanan, tetapi pada
transaksi tersebut terdapat ragam transaksi jika dilihat dari fiqih muamalah,
yaitu akad jual beli, akad Hawalah, qard dan akad ijarah. Sehingga dalam
satu transaksi Go-food terdapat akad lebih dari satu, yaitu menghimpun
akad-akad (multi akad) dalam satu transaksi.
2. Kerangka Masalah
a. Bagaimana penerapan multi akad pada transaksi Go-Food ?
b. Bagaimana penerapan multi akad pada transaksi Go-Food dalam tinjauan
Ekonomi Syariah?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akad yang digunakan pada
transaksi Go-Food.
b. Untuk mengetahui penerapan multi akad pada trasnsaksi Go-Food dalam
tinjauan Ekonomi Syariah.
4. Penelitian Yang Relefan
a. Ria Rahmawati & Annisa Silvi Kusumastuti. “Tinjauan Hukum Islam
terhadap Akad pada.” Journal of Islamic Economic Law (2018).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Akad pada aplikasi Go Food tidak
termasuk ke dalam uqud murakkabah. Uqud murakkabah merupakan
gabungan beberapa akad dalam satu transaksi ketika pelaksanaanya
dengan megajukan beberapa syarat. Akad yang terjadi pada aplikasi ini
bukan gabungan melainkan akad yang bertahap atau akad yang terjadi
terpisah. Akad qardh yang terjadi ketika jual beli merupakan efek dari
akad ijarah itu sendiri. Ijarah merupakan akad dasar pada aplikasi Gojek.
Dengan adanya akad hawalah dan qardh sangat mempermudah
konsumen dalam melakukan jual beli. Konsumen tidak perlu susah-susah
untuk membayar ke penjual. Jadi akad qardh yang terjadi disini saling
menguntungkan semua pihak. Tidak ada pihak yang dirugikan dengan
akad-akad tersebut semua pihak telah mendapatkan keuntungan dan
kenyamanan masing-masing.

2
b. Allina Mustaufiatin Ni’mah “Akad Go Food Dalam Perspektif Hukum
Islam” Jurnal Skripsi Thesis (2019). Penelitian ini menyimpulkan bahwa
praktik akad go-food yang termasuk multi akad menurut penulis boleh,
karena sebagian pendapat ulama membolehkan multi akad dengan dasar
hukum multi akad boleh, kecuali apabila ada dalil syara‟ yang
mengaharamkan dan membatalkannya dan selama multi akad tersebut
tidak mengantar kepada hal yang diharamkan, seperti riba, samarnya
harga, penipuan dan sebagainya, ketika ada dalil yang melarang, maka
dalil itu tidak berlaku secara umum, tetapi mengecualikan pada kasus
yang diharamkan menurut dalil itu. Dalam hal ini akad go-food sudah
memenuhi rukun dan syarat setiap akad yang membangunnya maka tidak
mngantar kepada hal yang diharamkan, seperti riba, samarnya harga,
penipuan dan sebagainya.
c. Suhaenah. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Dalam
Sistem Go-Food.” Jurnal Thesis (2020). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pemesanan makanan via Go-Jek terdapat beberapa akad yang
digunakan. Diantaranya akad qardh, akad sewa- menyewa (ijarah). Akad
qardh terjadi pada transaksiketika driver Go-Jek menalangi terlebih
dahulu customeruntuk membeli pesanan Aqad sewa-menyewa (ijarah)
terjadi setelah pesanan telah diantar oleh driver Go-Jek ketangan
customer, dan customer membayarkan uang dari talangan membelikan
makanan dan uang atas jasa membelikan sekaligus mengantarkan
makanan. Terkumpulnya beberapa akad menjadi satu pemesanan
makanan via Go-Food tersebut Akad yang digunakandalam transaksi
delivery order Go-Food ialah multiakad (Hybrid Contract) yang
mujtami’ah, dengan menggabungkan akad ijarah dengan akad qardh.
Al-‘uqudal-mujtami’ah adalah bentuk ijtihad yang kreatif agar transaksi
bisnis modern dapat terakreditasi dalam ranah fiqh, sekaligus agar akad
yang telah terdapat dalam ranah fiqh dapat diaplikasikan kedalam
transaksi bisnis modern. Yang kedua perlunya ditambahan hal yang
mengikat supaya terhindar dari penipuan atau kerusakan atau ketidak

3
sesuaian makanan maka jangan diterima sebagai kehati hatian. dalam
makanisme go-food pembatalan sepihak yang terjadi ialah sudah menjadi
resiko bagi driver namun demikian jika driver mengadukan dan
mendatangi kantor go-jek untuk memnita ganti rugi makapihak go-jek
akan menanggung kerugian driver.

B. LANDASAN TEORI
1. Multi Akad
a. Pengertian Multi Akad
Multi dalam bahasa berarti banyak (lebih dari satu) dan berlipat
ganda. Multi akad dalam bahasa Indonesia berarti akad berganda atau
akad yang banyak, lebih dari satu, atau dengan kata lain suatu kontrak
(akad) yang menghimpun beberapa kontrak (akad) dalam satu kontrak
(akad).
Akad dalam hukum Islam indentik dengan perjanjian dalam
hukum Indonesia. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd yang berarti ikatan,
mengikat, menyambung atau menghubungkan (ar-rabt). Ikatan
maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya
bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu. Pengertian Akad
secara terminology fiqh (hukum Islam) adalah perikatan antara ijab
(penawaran) dengan Kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara’,
yang menetapkan keridhoaan (kerelaan) kedua belah pihak.. Para Ahli
Hukum Islam (Jumhur Ulama) memberi definisi Akad sebagai pertalian
antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan
akibat hukum terhadap obyeknya. Akad adalah pertemuan ijab dan qabul
sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan
suatu akibat hukum pada obyeknya. Akad merupakan keterkaitan antara
keinginan atau statemen kedua pihak yang dibenarkan oleh syara’ dan
akan menimbulkan implikasi hukum tertentu (Ash-Shiddieqy, 1974).
Berdasarkan definisi-definisi akad di atas menunjukkan bahwa ;

4
1. Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang
berakibat timbulnya suatu hukum.
2. Akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah
pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan
kabul yang menyatakan kehendal lain.
3. Tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Misalnya,
tujuan akad jual beli adalah melakukan pemindahan milik atas suatu
barang dari penjual kepada pembeli dengan imbalan dari pembeli,
sebagai akibat hukumnya adalah penjual berkewajiban menyerahkan
barang yang merupakan hak pembeli, dan pembeli berkewajiban
menyerahkan harga yang merupakan hak penjual. (Anwar, 2007)
Berpijak dari hal diatas, maka pengertian Multi Akad adalah
kesepakatan dua pihak untuk melakukan suatu akad yang mengandung
dua akad atau lebih yang dilakukan secara bersamaan, sehingga akibat
hukum dari masing-masing akad menjadi satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Terjadinya multi akad dalam transaksi bisa terjadi secara
alamiah (thabi’i) ataupun karena adanya modifikasi terhadap akad
(ta’dili). Transaksi multi akad yang alamiah terjadi antara akad pokok
(al-‘aqd al’ashli) dan akad yang mengikutinya (al-‘aqd al-tabi’i), seperti
akad qard yang kemudian diikuti oleh akad rahndalam transaksi pijam
meminjam di Bank atau Pegadaian, atau akad qard yang diikuti dengan
akad hawalah yang terjadi dalam transaksi menggunakan kartu kredit,
atau akad qard yang diikuti oleh wakalah bil ujrah seperti yang terjadi
dalam ransaksi go-food. (Syafi’i, 2018).

b. Macam-macam Multi Akad


Menurut Al-‘Imrani yang dikutip oleh Hasanuddin dalam buku “
Multi Akad Dalam Transaksi Syari’ah Kontemporer pada Lembaga
Keuangan Syari’ah di Indonesia”, ada lima macam Multi Akad, yaitu
al-‘Uqud al-Mutaqobilah, al‘Uqud al-Mujtami’ah, al-‘Uqud al-
Mutanaqidhah wa al-Mutadhadah wa al-Mutanafiyah. al-‘Uqud al-

5
Mukhtalifah. Al-‘Uqud al-Mutajanisah. Dari lima macam multi akad ini,
yang lebih banyak atau biasa dipakai adalah yang jenis pertama dan
kedua Al-‘Uqud al-Mutaqobilah Al-‘Uqud al-Mutaqobilah adalah multi
akad, yang akad kedua menyempurnakan akad pertama, artinya akad satu
bergantung dengan akad lainnya.
1. Akad Bergantung/Akad Bersyarat (al-’uqûd al-mutaqâbilah)
Taqâbul menurut bahasa berarti berhadapan. Sesuatu dikatakan
berhadapan jika keduanya saling menghadapkan kepada yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan al-’uqûd al-Mutaqâbilah adalah
multi akad dalam bentuakad kedua merespon akad pertama,di mana
kesempurnaan akad pertama bergantung pada sempurnanya akad
kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu
bergantung dengan akad lainnya. Dalam tradisi fiqih, model akad
seperti ini sudah dikenal lama dan praktiknya sudah banyak. Banyak
ulama telah membahas tema ini, baik yang berkaitan dengan
hukumnya, atau model pertukarannya; misalnya antara akad
pertukaran (mu'âwadhah) dengan akad tabarru’, antara akad
tabarru'dengan akad tabarru' atau akad pertukaran dengan akad
pertukaran. Ulama biasa mendefinisikan model akad ini dengan akad
bersyarat (isytirâth ‘aqd bi ‘aqd).
2. Akad Terkumpul (al-’uqûd al-mujtami’ah)
Al-’uqûd al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam
satu akad. Dua atau lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti
contoh "Saya jual rumah ini kepadamu dan saya sewakan rumah
yang lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus ribu".
Multi akad yang mujtami'ah ini dapat terjadi dengan terhimpunnya
dua akad yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam satu akad
terhadap dua objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat
hukum dalam satu akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau
dua akad dalam satu akad yang berbeda hukum atas satu objek

6
dengan satu imbalan, baik dalam waktu yang sama atau waktu yang
berbeda.
3. Akad berlawanan (al-’uqûd al-mutanâqidhah wa al-mutadhâdah wa
al- mutanâfiyah)
Ketiga istilah al-mutanâqidhah, al-mutadhâdah, al-mutanâfiyah
memiliki kesamaan bahwa ketiganya mengandung maksud adanya
perbedaan. Tetapi ketiga istilah ini mengandung implikasi yang
berbeda. Mutanâqidhah mengandung arti berlawanan, seperti pada
contoh seseorang berkata sesuatu lalu berkata sesuatu lagi yang
berlawanan dengan yang pertama. Seseorang mengatakan bahwa
sesuatu benar, lalu berkata lagi sesuatu itu salah. Perkataan orang ini
disebut mutanâqidhah, saling berlawanan. Dikatakan mutanâqidhah
karena antara satu dengan yang lainnya tidak saling mendukung,
melainkan mematahkan.
4. Akad berbeda (al-’uqûd al-mukhtalifah)
Yang dimaksud dengan multi akad yang mukhtalifah adalah
terhimpunnya dua akad atau lebih yang memiliki perbedaan semua
akibat hukum di antara kedua akad itu atau sebagiannya. Seperti
perbedaan akibat hukum dalam akad jual beli dan sewa, dalam akad
sewa diharuskan ada ketentuan waktu, sedangkan dalam jual beli
sebaliknya. Contoh lain, akad ijârah dan salam. Dalam salam, harga
salam harus diserahkan pada saat akad (fi al-majlis), sedangkan
dalam ijârah, harga sewa tidak harus diserahkan pada saat akad.
Perbedaan antara multi akad yang mukhtalifah dengan yang
mutanâqidhah, mutadhâdah, dan mutanâfiyah terletak pada
keberadaan akad masing-masing. Meskipun kata mukhtalifah lebih
umum dan dapat meliputi ketiga jenis yang lainnya, namun dalam
mukhtalifah meskipun berbeda tetap dapat ditemukan menurut
syariat. Sedangkan untuk kategori berbeda yang ketiga mengandung
adanya saling meniadakan di antara akad-akad yang membangunnya.
Dari perbedaan di atas bisa dipahami bahwa multi akad yang

7
mutanâqidhah, mutadhâdah, dan mutanâfiyah adalah akad-akad yang
tidak boleh dihimpun menjadi satu akad. Meski demikian pandangan
ulama terhadap tiga bentuk multi akad tersebut tidak seragam.
5. Akad Sejenis (al-’Uqûd al-Mutajânisah)
Al-’uqûd al-murakkabah al-mutajânisah adalah akad-akad yang
mungkin dihimpun dalam satu akad, dengan tidak memengaruhi di
dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis ini dapat terdiri
dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual beli, atau dari
beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Multi akad
jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum
yang sama atau berbeda.
2. Jual Beli
a. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut etimologi adalah tukar menukar dengan sesuatu
yang lain. Sedangkan menurut bahasa jual beli adalah tukar menukar
secara mutlak. Berdasarkan pengertian di atas bahwa pengertian jual beli
adalah tukar menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang
dengan uang atau uang dengan uang.
Menurut Hanafiah menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti
yaitu khusus dan umum, sebagai berikut :
1. Arti jual beli secara khusus : jual beli adalah menukar benda dengan
dua mata uang (emas dan perak) dua semacamnya, atau tukar
menukar barang dengan uang atau semacam menurut cara yang
khusus.
2. Arti jual beli secara umum : jual beli adalah tukar menukar harta
dengan harta menurut cara yang umum, harta mencakup zat (barang)
atau uang.
Dapat disimpulkan bahwa akad yang dilakukan oleh penjual dan
pembeli yang objeknya bukan manfaat, yakni benda dan bukan untuk
kenikmatan seksual. Menurut Syafi’iyah memberikan definisi bahwa jual
beli adalah jual beli menurut syara’ adalah suatu akad yang mengandung

8
tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan
nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk
waktu selamanya.

b. Dasar Hukum Jual Beli


Berdasarkan permasalahan dalam hdup tentunya tidak terlepas
dari dasar hukum yang akan kita jadikan sebagai rujukan dalam
menyelesaikan permasalahan yang akan dihadapi. Adapun dasar hukum
jual beli yaitu dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 :
Artinya : “Allah Menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (QS Al-Baqarah : 275)
Maksud dari potongan ayat ini bisa jadi merupakan bagian dari
perkataan mereka (pemakan riba) dan sekaligus menjadi bantahan
terhadap diri mereka sendiri. Artinya mereka mengatakan hal tersebut
padahal sebenarnya mereka mengetahui bahwasannya terdapat perbedaan
antara jual beli dan riba.
Selanjutnya di dalam Hadis Rasulullah Saw menerangkan jual beli yaitu:
Artinya : “Dari Jabir r.a bahwasannya ia mendengar Rasulullah
Saw bersabda pada tahun kemenangan di Mekah : sesungguhnya Allah
dan Rasul-Nya mengharamkan menjual minuman yang memabukkan
(Khamr), bangkai, babi dan berhala. Lalu ada orang bertanya , “ ya
Rasulullah bagaimanakah tentang lemak bangkai, karena dipergunakan
mengecat perahu-perahu supaya tahan air, dan meminyaki kulit-kulit,
dan orang-orang mempergunakannya, untuk penerangan lampu” beliau
Saw menjawab, “tidak boleh, itu haram “ kemudian diwaktu itu
Rasulullah Saw bersabda : Allah melaknat orang-orang yahudi,
sesungguhnya Allah tatkala mengharamkan lemaknya bagi mereka,
mereka cairkan lemak itu kemudian dijualnya kemudian mereka makan
harganya.” (HR. Bukhari)
Berdasarkan uraian hadis diatas dapat disimpulkan bahwa
manusia yang baik memakan suatu makanan adalah makanan hasil usaha

9
tangannya sendiri. Maksudnya, apabila kita menjual atau membeli suatu
abrang, yang diperjual belikan harus jelas dan halal, dan bukan milik
orang lain, melainkan milikmkita sendiri, Allah melarang menjual
barang yang haram dan najis, maka Allah elaknat orang-orang yang
melakukan jual beli barang yang diharamkan, seperti menjual minuman
keras (Khamr), bangkai, babi, lemak bangkai dan berhala.
Selanjutnya dasar hukum menurut Ijma’ yaitu para ulama fikih
dahulu sampai ekarang telah sepakat bahwa : pada dasarnya semua
bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.

c. Syarat dan Rukun Jual Beli


Selain dasar hukum jual beli, syarat dan rukun merupakan hal
yang penting pula, sebab tanpa syarat dan rukun maka jual beli tersebut
tidak sah hukumnya. Oleh karena itu Islam telah mengatur tentang syarat
dan rukun jual beli antara lain:
a. Syarat jual beli
Al Muta’aqidain (Penjual dan Pembeli)
 Baligh : berarti sampai atau jelas, yakni anak-anak yang
sudah sampai pada usia tertentu yang menjadi jelas
baginya segala urusan atau persoalan yang dihadapi.
Pikiriannya tekah mampu mempertimbangkan atau
memeprjelas mana yang baik dan mana yang buruk.
 Tidak pemboros .
 Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan).
b. Rukun Jual beli
Adapun rukun yang dimaksud dapat dilihat dari pendapat
ulama dibawah ini :
 Adanya penjual dan pembeli.
 Adanya barang yang diperjual belikan.
 Sighat (ijab dan qabul).

10
Jadi sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa jika
suatu pekerjaan tidak terpenuhi rukun-rukunnya maka pekerjaan
itu akan batal karena tidak sesuai dengan syara’ begitu juga
dalam hal jual beli harus memenuhi ketiga rukun-rukun tersebut.
3. Go Food
a. Pengertian Go Food
Go Food adalah layanan pesan antar makanan terbesar di dunia di
luar Cina dan bekerja sama dengan 400,000 merchant di berbagai kota
di Indonesia. Terdapat lebih dari 400,000 restoran telah menjadi Go
Food Partner dan resmi bekerja sama dengan Go Food.
Go Food merupakan layanan pesan antar online di aplikasi
Gojek. Mitra Usaha yang sudah terdaftar layananr Go Food akan
menerima pesanan Go Food di aplikasi GoBiz dan berkesempatan untuk
meningkatkan penjualan dengan memperluas jangkauan usaha ke
pengguna aplikasi Gojek.
Melalui layanan Go Food, juga dapat meningkatkan jumlah
pesanan dengan cara menampilkan foto banner yang menarik, selalu
update foto menu makanan, dan mengatur ketersediaan menu. Selain itu,
juga bisa mengelola usaha di Go Food dengan optimal, seperti mengatur
jam operasional dan status buka/tutup restoran.
Mitra Usaha dapat menyiapkan pesanan sebelum Mitra Driver
datang sehingga pelanggan tidak perlu menunggu terlalu lama. Selain
itu, dapat melakukan transaksi dengan aman dan nyaman dengan adanya
PIN Validasi.

b. Penerapan Multi Akad Pada Transaksi Go Food


Penerapan Multi Akad dalam transaksi Go Food dalam aplikasi
Gojek secara eksplisit memuat kontrak ganda dan implementasi kontrak
memuat beberapa akad antara konsumen dan perusahaan Gojek. Yaitu
akad qardh, hawalah dan ijarah. Akad ijarah terjadi karena konsumen
meminta jasa dari perusahaan Gojek dalam memenuhi kebutuhan yang

11
diinginkan. Dimana konsumen adalah penyewa jasa, Gojek sebagai
pemberi jasa dan pembayarannya adalah upah. Terjadi akad qardh ketika
konsumen meminta kepada pihak Gojek untuk membayarkan terlebih
dahulu. Perusahaan Go-Jek berperan dalam akad wakalah karena driver
menjadi wakil dari perusahaan. Driver sebagai muqridh dan konsumen
sebagai muqtaridh. Pemindahan hutang dari perusahaan yang
dipindahkan kepada driver Gojek termasuk dalam akad hawalah. Pada
Transaksi Go Food terdapat akad dalam proses pembelian :
1. Perusahaan Gojek membuat aplikasi Go Food yang memungkinkan
merchant memajang produk di dalam aplikasi dan memfasilitasi
terjadinya jual beli antara konsumen dengan merchant, dan pada
waktu yang sama konsumen juga mendaftar ke Gojek untuk dapat
mengakses aplikasi Go Food ini.
2. Sebelum merchant dan produknya muncul di aplikasi Go Food,
merchant akan mendaftar ke aplikasi Go Food, diverifi kasi dan
disetujui oleh Go Food melalui kontrak yang diklaim sebagai ijarah
(yakni sewa jasa lapak dan fasilitas pemasaran) dengan imbalan
berupa bagi hasil atas penjualan sebesar 20% dari hasil penjualan
dari merchant dengan skema Go Food yang direkapitulasi setiap
akhir bulan.
3. Setelah merchant dan produknya muncul di dalam tampilan aplikasi
Go Food, barulah konsumen dapat bertransaksi atas produk merchant
ini. Melalui aplikasi ini, akad pertama yang muncul dari sisi
konsumen adalah akad wakalah antara konsumen dengan Gojek,
yakni konsumen titip beli melalui Gojek untuk membelikan produk
(makanan dan/ atau minuman) ke merchant, dimana konsumen
sebagai muwakkil dan Gojek sebagai wakil. Namun, dalam akad titip
beli ini, konsumen tidak memberikan uangnya, namun juga minta
ditalangi terlebih dahulu oleh Gojek, sehingga dalam akad titip beli
ini, akadnya bergeser dari wakalahmurni berubah menjadi wakalah-
wa- qardh mustaqbal, yakni akad titip beli dengan janji menalangi,

12
dimana Gojek bertindak sebagai wakil dan sekaligus pihak yang
berjanji memberikan dana talangan dan konsumen bertindak sebagai
pihak yang diwakili dan akan ditalangi.
4. Dalam menjalankan akad talangan titip beli Gojek mewakilkan
pembelian produk ke merchant kepada driver, dan disini terjadi akad
wakalah antara Gojek dengan wakil. Dalam kasus ini, Gojek tidak
memberikan uang kepada driver sebagai talangan (untuk konsumen)
untuk membeli makanan/minuman ke merchant, dan meminta driver
untuk menalangi terlebih dahulu pembelian makanan/minuman ke
merchant, untuk kemudian ditagihkan ke konsumen. Dalam proses
ini, driver menalangi Gojek dalam rangka komitmen Gojek untuk
menalangi konsumen. Sehingga, sama dengan proses konsumen-
Gojek, dalam proses ini, driver bertindak sebagai wakil dari Gojek
(wakil) dan sekaligus sebagai pihak yang akan menalangi Gojek dan
Go-Jek sebagai pihak yang diwakili (muwakkil) dan yang akan
ditalangi. Dan sekali driver mengeluarkan uang untuk menalangi
Gojek, dan driver berkeinginan untuk menagih kembali dana
talangan tersebut, maka terjadi akad hutang-piutang antara driver
(muqridh) dengan Gojek (muqtaridh) sejumlah uang yang
dibayarkan driver untuk membeli makanan/minuman, misalnya
sejumlah Rp10.000,- sesuai dengan daftar harga makanan/minuman
yang tertera di struk/nota resmi dari merchant. Dan secara otomatis,
terjadi akad hutang-piutang (qardh) juga antara Gojek (muqridh)
dengan konsumen (muqtaridh).
5. Driver sebagai wakil dari Gojek kemudian mengantarkan
makanan/minuman tersebut kepada konsumen untuk memenuhi akad
wakalah antara Gojek dan konsumen, dengan status sebagai wakil
Gojek, dan driver menerima pembayaran dari konsumen sejumlah
harga makanan/minuman yang tertera dalam struk/nota (Rp10.000,-)
dan ongkos kirim, misalnya Rp5.000,-, atau total sebesar Rp15.000,-
sebagai bentuk pelunasan atas hutang (qardh) dari Gojek atas

13
talangan hutang yang diberikan oleh driver (Rp10.000,-) dan ongkos
kirim untuk driver (Rp5.000,).
6. Berdasarkan proses dalam poin 5, driver:
a. mendapatkan kembali pembayaran atas dana talangan yang
driver berikan kepada Gojek sebesar Rp10.000,-
b. ongkos kirim driver sebagai wakil dari Gojek untuk membelikan
makanan/minuman yang menjadi pesanan dari konsumen sebesar
Rp5.000,-,
c. mendapatkan tambahan 2 poin dari Gojek yang nantinya dapat
dikonversi menjadi uang.
7. Kembali kepada poin 1, setelah makanan/minuman diterima oleh
konsumen, maka Gojek diklaim berhak mendapatkan marketing fee
sebesar 20% dari nilai penjualan merchant melalui aplikasi Go Food,
dalam kasus ini adalah Rp2.000,- (20% x Rp10.000,-), dimana
Rp2.000,- akan dibayarkan merchant kepada Go Jek pada akhir
bulan.

C. ANALISIS
1. Analisi Multi Akad Pada Tranaksi Go Food
a. Akad ijarah pada aplikais Go-Food
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna dari barang atau jasa
yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya sewa tanpa disertai
perpindahan hak milik. Dalam skema di atas di jelaskan bahwa merchant
memanfaatkan jasa dari perusahann Gojek. Perusahaan Gojek
merupakan penyedia lapak jasa terhadap merchant. Dengan adanya jasa
dari Gojek ini memudahkan merchant dalam berjualan dan mengenalkan
produk yang dimiliki. Karena tidak semua manusia bisa memenuhi
kebutuhan mereka dengan sendirinya maka dari itu sangat dibutuhkan
jasa untuk saling membantu.
Dalam hal ini, ketika Gojek menerima pesanan dari konsumen
kemudian akan dibelikan bukan atas namanya (Gojek) tetapi atas nama

14
konsumen. Oleh karena itu semua biaya dan resiko yang terjadi selama
proses pembelian merupakan tanggung jawab konsumen. Karena Gojek
tidak menerima tanggung jawab apapun selama tidak lalai (berlebihan)
atau melebihi batas. Seperti telah dijelaskan dalam hadist :
Makna dari hadist tersebut yaitu segala pengeluaran harus dengan
tanggung jawab. Apabila melihat pada pelaksanaannya maka konsumen
harus siap menerima resiko akan apa yang terjadi karena Gojek
merupakan wakil dari konsumen untuk membelikan. Selain itu Gojek
pun tidak boleh melebihi batas dalam pelaksanaanya.
b. Akad Qardh pada aplikasi Go Food
Dari skema di atas terdapat akad qardh baik pinjaman yang
diperlukan dari konsumen ke Gojek atau dari Gojek ke driver. Dalam
proses ini, driver menalangi Gojek dalam rangka komitmen Gojek untuk
menalangi konsumen. Sehingga, sama dengan proses konsumen-Gojek,
dalam proses ini, driver bertindak sebagai wakil dari Gojek (wakil) dan
sekaligus sebagai pihak yang akan menalangi Gojek dan Gojek sebagai
pihak yang diwakili (muwakkil) dan yang akan ditalangi. Dimana driver
mengeluarkan uang untuk menalangi Gojek, dan driver berkeinginan
untuk menagih kembali dana talangan tersebut, maka terjadi akad
hutang-piutang antara driver (muqridh) dengan Gojek (muqtaridh)
sejumlah uang yang dibayarkan driveruntuk membeli
makanan/minuman, katakanlah sejumlah Rp10.000,- sesuai dengan
daftar harga makanan/minuman yang tertera di struk/nota resmi dari
merchant. Oleh karena itu secara otomatis, terjadi akad hutang-piutang
(qardh) juga antara Gojek (muqridh) dengan konsumen (muqtaridh).
Dijelaskan juga oleh para ulama tentang kaidah dzari’ah riba adalah
sesuatu yang diharamkan karena dikhawatirkan akanmengantarkan
kepada riba seperti haramnya menggabungkan akad pinjaman dengan
jual beli maka menjadi dibolehkan jika terdapat keinginan akan
penggabungan akad tersebut. Dan kebutuhan akan transaksi layanan
Gojek dan Go Food sangat terasa dibutuhkan di kota-kota besar yang

15
sering terjadi kemacetan lalu lintas dimana pemesan dapat memenuhi
kebutuhannya tanpa harus mengorbankan waktu dan tenaga.

c. Akad Hawalah pada aplikasi Go Food


Hawalah adalah pengalihan pemindahan hutang dari seorang
yang berutang kepada orang yang menanggung hutang tersebut. Dalam
hal ini Gojek menangguhkan hutangnya kepada driver Gojek untuk
pemabayaran atas pesanan dari konsumen. Dan dalam pemindahan atau
penangguhan ini tidak ada manfaat atau riba yang diambil. Penangguhan
hutang sesuai dengan jumlah yang sudah tertera pada layar ponsel.
Setelah driver selesai melaksanakan tugasnya ia akan langsung
menagih kepada konsumen. Penagihan pinjaman sesuai dengan yang
tertulis pada nota tidak ada tambahan. Karena apa yang tertulis
merupakan persetujuan antara kedua belah pihak dan tidak bisa
direkayasa.
Akad pada aplikasi Go Food tidak termasuk ke dalam uqud
murakkabah. Uqud murakkabah merupakan gabungan beberapa akad
dalam satu transaksi ketika pelaksanaanya dengan megajukan beberapa
syarat. Akad yang terjadi pada aplikasi ini bukan gabungan melainkan
akad yang bertahap atau akad yang terjadi terpisah. Akad qardh yang
terjadi ketika jual beli merupakan efek dari akad ijarah itu sendiri.
Ijarah merupakan akad dasar pada aplikasi Gojek. Dengan
adanya akad hawalah dan qardh sangat mempermudah konsumen dalam
melakukan jual beli. Konsumen tidak perlu susah-susah untuk
membayar ke penjual. Jadi akad qardh yang terjadi disini saling
menguntungkan semua pihak. Tidak ada pihak yang dirugikan dengan
akad-akad tersebut semua pihak telah mendapatkan keuntungan dan
kenyamanan masing-masing.
Akad yang terjadi pada aplikasi Go Food sangat bermanfaat dan
menguntungkan semua pihak. Tidak ada satupun pihak yang dirugikan
atau terdzalimi. 20% yang didapatkan oleh perusahaan merupakan upah

16
atas kerja yang dilakukan oleh driver. Merchant mendapatkan 80% juga
merupakan upah atas produk yang ditawarkan. Jadi setiap bagian telah
mendaptkan keuntungan dan hak masing-masing.

D. KESIMPULAN
Go Food merupakan sebuah fitur layanan food delivery layaknya
delivery order di sebuah rumah makan. Hanya dengan menggunakan smartphone
dan membuka fitur Go Food di dalam aplikasi Gojek, konsumen bisa memesan
makanan dari restoran yang sudah bekerja sama dengan Gojek. Makanan akan
dipesan dan diantar langsung oleh Gojek. Singkatnya, layanan ini sangat mirip
dengan layanan delivery order dari sebuah restoran.
Transaksi yang dilakukan Go Food adalah jual beli makanan, tetapi pada
transaksi tersebut terdapat ragam transaksi jika dilihat dari fiqih muamalah, yaitu
akad jual beli, akad hawalah, qard dan akad ijarah. Sehingga dalam satu
transaksi Go Food terdapat akad lebih dari satu, yaitu menghimpun akad-akad
(multi akad) dalam satu transaksi.
Akad yang terjadi pada aplikasi ini bukan gabungan melainkan akad
yang bertahap atau akad yang terjadi terpisah. Akad qardh yang terjadi ketika
jual beli merupakan efek dari akad ijarah itu sendiri. Ijarah merupakan akad
dasar pada aplikasi Gojek. Dengan adanya akad hawalah dan qardh sangat
mempermudah konsumen dalam melakukan jual beli. Konsumen tidak perlu
susah-susah untuk membayar ke penjual. Jadi akad qardh yang terjadi disini
saling menguntungkan semua pihak. Tidak ada pihak yang dirugikan dengan
akad-akad tersebut semua pihak telah mendapatkan keuntungan dan
kenyamanan masing-masing.
Akad yang terjadi pada aplikasi Go Food sangat bermanfaat dan
menguntungkan semua pihak. Tidak ada satupun pihak yang dirugikan atau
terdzalimi. 20% yang didapatkan oleh perusahaan merupakan upah atas kerja
yang dilakukan oleh driver. Merchant mendapatkan 80% juga merupakan upah
atas produk yang ditawarkan. Jadi setiap bagian telah mendaptkan keuntungan
dan hak masing-masing.

17
Selain itu, transaksi dengan internet sangat dibutuhkan masyarakat khusunya
bagi masyarakat yang tinggal di kota yang memiliki kesibukan yang tinggi.
Aplikasi Go Food sangat membantu dan melayani masyarakat sehingga mereka
tidak perlu repot-repot untuk mencari barang atau makanan yang diinginkan.
Menghemat waktu dan energi yang digunakan. Karena sesungguhnya sesuai
dengan kaidah “Hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada
dalil yang mengharamkannya”.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/muamalat/article/view/4772.

http://repository.uinbanten.ac.id/5854/.

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/5106/.

Taufik, M. (2018). MEKANISME TRANSAKSI MULTI AKAD DI FITUR


LAYANAN GO-FOOD DALAM APLIKASI BERBASIS ONLINE GO-JEK
MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS RM. AYAM
BAKAR WONG SOLO BANJARMASIN). uniska.

Sari, S., Nurhasanah, N., & Irwansyah, S. (2020). Tinjauan Hukum Islam
terhadap Ganti Rugi dalam Transaksi Multi Akad Gofood. Prosiding Hukum
Ekonomi Syariah, 6(2), 363-367.

Taufik, M. (2018). MEKANISME TRANSAKSI MULTI AKAD DI FITUR


LAYANAN GO-FOOD DALAM APLIKASI BERBASIS ONLINE GO-JEK
MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM (STUDI KASUS RM. AYAM
BAKAR WONG SOLO BANJARMASIN). uniska.

Suhaenah, S. (2020). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI


JUAL BELI DALAM SISTEM GO-FOOD (Studi kasus di kantor Go-jek
Cabang Serang Banten) (Doctoral dissertation, UIN SMH BANTEN).

NI’MAH, A. M. (2019). AKAD GO FOOD DALAM PERSPEKTIF HUKUM


ISLAM (Studi Kasus user Fitur Go Food di Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an
2 Purwokerto) (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).

19

Anda mungkin juga menyukai