Anda di halaman 1dari 22

MINI RISET HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

“Peran Badan Pengawas Perdagangan dan Investasi dalam Menjaga

Hak-Hak Konsumen”

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Perlindungan


Konsumen

Dosen Pengampu : Adi Putra SH.MH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. Agustar Leo Sihombing


2. Indah Purnama Sari
3. Mardian Tarigan

UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

FAKULTAS HUKUM

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset
yang berjudul “Peran Badan Pengawas Perdagangan dan Investasi dalam menjaga
hak-hak Konsumen di Indonesia“ yang disusun dalam rangka menyelesaikan
tugas Hukum Perlindungan Konsumen ini. Pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen. Dengan dosen
pengampu kami di mata kuliah ini Bapak Adi Putra ,S.H., MH. sebagai syarat
untuk mendapatkan nilai di mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini kami masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diperlukan demi kesempurnaan paper ini dan akan sangat kami terima dengan
senang hati. Diharapkan hasil mini riset ini dapat bermanfaat bagi masyarakat,
terutama dalam tingkah dan perilaku masyarakat yang sudah banyak berubah di
era globalisasi ini.

Medan, 10 Maret 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian..........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Pengertian Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan
Investasi (BAPPEBTI).........................................................................................5
2.2 Peran Badan Pengawas Perdagangan Komoditi Berjangka...........................5
2.3 Pengertian Konsumen.....................................................................................7
2.4 Pengertian Perlindungan Konsumen..............................................................7
2.5 Hak-Hak Konsumen.......................................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.......................................................................................10
3.1 Metode Penelitian.........................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................11
4.1 Peran Bappebti dalam Menjaga Hak-Hak Konsumen di Indonesia.............11
4.2 Peran bappebti dalam menjaga hak hak konsumen terhadap nasabah pialang
berjangka yg dibubarkan....................................................................................13
4.3 Peran Bappebti terkait kegiatan Broker Forex Ilegal dalam melindungi hak-
hak Konsumen............................................................................14_Toc132311746
BAB V....................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
5.1 KESIMPULAN............................................................................................17
5.2 SARAN........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pertumbuhan investasi di bidang perdagangan berjangka
komoditi (PBK) atau jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian, terus
meningkat. Sesuai dengan terminologi yang termaktub dalam UU No. 10 tahun
2011 amandemen UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi disebutkan bahwa PBK adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
jual beli komoditas dengan penarikan margin dengan penyelesaian kemudian
berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak
derivatif lainnya. Dalam hal ini komoditi yang ditawarkan pun berbeda mulai dari
produk primer seperti produk pertanian, pertambangan dan energi, hingga indeks
saham dan mata uang asing (foreign exchange).

Semakin tingginya minat masyarakat untuk terlibat dalam PBK ditandai


dengan trend lonjakan kontrak Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) baik di
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) maupun Bursa Berjangka Derivatif Indonesia
(BKDI) dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan selama pandemi, PBK menjadi
salah satu perdagangan yang tak surut dengan volume transaksi perdagangan
berjangka komoditi dari Januari-November 2020 meningkat lebih dari 21 %
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volume transaksi multilateral
pun tumbuh sebanyak 481.000 lot, menurut BAPPEPBTI  (Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi).

Peserta yang terlibat transaksi dalam perdagangan berjangka ini tak hanya
pedagang berjangka namun juga pialang berjangka, hedger (produsen, konsumen),
dan individu perorangan. Salah satu yang membuat investor tertarik untuk
menanamkan investasi di bursa berjangka ini antara lain kerena diyakini memiliki
keunggulan dalam hal : keamannya, karena dana nasabah harus tersimpan terpisah
di bank yang ditunjuk sebagai segregated account yang disetujui oleh
BAPPEBTI, online trading yang hanya mengandalkan internet dan gadget
dimanapun dan setiap saat dapat terlihat, laporan harian, High liquidity  dan

1
flexible dalam pembukaan account dan penarikan dana. Dari perspektif ekonomi
global , PBK ini sangat berpengaruh terhadap pengendalian harga komoditi dunia.
Terlebih lagi Indonesia adalah produsen dan eksportir beberapa komoditas alam
dan tambang besar, sehingga semakin ramai bursa ini, maka tidak mustahil
apabila Indonesia menjadi acuan harga komoditi dunia.

Dalam perkembangannya, untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap


tertumbuhan PBK ini maka beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pialang
berjangka  berlomba – lomba mencari investor terutama individu agar tergabung
sebagai nasabah dengan penempatan dana tertentu, bahkan terdapat iming-
iming reward yang menggiurkan dalam penempatan sejumlah dana melalui
pialang tertentu. Mengingat kemudahan dalam bertransaksi, maka  tak sedikit
nasabah yang memiliki dana tergiur untuk bertransaksi. Dalam praktek, kontrak
berjangka tak menjadi prioritas melainkan transaksi penempatan dana yang utama.
Hal inilah yang sering mencuri peluang jual beli illegal dalam PBK. Bahkan
Sepanjang 2019, Badan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappebti)
Kementerian Perdagangan (Kemendag) berhasil memblokir 299 domain situs
ilegal di bidang perdagangan berjangka komoditi.

Meskipun disebut sebagai investor/nasabah, dimata hukum subyek


tersebut tetap dapat dikategorikan sebagai konsumen, sebagaimana dimaksud
dalam UU Perlindungan Konsumen. Sesuai dengan UUPK, konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam hal ini konsumsi
dapat berupa barang komoditi ataupun jasa pengelolaan transaksi komoditi
berjangka. Konsumen yang telah menempatkan dana dan terikat dalam kontrak
berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya tentu saja
terlindungi haknya dimata hukum untuk memperoleh segala sesuatu yang telah
diperjanjikan, baik sejak dalam penawaran hingga perolehan barang komoditi
meskipun diserahkan kemudian dalam jangka waktu tertentu. Tidaklah menjadi
soal dalam sebuah transaksi apabila barang yang diperjanjikan belum tersedia.
Sama halnya dengan ketentuan hukum perdata umum, apabila dalam waktu yang
telah dijanjikan barang yang telah dibeli tidak dapat diberikan kepada konsumen,

2
maka pelaku usaha atau produsen dapat dikatakan wanprestasi. Dalam hal penjual
tidak memenuhi prestasi sesuai dengan yang ditawarkan atau dipromosikan di
awal, maka sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dapat diterapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 62 UUPK. Tak hanya sanksi pidana, hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya pun terjamin sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 huruf h UUPK.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah Yang Akan Kami Bahas Dalam Penulisan Ini,
Yaitu:

1. Bagaimanakah Peran Badan Pengawas Perdagangan dan investasi dalam


menjaga dan melindungi Hak-Hak Konsumen?

1.3 Tujuan Kegunaan Penelitian


Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mendalami segala aspek
tentang permasalah-permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah. Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk memahami apa saja peran Badan Pengawas Perdagangan dan


investasi dalam menjaga dan melindungi Hak-Hak Konsumen di
Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sumbangan
pemikiran dan pengetahuan dan keilmuaan mengenai hukum. Serta memperkaya
pengetahuan bagi penulis dan pembaca di bidang hukum khususnya di bidang
peran badan pengawas perdagangan berjangka komoditi terhadap praktik
perdagangan berjangka komoditi di Indonesia

2. Manfaat Praktis

3
Penelitian ini memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana peranan
BAPPEBTI dalam menjaga hak-hak konsumen di Indonesia.

3. Manfaat bagi penulis


Sebagai suatu pembelajaran dan syarat bagi penulis dalam menyelesaikan salah
satu tugas mata kuliah hokum Perlindungan Konsumen.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan


Investasi (BAPPEBTI)
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau disingkat Bappebti
adalah lembaga milik Kementerian Perdagangan yang dibentuk untuk membantu
mengawasi dan menyusun regulasi terkait perdagangan komoditi, valuta asing,
maupun pasar berjangka. Kedudukan lembaga ini diatur dalam Undang-Undang
No. 32 tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi.

Dasar hukum badan perdagangan berjangaka komoditi di atur dalam undang-


undang republik Indonesia nomor 10 tahun 2011 tentang perubahan atas undang-
undang nomor 32 tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi. Dalam
pasal 1 ayat (3) menyebutkan badan pengawas perdagangan berjangka komoditi
yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan
perdagangan berjangka. Badan pengawas perdagangan berjangka komoditi
(Bappebti) adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok melakukan
pengaturan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sehari-hari terhadap
kegiatan perdagangan berjangka komoditi (PBK), pasar lelang komoditi (PLK),
dan sistem resi gudang (SRG).

Bappebti adalah unit eselon satu di bawah menteri perdagangan yang susunan
organisasinya diatur berdasarkan peraturan presiden. Menteri perdagangan
berwenang menetapkan kebijakan umum di bidang pasar komoditi (PBK, PLK,
SRG) sedangkan kebijakan yang bersifat teknis diatur lebih lanjut oleh Bappebti.

2.2 Peran Badan Pengawas Perdagangan Komoditi Berjangka


Bappebti adalah lembaga resmi yang berada di bawah naungan Menteri
Perdagangan yang juga memiliki korelasi searah dengan BAPEPAM atau Badan 
Pengawas Pasar Modal, Bank Indonesia, Kejaksaan Agung, dan Kepolisian

5
RI.Artinya, Bappebti menduduki peranan penting dalam pengawasan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terhadap jalannya transaksi pada pasar
berjangka. Segala transaksi yang berlaku harus berjalan sesuai dengan regulasi
yang telah disetujui dan ditetapkan oleh lembaga ini. 
Selain itu, Bappebti juga menaungi secara langsung pasar berjangka yang
keberadaannya setingkat dengan lembaga kliring berjangka. Kedua lembaga
tersebut berperan dalam mengatur dan mengawasi perdagangan pialang berjangka
yang bukan anggota kliring, maupun anggota kliring yang menghimpun nasabah. 
Bappebti juga bertugas memantau pengelola sentra dana berjangka. Lembaga ini
akan berkoordinasi dengan bank penitipan, sentra dan berjangka, serta penasihat
berjangka. Jadi, dalam hal ini Bappebti akan membangun kerja sama secara
langsung dengan bank-bank terkait yang tergabung dalam pendanaan transaksi
berjangka. 

Dari beberapa kedudukan Bappebti di atas, secara garis besar lembaga ini
memiliki kewenangan untuk mengatur penerbitan izin usaha perdagangan
berjangka, termasuk pemeriksaan transaksi keuangan, pemberian izin, serta
membantu memecahkan masalah. Secara singkat, fungsi dari lembaga Bappebti
ini di antaranya:

 Membuat dan menetapkan peraturan terkait perdagangan berjangka.

 Mengawasi dan memantau segala aktivitas dalam lembaga kliring


berjangka maupun bursa berjangka.

 Menerbitkan izin usaha di bidang perdagangan berjangka sesuai dengan


ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan.

 Mengesahkan bursa berjangka dan kontrak berjangka yang bisa dijadikan


tujuan distribusi.

 Memeriksa pelaku usaha berjangka yang telah memiliki izin guna


memastikan tidak adanya pelanggaran terhadap. ketentuan dan hukum
perdagangan yang telah ditentukan.

6
 Mewajibkan pihak-pihak pelanggar untuk menghentikan promosi
perdagangan berjangka yang dapat memicu kekeliruan pada pemahaman
publik.

 Menindak tegas setiap pelaku pelanggaran terhadap peraturan dan hukum


perdagangan berjangka yang berlaku .

 Memberikan solusi terkait permasalahan yang timbul dalam perdagangan


berjangka.

2.3 Pengertian Konsumen


Konsumen adalah setiap orang yang pemakai barang dan /atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak unuk diperdagangkan. Hal ini dapat bersifat
dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun secara online seperti
yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui tatap muka,
konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan
pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.

2.4 Pengertian Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang
mengatur hak dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk
menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen
(Sidobalok 2014:39).

Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun
secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak
melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang
dijanjikan.

7
2.5 Hak-Hak Konsumen

Hak sebagai konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan


Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik
Indonesia yang berlandaskan pada Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1),
Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33 yang dapat diketahui sebagai berikut:

1) Hak dalam memilih barang

Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang


nantinya akan digunakan atau dikonsumsi. Tidak ada yang berhak
mengatur sekalipun produsen yang bersangkutan. Begitu juga hak dalam
meneliti kualitas barang yang hendak dibeli atau dikonsumsi pada
nantinya.

2) Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi

Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi maupun ganti


rugi atas kerugian yang diterimanya dalam sebuah transaksi jual beli yang
dilakukan. Apabila tidak adanya kecocokan dalam gambar maupun
kualitas, konsumen berhak melakukan sebuah tuntutan terhadap produsen.

3) Hak mendapat barang/jasa yang sesuai

Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan sesuai


dengan kesepakatan yang tertulis. Sebagai contoh dalam transaksi secara
online, apabila terdapat layanan gratis ongkos kirim, maka penerapannya
harus sedemikian. Bila tidak sesuai, konsumen berhak menuntut hak
tersebut.

4) Hak menerima kebenaran atas segala informasi pasti

Hal yang paling utama bagi para konsumen, guna mengetahui apa
saja informasi terkait produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi
ataupun mengurangi informasi terkait produk maupun layanannya.
Sebagai contoh apabila ada cacat atau kekurangan pada barang, produsen
berkewajiban untuk memberi informasi kepada konsumen.

8
5) Hak pelayanan tanpa tindak diskriminasi

Perilaku diskriminatif terhadap konsumen merupakan salah satu


bentuk pelanggaran atas hak konsumen. Pelayanan yang diberikan oleh
produsen tidak boleh menunjukkan perbedaan antara konsumen yang satu
dengan konsumen yang lainnya.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Tipe penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan yang bersifat
yuridis normatif kualitatif yang sumbernya diperoleh dari bahan pustaka dan studi
dokumen. Sehingga peneliti dengan penelitian hukum yuridis normatif kualitatif
ini bermaksud agar ditemukannya solusi dari masalah dengan menggunakan
bahan-bahan kepustakaan, teori-teori hukum yang ada termasuk Peraturan
PerundangUndangan. Sehingga dapat dikaji permasalahan dari penelitian ini
untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas apa yang diperoleh. Sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku referensi, jurnal hukum,
dan yang lain terkait dengan permasalahan. Setelah data hukum primer dan data
hukum sekunder terkumpul selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis
dengan menggunakan metode pengolahan data hukum secara sistematis.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peran Bappebti dalam Menjaga Hak-Hak Konsumen di Indonesia

Semakin tingginya minat masyarakat untuk terlibat dalam PBK ditandai


dengan trend lonjakan kontrak Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) baik di
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) maupun Bursa Berjangka Derivatif Indonesia
(BKDI) dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan selama pandemi, PBK menjadi
salah satu perdagangan yang tak surut dengan volume transaksi perdagangan
berjangka komoditi dari Januari-November 2020 meningkat lebih dari 21 %
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volume transaksi multilateral
pun tumbuh sebanyak 481.000 lot, menurut BAPPEPBTI  (Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi).

Peserta yang terlibat transaksi dalam perdagangan berjangka ini tak hanya
pedagang berjangka namun juga pialang berjangka, hedger (produsen, konsumen),
dan individu perorangan. Salah satu yang membuat investor tertarik untuk
menanamkan investasi di bursa berjangka ini antara lain kerena diyakini memiliki
keunggulan dalam hal : keamannya, karena dana nasabah harus tersimpan terpisah
di bank yang ditunjuk sebagai segregated account yang disetujui oleh
BAPPEBTI, online trading yang hanya mengandalkan internet dan gadget
dimanapun dan setiap saat dapat terlihat, laporan harian, High liquidity  dan
flexible dalam pembukaan account dan penarikan dana. Dari perspektif ekonomi
global , PBK ini sangat berpengaruh terhadap pengendalian harga komoditi dunia.
Terlebih lagi Indonesia adalah produsen dan eksportir beberapa komoditas alam
dan tambang besar, sehingga semakin ramai bursa ini, maka tidak mustahil
apabila Indonesia menjadi acuan harga komoditi dunia.

Dalam perkembangannya, untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap


tertumbuhan PBK ini maka beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pialang
berjangka  berlomba – lomba mencari investor terutama individu agar tergabung

11
sebagai nasabah dengan penempatan dana tertentu, bahkan terdapat iming-
iming reward yang menggiurkan dalam penempatan sejumlah dana melalui
pialang tertentu. Mengingat kemudahan dalam bertransaksi, maka  tak sedikit
nasabah yang memiliki dana tergiur untuk bertransaksi. Dalam praktek, kontrak
berjangka tak menjadi prioritas melainkan transaksi penempatan dana yang utama.
Hal inilah yang sering mencuri peluang jual beli illegal dalam PBK. Bahkan
Sepanjang 2019, Badan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappebti)
Kementerian Perdagangan (Kemendag) berhasil memblokir 299 domain situs
ilegal di bidang perdagangan berjangka komoditi.

Meskipun disebut sebagai investor/nasabah, dimata hukum subyek


tersebut tetap dapat dikategorikan sebagai konsumen, sebagaimana dimaksud
dalam UU Perlindungan Konsumen. Sesuai dengan UUPK, konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam hal ini konsumsi
dapat berupa barang komoditi ataupun jasa pengelolaan transaksi komoditi
berjangka. Konsumen yang telah menempatkan dana dan terikat dalam kontrak
berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya tentu saja
terlindungi haknya dimata hukum untuk memperoleh segala sesuatu yang telah
diperjanjikan, baik sejak dalam penawaran hingga perolehan barang komoditi
meskipun diserahkan kemudian dalam jangka waktu tertentu.

Tidaklah menjadi soal dalam sebuah transaksi apabila barang yang


diperjanjikan belum tersedia. Sama halnya dengan ketentuan hukum perdata
umum, apabila dalam waktu yang telah dijanjikan barang yang telah dibeli tidak
dapat diberikan kepada konsumen, maka pelaku usaha atau produsen dapat
dikatakan wanprestasi. Dalam hal penjual tidak memenuhi prestasi sesuai dengan
yang ditawarkan atau dipromosikan di awal, maka sanksi pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah) dapat diterapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 62 UUPK.
Tak hanya sanksi pidana, hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

12
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya pun terjamin sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 4 huruf h UUPK.

4.2 Peran bappebti dalam menjaga hak hak konsumen terhad ap nasabah
pialang berjangka yg dibubarkan
Pada dasarnya semua mekanisme tara cara aturan dalam
perdaganganberjangka komoditi tersebut di atur dalam undang-undang
Nomor 32 tahun 1997tentang perdagangan berjangka komoditi, peraturan
pemerintah Nomor10 tahun 1999tentang tata cara pemeriksaan dibidang
perdagangan berjangka komoditi danperaturan pemerintah Nomor9 tahun
1999 tentang penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi.

Perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang berjangka


yang dibubarkan sesuai dengan undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang
perdagangan berjangka komoditi telah memberikan wewenang kepada badan
pengawas perdagangan berjangka dan komoditi (BAPPEBTI) sebagai regulator
badan pengawas perdagangan berjangka komoditi yang secara praktis
berfungsi sebagai pengawas keamanan dalam semua perdagangan berjangka,
secara aktif mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan
menjaga kepentingan para pihak dalam kegiatan perdagangan berjangka
komoditi dan lebih ditegaskan lagi dalam pasal 6 huruf r undang-undang
Nomor 32 tahun 1997 tentang perdagangan berjangka dan komoditi yaitu
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian
masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini
dan/atau peraturan pelaksanaannya, dengan perlindungan yang diberikan kepada
BAPPEBTI maka masyarakat atau nasabah mendapatkankan perlindungan secara
represif dan preventif.

Tanggung jawab perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan


terhadap nasabah yaitu memberikan pengembalian dana kepada nasabah
sesuai dengan jumlah kerugian nasabah, namun apabila dalam uasaha
nasabah untuk mendapatkan kembali dana yang ada pada perusahaan pialang
berjangka tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka nasabah dapat

13
melakukan upaya-upaya yang telah disediakan oleh BAPPEBTI yaitu
meminta langsung ke bursa berjangka, namun jika nasabah masih belum
merasa puas maka upaya selanjutnya dapat meminta kepada BAPPEBTI.

4.3 Peran Bappebti terkait kegiatan Broker Forex Ilegal dalam melindungi
hak-hak Konsumen

Forex dalam praktiknya, Banyak nasabah masih ditemukan mengalami


kerugian akibat Pialang Berjangka melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan. Misalnya pialang berjangka yang tidak memiliki izin usaha
BAPPEBTI tetapi menjalankan kegiatan usahanya. lni biasanya dilakukan oleh
pialang berjangka asing. Pialang Berjangka dari luar negeri tersebut menjanjikan
keuntungan yang besar sehingga nasabah tergiur untuk berinvestasi dalam forex
trading. Sering terjadi manipulasi transaksi dalam forex trading yang
mengakibatkan para nasabah mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

14
Dalam hal ini, berikut akan dijelaskan beberapa penyimpangan yang biasanya
dilakukan oleh pialang berjangka:
1) Pelanggaran persyaratan lisensi Pialang Berjangka
2) Pelanggaran persyaratan lisensi Wakil Pialang Berjangka
3) Pelanggaran terhadap ketentuan tentang Dana Nasabah (Margin)
4) Risiko melanggar ketentuan terkait penyampaian dokumen informasi
perusahaan dan dokumen pemberitahuan
5) Pelanggaran larangan perdagangan.

Apabila Pialang Berjangka melakukan pelanggaran, maka akan dikenakan


sanksi pidana penjara terlama 8 (delapan) tahun, denda maksimal Rp.
10.000.000.000 (sepuluh Miliar Rupiah). Dapat dilihat bahwa Undang-Undang
Perdagangan Berjangka Komoditi mengatur hukuman penjara dan denda bagi para
pialang yang melanggar regulasi bidang perdagangan berjangka komoditi.
BAPPEBTI pada Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi juga
mengatur sanksi administratif bagi Pialang yang melanggar ketentuan izin usaha,
Pasal 69 mengatur:
1) BAPPEBTI berhak memberikan sanksi administratif atas pelanggaran
ketentuan undang-undang ini dan/atau ketenruan pelaksanaan tersebut dilakukan
oleh pihak-pihak yang telah memperoleh izin usaha BAPPEBTI, izin yang telah
disetujui, dan sertifikat pendaftaran BAPPEBTI.
2) Sanksi administratif pada ayat (1) menyebutkan:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda administratif, yaitu kewajiban membayar dalam jumlah tertentu;
c. Pembatasan aktivitas;
d. Pembekuan aktivitas;
e. Cabut lisensi;
f. Cabut lisensi;
g. Persetujuan dibatalkan;
h. Sertifikat pendaftaran dibatalkan.

15
Selain itu, dengan atau tanpa sanksi tertulis sebelumnya, dapat dikenakan
denda administratif, izin usaha dibatasi dan dibekukan, izin usaha dicabut, izin
dicabut, sertifikat pendaftaran diserujui dan dibatalkan, dan sanksi administratif
dapat dijatuhkan sendiri atau digabungkan dengan sanksi lainnya

16
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Perlindungan hokum bagi nasabah perusahaan pialang berjangka yang
dibubarkan sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang
perdagangan berjangka komoditi telah memberikan wewenang kepada Bappebti
sebagairegulator badan pengawas perdagangan berjangka komoditi yang
secarapraktis berfungsi sebagai pengawas keamanan dalam semua perdagangan
berjangka.Tanggung jawab perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan
terhadapnasabah yaitu memberikan pengembalian dana kepada nasabah
sesuaidengan jumlah kerugian nasabah. namun apabila dalam uasaha nasabah
untuk mendapatkan kembali dana yang ada pada perusahaan pialang
berjangka tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka nasabah dapat
melakukan upaya-upaya yang telah disediakan oleh BAPPEBTI yaitu
meminta langsung ke bursa berjangka, namun jika nasabah masih belum
merasa puas maka upaya selanjutnya dapat meminta kepada BAPPEBTI.
Banyak sekali peran Bappebti yg melindungi dan menjaga konsumen dari segala
kerugian di kemudian hari. Dari Memeriksa pelaku usaha berjangka yang telah
memiliki izin guna memastikan tidak adanya pelanggaran terhadap ketentuan dan
hukum perdagangan yang telah ditentukan sampai kepada berhasil memblokir 299
domain situs ilegal di bidang perdagangan berjangka komoditi serta memberi
sanksi administrative kepada pelaku pelanggar kegiatan perdagangan berjangka
komoditi.

5.2 SARAN

Kepada Pemerintah, dalam Pasal I Undang-Undang No.8 tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), menyatakan pengertian mengenai
konsumen adalah "setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia di

17
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan". Berdasarkan Undang-
Undang tersebut bahwa sudah jelas tugas pemerintah adalah memberikan
perlindungan kepada konsumen, pemerintah wajib melindungi konsumen agar
nantinya tidak dirugikan oleh pihak rnanapun. Pemerintah juga seharusnya
membuatkan peraturan yang mengikat agar adanya tindak lanjut yang lebih tegas
dari pelanggaran yang dapat merugikan konsumen. Bagi Masyarakat, pelaku
Pialang Berjangka dalam melaksanakan transaksi harus berdasarkan peraruran
perundang-undangan dan ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kontrak
untuk perlindungan konsumen dan mengurangi perselisihan antara Pialang
Berjangka dan konsumen yang dapat mengakibatkan kerugian. Kepada
BAPPEBTI harus lebih ketat dalam pengawasan aktivitas dan transaksi yang
dilakukan oleh Pialang Berjangka dan adanya langkah represif dan preventif
dalam upaya mengurangi perselisihan antara Pialang Berjangka dan Konsumen.
BAPPEBTl sebagai lembaga pengawas yang membawahi seluruh kegiatan
perdagangan berjangka di seluruh Indonesia setidaknya harus memiliki ekstensi di
setiap provinsi di Indonesia. Hal ini untuk memaksirnalkan tanggung jawab dalam
pengawasan harian kegiatan perdagangan berjangka, khususnya pengawasan
pialang berjangka.

18
DAFTAR PUSTAKA

Website/Laman :

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/7636/TRI%20FLOWER
%20NYUTI%20GULO.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://www.cermati.com/artikel/bappebti

https://bahasan.id/perlindungan-konsumen-perdagangan-berjangka-komoditi/

https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/20547/13483

https://www.kominfo.go.id/content/detail/32791/berikan-kepastian-hukum-
bappebti-awasi-pelaku-usaha-aset-kripto-di-indonesia/0/berita

19

Anda mungkin juga menyukai