KONSUMEN
“Peran Badan Pengawas Perdagangan dan Investasi dalam Menjaga
Hak-Hak Konsumen”
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Perlindungan
Konsumen
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Agustar Leo Sihombing
2. Indah Purnama Sari
3. Mardian Tarigan
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I .PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1.Latar Belakang...............................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3Tujuan Penulisan.............................................................................................5
BAB II .PEMBAHASAN........................................................................................7
A.Pengertian E-Commerce...................................................................................7
B.Sejarah E-Commerce Di Dunia........................................................................8
C.Sejarah E-Commerce Di Indonesia................................................................11
D.Jenis-Jenis E-Commerce Di Indonesia...........................................................12
E. Dasar Hukum E-Commerce Secara Hukum Internasional Dan Hukum Di
Indonesia............................................................................................................16
F.Mekanisme E-Commerce Di Indonesia..........................................................18
G. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam E-Commerce..................................21
H. Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam E-Commerce..............................23
I. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam E-Commerce..........................................35
J.Perkembangan E-Commerce Di Indonesia Saat ini.........................................37
BAB III .PENUTUP..............................................................................................39
A.Kesimpulan.....................................................................................................39
B.Saran...............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pertumbuhan investasi di bidang perdagangan berjangka komoditi (PBK)
atau jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian, terus meningkat. Sesuai dengan
terminologi yang termaktub dalam UU No. 10 tahun 2011 amandemen UU No. 32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi disebutkan bahwa PBK adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan jual beli komoditas dengan penarikan margin dengan penyelesaian
kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan atau kontrak derivatif
lainnya. Dalam hal ini komoditi yang ditawarkan pun berbeda mulai dari produk primer
seperti produk pertanian, pertambangan dan energi, hingga indeks saham dan mata uang
asing (foreign exchange).
Semakin tingginya minat masyarakat untuk terlibat dalam PBK ditandai
dengan trend lonjakan kontrak Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) baik di Bursa Berjangka
Jakarta (BBJ) maupun Bursa Berjangka Derivatif Indonesia (BKDI) dalam beberapa tahun
terakhir. Bahkan selama pandemi, PBK menjadi salah satu perdagangan yang tak surut
dengan volume transaksi perdagangan berjangka komoditi dari Januari-November 2020
meningkat lebih dari 21 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volume
transaksi multilateral pun tumbuh sebanyak 481.000 lot, menurut BAPPEPBTI (Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).
Peserta yang terlibat transaksi dalam perdagangan berjangka ini tak hanya pedagang
berjangka namun juga pialang berjangka, hedger (produsen, konsumen), dan individu
perorangan. Salah satu yang membuat investor tertarik untuk menanamkan investasi di bursa
berjangka ini antara lain kerena diyakini memiliki keunggulan dalam hal : keamannya,
karena dana nasabah harus tersimpan terpisah di bank yang ditunjuk sebagai segregated
account yang disetujui oleh BAPPEBTI, online trading yang hanya mengandalkan internet
dan gadget dimanapun dan setiap saat dapat terlihat, laporan harian, High liquidity dan
flexible dalam pembukaan account dan penarikan dana. Dari perspektif ekonomi global , PBK
ini sangat berpengaruh terhadap pengendalian harga komoditi dunia. Terlebih lagi Indonesia
adalah produsen dan eksportir beberapa komoditas alam dan tambang besar, sehingga
semakin ramai bursa ini, maka tidak mustahil apabila Indonesia menjadi acuan harga
komoditi dunia.
Dalam perkembangannya, untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap
tertumbuhan PBK ini maka beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pialang berjangka
berlomba – lomba mencari investor terutama individu agar tergabung sebagai nasabah
dengan penempatan dana tertentu, bahkan terdapat iming-iming reward yang menggiurkan
dalam penempatan sejumlah dana melalui pialang tertentu. Mengingat kemudahan dalam
bertransaksi, maka tak sedikit nasabah yang memiliki dana tergiur untuk bertransaksi. Dalam
praktek, kontrak berjangka tak menjadi prioritas melainkan transaksi penempatan dana yang
utama. Hal inilah yang sering mencuri peluang jual beli illegal dalam PBK. Bahkan
Sepanjang 2019, Badan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappebti) Kementerian
Perdagangan (Kemendag) berhasil memblokir 299 domain situs ilegal di bidang perdagangan
berjangka komoditi.
4
Meskipun disebut sebagai investor/nasabah, dimata hukum subyek tersebut tetap
dapat dikategorikan sebagai konsumen, sebagaimana dimaksud dalam UU Perlindungan
Konsumen. Sesuai dengan UUPK, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dalam hal ini konsumsi
dapat berupa barang komoditi ataupun jasa pengelolaan transaksi komoditi berjangka.
Konsumen yang telah menempatkan dana dan terikat dalam kontrak berjangka, kontrak
derivatif syariah dan atau kontrak derivatif lainnya tentu saja terlindungi haknya dimata
hukum untuk memperoleh segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik sejak dalam
penawaran hingga perolehan barang komoditi meskipun diserahkan kemudian dalam jangka
waktu tertentu. Tidaklah menjadi soal dalam sebuah transaksi apabila barang yang
diperjanjikan belum tersedia. Sama halnya dengan ketentuan hukum perdata umum, apabila
dalam waktu yang telah dijanjikan barang yang telah dibeli tidak dapat diberikan kepada
konsumen, maka pelaku usaha atau produsen dapat dikatakan wanprestasi. Dalam hal penjual
tidak memenuhi prestasi sesuai dengan yang ditawarkan atau dipromosikan di awal, maka
sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dapat diterapkan sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 62 UUPK. Tak hanya sanksi pidana, hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya pun terjamin sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 4 huruf h UUPK.
B. Perumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Yang Akan Kami Bahas Dalam Penulisan Ini, Yaitu:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan dan keilmuaan mengenai hukum. Serta memperkaya pengetahuan bagi penulis
dan pembaca di bidang hukum khususnya di bidang peran badan pengawas perdagangan
berjangka komoditi terhadap praktik perdagangan berjangka komoditi di Indonesia
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan pemaham kepada masyarakat agar lebih waspada dalam
berinvestasi terutama ikut serta dalam praktik binary option dan dan juga pemahaman kepada
aparat hukum dalam menangani dan memberantas adanya praktik binary option di Indonesia.
Sebagai suatu pembelajaran dan syarat bagi penulis dalam menyelesaikan strata 1 (satu)
program studi ilmu hukum bagian hukum bisnis Universitas HKPB Nommensen Medan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Membuat dan menetapkan peraturan terkait perdagangan berjangka.
Mengawasi dan memantau segala aktivitas dalam lembaga kliring berjangka maupun
bursa berjangka.
Menerbitkan izin usaha di bidang perdagangan berjangka sesuai dengan ketentuan dan
syarat yang telah ditetapkan.
Mengesahkan bursa berjangka dan kontrak berjangka yang bisa dijadikan tujuan
distribusi.
Memeriksa pelaku usaha berjangka yang telah memiliki izin guna memastikan tidak
adanya pelanggaran terhadap. ketentuan dan hukum perdagangan yang telah
ditentukan.
Mewajibkan pihak-pihak pelanggar untuk menghentikan promosi perdagangan
berjangka yang dapat memicu kekeliruan pada pemahaman publik.
Menindak tegas setiap pelaku pelanggaran terhadap peraturan dan hukum
perdagangan berjangka yang berlaku .
Memberikan solusi terkait permasalahan yang timbul dalam perdagangan berjangka.
C. Pengertian Konsumen
Konsumen adalah setiap orang yang pemakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
dan tidak unuk diperdagangkan. Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara
langsung maupun secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi
yang tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.
D. Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan
mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan
konsumen (Sidobalok 2014:39).
Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara langsung maupun secara online seperti
yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui tatap muka, konsumen tetap
berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang
sesuai dengan yang dijanjikan.
E. Hak-Hak Konsumen
8
Hak dalam memilih barang
Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang nantinya akan digunakan atau
dikonsumsi. Tidak ada yang berhak mengatur sekalipun produsen yang bersangkutan. Begitu
juga hak dalam meneliti kualitas barang yang hendak dibeli atau dikonsumsi pada nantinya.
Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi maupun ganti rugi atas kerugian yang
diterimanya dalam sebuah transaksi jual beli yang dilakukan. Apabila tidak adanya
kecocokan dalam gambar maupun kualitas, konsumen berhak melakukan sebuah tuntutan
terhadap produsen.
Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan sesuai dengan kesepakatan yang
tertulis. Sebagai contoh dalam transaksi secara online, apabila terdapat layanan gratis ongkos
kirim, maka penerapannya harus sedemikian. Bila tidak sesuai, konsumen berhak menuntut
hak tersebut.
Hal yang paling utama bagi para konsumen, guna mengetahui apa saja informasi terkait
produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi ataupun mengurangi informasi terkait
produk maupun layanannya. Sebagai contoh apabila ada cacat atau kekurangan pada barang,
produsen berkewajiban untuk memberi informasi kepada konsumen.
Perilaku diskriminatif terhadap konsumen merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak
konsumen. Pelayanan yang diberikan oleh produsen tidak boleh menunjukkan perbedaan
antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif
kualitatif yang sumbernya diperoleh dari bahan pustaka dan studi dokumen. Sehingga peneliti
dengan penelitian hukum yuridis normatif kualitatif ini bermaksud agar ditemukannya solusi
dari masalah dengan menggunakan bahan-bahan kepustakaan, teori-teori hukum yang ada
termasuk Peraturan PerundangUndangan. Sehingga dapat dikaji permasalahan dari penelitian
ini untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas apa yang diperoleh. Sumber data yang
digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku referensi, jurnal hukum, dan yang
lain terkait dengan permasalahan. Setelah data hukum primer dan data hukum sekunder
terkumpul selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode
pengolahan data hukum secara sistematis
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
berjangka yangdibubarkan sesuai dengan Undang-undangNomor32 tahun 1997
tentang perdaganganberjangka komoditi telah memberikan wewenang kepada Bappebti
sebagairegulator badan pengawas perdagangan berjangka komoditi yang secarapraktis
berfungsi sebagai pengawas keamanan dalam semua perdaganganberjangka.2.Tanggung
jawab perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan terhadapnasabah yaitu
memberikan pengembalian dana kepada nasabah sesuaidengan jumlah kerugian
nasabah. namun apabila dalam uasaha nasabah untuk mendapatkan kembali dana yang
ada pada perusahaan pialang berjangka tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka
nasabah dapat melakukan upaya-upaya yang telah disediakan oleh BAPPEBTI yaitu
meminta langsung ke bursa berjangka, namun jika nasabah masih belum merasa puas
maka upaya selanjutnya dapat meminta kepada BAPPEBTI.
13
1. Peran Bappebti terkait kegiatan Broker Forex Ilegal dalam melindungi hak-hak
Konsumen
Forex dalam praktiknya, Banyak nasabah masih ditemukan mengalami kerugian akibat
Pialang Berjangka melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
Misalnya pialang berjangka yang tidak memiliki izin usaha BAPPEBTI tetapi menjalankan
kegiatan usahanya. lni biasanya dilakukan oleh pialang berjangka asing. Pialang Berjangka
dari luar negeri tersebut menjanjikan keuntungan yang besar sehingga nasabah tergiur untuk
berinvestasi dalam forex trading. Sering terjadi manipulasi transaksi dalam forex trading yang
mengakibatkan para nasabah mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.
Dalam hal ini, berikut akan dijelaskan beberapa penyimpangan yang biasanya dilakukan oleh
pialang berjangka:
14
1) Pelanggaran persyaratan lisensi Pialang Berjangka
2) Pelanggaran persyaratan lisensi Wakil Pialang Berjangka
3) Pelanggaran terhadap ketentuan tentang Dana Nasabah (Margin)
4) Risiko melanggar ketentuan terkait penyampaian dokumen informasi perusahaan dan
dokumen pemberitahuan
5) Pelanggaran larangan perdagangan.
Apabila Pialang Berjangka melakukan pelanggaran, maka akan dikenakan sanksi pidana
penjara terlama 8 (delapan) tahun, denda maksimal Rp. 10.000.000.000 (sepuluh Miliar
Rupiah). Dapat dilihat bahwa Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi mengatur
hukuman penjara dan denda bagi para pialang yang melanggar regulasi bidang perdagangan
berjangka komoditi. BAPPEBTI pada Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi
juga mengatur sanksi administratif bagi Pialang yang melanggar ketentuan izin usaha, Pasal
69 mengatur:
1) BAPPEBTI berhak memberikan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan
undangundang ini dan/atau ketenruan pelaksanaan tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang
telah memperoleh izin usaha BAPPEBTI, izin yang telah disetujui, dan sertifikat pendaftaran
BAPPEBTI.
2) Sanksi administratif pada ayat (1) menyebutkan:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda administratif, yaitu kewajiban membayar dalam jumlah tertentu;
c. Pembatasan aktivitas;
d. Pembekuan aktivitas;
e. Cabut lisensi;
f. Cabut lisensi;
g. Persetujuan dibatalkan;
h. Sertifikat pendaftaran dibatalkan.
Selain itu, dengan atau tanpa sanksi tertulis sebelumnya, dapat dikenakan denda administratif,
izin usaha dibatasi dan dibekukan, izin usaha dicabut, izin dicabut, sertifikat pendaftaran
diserujui dan dibatalkan, dan sanksi administratif dapat dijatuhkan sendiri atau digabungkan
dengan sanksi lainnya
BAB V
PENUTUP
15
B.Saran
Kepada Pemerintah, dalam Pasal I Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK), menyatakan pengertian mengenai konsumen adalah "setiap orang
pemakai barang atau jasa yang tersedia di masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan".
Berdasarkan Undang-Undang tersebut bahwa sudah jelas tugas pemerintah adalah
memberikan perlindungan kepada konsumen, pemerintah wajib melindungi konsumen agar
nantinya tidak dirugikan oleh pihak rnanapun. Pemerintah juga seharusnya membuatkan
peraturan yang mengikat agar adanya tindak lanjut yang lebih tegas dari pelanggaran yang
dapat merugikan konsumen. Bagi Masyarakat, pelaku Pialang Berjangka dalam
melaksanakan transaksi harus berdasarkan peraruran perundang-undangan dan ketentuan
yang telah dibuat dalam perjanjian kontrak untuk perlindungan konsumen dan mengurangi
perselisihan antara Pialang Berjangka dan konsumen yang dapat mengakibatkan kerugian.
Kepada BAPPEBTI harus lebih ketat dalam pengawasan aktivitas dan transaksi yang
dilakukan oleh Pialang Berjangka dan adanya langkah represif dan preventif dalam upaya
mengurangi perselisihan antara Pialang Berjangka dan Konsumen. BAPPEBTl sebagai
lembaga pengawas yang membawahi seluruh kegiatan perdagangan berjangka di seluruh
Indonesia setidaknya harus memiliki ekstensi di setiap provinsi di Indonesia. Hal ini untuk
memaksirnalkan tanggung jawab dalam pengawasan harian kegiatan perdagangan berjangka,
khususnya pengawasan pialang berjangka.
16
DAFTAR PUSTAKA
Website/Laman
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/7636/TRI%20FLOWER%20NYUTI
%20GULO.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://www.cermati.com/artikel/bappebti
https://bahasan.id/perlindungan-konsumen-perdagangan-berjangka-komoditi/
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/20547/13483
https://www.kominfo.go.id/content/detail/32791/berikan-kepastian-hukum-bappebti-awasi-pelaku-
usaha-aset-kripto-di-indonesia/0/berita
17