Biologi M5KB1 PDF
Biologi M5KB1 PDF
MODUL 5
EKOLOGI DAN LINGKUNGAN
KEGIATAN BELAJAR 1
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Deskripsi Singkat 1
1.2 Relevansi 1
1.3 Petunjuk Belajar 2
2. INTI 3
2.1 Capaian Pembelajaran 3
2.2 Pokok Materi 3
2.3 Uraian Materi 4
2.4 Forum Diskusi 23
3. PENUTUP 24
3.1 Rangkuman 24
3.2 Tes Formatif 25
DAFTAR PUSTAKA 28
i
1. PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar 1 pada Modul 5 ini mengkaji tentang Lingkungan sebagai
Sumberdaya. Pada materi ini akan dibahas tentang lingkungan organisme,
lingkungan sebagai sumberdaya, habitat dan relung, serta Respon dan Adaptasi.
Pada lingkungan organisme, akan dibahas tentang faktor lingkungan abiotik yang
berpotensi mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang ada di dalamnya.
Untuk materi Lingkungan sebagai Sumberdaya, akan dibahas tentang peranan
lingkungan dalam mendukung kelangsungan hidup organisme. Pada Habitat dan
Relung akan dibicarakan perbedaan habitat dengan relung dan kaitannya dengan
kelangsungan hidup organisme. Sedangkan pada Respon dan Adaptasi dibahas
tentang adaptasi morfologi, anatomi, fisiologi dan prilaku sebagai bentuk respon
organisme terhadap faktor lingkungan.
1.2 Relevansi
Kegiatan Belajar 1 pada Modul 5 memiliki relevansi sebagai pendalaman
materi bagi guru untuk mempelajari lingkungan sebagai sumberdaya bagi
organisme. Pada bagian modul ini akan disajikan informasi yang cukup mendalam
mengenai pentingnya peranan lingkungan bagi organisme dan respon organisme
terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Untuk itu, setelah mempelajari modul
ini, diharapkan peserta dapat:
1) Memahami lingkungan organisme
2) Memahami peran lingkungan sebagai sumberdaya
3) Memahami perbedaan habitat dengan relung
4) Memahami berbagai bentuk respon organisme terhadap perubahan
lingkungan.
1
1.3 Petunjuk Belajar
Untuk lebih mudah memahami materi pada modul ini, beberapa langkah
yang dapat kita lakukan adalah:
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan kegiatan belajar ini agar Anda
memahami keterkaitan pokok materi yang dibahas pada kegiatan belajar dan
mengetahui kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran di kegiatan
belajar ini.
2) Pelajari setiap pokok materi dari kegiatan belajar dan beri tanda pada konsep-
konsep penting sesuai dengan kemampuan yang diharapkan.
3) Kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari.
4) Untuk lebih mendalam, diharapkan Anda membaca buku referensi yang
terkait pokok materi dalam kegiatan belajar ini serta manfaatkanlah peluang
pertemuan dengan instruktur dan teman sejawat untuk mendiskusikan hal-hal
yang Anda kurang pahami, oleh karena itu persiapkanlah bahan sebelum anda
melaksanakan tutorial atau berdiskusi dengan instruktur dan teman sejawat.
2
2. INTI
2.1 Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari Modul ini adalah menguasai
materi esensial Mata Pelajaran Biologi SMA termasuk advance material materi
bidang studi biologi yang mencakup:
1) keragaman dan keseragaman dalam makhluk hidup;
2) Struktur dan Fungsi dalam makhluk hidup;
3) Pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi;
4) Interaksi dan interdependensi;
5) Energi, materi dan organisasi kehidupan;
6) Prinsip emeliharaan keseimbangan yang dinamis; dan
7) Pewarisan sifat dan Evolusi termasuk advance materials yang dapat
menjelaskan aspek ‘apa’ (konten), ‘mengapa’ (filosofi) dan ‘bagaimana’
(penerapan dalam kehidupan keseharian) dalam kerangka biologi sebagai
inkuiri.
3
2.3 URAIAN MATERI
Saat kita membahas tentang lingkungan dan sumberdaya, kita tidak bisa
terlepas dari cabang ilmu biologi yang membahas tentang lingkungan dan
interaksinya dengan organisme, yaitu ekologi. Ekologi merupakan cabang ilmu
biologi yang khusus mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Lingkungan makhluk hidup dapat berarti sebagai
sesuatu yang terdapat di luar diri suatu makhluk hidup.
Lingkungan organisme merupakan semua faktor biotik dan abiotik yang ada
disekitar organisme tersebut dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Setiap organisme hanya dapat lulus hidup, tumbuh dan berkembangbiak dalam
suatu lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok dan sumber daya yang
diperlukannya serta terhindar dari faktor-faktor biotik maupun abiotik yang
membahayakan kelulusan hidupnya. Jadi, lingkungan yang dimaksud disini dapat
berupa lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dapat
berupa hewan, tumbuhan maupun mikro-organisme, sedangkan lingkungan
abiotik meliputi tanah, air, udara, iklim dan faktor fisika-kimia lainnya. Kedua
komponen lingkungan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling
berinteraksi dan memiliki hubungan timbalbalik satu dengan lainnya.
Gambar 1.1. Siklus fotoperiode tahunan di daerah katulistiwa dan di daerah 40o
LU, dimana panjang hari maksimum akan terjadi pada tanggal 21
Juni, sedangkan panjang hari minimum pada tanggal 21 Desember.
Siklus fotoperiode tahunan di daerah 40o LS merupakan kebalikan
siklus di daerah 40o LU. (sumber: McNaughton, 1992)
Siklus fotoperiode sangat berpengaruh bagi organisme yang hidup di
wilayah kutub dan sub-tropik. Dimana pada saat matahari ada di belahan bumi
utara akan menyebabkan lamanya waktu siang akan akan lebih lama. Hal ini
tentunya berdampak pada meningkatnya produktivitas primer kawasan tersebut.
Hal ini tentunya berdampak pula pada ketersediaan sumberdaya bagi tingkat
tropik di atasnya. Dan pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
kemampuan berbiaknya. Sebaliknya akan terjadi kebalikannya di belahan bumi
sebelah selatan. Demikian pula kebalikannya bila matahari berada di belahan
bumi selatan.
Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh untuk wilayah daerah tropis,
dimana panjang hari dari waktu ke waktu tidak jauh berbeda. Sehingga
fotoperiode matahari tidak terlalu berpengaruh bagi organisme di kawasan
tersebut. Kecukupan cahaya matahari sepanjang tahun dan variasi suhu yang tidak
7
terlalu jauh, menyebabkan produktivitas primer cenderung stabil dan sangat
mendukung ketersediaan makanan bagi organisme pada tingkat tropic di atasnya.
Gambar 1.3. Kehadiran epifit pada suatu batang tumbuhan inang dapat
menciptakan mikrohabitat bagi banyak fauna kecil.
Sedangkan relung atau niche ekologi suatu organisme merupakan status
fungsional organisme tersebut di dalam habitat yang ditempatinya berdasarkan
adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural dan perilakunya. Di alam kita sering
menemukan beberapa populasi hewan berkoeksistensi dalam habitat yang sama
dan mempunyai kemiripan dalam kisaran toleransinya, bahkan memiliki
kemiripan dalam jenis sumber daya yang dimanfaatkannya.
Sehubungan dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransi terhadap berbagai
faktor lingkungan dan macam sumber daya yang diperlukannya, maka berbagai
species hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama (=berkohabitasi)
akan menempati mikrohabitatnya masing-masing.
Pada dasarnya, tidak ada dua species yang adaptasi-adaptasinya (fisiologis,
struktural dan fungsionalnya) identik satu dengan yang lain. Hal ini ditegaskan
oleh Gause yang disebut sebagai asas eksklusi persaingan atau aturan Gause yang
menyatakan bahwa “satu species satu relung”. Akibatnya setiap species yang
memperlihatkan adaptasi lebih baik dan juga lebih agresif akan memenangkan
persaingan. Species yang memenangkan persaingan akan dapat memanfaatkan
10
sumberdayanya secara optimal sehingga mampu mempertahankan eksistensinya
dengan baik. Sedangkan yang kalah dalam persaingan dan tidak berhasil
mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumberdaya yang diperlukan dapat
mengalami kepunahan lokal.
Pada tahun 1957, Hutchinson memperkenalkan konsep relung ekologi
multidimensi. Konsep ini menganggap setiap kisaran toleransi terhadap suatu
faktor lingkungan atau kisaran mengenai macam sumberdaya yang dimanfaatkan
hewan, sebagai satu dimensi. Dimensi relung yang dimaksud bisa menyangkut
ruang, waktu, jenis makanan, cara makan dan lain lain. Beberapa jenis organisme
dapat berkoeksistensi di habitat yang sama ketika pada terjadi segregasi relung.
Berdasarkan ruang, masing-masing organisme dapat menempati bagian
microhabitat yang berbeda, sehingga dapat meminimalisir persaingan pada
sumberdaya yang sama. Misalnya pada tanaman padi, wereng akan menempati
bagian batang tanaman padi, ulat akan menempati bagian daun sedangkan walang
sangit dapat menempati bagian bulir padi. Demikian pula segregasi relung untuk
dimensi waktu, misalnya walang sangit dengan burung pipit yang memakan
bagian padi yang sama yaitu bulir padi, namun karena keduanya memiliki relung
waktu yang berbeda dalam memanfaatkan bulir padi sebagai sumber makanan.
Dimana walang sangit akan memakan bulir padi pada saat masih muda (padi
masih berbentuk cairan) disebabkan alat mulutnya berbentuk tabung (tipe
penghisap), sebaliknya burung pipin akan memanfaaatkan bulir padi ketika sudah
mengeras.
Berdasarkan pemanfaatannya Hutchinson membedakan relung ekologi
menjadi 2 macam, yaitu;
a. Relung fundamental; relung yang menunjukkan potensi secara utuh yang
hanya dapat diamati dalam laboratorium dengan kondisi lingkungan terkendali,
misalnya yang diamati hanya satu atau dua faktor saja tanpa ada pesaing
maupun predatornya.
b. Relung terealisasikan; adalah status fungsional yang benar-benar ditempati
dalam kondisi alami, dengan beroperasinya banyak faktor lingkungan, seperti
interaksi faktor, kehadiran pesaing, predator dan sebagainya. Dibandingkan
11
dengan relung fundamental, relung terealisasikan ini umumnya lebih sempit,
karena tidak seluruhnya dari potensi hewan dapat diwujudkan oleh
beroperasinya berbagai kendala lingkungan
Dua atau lebih species hewan yang berkoeksistensi dalam habitat yang sama
dan sumber dayanya berselingkupan, merupakan pesaing-pesaing yang potensial.
Apabila pada suatu waktu ketersediaan sumber daya yang diperlukan bersama itu
terbatas jumlahnya dan derajat keselingkupannya tinggi, maka species yang
berkoeksistensi tersebut akan terlibat dalam persaingan yang sangat keras dan
dapat berdampak pada ketersingkiran bagi kompetitor yang kalah. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu relung ekologi tidak dapat ditempati secara simultan
dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu species.
Beberapa species hewan dapat memperlihatkan pemanfaatan sumberdaya
yang sama dan dengan cara yang sama pula. Kelompok fauna tersebut
dimasukkan ke dalam satu kelompok tanpa mempertimbangkan tingkat
taksonnya, tetapi lebih menekankan pada peranannya di dalam suatu habitat.
Kelompok hewan yang demikian disebut guild.
Menurut Root (dalam Begon, 1996) guild adalah kelompok species yang
menggunakan sumberdaya yang sama dan dengan cara yang sama. Untuk itu
apabila pada habitat atau mikrohabitat yang sama ditemukan dua atau lebih
species dalam kelompok guild yang sama akan menyebabkan terjadinya
per4saingan yang sangat kuat dan resiko kepunahan bagi species yang kurang
mampu bersaing akan lebih tinggi. Sebaliknya bagi kelompok guild yang hanya
terdiri dari satu species, akan menyebabkan species tersebut berpotensi lebih
stabil keberadaannya pada suatu habitat atau mikrohabitat tertentu. Untuk
menghindari terjadinya persaingan yang sangat kuat tersebut, dapat terjadi
spesialisasi ekologi pada beberapa species hewan, misalnya melalui pergeseran
ciri.
Beberapa species hewan yang perkerabatannya dekat, bila dalam keadaan
simpatrik (daerah sebaran sama) mengalami evolusi yang berbeda dibandingkan
dengan dalam keadaan alopatrik (daerah sebaran berbeda). Dalam keadaan
simpatrik, seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang makin mencolok
12
perbedaannya diantara species-species itu (evolusi divergen). Sebaliknya apabila
dalam keadaan alopatrik, seleksi alam itu akan menghasilkan evolusi konvergen
sehingga perbedaan ciri-ciri itu akan makin kabur. Fenomena tersebut di atas
dikenal sebagai pergeseran ciri.
Evolusi yang dihasilkan pergeseran ciri pada species-species hewan dalam
keadaan simpatrik mempunyai dua kepentingan adaptif bagi species-species yang
bersangkutan, yaitu;
a. Karena ciri (adaptasi morfologi misalnya) yang nyata bedanya, akan
menyebabkan terjadinya pemisahan relung ekologi (status fungsional suatu
makhluk hidup berdasarkan adaptasi struktur morfologi, fisiologi dan perilaku).
Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya interaksi berupa persaingan,
apabila species-species tersebut berkohabitasi akan tereduksi (tidak terjadi).
b. Berbedanya ciri morfologi yang menghasilkan berbedanya pola perilaku
(misalnya perilaku berbiak) akan lebih menjamin terjadinya pemisahan genetik
diantara species-species yang berkerabat tersebut.
Dari uraian di atas terlihat bahwa fenomena pergeseran ciri mempunyai arti
penting dalam menjaga keanekaragaman species dalam suatu habitat dan selain itu
dapat menjamin terjadinya koeksistensi species yang berkerabat karena
tereduksinya kemungkinan interaksi persaingan. Salah satu contoh pergeseran ciri
adalah yang terjadi pada burung Sitta tephronata (penyebarannya di daerah Turki,
Yunani, Azerbayzan dan Iran) dan Sitta neumayer yang penyebarannya meliputi
beberapa negara di daerah asia kecil (Pakistan, Afganistan, Iran dan Azerbaiyan).
Kedua species burung itu dalam keadaan alopatrik penampilannya sangat mirip
satu dengan yang lain sehingga hampir-hampir tidak dapat dibedakan satu dengan
yang lain. Untuk mengenalinya diperlukan ketajaman pengamatan seorang pakar
taksonomi.
Dalam keadaan simpatrik, kedua species mudah sekali mengenali dan
membedakan kedua species itu karena perbedaan penampilannya cukup nyata.
Dalam hal ukuran paruh dan tanda pita berwarna gelap di bagian kepalanya.
Perbedaan mengenai ukuran dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
13
keselingkupan mengenai jenis dan ukuran makanannya, yang berarti kemungkinan
bersaing dalam hal makanan akan tereduksi.
Perbedaan tanda pita gelap mempunyai peranan penting dalam hal
pengenalan sesama species secara visual. Sehingga perbedaan tersebut akan
mengurangi kemungkinan terjadinya hibridisasi alami diantara kedua species
tersebut.
17
Untuk dapat sintas, suatu organisme akan melakukan berbagai upaya
penyesuaian diri terhadap suatu faktor lingkungan, baik yang sifatnya reversibel
maupun irreversible. Upaya penyesuaian diri ini sering berdampak pada adaptasi
morfologi, anatomi, fisiologi hingga ke prilakunya.
Adaptasi morfologis (struktural) pada umumnya berkaitan secara fungsional
dengan adaptasi-adaptasi fisiologis maupun perilaku. Dengan demikian maka
suatu jenis hewan akan diperlengkapi dengan seperangkat adaptasi-adaptasi yang
bersesuaian dan saling mendukung, untuk menghadapi kondisi serta perubahan
lingkungannya maupun sumber daya yang terdapat di lingkungannya itu.
Misalnya; bentuk bivalvia (jenis kerang-kerangan) berbeda-beda karena hidup
dalam lingkungan yang berbeda-beda. Bivalvia yang hidup di tempat berlumpur
cenderung memiliki bulu pada permukaan cangkangnya, bivalvia yang hidup di
lingkungan berpasir cenderung memiliki permukaan cangkang yang licin,
sedangkan bivalvia yang hidup dilingkungan berkarang cenderung memiliki
bentuk permukaan cangkang yang kurang teratur. Masing-masing bentuk tersebut
merupakan adaptasi untuk menghadapi kekhasan kondisi lingkungan yang
ditempatinya.
Sebaliknya adanya kesamaan lingkungan tempat hidupnya, sering
menghasilkan adanya kesamaan/kemiripan morfologi sebagai bentuk
beroperasinya seleksi alami pada organisme yang hidup di dalamnya. Bahkan
mungkin saja menghasilkan bentuk-bentuk yang serupa pada berjenis-jenis
meskipun jenis organisme-organisme tersebut berasal dari kelompok taksonomis
yang perkerabatannya jauh. Misalnya, berbagai jenis ikan dengan mammalia yang
hidup di lautan, pada umumnya memiliki bentuk tubuhnya serupa, yaitu lonjong
seperti kumparan sedangkan anggota tubuhnya menyerupai sirip. Demikian pula
larva atau nimfa beberapa jenis serangga aquatik yang hidup pada permukaan batu
di perairan lotik yang berarus deras, bentuk tubuhnya sangat memipih.
18
(a) (b) (c)
Gambar 1.5. Berbagai bentuk adaptasi morfologi pada berbagai jenis Bivalvia (a)
hidup di habitat berlumpur; (b) hidup di habitat berpasir; (c) hidup
dihabitat berkarang atau berbatu.
Adaptasi-adaptasi struktural tidak hanya berkaitan dengan cara menempel
atau bergerak saja, namun menyangkut seluruh aspek aktivitas hidup hewan
(makan, berkembangbiak, dan lainnya). Pada Insekta, misalnya; kita mengenal
berbagai bentuk bagian mulut yang berbeda-beda sesuai dengan kegunaannya.
Pada lalat terdapat bentuk bagian-bagian untuk menjilat, pada lebah untuk
mengisap, pada nyamuk untuk menusuk-mengisap, pada belalang untuk
memotong dan lain sebagainya. Bentuk paruh pada bangsa burungpun
memperlihatkan adaptasi-adaptasi morfologi yang sesuai dengan jenis
makanannya (mangsa) yang dibutuhkannya.
19
Berdasarkan masukan dari sejumlah besar penelitian, dapat diketahui
tentang adanya pola (aturan) umum mengenai adaptasi-adaptasi struktural pada
hewan. Beberapa diantara generalisasi-generalisasi itu adalah sebagai berikut :
a. Aturan Bergman; Individu-individu hewan yang hidup di daerah yang
bersuhu tinggi cenderung mempunyai tubuh yang berukuran lebih kecil
dibandingkan dengan kerabat-kerabatnya yang hidup di daerah bersuhu
rendah.
b. Aturan Allen; Paruh, daun telinga, ekor dan bagian-bagian tubuh yang terjulur
lainnya cenderung lebih pendek pada hewan-hewan yang hidup di daerah
bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabat-kerabatnya yang hidup di
daerah bersuhu tinggi.
c. Aturan Gloger; Hewan-hewan homoioterm yang hidup di daerah beriklim
panas dan lembab cenderung mengandung lebih banyak pigmen hitam, di
daerah yang beriklim kering lebih banyak pigmen kuning, coklat dan merah,
sedangkan yang hidup di daerah beriklim dingin pigmentasinya secara umum
mengalami reduksi.
d. Aturan Jordan; jenis ikan yang hidup dalam perairan yang bersuhu rendah
cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan yang hidup di perairan yang
bersuhu tinggi.
Perilaku hewan merupakan perwujudan dari respon organisme sebagai
reaksi terhadap berbagai stimulus yang diterimanya dari lingkungan, baik
lingkungan biotik (dari tumbuhan dan hewan lain) maupun lingkungan abiotiknya.
Erupakan bentuk adaptasi perilaku suatu organismePerilaku suatu hewan sering
bersifat spesifik, hal ini Perilaku hewan yang beraneka ragam coraknya, semuanya
merupakan aktivitas yang terarah, dan merupakan respon terhadap kondisi dan
sumberdaya lingkungannya. Oleh karena itu terjadinya suatu perilaku sangat
melibatkan peranan:
a. Penerima stimulus dari lingkungan (reseptor);
b. Perealisasi respons (efektor), karena respons-respons perilaku itu praktis
berupa gerakan-gerakan, maka jenis efektor yang paling berperan adalah otot-
otot tubuh;
20
c. Koordinasi syaraf dan hormon.
Berbagai perilaku hewan, terutama pada hewan rendah, seluruhnya
ditentukan secara genetik dan bersifat herediter, sifatnya khas dan terjadinya
secara spontan. Sedangkan penentu perilaku pada hewan-hewan tinggi banyak
yang mengandung komponen yang tidak bersifat herediter, melainkan hasil proses
belajar yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Pada hewan-hewan Invertebrata rendah perilakunya itu praktis semua
berupa taksis atau refleks, sedangkan komponen yang paling utama pada serangga
berupa naluri (instink). Pada yang paling tinggi tingkatannya yaitu manusia,
perilakunya sangat ditentukan oleh komponen belajar dan menalar (gambar 1.7).
Invertebrata Vertebrata
Komponen
Rendah Insekta Rendah Tinggi
Perilaku
(manusia)
Taksis
Refleks
Naluri
(insting)
Menalar
23
3. PENUTUP
3.1 Rangkuman
Setiap organisme hanya dapat sintas, tumbuh dan berkembang biak pada
lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok, sumberdaya yang baik, serta
terhindar dari lingkungan yang membahayakan kesintasannya. Lingkungan
sebagai kondisi menunjukkan suatu besaran atau kadar atau intensitas faktor-
faktor abiotik lingkungan, sedangkan lingkungan sebagai sumberdaya menyatakan
faktor biotik maupun abiotik yang diperlukan oleh hewan yang kualitas dan
kuantitas ketersediaannya akan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan
tersebut.
Habitat merupakan tempat dimana biasanya makhluk hidup terdapat. Bagian
dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan paling
akrab hubungannya dengan hewan dinamakan mikrohabitat. Relung adalah status
funfsional dari suatu makhluk hidup berdasarkan adaptasi morfologi, anatomi,
fisiologi dan prilakunya. Keselingkupan relung terjadi apabila ada dua atau lebih
species hewan yang berkoeksistensi dalam habitat dan penggunaan sumberdaya
yang sama, sehingga berpotensi terjadinya persaingan.
Tujuan setiap organisme melakukan respon terhadap stimulus adalah agar
dapat survive (mempertahankan hidupnya) dan dapat bereproduksi
(mempertahankan jenisnya). Stimulus adalah suatu faktor yang diakibatkan oleh
perubahan lingkungan (lingkungan abiotik maupun biotik) yang dapat ditangkap
oleh reseptor (organ indra) suatu organisme dan berpotensi menyebabkan
gangguan keseimbangan bagi organisme tersebut. Respon merupakan reaksi
terhadap adanya stimulus dan akumulasi dari respon-respon akan membentuk
prilaku.
24
3.2 Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pilihan soal-soal berikut ini :
1. Berikut ini yang merupakan dampak fotoperiodisme pada organisme adalah ….
A. bermigrasinya burung-burung migran dari Siberia ke daratan Australia
pada menjelang bulan Juli
B. aktivitas hibernasi beruang kutub menjelang bulan Juli
C. aktivitas berbiak bagi ikan salmon di hulu sungai menjelang bulan
Desember
D. aktivitas berbiak bagi burung Pinguin di kutub selatan menjelang bulan
Desember
E. lebih tingginya kisaran toleransi organisme diwilayah tropis dibandingkan
dengan sub-tropis dan kutub
2. Suatu perairan memiliki kandungan nitrogen NO3 (nitrat) tinggi yang melebihi
ambang batas. Berikut ini adalah kondisi di perairan yang terpengaruh ...
A. DO tinggi, COD rendah, BOD rendah
B. DO tinggi, COD tinggi, BOD tinggi
C. DO rendah, COD rendah, BOD tinggi
D. DO rendah, COD rendah, BOD rendah
E. DO rendah, COD tinggi, BOD rendah
3. Kompetisi yang ketat antara dua jenis organisme akan terjadi apabila …
A. Kesamaan habitat
B. Kesamaan relung
C. Kesamaan prilaku
D. Perbedaan toleransi
E. Perbedaan dominansi
4. Hal berikut yang tidak sejalan dengan prinsip eksklusif persaingan yang
dikemukakan oleh Gause (Gause’s competitive exclusion principle) adalah …
A. Satu spesies untuk satu relung
B. Beberapa spesies untuk satu relung
C. Hidup berkohabitasi melalui pemisahan relung
D. Hidup berkoeksistensi lewat segregasi niche
25
E. Hidup bersama lewat perbedaan aktivitas mencari makan dan pasangan
hidup
5. Pak Andi memelihara ikan mas di kolam belakang rumahnya. Pada saat pak
Andi menambahkan ikan nila ke dalam kolam tersebut, ia mengamati bahwa
lama-kelamaan banyak ikan mas yang mati. Hal ini terutama berkaitan dengan
….
A. meningkatnya daya dukung lingkungan
B. meningkatnya keanekaragaman species
C. meningkatnya kompetisi intraspesifik
D. terjadi peristiwa predatorisme
E. penyempitan fundamental niche menjadi realized niche
6. Pernyataan berikut ini yang paling benar berkaitan dengan perubahan
lingkungan adalah:
A. Organisme akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
eratik dibandingkan dengan siklik.
B. Perubahan terarah akan terjadi secara berulang-ulang.
C. Perubahan siklik menyebabkan organisme tertentu memiliki pola migrasi
tertentu.
D. Banjir rob yang berlangsung setiap pasang besar merupakan perubahan
terarah.
E. Perubahan lingkungan cenderung bersifat konstan
7. Memanfaatkan satwa dan flora secara lestari adalah merupakan prinsip dari …
A. restorasi
B. reboisasi
C. rehabilitasi
D. konservasi
E. eksplorasi
8. Berikut ini yang termasuk adaptasi prilaku pada makhluk hidup adalah …
A. Pohon jati yang senantiasa menggugurkan daunnya pada musim
kemarau.
26
B. Manusia cenderung akan menggigil ketika terdedah pada lingkungan
yang ekstrim dingin
C. Buaya memiliki kebiasaan berjemur di bawah sinar matahari pada pagi
hari.
D. Manusia cenderung akan menghasilkan pigmen melanin banyak bila
terdedah cahaya matahari yang kuat.
E. Hewan yang hidup pada suhu yang lebih dingin cenderung memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan yang tinggal di daerah
panas.
9. Mikrohidro adalah salah satu upaya pengembangan energi terbarukan dengan
memanfaatkan SDA yang ada dengan mempertimbangkan kondisi …
A. lebar sungai
B. ketinggian air
C. jenis air
D. kualitas air
E. elevasi dan debit air
10. Burung manyar merupakan salah satu burung yang memiliki sarang paling
unik diantara jenis burung yang lainnya, dimana sarang burung ini
menggantung di ranting-ranting pohon dengan tempat masuknya berada di
bagian bawah. Kemampuan burung manyar untuk membuat sarang
merupakan bentuk perilaku ...
A. refleks
B. insting
C. learning
D. reasioning
E. taksis
27
4. DAFTAR PUSTAKA
Begon, M. Harper., J.L. and Townsend, C.R. 1990. Ecologi: Individual
Population and Communities. Oxford. Blackwell Scientic Publications.
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Refrence to Animals and Man. New
Delhi. Prentice–Hall.
Krebs J.R. and N.B. Davies, 1993, An Introduction to Behavioral Ecology 3th ed.,
Blackwell Scientific Publication, Oxford.
Stiling P., 1996, Ecology: Theories and Aplications 2th-ed., Prentice Hall
International Inc., New York.
28