Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mona Sherti Agusti

NIM : 10012682024030
Tugas : Ilmu Sosial dan Perilaku

Pandangan tentang Hakekat Manusia yaitu :


1. Pandangan Psikoanalitik
2. Pandangan Humanistik
3. Pandangan Behavioristik

1. Pandangan Psikoanalitik
Pandangan Psikoanalitik Tradisional
Dipelopori oleh Hansen, Stevic, Warner dan Sigmund Freud
Tingkah laku manusia digerakkan oleh dorongan yang bersifat instinktif dan diarahkan
untuk memuaskan kebutuhan dan instink biologis manusia
Contohnya :
Sepasang kekasih yang menjalin hubungan/berpacaran dengan melewati batas norma-
norma yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Sepasang kekasih ini tidak lagi
memandang perbuatannya sebagai hal yang dilarang oleh agama dan adat istiadat
setempat. Halal/haram tidak ada dalam pikirannya karena yang lebih diprioritaskan yaitu
kepuasan nafsu dan kebahagiaan sesaat. Gaya berpacaran yang mengadopsi perilaku
kebarat-baratan dengan free sex sehingga menyebabkan perempuan hamil diluar nikah.
Hal tersebut tentunya menjadi aib dalam keluarga dan lingkungan masyarakat dimana
mereka tinggal, sehingga perempuan tersebut memutuskan untuk mengaborsi
kandungannya agar tidak diketahui oleh orang tua, keluarga besar dan masyarakat
dilingkungan tempat tinggal. Hal ini mengakibatkan tingginya angka kematian Ibu dan juga
tingginya angka kematian bayi.

Struktur Kepribadian Manusia terdiri dari 3 Komponen (Freud) yaitu :


1) Id
Berfungsi untuk menggerakkan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya
Contohnya : Seorang lelaki yang merayu pacarnya agar mau melakukan hubungan intim
diluar nikah
2) Ego
Berfungsi untuk menjembatani antara keinginan id dengan lingkungan yang realistis
Contohnya : Seorang lelaki yang bertamu kerumah pacarnya, kemudian lelaki tersebut
merayu pacarnya agar mau melakukan hubungan intim diluar nikah namun perempuan
tersebut menolak karena dirumah tersebut ada orang tua dan saudara-saudara nya,
sehingga jika mereka melakukan hal yang tidak wajar, tentunya akan diketahui oleh
keluarga nya.
3) Super Ego
Berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol tingkah laku seseorang agar sesuai dengan
aturan dan nilai-nilai moral
Contohnya : Seorang lelaki yang merayu pacarnya agar mau melakukan hubungan intim
diluar nikah namun pacarnya tegas menolak karena memegang teguh nilai-nilai moral
yang diajarkan oleh orang tuanya, adat istiadat yang dianut oleh masyarakat di
lingkungan sekitarnya serta larangan dalam agama islam. Pacarnya pun meluruskan
pandangannya sesuai dengan nilai-nilai yang dipegangnya.

Pandangan Neoanalitik
Pandangan ini tetap mengakui adanya id, ego, dan super ego, namun lebih menekankan
pada fungsi ego sebagai pusat kepribadian seseorang. Manusia tidak hanya digerakkan oleh
instink tetapi juga tas rangsangan yang dating dari lingkungannya.
Contohnya :
Seorang lelaki yang membujuk pacarnya untuk mau melakukan hubungan seksual diluar
nikah. Perempuan tersebut menolak dengan pemikirannya menjelaskan bahwa tindakan
itu adalah hal yang dilarang, baik dalam agama maupun dalam kehidupan sosialnya serta
melanggar nilai-nilai moral yang telah diajarkan oleh orang tuanya, namun lelaki tersebut
mampu merasionalisasikan pemikiran positif menjadi pemikiran negatif. Lelaki tersebut
membuat pemikirannya yang negatif seolah-olah dapat dibenarkan dan dianggap positif
oleh perempuan/pacarnya tersebut sehingga mau menerima ajakan untuk melakukan
hubungan seksual diluar nikah.

2. Pandangan Humanistik
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dalam berbagai hal, mampu menentukan nasibnya sendiri sehingga
manusia terbebas dari kecemasan dan kegelisahan. Pada hakekatnya gambaran pribadi
manusia adalah selalu dalam proses menjadi yang merupakan satu kesatuan potensi yang
terus menerus berubah dan berkembang, tidak pernah selesai dan tidak pernah sempurna.
Contohnya :
Seseorang yang telah menempuh Pendidikan S1 dengan gelar Sarjana, masih merasa belum
cukup dalam menuntut ilmu sehingga melanjutkan lagi untuk menempuh Pendidikan S2.
Lulus S2 masih belum merasa cukup ilmunya sehingga melanjutkan lagi Pendidikan S3.
Manusia merupakan makhluk yang selalu berkeinginan dan tidak pernah merasa puas dan
cukup atas apa yang telah dicapainya.
3. Pandangan Behavioristik
Pandangan dipelopori oleh Skinner, Kohler, Thorndike yaitu tingkah laku manusia
ditentukan oleh lingkungan dimana individu itu berada. Tingkah laku manusia dapat
dikendalikan dengan mengatur lingkungan tempat individu itu berada.
Contohnya :
Orang yang tinggal dipegunungan/dataran tinggi banyak terkena penyakit gondok.
Orang yang tinggal dipesisir pantai cenderung lebih cerdas
Seorang bayi yang baru lahir dari hasil hubungan diluar nikah yang dititipkan orang
tuanya ke panti asuhan, maka tingkah lakunya akan ditentukan oleh lingkungan panti
asuhan tempat dia dibesarkan. Jika lingkungan panti asuhan tersebut baik, maka
baiklah sikap, sifat dan perilaku anak tersebut dan lingkungannya dapat
mengendalikan dan mengatur anak tersebut menjadi apa yang dia yakini, apakah besar
nanti menjadi dokter, ahli hukum, seniman dan sebaliknya jika panti asuhan tersebut
salah, maka perilakunya akan terbentuk menjadi salah melalui bentukan lingkungan.
B. Macam-macam Aliran Konvensional
1. Empirisme
Aliran ini berpandangan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan bersih tanpa
mempunyai pembawaan sama sekali dari lahirnya, tetapi perkembangan anak
ditentukan oleh lingkungan yang akan menentukan arah hidupnya. Aliran ini disebut
juga dengan “tabularasa” yang berarti anak lahir seperti kertas putih yang masih kosong
dan dapat ditulis sesuai dengan keinginan orang yang akan menulisnya. Aliran ini
dipelopori oleh John Jocke. Aliran ini bersifat optimis terhadap Pendidikan.
Contohnya :
Seorang bayi yang baru lahir dianggap bersih putih seperti kertas putih yang masih
kosong, namun dalam perkembangannya, anak tersebut akan diwarnai oleh keadaan
eksternalnya/lingkungannya. Anak tersebut merupakan makhluk pasif dan dapat
dibentuk tingkah lakunya sesuai lingkungan. Jika lingkungannya baik maka tingkah
lakunya akan baik. Perilaku yang ada pada anak tersebut semata-mata adalah proses
belajarnya selama dia hidup dan berada dilingkungan tersebut. Kemampuan yang
dimilikinya juga merupakan hasil dari proses belajar dan bukan merupakan bakat yang
ada sejak lahir.

2. Nativisme
Menurut pandangan aliran ini manusia dilahirkan telah mempunyai pembawaan
(baik/buruk). Pembawaan ini tidak dapat diubah ke arah lain oleh
lingkungan/Pendidikan. Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer. Pandangan aliran ini
bersifat pessimis terhadap Pendidikan untuk bisa mengubah anak kea rah lain selain dari
pembawaan yang dibawa sejak lahir. Jika pembawaan baik, maka anak akan
berkembang ke arah yang baik, tetapi jika pembawaan itu jelek, anak akan berkembang
kea rah yang jelek tanpa dapat diubah.
Contohnya :
Seorang anak yang baru lahir telah membawa produk dari pembawaan yang berupa
bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Anak
yang “berbakat tidak baik” dianggap tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Anak yang
“berbakat baik” dianggap tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus
menjadi tidak baik.

3. Naturalisme
Pandangan ini berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan
baik namun pembawaan itu menjadi rusak karena pengaruh lingkungan bahkan
Pendidikan yang diberikan orang dewasa kepada anak dapat merusak pembawaan baik
itu. Aliran ini dipelopori oleh John Jacke Rousseau. Aliran ini disebut juga dengan
“Negativisme” yang beranggapan bahwa Pendidikan itu tidak perlu tetapi anak
diserahkan saja kepada alam agar pembawaan yang baik tidak menjadi rusak.
Contohnya :
Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak
di tangan manusia. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi
interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan
didalam dirinya secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang
menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah
pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan
dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.

4. Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan dan
Pendidikan. Bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
dukungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu dan sebaliknya. Aliran ini
mempunyai pandangan positif terhadap Pendidikan.
Contohnya :
Seorang siswa SMA yang belum mengetahui dimana arah bakat yang dimilikinya dan
siswa tersebut melakukan konseling dengan gurunya sehingga ditemukan kelas yang
sesuai dengan bakat yang dia miliki. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang
diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai