OLEH :
DEWI KHOIRUL FASHOHAH
NIM : 857975772
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI NILAI AGAMA
KEGIATAN BELAJAR 2
DISONANSI MORAL
C. PEMBAHASAN
Disonansi yang berarti gema atau echo ada pada diri manusia dan bersifat
melemahkan suara hati dan prinsip serta keyakinan dalam proses pendidikan ataupun
dalam kehidupan.
Dari sudut pendidikan nilai, moral, dan norma, eksistensi disonansi adalah gema
yang akan berusaha menentang masuknya serta menginternalisasi pendidikan dan
pengetahuan nilai moral dan norma tersebut ke dalam proyeksi afektual para siswa
karena itu keberadaan disonansi ini diistilahkan dengan counter cultural values
(penghalang masuknya/dihayatinya nilai-nilai budaya kehidupan).
Menurut Sigmund Freud (dalam fawzia 1996.27) kehidupan seseorang dikuasai
oleh energi mental atau psikisnya yang disebut libido prinsip kesenangan dan prinsip
realitas.
Libido manusia, lebih lanjut Freud menjelaskan berpusat pada zona-zona
tertentu. Daerah dimana libido itu sedang terkonsentrasi atau terpusat ikut
menentukan bentuk atau jenis rangsangan yang dapat memeuaskan seseorang.
Ada 3 struktur utama pada diri manusia yaitu Id, ego dan superego. Id adalah
sumber dan tempat dari dorongan biologis sementara ego adalah mekanisme untuk
beradaptasi terhadap realitas, karena itu ego merepresentasikan akal budi/akal
sehat.. Ego juga bertindak sebagai mediator antara Id dan superego. Superego dapat
dianalogikan dengan hati nurani superego mewakili nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat yang disampaikan oleh orang tua atau anggapan masyarakat lainnya.
D. FAKTOR-FAKTOR MUNCULNYA DISONANSI
Ada empat faktor utama yang menyebabkan munculnya disonansi pada diri
seorang manusia, keempat faktor tersebut adalah disonansi kognitif, disonansi
personal disonansi sosiopotis, serta disonansi bawaan ilmu pengetahuan dan pola
modernisasi.
1. Disonansi Kognitif
Dorongan yang muncul itu berasal dari pemahaman ilmu atau pengetahuan
yang sangat mantap/mapan, kuat, serta komprehensif yang dimiliki seseorang.
Hal ini ditambah pola berpikir yang sepenuhnya menggunakan akal sehat dan
bersifat rasional.
Dasar pertimbangannya adalah ia merasa lebih tahu segalanya mengetahui
cara/jalan keluarnya jika suatu saat perbuatannya diketahui orang dan merasa
lihai dalam merekayasa alasan.
2. Disonansi Personal
Faktor disonansi yang kedua ini muncul karena didorong oleh hal-hal berikut
: kebutuhan dan kepentingan diri, ketergesaan dan keadaan darurat.
Kekerabatan dan keluarga, keyakinan diri dan mitos, kebiasaan dan budaya
tugas dan jabatan serta hasrat untuk sukses dan kesenangan.