Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF
(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Tingkat deforestasi yang tinggi menyebabkan hasil produksi hutan menurun dan
nanas banyak tersedia dan mengandung kadar selulosa mencapai 71,5%. Limbah
daun nanas merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mensubtitusi
penggunaan kayu yang relatif meningkat. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui sifat fisis dari papan serat daun nanas, mengetahui perlakuan terbaik
dari sifat fisis daun nanas, dan mengetahui mutu penampilan papan berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Maret – Mei 2018 di Lab. Daya Alat
(RALF) 2 faktor.
Retno Ayu Kusuma Wardani
Faktor 1 merupakan kadar perekat tapioka dengan 4 taraf perlakuan yaitu tanpa
pemberian tapioka, pemberian 10% tapioka, 20% tapioka, dan 30% tapioka
menit dan 120 menit. Daun nanas dikeringkan di bawah sinar matahari dengan
kadar air sekitar 12%. Daun kering dipotong – potong dengan ukuran 1 – 2 cm
lalu direndam selama 1 minggu dan diblender menjadi pulp atau bubur. Pulp
dicetak dengan kempa dingin bertekanan 5 MPa dengan dimensi cetakan papan
10x10cm. Parameter yang diamati adalah sifat fisis papan yang meliputi
kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal serta mutu papan
berdasarkan penampilan papan serat yang dihasilkan dengan mengacu pada SNI
01-4449-2006.
Hasil penelitian diperoleh sifat fisis papan serat daun nanas memiliki kerapatan
0,33 – 0,59 g/cm3 termasuk kedalam papan serat berkerapatan rendah dan papan
serat berkerapatan sedang, kadar air 9,14 – 10,86 %, daya serap air papan setelah
perendaman 2 jam yaitu 119,34% - 221,34%, daya serap air papan setelah 24 jam
Perlakuan terbaik untuk mendapatkan papan serat dengan kerapatan rendah yaitu
10%, 20%, dan 30%. Mutu penampilan papan mengacu pada syarat khusus mutu
papan mutu A 16,67 %, mutu B 16,67 % dan mutu C 66,67 %. Perlakuan dengan
kadar perekat 10% persentase papan dengan mutu A 16,67 %, mutu B 66,67 %,
Perlakuan dengan kadar perekat 20% perstentase papan dengan mutu A 33,33 %,
mutu B 50 %, dan mutu C 16,67 %. Dan perlakuan dengan kadar perekat 30%
persentase papan dengan mutu A 33,33%, mutu B 50%, dan mutu C 16,6 7%.
Kata Kunci : Daun Nanas, Kadar Tapioka, Papan Serat, Waktu Pressing
ABSTRACT
By
High levels of deforestasion cause forests to production decrease and cannot fulfil
material, that considept as agriculture waste such as pineapple leaves are potential
to substitute main use of wood. Pineapple leaves are aboundahtly available and
contain up to 71,5% cellulose. Pineapple leaves waste is one of the materials that
can be used to substitute the use of wood that is relatively increased. The purpose
determine the best treatment to produce pineapple leaf with proper physical, and
to know the quality of board appearance based on the special condition of fiber
The research was conducted in March - May 2018 at the Lab. Agricultural
First factor is adhesive provision with 4 level, 0%, 10%, 20%, and 30%. Second
factor is pressing time 60 minutes and 120 minutes. Pineapple leaves are dried in
the sun with a moisture content of about 12%. The dried leaves are cut into pieces
1 - 2 cm then soaked for 1 week and blend into pulp or porridge. Fiberboard
produce with 5 MPa pressing without heat in 10x10 cm molding. The parameters
observed are the physical properties of the board which include the density,
The results showed that the physical properties of pineapple fiber board had a
density of 0.33-0.59 g / cm3 included into low density fiberboard and medium
density fiberboard water content 9.14 – 10.86 %, water absorption of boards after
hours ranged from 132.04% - 235.97%, and the development of thickness 18.95 -
26.01 %. The best treatment for obtaining low-density fiberboard is in the non-
fiberboard in the adhesive treatment of 10%, 20%, and 30%. The quality of board
quality 66.67%, and C quality 16.67%. Treatment with 20% adhesive percentage
And treatment with 30% adhesive percentage of board with A quality 33.33%, B
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
2002, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Rukti Harjo pada tahun 2002-2008, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2008-2011, dan
Pada tahun 2017 penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Pusat
Penelitian Teh Dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat dengan judul
“Proses Pengeringan Teh Hitam Dalam Skala Mini Processing di Pusat Penelitian
Teh Dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung – Jawa Barat” dan pada tahun 2018
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik periode I tahun 2018 di Desa
Adikku
Wisnu Dwi Wibowo
Dan
Keluarga Besarku
Serta
Teman Seperjuangan Angkatan 2014
SANWACANA
penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Daun Nanas Sebagai Bahan Baku Papan
Serat Dengan Perekat Organik” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
bimbingan, dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan skripsi
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
ilmu, pengalaman, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. Ibu Winda Rahmawati, S.TP., M.Si., M.Sc., selaku pembimbing 2 yang telah
i
4. Ibu Dr. Siti Suharyatun, S.TP., M.Si., selaku pembahas yang telah
5. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian yang telah membantu
6. Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Joko dan Ibu Asih Ambarsih yang
yang telah memberi kasih sayang yang tiada tara, dorongan semangat, nasihat,
skripsi ini;
9. Sahabat dari Maba Yesi Erika, Dian Nova Ayu P, Tri Meitiarani Yacub yang
selalu memberikan semangat dan berbagi canda tawa serta keceriaan selama
ini;
10. Teman-temanku Siti Anisa, S.T.P., M. Teguh Angga S., S.T.P., Made Aditya
Putra, S.T.P., Roni Agung Laksono, dan Danang Rezki Nugraha yang telah
11. Partner penelitian Atika Kusuma Dewi, Rizky Hendra Wijaya, dan Gede
penelitian ini;
ii
12. Pisang Pusing Squad Aziza Putri Utami, Linda Fauziah, Debby Nuzulia
Arlini, Christanty T. Saragih, Eva Eka Purnama, dan Desi Sulistyawati yang
14. Anak Kosan Opa Shevyta Ryandani, Tria Yanuariska, Ristiana Restuti, Janik
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
kebaikan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi ada sedikit harapan semoga
Bandar Lampung,
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ........................................................................................................ i
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
2.4.1. Pengeringan.................................................................................. 14
2.4.2. Pemotongan.................................................................................. 14
2.4.3. Perendaman .................................................................................. 14
2.4.4. Penghancuran (refining)............................................................... 15
2.4.5. Pendiaman Pulp ........................................................................... 15
2.4.6. Pencetakan ................................................................................... 16
iv
III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
2. Nilai sifat fisis dan mekanis papan serat menurut SNI 01-4449-2006 ............ 13
3. Sifat fisis mekanis papan serat kerapatan sedang (SNI 01-4449-2006) ........... 14
6. Hasil uji BNT 5% pengaruh kadar perekat terhadap kerapatan papan ........... 28
7. Analisis ragam pengaruh kadar perekat dan waktu pengepresan terhadap kadar
air ...................................................................................................................... 30
8. Hasil uji BNT 5% pengaruh kadar perekat terhadap kadar air papan ............. 30
9. Analisis ragam pengaruh kadar perekat dan waktu pengepresan terhadap daya
serap air 2 jam .................................................................................................. 32
10. Hasil uji BNT 5% pengaruh kadar perekat terhadap daya serap 2 jam ........ 33
11. Analisis ragam pengaruh kadar perekat dan waktu pengepresan terhadap daya
serap air 24 jam .............................................................................................. 33
12. Hasil uji BNT 5% pengaruh kadar perekat terhadap daya serap air 24 jam . 34
13. Analisis ragam pengaruh kadar perekat dan waktu pengepresan terhadap
pengembangan tebal ....................................................................................... 37
vi
15. Sifat fisis papan serat daun nanas berdasarkan SNI 01-4449-2006 ............... 48
Lampiran
vii
DAFTAR GAMBAR
9. Cacat permukaan papan adanya warna hitam di bagian permukaan atas papan
.......................................................................................................................... 40
Lampiran
viii
17. Daun nanas kering .......................................................................................... 63
27. Partikel kasar pada papan tanpa perekat dengan mutu A ............................... 67
28. Partikel kasar pada papan tanpa perekat dengan mutu B ............................... 68
29. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 10% dengan mutu A .............. 69
30. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 10% dengan mutu B .............. 69
31. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 20% dengan mutu A .............. 70
32. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 20% dengan mutu B .............. 70
33. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 30% dengan mutu A .............. 71
34. Partikel kasar pada papan pemberian perekat 30% dengan mutu B .............. 71
35. Noda perekat pada papan perlakuan tanpa perekat dengan mutu A .............. 72
36. Noda perekat papan dengan kadar perekat 10% mutu A ............................... 73
37. Noda perekat papan dengan kadar perekat 10% mutu B ............................... 73
38. Noda perekat papan dengan kadar perekat 20% mutu A ............................... 74
39. Noda perekat papan dengan kadar perekat 20% mutu B ............................... 74
40. Noda perekat papan dengan kadar perekat 30% mutu A ............................... 75
ix
41. Rusak tepi pada papan tanpa perekat dengan mutu A.................................... 76
42. Rusak tepi pada papan tanpa perekat dengan mutu C .................................... 76
43. Rusak tepi pada papan dengan kadar perekat 10% mutu A ........................... 77
44. Rusak tepi pada papan dengan kadar perekat 10% mutu C ........................... 77
45. Rusak tepi pada papan dengan kadar perekat 20% dengan mutu A .............. 78
46. Rusak tepi pada papan dengan kadar perekat 20% dengan mutu C ............... 78
47. Rusak tepi pada papan dengan kadar perekat 30% dengan mutu A .............. 79
48. Rusak tepi pada papan dengan perekat 30% dengan mutu C......................... 79
x
I. PENDAHULUAN
bisa dirasakan oleh semua pihak harus dikelola secara adil. Pengelolaan hutan
yang selama ini mengedepankan hasil utama kayu tidak mampu mempertahankan
kondisi hutan alam karena tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan.
Secara nasional, kebutuhan bahan baku kayu bulat pada saat ini (kapasitas
kayu bulat dari hutan produksi adalah sekitar 31,9 juta m3 per tahun (Departemen
Kehutanan, 2009). Ancaman kerusakan yang paling besar terhadap hutan alam di
Indonesia adalah penebangan liar, jika kerusakan terjadi terus menerus dapat
Kebutuhan industri kayu Indonesia berbanding terbalik dengan produksi kayu dari
hutan. Sehingga konsumsi penggunaan kayu tidak dapat terpenuhi dan diperlukan
solusi dengan mencari bahan baku pengganti (substitusi) kayu dengan bahan yang
ramah lingkungan dan mudah ditemukan maupun bahan yang tidak dimanfaatkan
seperti limbah sehingga penggunaan serat non kayu sebagai bahan untuk
2
memproduksi papan serat dapat dijadikan alternatif. Daun nanas dapat digunakan
menghasilkan limbah yang cukup tinggi. Produksi buah nanas secara nasional
Menurut Nurhayati (2013), limbah kulit nanas yang dihasilkan dari industri
pengolahan buah nanas mencapai 27% dari total produksi buah nanas. Menurut
Raharjo dkk (2013), terdapat sekitar 596 ribu ton setahun limbah kulit nanas yang
dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan tanaman nanas selama ini hanya sebatas pada
perkebunannya membutuhkan waktu yang relatif panjang dan jumlah daun nanas
masih berlimpah. Tanaman nanas merupakan salah satu tanaman yang memiliki
Papan serat merupakan produk papan turunan kayu umumnya dibuat dengan
terbentuknya ikatan antar serat yang lebih kuat dan dihasilkan sifat papan yang
baik. Klasifikasi papan serat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu berdasarkan
dasar tipe bahan baku, metode pembuatan lembaran, kerapatan dan fungsi atau
Pembuatan papan serat juga memerlukan perekat untuk menikat antar lembaran
serat tersebut. Perekat alami (lignin dan hemiselulosa) yang terdapat dalam
3
biomassa dapat lebih diefektifkan dengan cara menaikkan suhu (Saputro dkk.,
2012).
sebagai bahan baku papan serat. Papan serat dapat digunakan sebagai material
pelapis, kemasan sekunder, wadah semai dan lain sebagainya. Pemanfaatan daun
dapat dikurangi.
2. Mengetahui perlakuan terbaik untuk mendapatkan sifat fisis terbaik dari papan
3. Mengetahui mutu papan serat berdasarkan syarat khusus penampilan pada SNI
01-4449-2006.
serat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nanas
Tanaman nanas merupakan tanaman yang mempunyai tinggi 50-150 cm, daun
memanjang seperti pedang dengan tepi berduri maupun tidak berduri, panjangnya
80-150 cm. Nanas merupakan tanaman xerofit dan termasuk tanaman yang sangat
Crassulacean Acid Metabolism. Secara alami, tanaman ini berbunga pada umur
15 – 22 bulan bergantung pada asal bibit dan kondisi lingkungan (Riama dkk,
(2009):
Terdapat dua varietas yang sudah lama dikembangkan di Indonesia yaitu nanas
queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut) dan nanas smooth
Nanas queen banyak ditanam di daerah Bogor dan Palembang. Nanas queen
memiliki rasa yang lebih manis dari pada nanas cayenne dan memiliki daun yang
menghasilkan buah nanas smooth cayene dengan hasil sampingan berupa sisa
tanaman nanas, yaitu daun sebanyak 90%, tunas batang 9%, dan batang 1%. Pada
kondisi kering serat kasarnya sebasar serat kasar 29,12%, akan tetapi, daun dalam
keadaan segar memiliki serat kasar yang cukup tinggi (29,12%). Komposisi
kimia serat daun nanas dapat dilihat pada Tabel 1. Daun nanas mempunyai lapisan
luar yang terdiri dari lapisan atas dan bawah. Diantara lapisan tersebut terdapat
banyak ikatan atau helai-helai serat (bundles of fibre) yang terikat satu dengan
yang lain oleh sejenis zat perekat (gummy substances) yang terdapat dalam daun
Umumnya limbah tanaman nanas berupa batang, daun, kulit, bonggol belum
Terutama daun nanas relatif belum banyak diolah. Untuk 2-3 kali panen, tanaman
ini harus diganti dengan tanaman nanas baru, dengan demikian banyak limbah
daun nanas yang dihasilkan. Pada penelitian Hidayat (2008) daun nanas
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan baku tekstil dan pada penelitian Setiawan
dkk (2017) daun nanas digunakan untuk bahan dasar arang aktif untuk adsorpsi
fe(ii) sehingga diperlukan inovasi untuk memanfaatan daun nanas salah satunya
2.2.1. Selulosa
Produksi selulosa sekitar 100 milyar ton setiap tahunnya. Sebagian dihasilkan
dalam bentuk selulosa murni seperti yang terdapat dalam rambut biji tanaman
7
kapas. Namun paling banyak adalah yang berkombinasi dengan lignin dan
polisakarida lain seperti hemiselulosa dalam dinding sel tumbuhan berkayu, baik
pada kayu lunak dan keras, jerami atau bambu. Selain itu selulosa juga dihasilkan
pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari berat kering tanaman
Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan ß -1,4 glukosida dalam rantai
lurus. Bangun dasar selulosa berupa suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa.
Rantai panjang selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hidrogen dan
gaya van der Waals (Perez et al, 2002). Selulosa mempunyai struktur rantai yang
linier, sehingga kristal selulosa menjadi stabil. Polimer ini tidak larut dalam air
meskipun bersifat hidrofilik. Hal ini disebabkan karena kristalinitas dan ikatan
larut dengan pelarut yang mampu membentuk ikatan hidrogen dengan selulosa.
ikatan hidrogen yang terbentuk antara selulosa dengan pelarut semakin kuat.
1995). Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 2. Selulosa juga memeliki
persen komposisi yang mirip dengan starch yaitu glukosa yangterhidrolisa oleh
asam.
8
struktur kimia selolusa antara kayu daun lebar dan kayu daun jarum relatif tidak
daun jarum lebih tinggi dibandingkan kayu daun lebar (Syafii, 2000).
Sifat kimia selulosa adalah tahan terhadap alkali kuat (17,5% berat) tetapi dengan
mudah terhidrolisis oleh asam menjadi gula yang larut air dan selulosa relatif
tahan terhadap agen pengoksida dengan ketahanan panas serat selulosa adalah
2015).
2.2.2. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah struktur karbohidrat kompleks yang terdiri dari polimer yang
berbeda seperti pentosa (seperti xilosa dan arabinosa), heksosa (seperti manosa,
glukosa, dan galaktosa), dan asam gula. Hemiselulosa merupakan istilah umum
9
bagi polisakarida yang larut dalam alkali. Rantai utama hemiselulosa dapat terdiri
atas hanya satu jenis monomer (homopolimer), seperti xilan atau terdiri atas dua
jenis atau lebih monomer (heteropolimer) seperti glukomanan. Selain itu rantai
perekat antar selulosa yang menunjang kekuatan fisik serat (Anindyawati, 2009).
dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat
(Suparjo, 2010).
2.2.3. Lignin
kepada tanaman, terlokalisasi pada permukaan lumen dan daerah dinding berpori
air. Lignin tahan serangan mikroorganisme dan kebanyakan dalam bentuk cincin
aromatik yang tahan terhadap proses anaerobik sehingga kerusakan akibat proses
Lignin sama seperti hemiselulosa, biasanya larut dalam air pada 180°C dalam
memperlihatkan adanya temperatur transisi glass di sekitar 90°C dan meleleh pada
temperatur sekitar 170°C (Olesen & Plackett, 1999). Kesulitan utama di dalam
kimia lignin adalah tidak ada metoda yang mapan untuk mengisolasikan lignin
dalam kondisi asli dari serat. Lignin tidak terhidrolisis oleh asam, hanya dapat
larut di dalam alkali panas, dapat teroksidasi, dan dengan mudah terkondensasi
Tahan terhadap proses hidrolisis oleh asam-asam mineral tetapi mudah larut
dalam larutan sulfit dalam keadaan biasa. Lignin berfungsi untuk melindungi
hemiselulosa dan selulosa dari aksi kimiawi. Dibandingkan dengan selulosa atau
hemiselulosa, pemecahan lignin terjadi sangat lambat oleh jamur dan bakteri
Papan serat adalah produk panel kayu yang dihasilkan melalui proses pengempaan
serat kayu atau bahan baku berlignoselulosa lain dengan ikatan utama berasal dari
bahan baku yang bersangkutan (khususnya lignin) atau bahan lain (khususnya
merang padi, bambu, ampas tebu, tandan kosong kelapa sawit, dan limbah
pertanian/perkebunan).
Sifat bahan baku sangat berpengaruh terhadap papan serat yang dihasilkan. Sifat
tersebut antara lain berat jenis, kandungan kimia, dan dimensi serat. Selain sifat
bahan baku, perekat, bahan tambahan (additives) dan pengempanan juga dapat
berpengaruh terhadap mutu papan serat. Kandungan kimia bahan baku yang
berpengaruh terhadap papan serat yang dihasilkan adalah zat ekstraktif dan lignin.
Zat ekstraktif antara lain berupa lemak, minyak, tanin dan resin. Lemak dan
minyak berpengaruh negatif terhadap papan serat, karena dapat mengurangi daya
ikat serat, sedangkat tanin dan resin berpengaruh positif karena dapat menambah
berkerapatan rendah (low density fiberboard) dengan kerapatan <0,40 g/cm3 dapat
disebut juga dengan papan isolasi, papan serat kerapatan sedang (medium density
tinggi (high density fiberboard) yaitu kerapatan >0,80 g/cm3 papan serat
berkerapatan tinggi dapat disebut juga dengan hardboard. Papan serat kerapatan
sedang terbuat dari serat-serat kayu atau bahan lain yang mengandung
perekat (Maloney 1977 dalam Amurwaraharja 1996). Papan MDF dan hardboard
12
banyak digunakan untuk bahan peredam suara, dinding penyekat, mebel, bagian
(Smook, 2002).
Pembuatan papan serat dapat dilakukan dengan dua metode produksi yaitu proses
basah (wet process) dan proses kering (dry process). Klasifikasi menurut SNI 01-
1. Papan serat proses basah, merupakan pembentukan lembaran papan serat yang
dilakukan dengan bantuan media air. Pulp akan dicampur dengan air
2. Papan serat proses kering, yaitu pembentukan papan serat yang tidak
dilakukan dengan media air tetapi dengan bantuan udara. Pulp yang
Pada proses pembuatan papan serat terdapat proses penggilingan serat dari stock
yang dihasilkan (refining). Proses ini bertujuan untuk mendapatkan sifat - sifat
serat yang lebih baik dan untuk tujuan tertentu, dimana serat harus mendapatkan
perlakuan mekanis yaitu penggilingan yang membawa tiga dampak utama yaitu :
karena lepasnya dinding primer serat dengan atau tanpa dinding sekunder dan
terbentuknya fiblil - fibril pada bagian dalam serat. Ketahanan sobek meningkat
13
pada awal penggilingan dan selanjutnya menurun karena sangat dipengaruhi oleh
Dalam standar papan serat yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih mungkin
Walaupun demikian, secara garis besar persyaratan tersebut sama. Standar SNI
01-4449-2006 untuk pengujian papan serat dapat dilihat pada Tabel 2. Persyaratan
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan sifat fisis dan mekanis papan serat
khususnya papan serat berkerapatan sedang (MDF) dapat dilihat pada SNI 01-
Tabel 2. Nilai sifat fisis dan mekanis papan serat menurut SNI 01-4449-2006
Sifat Fisis dan Mekanis SNI 01-4449-2006
Kerapatan (g/cm3)
PSKR < 0,40
PSKS 0,40 – 0,84
PSKT > 0,84
Kadar air (%) Maks 13
Daya serap air (%) -
Pengembangan tebal (%)
PSKR Maks 10
PSKS
Tipe 30 < 17 %
Tipe 25 < 12 %
Tipe 15 < 10 %
PSKT -
MOR (kgf/cm2) 51 – 306
MOE (kgf/cm2) 0,82 – 22,5
14
Tabel 3. Sifat fisis mekanis papan serat kerapatan sedang (SNI 01-4449-2006)
Tipe Density MC TS MOE MOR IB
Papan Serat (g/cm3) (%) maksimal min. 104 kg/cm2 kg/cm2
(%) kg/cm2
Tipe 30 < 17 ≥ 2,55 ≥ 306 ≥ 5,1
Tipe 25 0,40 – 0,84 ≤ 13 < 12 ≥ 2,04 ≥ 255 ≥ 4,1
Tipe 15 < 10 ≥ 1,33 ≥ 153 ≥ 3,1
Tipe 5 - ≥ 0,82 ≥ 51 ≥ 2,1
2.4.1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan tujuan agar kadar air pada bahan baku sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam pembuatan papan serat, kadar air hamparan
(campuran partikel dengan perekat) yang optimum adalah 13%. Apabila terlalu
tinggi, akan berpengaruh terhadap papan serat yang dihasilkan yaitu kekuatan
2.4.2. Pemotongan
yang terkandung dalam bahan tersebut sehingga selulosa akan mudah untuk
2.4.3. Perendaman
kualitas papan serat lebih baik. Semakin lama papan serat direndam dalam air
dingin maka semakin rendah pengembangan tebal papan serat yang dihasilkan.
15
Dengan demikian, air akan melarutkan zat ekstratif dan daya rekat papan serat
lebih kuat.
penghancuran atau refining dilakukan untuk memberikan hasil akhir berupa bubur
atau pulp dan memudahkan dalam pencetakan bahan baku menjadi papan serat.
Karakteristik serat daun nanas setelah penghancuran akan menjadi serat pendek.
ditambahkan perekat organik agar bahan baku dan air bercampur sempurna.
CSF. Delignifikasi yang semakin intensif, berakibat pula lebih banyak senyawa
pentosan yang terekspos pada permukaan serat dan pentosan banyak berperan
Pentosan memudahkan proses penggilingan serat pulp sehingga tak mudah rusak
Pendiaman pulp bertujuan untuk penghilangan getah dalam bahan sehingga yang
tersisa adalah serat dan bertujuan untuk memperpanjang permukaan selulosa pada
ikatan antar serat bahan. Bahan perekat yang umumnya digunakan adalah urea
16
tujuan akhir penggunaan papan serat. Perekat urea formaldehida paling banyak
sehingga tidak ramah lingkungan dan memiliki harga relatif mahal. Oleh karena
itu diperlukan perekat pengganti tapioka yaitu dengan perekat organik seperti
komposisi antara partikel ampas tebu dan perekat tapioka, 90% -10 %, 80% -
20%, 70%-30%,60%-40%.
2.4.6. Pencetakan
bubur atau pulp menjadi lebih kompak atau padat dengan waktu yang ditentukan
yaitu 60 dan 120 menit. Pencetakan dilakukan untuk membentuk papan serat
menyusun kembali serat yang telah mengalami perlakuan mekanis hingga menjadi
papan serat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2018 di Lab. Daya Alat dan
Universitas Lampung.
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu oven, timbangan digital,
pisau, gunting, baskom, toples, blender, mistar, saringan, alat press (molding),
jangka sorong dan plastik zip. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun
Faktor 1 pemberian perekat dengan 4 taraf perlakuan dan faktor 2 waktu pressing
b. Pemberian 0% tapioka;
a. 60 menit;
b. 120 menit.
percobaan.
Mulai
Pengeringan
Pemotongan
Perendaman
Penghancuran (refining)
Pendiaman pulp
Pencetakan
Selesai
3.4.2. Pengeringan
pisau. Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari dengan suhu
3.4.3. Pemotongan
Setelah dikeringkan diambil daun nanas sebagai sampel untuk dihitung kadar
airnya. Setelah kadar air akhir daun nanas 12-14% maka dilakukan pemotongan.
3.4.4. Perendaman
Daun nanas yang telah dipotong-potong dilakukan perendaman dengan air bersih
Perendaman ini bertujuan untuk mengembangkan serat yang ada pada daun
nanas.
Setelah dilakukan perendaman daun nanas diambil dan ditiriskan dari air
Setelah daun nanas dihancurkan maka hasil akhir akan seperti bubur. Bubur daun
nanas dimasukkan ke dalam toples kedap udara dan disimpan dalam suhu ruang
3.4.7. Pencetakan
tapioka 0%, 10%, 20%, dan 30%. Kemudian dicetak menggunakan cetakan
(molding) atau alat press sehingga papan serat berukuran 10x10cm selama
1. Sifat Fisis:
lebar, dan tebal untuk mengetahui volume contoh uji. Kerapatan papan dihitung
menggunakan rumus:
........... (1)
22
b. Kadar Air
kemudian oven pada suhu 103±2°C selama 24 jam, setelah dioven contoh uji
hingga mencapai berat konstan yaitu berat kering oven (BKO). Nilai kadar air
.........(2)
Keterangan:
(B0). Kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Selanjutnya
contoh uji diangkat dan ditiriskan sampai tidak ada lagi air yang menetes,
kemudian timbang kembali beratnya (B1). Nilai daya serap air dihitung
menggunakan rumus:
...........(3)
Keterangan:
Uji ini berhubungan dengan uji daya serap air, dengan ukuran sampel 5 cm x 5 cm
x 1 cm. Papan serat yang telah terbentuk kemudian direndam dalam air selama
beberapa waktu. Sehingga dapat dihitung pengembangan tebal papan serat yang
menyerap air.
....... (4)
Keterangan:
penampilan untuk papan serat biasa yang mencakup papan serat kerapatan rendah,
papan serat kerapatan sedang, dan papan serat kerapatan tinggi, untuk menentukan
Pada penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
analisis ragam (ANOVA), apabila berpengaruh dilakukan uji lanjut BNT pada
taraf 5%. Data yang telah diuji disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
24
5.1. Kesimpulan
1. Papan serat daun nanas memiliki kerapatan 0,33 – 0,59 g/cm3 termasuk
kedalam papan serat kerapatan rendah dan papan serat kerapatan sedang,
kadar air 9,14 – 10,86 %, daya serap air papan setelah perendaman 2 jam yaitu
119,34% - 221,34%, daya serap air papan setelah 24 jam berkisar antara
perekat ≥ 10%.
perekat persentase papan mutu A 16,67 %, mutu B 16,67 % dan mutu C 66,67
mutu C 16,67 %. Dan perlakuan dengan kadar perekat 30% persentase papan
5.2. Saran
bersifat higroskopis yang akan digunakan sebagai papan serat agar tidak
2. Perlu dilakukan uji lebih lanjut dalam penentuan sifat mekanis pada papan
serat.
3. Perlu dilakukan modifikasi alat pencetak dengan dimensi yang lebih luas dan
Anton, S. 2012. Pembuatan dan Uji Karakteristik Papan Partikel dari Serat Buah
Bintaro (Cerbera Manghas). (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Bartholomew, D.P., Paull, R.E., and Rohrbach, K.G. 2003. The Pineapple :
Botany, Production and Uses. CABI publishing, London.
Bismarck, A., Mishra, S., and Lampke, T. 2005. Plant Fibers as Reinforcement
for Green Composites. In: Mohanty, A.K., Misra, M., and Drzal, L.T. (Ed.),
Natural Fibers, Biopolymer, and Biocomposites. CRC Press Tailor and
Francis group, Boca Raton.
Bowyer J.L., Shmulsky, and Haygreen, J.G. 2003. Forest Products and Wood
Science- An Introduction, Fourth edition. Iowa State University Press.
Erniwati, Hadi, Y.S., Massijaya, M.Y., dan Nugroho, N. 2006. Kualitas Papan
Komposit Berlapis Anyaman Bamboo (II) : Penggunaan Berbagai Kadar
Parafin. Jurnal Teknolgi Hasil Hutan 19 (2) : 11 – 18.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organiik, Jilid 2, Edisi ketiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hakim, L., Herawati, E., dan Wistara, I.N.J. 2011. Papan Serat Berkerapatan
Sedang Berbahan Baku Sludge Terasetilasi Dari Industri Kertas. Makara
Teknologi 15(2) : 123-130.
Haygreen J.G., and Bowyer, J.L. 1986. Hasil Hutan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar.
Hadikusumo SA, penerjemah. Yogyakarta : UGM Press.Terjemahan dari:
Forest Products and Wood Science, an Introduction.
Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti, T.C., Suparno, O., dan Prasetya, B.
2010. Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu untuk Produksi
Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4) : 121 – 130.
Kollman, F.F.P., Kuenzi, E.W., and Stamm, A.J. 1975. Principles of Wood
Science and Technology II. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York.
Lynd L.R., Weimer, P.J., van Zyl, W.H., and Pretorius, I.S. 2002. Microbial
Cellulosa Utilization:Fundamentals And Biotechnology. J. of Int
Microbiology and Molecular Biology Reviews 66 : 506 – 577.
53
Massijaya, M.Y., Hadi, S., Tambunan, B., Bakar, E.S., dan W.A. Subari. 2000.
Penggunaan Limbah Plastik Sebagai Komponen Bahan Baku Papan Partikel.
Jurnal Teknologi Hasil Hutan. XIII (2) : 18 – 24.
Onggo, H. dan Astuti, J.T. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen
Peroksida Terhadap Rendemen dan Warna Pulp Dari Serat Nanas. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 3 (1) : 1 – 7.
Perez, J., Munoz , J., Rubia, T., and Martinez, J. 2002. Biodegradation and
Biological Treatments Of Cellulose, Hemicelluloses And Lignin: An
Overview. J. of Int Microbiol 5 : 53 – 63.
Putri, D.R. 2009. Pengaruh Ukuran Contoh Uji Terhadap Beberapa Sifat Papan
Partikel Dan Papan Serat. (Skripsi). Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Riama, G., Veranika, A., dan Prasetyowati. 2012. Pengaruh H2O2, Konsentrasi
NaOH dan Waktu Terhadap Derajat Putih Pulp dari Mahkota Nanas. Jurnal
Teknik Kimia 18(3) : 27 – 28.
Schlegel, H.G. and Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Alih
Bahasa: Baskoro T. UGM-Press,Yogyakarta.
Siregar, H.S., Rudi, H., Tito, S., dan Apri, H.I. 2015. Variasi Suhu dan Waktu
Pengempaan Terhadap Kualitas papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa
Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida. Jurnal Kehutanan Universitas
Sumatra Utara 2 (3) : 11 – 17.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi.
Smook, G.A. 2002. Handbook for Pulp and Paper Technologists. 3rd Edition.
Angus Wilde Publications, Inc., 207.
Syafii, W. 2000. Sifat Pulp Daun Kayu Lebar dengan Proses Organosolv. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian 10 (2) : 54 – 55.
Umam, T., Setyawati, D., Diba F. 2017. Kualitas Papan Komposit Serat Kulit
Batang Sagu Dan Plastik Polipropilena (Pp) Berlapis Finir Dan Bambu.
Jurnal Hutan Lestari 5 (4) : 942 – 951.