Anda di halaman 1dari 9

MODUL BELAJAR

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN


KOMPETENSI KEAHLIAN OTOMATISASI TATA
KELOLA PERKANTORAN

KELAS/ SEMESTER : XII/ GANJIL


TAHUN PELAJARAN :2020/ 2021

MATA PELAJARAN :
OTOMATISASI TATA KELOLA KEPEGAWAIAN

KOMPETENSI DASAR :
3.13. Memahami peraturan perkawinan pegawai
4.13. Melakukan pengelompokan peraturan perkawinan pegawai

DISUSUN OLEH :
Dra. PARINI

SMK NEGERI 1 WONOSARI


Jl. Veteran Wonosari Gunungkidul 55812 Telp. (0274) 391054
2020
KD. 3.13 – 4.13
MEMAHAI/MELAKUKAN PENGELOMPOKAN PERATURAN PERKAWINAN
PEGAWAI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan siswa mampu :

1. Menjelaskan regulasi/peraturan tentamg perkawinan


2. Mengidentifikasi izin perkawinan pegawai
3. Mendokumentasikan tata cara pelaksanaan perkawinan pegawai ( C4 )
4. Melakukan identifikasi peraturan perkawinan pegawai
5. Melakukan pengelompokkan peraturan perkawinan pegawai
6. Menyajikan dokumen yang berisi persyaratan perkawinan pegawai

URAIAN MATERI

A. UNDANG-UNDANG PERKAWINAN PEGAWAI


Dalam UU nomor 1 tahun 1974 telah diatur ketentuan yang berlaku bagi segenap
warga Negara dan penduduk Indonesia, tentu termasuk di dalamnya adalah warga
Negara yang berstatus PNS. PNS wajib memberikan contoh yang baik kepada
bawahannya dan menjadi teladan sebagai warga Negara yang baik dalam masyarakat,
juga dalam menyelenggarakan kehidupan berkeluarga.

Dalam Undang-Undang Perkawinan telah ditentukan bahwa :


“Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Tentunya perkawinan yang kekal menjadi dambaan semua keluarga, namun tidak
menutup kemungkinan terjadinya perceraian dalam penyelenggaraan kehidupan
rumahtangga. Oleh sebab itu , bagi PNS telah diatur mengenai izin perkawinan dan
perceraian.

1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980 Jo Peraturan Pemerintah Nomor
45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil.
b. Surat Edaran BAKN Nomor 08/SE/1983 dan Nomor 48/SE/1990 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi PNS.
c. Menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan , diundangkan pada tanggal
2 Januari 1974, dimuat pada Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1 dan
Tambahan Lembaran Negara nomor 1 tahun 1974.
2. Perlunya Undang-Undang Perkawinan
Bagi suatu Negara dan bangsa seperti Indonesia , adanya UU Perkawinan Nasional,
yang dapat menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hokum perkawinan
serta berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat , mutlak perlu.
Dewasa ini berlaku hokum perkawinan bagi berbagai golongan warga Negara dan
berbagai daerah, misalnya :
a. Bagi orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hokum agama yang telah
diterima dalam hokum adat.
b. Bagi orang Indonesia asli lain berlaku hokum adat.
c. Bagi orang Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku Christelijke Huwelijks
Ordonantie Voor Nederlands Indie ( staatsblad 1933 nomor 74 ).
d. Bagi orang timur asing Cina dan warga Negara Indonesia keturunan Cina berlaku
ketentuan-ketentuan Kitab UU Hukum Perdata dengan sedikit perubahan.
e. Bagi orang timur asing lain dan warga Negara Indonesia keturunan asing lain
berlaku hokum adat mereka.
f. Bagi orang-orang Eropa dan yang disamakan dengan mereka berlaku Kitab UU
Hukum Perdata.
Asas atau prinsip-prinsip yang tercantum dalam UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
sebagai berikut :
1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadinnya serta membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual
dan material.
2. Dalam UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa suatu perkawinan sah
bila dilakukan menurut hokum agama dan kepercayaan masing-masing dan disamping
itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Undang –Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 menganut asas monogami, dengan
ketentuan apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan , karena hukum dan agama dari
yang bersangkutan mengizinkan, seorang suami dapat beristeri lebih dari seorang.
Namun demikian , perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang isteri ,
meskipun hal itu dikehaendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan hanya dapat
dilakukan apabila berbagai syarat terpenuhi.
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menganut prinsip mencegah perkawinan di
bawah umur dan mempersulit terjadinya perceraian. Batas umur untuk perkawinan
bagi pria 19 tahun, sedang bagi wanita 16 tahun. Kalaupun perceraian terpaksa
dilakukan , harus ada alasan-alasan tertentu dan harus dilakukan didepan sidang
pengadilan.

B. IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI

Izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 dan telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1990.
Beberapa hal pokok yang terkait dengan dengan izin perkawinan dan perceraian adalah
sebagai berikut :
1. Izin Perkawinan
a. Pemberitahuan tentang perkawinan
PNS yang melangsungkan perkawinan pertama wajib memberitahukan secara tertulis
kepada pejabat melalui saluran hierarki selambat-lambatnya1(satu) tahun setelah
perkawinan itu dilangsungkan. Ketentuan wajib memberitahukan ini berlaku juga
bagi PNS yang telah menjadi duda/janda dan melangsungkan perkawinan lagi.
Prosedur pembuatan laporan sebagai berikut :
 Laporan dibuat rangkap 3 untuk : Pejabat , Kepala BKN, Arsip
 Laporan perkawinan dilampiri :
i. Salinan sah surat nikah/ akte perkawinan untuk tata naskah masing-masing
instansi
ii. Pas photo hitam putih isteri/suami ukuran 3 x 4 cm sebanyak 3 lembar.
b. Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari seorang
 PNS yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin tertulis
lebih dahulu dari Pejabat.
 Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri lebih dari
seorang, wajib memberikan pertimbangan kepada Pejabat.
 Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri lebih dari
seorang, wajib menyampaikan kepada pejabat melalui saluran hirarki
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima surat
permintaan izin tersebut.
 Setiap pejabat harus mengambil keputusan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin tersebut.
 Apabila dalam waktu yang telah ditentukan pejabat tidak menetapkan
keputusan yang sifatnya tidak mengabulkan atau tidak menolak permintaan
izin tersebut dan merupakan kelalaian dari pejabat, maka pejabat tersebut
akan dikenakan hukuman disiplin.
 Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat apabila
memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat
kumulatif
Syarat Alternatif ( salah satu harus terpenuhi ) :
1) Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya karena menderita sakit
jasmani/rohani
2) Isteri mendapat cacat badan /penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan
3) Isteri tidak dapat memberikan keturunan sekurang-kurangnya setelah menikah
10 tahun.
Syarat komulatif ( semua harus dipenuhi ) :
1) Ada persetujuan tertulis secara iklas dari isteri dan disahkan atasannya.
2) PNS pria mempunyai penghasilan yang cukup.
3) PNS pria berlaku adil terhadap isteri-isterinya dan anaknya.
 SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010) bila:
1) Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
Pejabat.
2) Tidak melaporkan perkawinanya yang kedua/ketiga/keempat kepada
Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun setelah
perkawinan dilangsungkan

c. Pegawai Negeri Sipil wanita yang akan menjadi isteri kedua/ketiga/keempat pria yang
bukan PNS
PNS wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua/ketiga/keempat seorang PNS. PNS
wanita yang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat pria bukan PNS, wajib memperoleh
izin tertulis dari pejabat dan memenuhi syarat sesuai Romawi V angka 3 SE BAKN
No.08/SE/1983. Permintaan izin diajukan secara tertulis , disertai alsan lengkap yang
mendasari permintaan izin tersebut. Permintaan izin diajukan kepada pejabat melalui
saluran hierarki.
Sanksi PNS wanita yang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dijatuhi hukuman
disiplin pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Isi SE BAKN NO. 08/SE/1983 Romawi V angka 3 :

 Tidak bertentangan dengan agama


 Ada persetujuan isteri pertama
 Penghasilan suami cukup
 Adil
 Tidak mengganggu tugas kedinasan

Surat permohonan izin harus dilampiri dengan :

 Surat persetujuan tertulis dari isteri-isteri calon suami


 Surat keterangan penghasilan
 Surat pernyataan dari calon suami yang akan bertindak adil.
SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010) bila:
1. Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
Pejabat.
2. Tidak melaporkan perkawinanya yang kedua/ketiga/keempat kepada Pejabat
dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun setelah perkawinan
dilangsungkan.

2. Perceraian
PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh ijin secara tertulis atau
surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat. PNS yang berkedudukan sebagai
penggugat harus memperoleh ijin dari Pejabat, sedangkan bagi PNS yang
berkedudukan sebagai tergugat cukup mendapat surat keterangan dari Pejabat.
Alasan PNS Dapat Melakukan Perceraian sbb.:
1. Salah satu pihak berbuat zina
2. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat atau penjudi yang sukar
disembuhkan
3. Salah satu pihak meninggalkan selama 2 tahun berturut-turut tanpa ijin dan tanpa
alasan sah atau hal lain di luar kemampuannya/kemauannya
4. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun/hukuman yang
lebih berat
5. Salah satu pihak melakukan kekejaman/ penganiayaan berat
6. Antara suami/isteri terjadi perselisihan terus menerus dan tidak ada harapan untuk
rukun kembali.
Syarat Khusus ( kelengkapan )mengajukan perceraian bagi PNS ;
1. Surat permohonan dari yang bersangkutan melalui instansinya
2. FC surat Akta Nikah
3. Surat keterangan tentang alasan adanya perceraian dari kelurahan yang diketahui
camat
4. FC SK pangkat terakhir
5. Surat pernyataan kesanggupan pembagian gaji bila terjadi perceraian
Berita acara pembinaan dari isntansi

Permintaan Ijin Untuk Bercerai Ditolak,  apabila:

1. Bertentangan dengan ajaran /peraturan agama yang dianut.


2. Tidak ada alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (1) PP No. 10 Tahun
1983
3. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Alasan perceraian yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.

Permintaan Ijin untuk Bercerai Diberikan,  apabila:

1. Tidak bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya.


2. Ada alasan sebagai mana tercantum dalam Romawi III angka 2 SE BAKN No.
08/SE/1983.
3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
4. Alasan perceraian yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat.

Perceraian Terjadi Atas Kehendak PNS Pria, maka :


1. Apabila anak mengikuti bekas isteri, maka pembagian gaji ditetapkan sbb:
a. 1/3 gaji untuk PNS.
b. 1/3 gaji untuk bekas isteri.
c. 1/3 gaji untuk anak yang diterimakan kepada bekas isterinya.
2. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak maka gajinya
     dibagi dua, yaitu :
a. ½ untuk PNS .
b. ½ untuk bekas isterinya.
3. Apabila anak mengikuti PNS pria, maka pembagian gaji ditetapkan sbb :
a. 1/3 gaji untuk PNS pria.
b. 1/3 gaji untuk bekas isterinya.
c. 1/3 gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada PNS pria.
4.  Apabila sebagian anak mengikuti PNS  yang bersangkutan dan sebagian mengikuti    
bekas isteri, maka 1/3 gaji  yang menjadi hak anak dibagi menurut jumlah anak.
5. Hak atas bagian gaji untuk bekas isteri sebagaimana dimaksud di atas tidak
diberikan apabila perceraian terjadi karena isteri terbukti telah berzinah atau
isteri terbukti telah melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir
maupun batin terhadap suami, dan atau isteri terbukti menjadi pemabuk,
pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau isteri terbukti telah
meninggalkan suami selama dua tahun berturut-turut tanpa izin suami dan tanpa
alasan yang sah.
6. Meskipun perceraian terjadi atas kehendak isteri yang bersangkutan, hak atas
bagian gaji untuk bekas isteri tetap diberikan apabila ternyata alasan isteri
mengajukan gugatan cerai karena dimadu, dan atau karena suami terbukti telah
berzinah, dan atau suami terbukti telah melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat baik lahir maupun batin terhadap isteri, dan atau suami telah terbukti
menjadi pemabuk, pemadat dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau
suami telah meninggalkan isteri selama dua tahun berturut-turut tanpa izin isteri
dan tanpa alasan yang sah.

Apabila Perceraian Terjadi Atas Kehendak Bersama Suami Isteri,  maka


pembagian gaji diatur sbb.:
1. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka pembagian gaji berdasarkan
kesepakatan bersama.
2. Dengan tidak mengurangi ketentuan di atas, apabila semua anak mengikuti bekas
isteri, maka 1/3 gaji untuk anak dan diterimakan pada isteri.
3. Apabila sebagian anak mengikuti PNS ybs dan sebagian mengikuti bekas isteri
maka 1/3 gaji dibagi jumlah anak (sebagian ikut isteri/suami).
 
SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor   30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010) bila :
1. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin dari Pejabat bagi yang              
berkedudukan sebagai Penggugat atau tanpa surat keterangan bagi     yang
berkedudukan sebagai Tergugat, terlebih dahulu dari Pejabat.
2. Apabila menolak melaksanakan pembagian gaji dan atau tidak mau                
menandatangani daftar gajinya sebagai akibat perceraian
3. Tidak melaporkan perceraiannya kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-
lambatnya satu bulan setelah terjadinya perceraian.
4. Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan tidak meneruskan
pemintaan izin             atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian untuk
melakukan perceraian, dan atau untuk         beristri lebih dari seorang dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah ia           menerima
permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan perceraian.
5. Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap permintaan izin perceraian
atau tidak memberikan surat keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan
perceraian, dan atau tidak      memberikan keputusan terhadap permintaan izin
untuk beristri lebih dari seorang dalam jangka       waktu selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan setelah ia menerima izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian.

3. Larangan PNS tentang Pernikahan :


a. PNS dilarang hidup bersama diluar ikatan perkawinan yang sah.
b. Yang dimaksud hidup bersama diluar perkawinan yang sah adalah melakukan
hubungan sebagai suami isteri dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan
pria yang bukan suaminya yang seolah-olah merupakan suatu rumah tangga
c. SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010) bila melakukan hidup bersama di luar ikatan perkawinan yang sah
dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan pria yang bukan suaminya.

C. PELAKSANAAN PERKAWINAN PEGAWAI


Dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 antara lain
dikemukakan bahwa untuk melaksanakan perkawinan bagi PNS diperlukan pencatatan
perkawinan, tata cara perceraian, pembatalan perkawinan dan ketentuan mengenai
seorang suami yang beristeri lebih dari seorang dan sebagainya.
Syarat dan Prosedur Perkawinan bagi PNS
1. Perkawinan bagi Pegawai Negeri Sipil
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinandan
Perceraian bagi PNS yang ditindaklanjuti dengan adanya Surat Edaran Kepala BAKN
Nomor 08/SE/1983 menyebutkan bahwa PNS yang melangsungkan perkawinan pertama
wajib melaporkan kepada pejabat secara hierarki selambat-lambatnya 1 tahun sejak
tanggal perkawinannya. Ketentuan ini juga berlaku bagi PNS yang berstatus janda atau
duda yang melangsungkan perkawinan kembali.

2. Perkawinan bagi Pegawai Negeri pada POLRI


Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 43 Tahun 1999bahwa anggota
Kepolisian Republik Indonesia menjadi bagian dari Pegawai Negeri, maka anggota
POLRI yang melangsungkkan perkawinan juga wajib memberitahukannya secara tertulis
pada pejabat.
Langkah-langkah yang sudah ditentukan dalam perkawinan POLRI sebagai berikut :
a. Anggota Polri yang akan melaksanakan perkawinan harus mendapatkan izin dari
pejabat yang berwenang.
b. Izin kawin dapt diberikan oleh pejabat setelah mendapat pengesahan dari pejabat
agama di lingkungan POLRI
c. Izin kawin pada prinsipnya diberikan kepada anggota jika perkawinan/pernikahan itu
memperlihatkan prospek kebahagiaan dan kesejahteraan bagi calon suami/isteri yang
bersangkutan, serta tidak akan membawa pengaruh /akibat yang dapat merugikan
kedinasan.
d. Surat izin kawin hanya berlaku selama 6 bulan terhitung mulai tanggal
dikeluarkannya.
e. Dalam hal izin kawin diberikan, sedangkan perkawinan tidak jadi dilakukan maka
yang bersangkutan harus segera melaporkan pembatalan itu kepada pejabat yang
memberikan izin tersebut berikut alasan-alasan secara tertulis.
f. Setelah perkawinan dilangsungkan , maka salinan surat kawin dari lembaga yang
berwenang , berikut salinan surat izin kawin diserahkan yang bersangkutan kepada
pejabat di kesatuannya guna penyelesaian administrasi dan keuangan.
g. Anggota POLRI tidak diperkenankan kawin jika sedang mengikuti pendidikan
pertama/pendidikan dasar baik di luar maupun di dalam negeri.
Dalam mengajukan permohonan izin kawin bagi Pegawai Negeri pada POLRI ,
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
1. Surat permohonan mengajukan izin kawin
2. Surat keterangan N.1 dari kelurahan/desa mengenai nama , tempat dan tanggal lahir,
agama, pekerjaan, tempat kediaman dan status calon suami/isteri.
3. Surat keterangan N.2 dari kelurahan/desa mengenai asal usul yang meliputi nama,
agama, pekerjaan dan tempat kediaman orang tua/wali
4. Surat Keterangan N4 dari kelurahan/desa sesuai domisili, mengenai orang tua calon
suami/isteri.
5. Surat pernyataan kesanggupan dari calon suami/isteri untuk melaksanakan kehidupan
rumah tangga.
6. Surat pernyataan persetujuan dari orang tua apabila kedua orang tua telah meninggal
maka persetujuan diberikan oleh wali calon suami/isteri.
7. Surat keterangan pejabat personel dari satuan pegawai negeri pada POLRI yang akan
melaksanankan perkawinanmengenai status pegawai yang bersangkutan
perjaka/gadis/kawin/janda/duda.
8. Surat akta cerai/keterangan kematian suami/isteri apabila mereka sudah janda / duda
9. Surat keterangan dokter tentang kesehatan calon suami/isteri untuk menyatakan
kesehatan dan khusus bagi calon isteri melampirkan tes urine untuk mengetahui
kehamilan.
10. Pas photo berwarna calon suami /isteri ukuran 4 X 6 cm masing-masing 3 lembar
a. Bagi Perwira berpakaian dinas harian dengan latar belakang berwarna merah.
b. Bagi Brigadir berpakaian dinas harian dengan latar belakang berwarna kuning
c. Bagi PNS POLRI berpakaian dinas harian dengan latar belakang berwarna kuning.
d. Bagi calon suami/isteri yang bukan Pegawai Negeri pada PPOLRI berpakaian
bebas rapi dengan latar belakang disesuaikan dengan pangkat calon suami/isteri.
11. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK ) bagi calon suami/isteri yang bukan
pegawai negeri
Khusus :
1. Calon suami/isteri yang beragama Katholik melampirkan surat permandian atau surat
keterangan yang sejajar dan tidak lebih 6 bulan.
2. Calon suami /isteri yang beragama Proestan melampirkan surat permandian/baptis
dan surat sidi.
3. Bagi PNS POLRI pria yang kawin dengan WNA wajib memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan bagi POLWAN/PNS wanita bersedia
berhenti dari dinas aktif

3. Laporan Perkawinan
a. Pencatatan
 Setiap instansi memelihara catatan mutasi keluarga, meliputi perkawinan,
perceraian, kelahiran dan kematian.
 Pencatatan dilakukan oleh bagian kepegawaian secara rutin.
 Mutasi keluarga dicatat di dalam Buku Induk
 Mutasi keluarga juga dicatat di BKN serta direkam dalam computer.
b. Laporan mutasi keluarga
Setiap PNS wajib melaporkan kepada pejabat melalui saluran hierarki setiap
mutasi keluarganya, antara lain :
 Laporan perkawinan pertama dan laporan PNS yang telah menajdi janda/duda.
 Laporan perceraian
 Laporan perkawinan PNS yang beristeri lebih dari seorang.
 Laporan perkawinan PNS wanita yang menjadi isteri kedua/ketiga/keempat
dari pria bukan PNS
 Laporan kelahiran dilampiri dengan akta kelahiran
 Laporan kematian anak yang dilampiri surat keterangan kematian
 Laporan kematian isteri/suami dilampiri dengan surat kematian
 Laporan dibuat rangkap 2(dua) : untuk pejabat dan arsip

c. Kartu Isteri/ suami


Setiap pegawai negeri yang melaksanakan perkawinan dan telah melaporkan
kepada pejabat , maka yang bersangkutan mendapatkan KARIS/KARSU.
Sehubungan dengan Karis atau arsu dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Kepada setiap PNS diberikan Karis kepada isteri dan Karsu kepada suami.
 Karis /Karsu sebagai identitas bagi suami / isteri dari PNS
 Karis /Karsu berlaku selama menjadi suami/isteri PNS yang bersangkutan
 Apabila PNS berhenti sebagai PNS tanpa hak pensiun, maka Karis/Karsu
tadak berlaku lagi
 Karis /Karsu yang hilang wajib membuat laporan tertulis kepada atasan
langsung untuk mendapatkan pengganti.

EVALUASI :
1. Jelaskan apa tujuan perkawinan.
2. Apa sanksi PNS yang tidak melaporkan perkawinannya.
3. Jika perceraian terjadi atas kehendak PNS pria , bagaimana pembagian gajinya jika :
o anak ikut bekas isteri
o tidak memiliki anak
o anak mengikuti PNS pria
4. Jika perceraian terjadi karena kehendak bersama bagaimana pembagian gajinya.
5. Apa syarat jika pria akan beristeri lebih dari seorang
6. Apa syarat alternative bagi pria yang akan beristeri lebih dari seorang.
7. Apa syarat komulatif bagi pria yang akan beristeri lebih dari seoran
8. Apa sanksi PNS yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan.
9. Coba kelompokkan dokumen yang berkaitan dengan perkawinan pegawai dengan :
a. Menyusun dokumen untuk perkawinan PNS
b. Menyusun dokumen untuk perkawinan di lingkungan POLRI
c. Menyusun laporan perkawinan pegawai

Anda mungkin juga menyukai