Anda di halaman 1dari 7

BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

4 PENGENALAN VENTILASI
MEKANIK

A. TUJUAN KEGIATAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan perawatan pasien
yang terpasang ventilasi mekanik meliputi :

1. Memahami prinsip kerja ventilasi mekanik


2. Memahami indikasi pemasangan ventilasi mekanik
3. Memahami komplikasi pemasangan ventilasi mekanik
4. Memahami intervensi keperawatan pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik

B. PERTANYAAN MINIMAL

Seorang pasien laki – laki berusia 45 tahun terpasang ventilasi mekanik,


dirawat di Ruang ICU hari ke-5 dengan diagnosa medis sepsis shock.
Pada saat pengkajian, tampak penumpukan secret pada mulut pasien dan
alarm dari mesin ventilator berbunyi terus menerus.

Bagaimana perawatan pasien yang terpasang ventilasi mekanik di Ruang ICU?

C. DASAR TEORI
Ketika pasien tidak mampu mempertahankan patensi jalan nafas, pertukaran gas yang
adekuat atau keduanya, meskipun dengan manajemen agresif, dukungan yang lebih invasif
dengan intubasi dan ventilasi mekanis harus dipertimbangkan. Langkah ini dapat
menimbulkan risiko dan beban fisik dan psikologis yang signifikan pada pasien maupun
keluarganya. Pada dasarnya, setiap intervensi diberikan untuk menghindari penggunaan
ventilasi mekanik, tetapi biasanya tetap diperlukan ketika terjadi distress pernafasan dan
berkembang menjadi gagal nafas.

Kegagalan pernafasan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan


pernafasan yang adekuat yang diukur dengan pH darah arteri, PaCO2, dan PaO2. Kegagalan
pernapasan dapat dikategorikan sebagai hipoksemia atau hiperkapnia hipoksemik. Gagal
BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

nafas hipoksemik terjadi ketika PaO2 kurang dari 60 mm Hg. Gagal nafas hipoksemik
hiperkapnia adalah ketika PaO2 kurang dari 60 mm Hg dan PaCO2 melebihi 55 mm Hg. Jika
nilai AGD memburuk melebihi parameter ini, dukungan ventilasi mekanis sering
diindikasikan. Pasien cenderung mengalami gagal napas akut jika salah satu sistem yang
terlibat dalam pernapasan terganggu. Tingkat risiko terjadinya gagal napas bergantung pada
kemampuan pasien untuk menggerakkan udara, sekresi, dan darah yang mengandung
oksigen.

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan positif atau negative yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu yang lama. Perawat
memainkan peran kunci dalam mengenali timbulnya gagal napas akut. Identifikasi pasien
berisiko tinggi, monitoring serial dan evaluasi status pernapasan, dan tindakan yang tepat
dapat mencegah atau kebutuhan support ventilasi. Sebelum intubasi dan ventilasi, pasien
mungkin memerlukan peningkatan FiO2 untuk memenuhi kebutuhan oksigennya. Jika
bantuan ventilasi diperlukan, tujuan ventilasi mekanis adalah untuk membantu pasien melalui
suatu episode sakit. Tujuan utama penggunaan ventilator pada pasien kritis adalah untuk memenuhi
tidal volume (TV) atau Menitu Volume (MV) optimal dengan minimal work of breathing (WOB).

Tujuan klinis dari ventilasi mekanis adalah mengatasi hipoksemia, mengatasi asidosis
pernapasan akut; mengurangi distress pernafasan, pencegahan atau mengatasi atelectasis,
istirahat otot – otot ventilasi, pengurangan konsumsi oksigen sistemik, konsumsi oksigen
miokard, atau keduanya, penurunan tekanan intrakranial (ICP), dan stabilisasi dinding dada.
Ventilasi mekanis tidak bersifat kuratif dan sebenarnya dapat menyebabkan komplikasi.
Berikut merupakan indikasi pemakaian ventilasi mekanik :

 Cardiac arrest (henti jantung)


 Henti nafas
 Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen non – onvasif
 Asidosis respiratori yang tidak teratasi dengan obat – obatan dan pemberian
oksigen non invasive
 Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat – obatan dan
pemberian oksigen non invasive
 Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takipnea, penggunaan otot pernafasan
tambahan (scalene, sternocleimastoid, intercostal, abdomen)
 Penurunan kesadaran (GCS<8)
BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

 Saturasi oksigen menurun drastic


 Pasca operasi mayor
Prinsip Fisiologi

Hubungan antara tekanan intrapulmoner selama inspirasi dan ekspirasi adalah


berbanding terbalik selama penggunaan ventilasi mekanis. Ventilator mengalirkan udara
dengan memompanya ke pasien; oleh karena itu, tekanan selama inspirasi bersifat positif.
Tekanan positif yang dipompa ke dalam paru-paru menyebabkan peningkatan tekanan
intratoraks dan penurunan aliran balik vena selama inspirasi. Dengan setting PEEP, tekanan
yang lebih besar dihasilkan selama inspirasi. Selama ekspirasi, tekanan di paru-paru menurun
ke tingkat baseline PEEP dan terus menjadi positif selama ekspirasi. Kebanyakan pasien
mengkompensasi gangguan aliran balik vena ini dengan meningkatkan tonus vena perifer.
Jika terdapat kondisi respons simpatis yang menurun (misalnya, hipovolemia, sepsis,
penyakit jantung, obat-obatan, atau usia lanjut), hipotensi dapat terjadi. Selain itu, volume
tidal yang besar (lebih dari 10 sampai 12 mL / kg) yang menghasilkan tekanan lebih dari atau
sama dengan 35 cm H2O tidak hanya mengurangi curah jantung tetapi juga meningkatkan
risiko pneumotoraks.

Tekanan positif dapat menyebabkan terjadinya barotrauma. Barotrauma terjadi ketika


terjadi kebocoran udara dari alveoli ke dalam rongga pleura, atau disebut pneumotoraks.
Bentuk lain dari lung injury adalah volutrauma yang disebabkan oleh pemberian volume tidal
yang besar pada pasien dengan paru-paru menjadi kaku. Dengan volutrauma, alveoli
mengalami kerusakan yang memungkinkan cairan dan protein meresap ke dalam paru-paru.
Fenomena ini merupakan salah satu bentuk edema paru nonkardiogenik. Kerusakan paru-
paru baik barotrauma atau volutrauma dapat meningkatkan mortalitas pasien, terutama pada
pasien yang rentan seperti pasien asma atau ARDS. Untuk mencegah cedera paru-paru,
penting untuk menentukan lung compliance agar ventilator dapat di setting dengan tepat
untuk meminimalkan tekanan pada jalan napas.
BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

Gambar 4.1 Ventilasi mekanik

Pada prinsipnya, ventolasi mekanik merupakan alat bantu nafas, sehingga dapat didefinisikan sebagai
serangkaian perangkat elektronik yang membutuhkan energy/listrik, tekanan udara dan oksigen yang
harus digunakan secara tepat untuk membantu dalam menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Dibawah ini merupakan beberapa parameter dari ventilasi mekanik :

 Tidal volume (VT) adalah jumlah udara yang diberikan pada pasien setiap respirasi
(satuan : ml).
 Respiratory rate (f) adalah jumlah nafas (pasien/mesin/keduanya) dalam 1 menit
(satuan : nafas/menit).
 Minute ventilation (MV) adalah jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam 1
menit (satuan : L/menit), sehingga merupakan hasil perkalian tidal volume dengan
respiratory rate.
Dalam pernafasan ventilasi mekanik, terdapat 3 prinsip utama, yaitu :

1. Trigger
Trigger merupakan sinyal untuk memulai proses inspirasi, dimana katup inspirasi
membuka.
2. Limit
Limit adalah batas dari aliran udara yang mengalir ke dalam paru selama proses
inspirasi.
3. Cycle
Cycle adalah sinyal untuk menghentikan proses inspirasi (katup inspirasi menutup dan
katup ekspirasi membuka).
BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

Kapan inspirasi
Fase Inspirasi
berakhir dan
eskpirasi
Berapa banyak CYCLE
nafas diberikan?

LIMIT

Kapan nafas mulai


Fase Ekspirasi
diberikan

TRIGGER

Perbedaan Nafas spontan dengan ventilator adalah sebagai berikut.

NAFAS SPONTAN VENTILATOR


Awal respirasi Akibat dari rangsangan pada Akibat setting pada mesin
(triggering) pusat pernafasan (apakah otomatis atau perlu
dirangsang pasien)
Cara udara masuk Karena adanya perbedaan tekanan Alveoli diberikan tekanan
udara antara alveoli dan atmosfer dari mesin (tekanan positif)
Akhir Inspirasi : Reflex Tergantung setting ventilator
Perpindahan inspirasi (setting waktu dan tekanan)
ke ekspirasi
(Cycling)
Pembatasan udara Refleks Tergantung setting ventilator
masuk (setting volume dan tekanan)
(Limit)

Pengaturan setting ventilator


BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

Pada prinsipnya, terdapat 4 setting utama mode ventilator, yaitu.

1. Volume Control
Ventilator mengalirkan udara ke dalam paru – paru pasien jika mendapatkan trigger
dari mesin/pasien dengan target volume.
2. Pressure Control
Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien dengan target
tekanan.
3. SIMV (Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation)
Ventilator mengalirkan udara bila mendapatkan trigger dari mesin/pasien seperti pada
Volume Control atau Pressure Control. Pasien memiliki kesempatan untuk bernafas
spontan di antara mandatory ventilation.
4. Pressure Support
Semua nafas di trigger oleh pasien. Aliran udara diberikan dengan target tekanan.
Pada setting ini harus diyakinkan bahwa upaya nafas cukup. Hal ini dikarenakan pada
setting ini memungkinkan terjadinya risiko hipoventilasi atau apneu.

Perawat di ruang intensif, perlu memperhatikan dan memonitor resiko komplikasi dari pemberian
ventilasi mekanik, yaitu sebagai berikut.

 Infeksi nosocomial (Ventilator-associated pneumonia)


 Barotrauma atau volutrauma
 Penurunan curah jantung akibat PEEP yang terlalu tinggi
 Mobilitas gastrointestinal menurun akibat obat – obatan paralitik, sedasi, analgetik
 Asinkronisasi pasien dengan ventilator (fighting)
 Atelektasis paru

Intervensi keperawatan pasien terpasang ventilasi mekanis yang perlu diperhatikan oleh perawat
intensif meliputi :

 Suctioning
 Oral hygiene
 Monitoring hemodinamik
 Komunikasi efektif
BUKU PANDUAN PRAKTIK KEPERAWATAN KRITIS

 Perubahan posisi tidur tiap 2 jam sekali


 Monitor humidifier (pelembab udara inspirasi) dari rangkaian mesin ventilator
 Monitor water trapping pada rangkaian ventilator

Anda mungkin juga menyukai