AUDIT OPERASIONAL
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Afrianingsih 16622116
2. Arvina Larasati 16622118
3. Risna Hartiana 16622145
4. Saskia Geraldine 16622147
5. Siti Kholifah 16622149
6. Yessy Yulianty 16622150
7. Wahyuni Riantika 16622153
DOSEN PENGAJAR
Masyitah As Sahara,S.E.,M.Si
Kepada
Yth, Direktur Utama PT. Serat Sutera
Di Surabaya
Kami telah melakukan audit atas keterlambatan pengiriman barang yang terjadi karena
keterlambatan proses produksi pada PT Serat Sutera untuk periode tahun 2006/2007. Audit kami
tidak dimaksudkan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan
dan oleh karenanya kami tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Audit kami
hanya mencakup bidang Proses Produksi yang dimiliki (terjadi pada) perusahaan PT. Serat
Sutera. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya
guna), dan efektivitas (hasil guna) pelaksanaan produksi. Pengelolaan program proses produksi
yang dilakukan dan memberikan saran perbaikan atas kelemahan pengelolaan program proses
produksi yang dilakukan dan memberikan saran perbaikan atas kelemahan pengelolaan program
proses produksi yang ditemukan selama audit, sehingga diharapkan dimasa yang akan datang
dapat dicapai perbaikan atas kekurangan tersebut dan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih
ekonomis, efisien, dan lebih efektif dalam mencapai tujuannya.
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi :
Bab I : Informasi Latar Belakang
Bab II : Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit
Bab III : Rekomendasi
Bab IV : Ruang Lingkup
Dalam melaksanakan audit kami telah memperoleh banyak bantuan, dukungan, dan kerja
sama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf yang berhubungan dengan
pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih atas kerja sama yang telah
terjalin dengan baik ini.
PT Serat Sutera adalah pabrik tenun tradisional dengan fasilitas produksi berupa Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBN). Ny. Shri Utami adalah generasi terakhir dari penggunaan ATBN
di pabrik ini. PT Serat Sutera menghasilkan beberapa jenis kain dengan bahan dasar dan merk
yang berbeda. Bahan baku sebagian masih merupakan bahan impor terutama yang tidak tersedia
cukup di dalam negeri.
Mulai tahun 1995 perusahaan ini secara total meninggalkan ATBN untuk memproduksi
komersialnya dan menggunakan teknologi modern dengan investasi yang cukup besar.
Penggunaan ATBN hanya digunakan untuk menghormati pendahulunya, sehingga budaya
menenun di kalangan keluarga tidak hanya tinggal sejarah.
Perusahaan mampu mengakumulasikan laba sebesar Rp. 3,5 triliun dalam lima tahun
terakhir.
Susunan Direksi Perusahaan :
Direktur Utama : Ny. Shri Utami
Direktur Pemasaran : Tn. Hendro Sukanja
Direktur Akuntansi dan Keuangan : Ny. Trini Ray
Audit Pendahuluan :
Dari audit pendahuluan, diperoleh informasi umum sebagai berikut :
1. Tujuan produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dan hanya sebagian kecil untuk
memenuhi persediaan. Perusahaan menetapkan kabijakan persediaan yang sangat minimum
untuk menjaga stabilitas keuangannya.
2. PT Serat Sutera menghasilkan beberapa jenis kain dengan bahan dasar dan merk yang berbeda.
Bahan baku sebagian masih merupakan bahan impor terutama yang tidak tersedia cukup di
dalam negeri.
3. Sebanyak 60% dari produk yang dihasilkan terutama yang berbahan dasar sutera adalah untuk
tujuan ekspor yang merupakan produk pesanan dengan waktu pengiriman rata-rata 7 hari dari
pesanan diterima dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
4. Perusahaan menggunakan mesin otomatis berteknologi tinggi dengan kapasitas produksi 300.000
meter per hari untuk kain dengan bahan dasar sutera dan 4.750 meter untuk kain yang tidak
berbahan dasar sutera. Dari kapasitas produksi yang dimiliki, perusahaan yang beroperasi
sebesar 85% dari kapasitas penuh.
5. Pengendalian kualitas produk dimulai dari pengendalian bahan baku (input), proses produksi dan
penanganan produk jadi (output).
6. Produksi disusun berdasarkan batch-batch yang lebih mengutamakan optimalisasi pengolahan
bahan yang tersedia.
BAB II
KESIMPULAN AUDIT
Berdasarkan temuan yang kami peroleh selama audit yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
Kondisi :
1. Tujuan produksi telah dirumuskan secara tertulis adalah untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu pengiriman yang tepat dan harga bersaing.
2. Berdasarkan kebijakan bisnis perusahaan, pengiriman barang sudah dilakukan paling lambat
dalam waktu 7 hari sejak pesanan diterima.
3. Jadwal produksi terintergrasi dengan jadwal penerimaan bahan baku.
4. Operator mesin dan bagian pemeliharaan fasilitas produksi dikendalikan oleh kepala bagian
yang berbeda.
5. Perusahaan tidak (belum) memiliki pedoman tertulis sebagai dasar untuk melakukan
perubahan jadwal produksi, jika terjadi tambahan (perubahan) permintaan dari pelanggan.
6. Laporan biaya kualitas terdokumentasi dengan baik dan digunakan sebagai umpan balik
dalam peningkatan kualitas produk.
7. Tidak ada mekanisme penyesuaian (cross check) program antara bagian produksi, pembelian
bahan baku, dan pemeliharaan fasilitas produksi untuk mencegah terjadinya keterlambatan
produksi.
Kriteria :
1. Jadwal produksi disusun berdasarkan rencana penjualan yang secara keta menghubungkan
rencana pengiriman barang dengan jadwal produksi setiap jenis produk.
2. Jadwal produksi harus mampu meminimumkan:
a. Biaya persediaan, dimana persediaan maksimum 5% dari produksi setiap bulan untuk
setiap jenis barang.
b. Biaya penyetelan (setup) mesin.
c. Upah lembur, dan
d. Penggunaan sumber daya.
3. Jadwal produksi harus terintegrasi dengan :
a. Jadwal penerimaan bahan baku; bahan baku sudah tersedia dan siap dilokasi pabrik 6 jam
sebelum proses produksi dimulai.
b. Pemeliharaan fasilitas produksi; mesin selalu dalam keadaan siap untuk di operasikan.
c. Pengiriman barang; barang jadi dikirim paling lambat 7 hari kerja sejak pesanan diterima.
4. Jadwal produksi harus mampu mengoptimalkan tingkat penggunaan kapasitas produksi.
5. Jadwal produksi harus selaras dengan jadwal pada fungsi-fungsi yang lain.
6. Perusahaan harus memiliki pedoman tertulis tentang perubahan jadwal produksi yang di
akibatkan oleh adanya tambahan (perubahan) pesanan pelanggan, agar tidak mengganggu
rencana produksi dan pengiriman yang telah terjadwal.
Penyebab :
1. Perencanaan kebutuhan bahan baku perusahaan (terutama untuk produk berbahan dasar
sutera yang masih diimpor) sering tidak tepat, sehingga kedatangan bahan baku sering
terlambat. Dari catatan penerimaan tahun 2006 rata-rata terjadi kekurangan bahan baku
sebanyak 15% dari kebutuhan produksi.
2. Karena proses produksi harus berjalan terus, supervisor memerintahkan untuk memproduksi
terlebih dahulu produk yang bahan bakunya tersedia di lokasi pabrik, walaupun belum
waktunya untuk di proses.
3. Jadwal pemeliharaan mesin tidak selalu tepat dengan jadwal penggunaannya.
4. Jadwal produksi tidak disesuaikan dengan terjadinya pemesanan pelanggan yang sifatnya
mendadak, sehingga belum termasuk dalam jadwal produksi yang telah ditetapkan.
5. Jadwal penerimaan bahan baku dan perbaikan fasilitas produk tidak disesuaikan dengan
terjadinya perubahan pesanan dari pelanggan.
Akibat :
1. Karena keterlambatan pengiriman bahan baku, proses produksi hanya mampu mencapai
kuantitas 90% dari produk yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan sesuai
dengan jadwal pengiriman yang telah ditetapkan.
2. Terjadi penumpukan persediaan rata-rata 15% untuk produk nonsutera.
3. Pada saat beberapa komponen mesin dibutuhkan sering belum siap karena masih diperbaiki,
yang berakibat terjadinya waktu tunggu rata-rata 1 jam dalam setiap hari.
4. Pesanan pelanggan yang mendadak, menyebabkan tertundanya pengiriman barang yang
terjadwal rata-rata 2 hari untuk setiap pesanan.
5. Jika terjadi perubahan pesanan dari pelanggan, proses produksi terhambat rata-rata 18 jam
dalam 1 minggu.
Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi perhatian
manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan ini meliputi :
1. Keterlambatan pengiriman terjadi karena keterlambatan proses produksi.
2. Kebijakan pengiriman produk yang terlalu cepat.
3. Penumpukan persediaan terjadi karena jadwal produksi yang tidak sesuai.
4. Belum adanya prosedur tertulis untuk perubahan jadwal produksi yang diakibatkan oleh
adanya tambahan (perubahan) permintaan pelanggan.
Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai koreksi atau
langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Rekomendasi :
1. Perusahaan perlu menyusun jadwal produksi dengan menyesuaikan antara bagian
produksi, pembelian bahan baku, dan pemeliharaan fasilitas produksi untuk mencegah
terjadinya keterlambatan produksi.
2. Perusahaan harus membuat jadwal produksi yang terintegrasi dengan :
a. Jadwal penerimaan bahan baku; bahan baku sudah tersedia dan siap dilokasi pabrik 6
jam sebelum proses produksi dimulai.
b. Pemeliharaan fasilitas produksi; mesin harus selalu alam keadaan siap untuk
dioperasikan.
c. Pengiriman barang; barang jadi di kirim paling lambat 7 hari kerja sejak pesanan
diterima.
3. Perusahaan dapat menerapkan sistem produksi secara just in time dengan hanya
memproduksi barang sesuai dengan pesanan pelanggan sehingga meminimalkan
penumpukan persediaan yang dapat menyebabkan meningkatnya biaya persediaan.
4. Perusahaan perlu membuat pedoman tertulis mengenai kemungkinan perubahan jadwal
produksi jika terjadi tambahan (perubahan) permintaan pelanggan yang mendadak.
Perusahaan sebaiknya selalu siap terhadap kemungkinan-kemungkinan penambahan atau
perubahan pesanan pelanggan yang terjadi secra mendadak dengan mempersiapkan juga
bahan baku serta dapat memanfaatkan kapasitas mesin yang masih menganggur sebagai
antisipasi perubahan pesanan tersebut.
5. Perusahaan perlu melakukan evaluasi atas prosedur yang telah dilaksanakan sebagai tolak
ukur dari keberhasilan dan ketepatan produksi, baik dalam hal waktu, kuantitas, maupun
kualitas produk.
Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya ada pada manajemen,
tetapi jika kelemahan ini tidak segera diperbaiki, kami mengkhawatirkan akan terjadi akibat yang
lebih buruk pada pelaksanaan proses produksi perusahaan di masa mendatang.
BAB IV
RUANG LINGKUP AUDIT
Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya meliputi
masalah Keterlambatan Produksi PT Serat Sutera untuk periode tahun 2006/2007. Audit kami
mencakup penilaian atas kecukupan sistem pengendalian manajemen proses produksi, kebijakan
pengiriman bahan baku, dan jadwal penerimaan bahan baku