Anda di halaman 1dari 3

CHLOROQUINE/2002511168

CHLOROQUINE

Chloroquine merupakan obat anti plasmodium yang digunakan untuk


mengatasi dan mencegah malaria. Obat ini mengandung gugus kunolin yang
bekerja dengan cara menghambat enzim yang mengubah heme menjadi
hemozoin. Hal tersebut menyebabkan terjadinya akumulasi heme bebas didalam
vakuola makanan yang dapat memberikan efek kematian pada parasit
plasmodium tersebut (Ikawati, 2020). Selain sebagai obat anti malaria,
chloroquine juga memiliki manfaat untuk penyakit lainnya. Chloroquine juga
dapat digunakan untuk menangani pasien dengan penyakit autoimun dengan cara
mengikat faktor transkripsi pada sel T helper 17 dan mencegah terjadinya
diferensiasi. Di waktu yang bersamaan chloroquine tersebut juga dapat
mengaktifkan faktor transkripsi Foxp 3 yang mendorong pembentukan
regulatory T cell. Regulatory T cell tersebut telah terbukti dapat mengobati dan
mencegah penyakit autoimun (Goel and Garriets, 2020).
Beberapa penelitian saat ini telah mencoba membuktikan efektifitas
chloroquine dalam mengobati pasien dengan Covid-19. Chloroquine dan
turunannya (hydrochloroquine) memiliki mekanisme kerja dengan meningkatkan
pH endosom serta mengganggu glikosilasi dari reseptor SARS-Cov sehingga
chloroquine berpotensi untuk memblokir infeksi virus. Selain itu, chloroquine
juga dapat menghambat kuinon reduktase-2 yang memiliki keterlibatan dalam
biosintesis asam sialat. Kemampuan menghambat kuinon reductase-2 itulah yang
membuat chloroquine termasuk agen anti virus yang luas termasuk pada
golongan flaviviruses, retroviruses dan coronaviruses (Juurlink, 2020; Singh et
al., 2020).
Rute pemberian obat chloroquine pada umunya adalah melalui oral. Hal
tersebut dilakukan baik untuk pencegahan malaria, pengobatan malaria,
pengobatan autoimun dan kasus Covid-19. Jika seseorang akan bepergian ke
daerah endemis malaria maka sedapat mungkin obat tersebut diberikan sebagai
propilaksis. Untuk propilaksis malaria dosis chloroquine yang diberikan yaitu
500mg selama satu sampai dua minggu sebelum bepergian, selama bepergian dan
diberikan selama 4 minggu setelah bepergian dari daerah yang merupakan
endemis malaria (Anonim, 2018).
Untuk pengobatan malaria akut yang diakibatkan oleh P.vivax, P.Malariae,
P.Ovale dan P.falciparum. Chloroquine diberikan dengan dosis 1 g per oral lalu
dilanjutkan dengan 500mg per oral setelah 6-8 jam dan diberikan kembali setelah
24-48 jam dengan dosis awal sehingga dosis total adalah 2500mg dalam 3 hari.
Chloroquine juga dapat diberikan secara intravena pada malaria derajat berat,
akan tetapi hal tersebut jarang dilakukan mengingat tingkat toksisitas pemberian
secara intravena cukup tinggi. Beberapa penelitian saat ini telah banyak
melaporkan adanya resistensi terhadap chloroquine pada malaria yang
disebabkan oleh P.falciparum dan P.vivax sehingga WHO menyarankan infeksi
malaria tersebut diberikan penanganan dengan menggunakan artesunat atau obat
kombinasi lainnya (Aguiar et al.,2018; World Health Organization, 2018).
Untuk menangani kasus Covid-19 yang sedang terjadi, penggunaan
chloroquine disarankan dengan pengawasan dokter (khususnya pasien Covid-19
yang dirawat di rumah sakit) sehingga masyarakat tidak dianjurkan untuk
membeli obat chloroquine secara bebas.
Dalam penggunaannya, terdapat beberapa efek samping yang dapat
ditimbulkan yaitu reaksi hipersensitivitas, mual, muntah, sakit kepala,
tenggorokan terasa gatal, nafsu makan berkurang, diare, demam, retinopati,
toksisitas pada retina neuromiopati, dan efek neuropsikiatri (Braga et al., 2015).
Terdapat beberapa jurnal melaporkan bahwa pemberian chloroquine secara
parenteral dapat menyebabkan hipotensi jika diberikan terlalu cepat atau
diberikan dalam dosis yang tinggi (5mg base/kg atau lebih). Chloroquine
merupakan obat golongan D sehingga sebaiknya tidak diberikan pada wanita
hamil karena dapat menimbulkan risiko pada janin (Juurlink, 2020).
Eliminasi dari obat chloroquine dari tubuh manusia adalah eliminasi melalui
renal yaitu sebanyak 20-55%. Belum banyak jurnal yang melaporkan adanya
interaksi obat secara signifikan antara obat chloroquine dengan obat-obatan yang
lain. Akumulasi chloroquine didalam tubuh terjadi secara perlahan dan terjadi
akibat penggunaan dosis berulang (seperti pada pasien yang mengalami rematik
atau malaria kontinu atau pada kemoprofilaksis Covid-19) (White et al., 2020).
Manfaat penugasan ini untuk saya pribadi adalah menambah wawasan serta
ilmu pengetahuan mengenai manfaat-manfaat yang berkaitan dengan
penggunaan obat chloroquine, di mana obat chloroquine ini tidak hanya dapat
menangani serta mengobati kasus malaria saja tetapi manfaatnya dapat digunakan
pada penyakit lain seperti penyakit autoimun hingga Covid-19. Selain itu
pembuatan tugas mengenai chloroquine ini membantu saya dalam lebih
memahami mengenai bagaimana rute pemberian obat dan dosis yang digunakan
dalam melakukan penatalaksanaan sesuai dengan indikasi, kontraindikasi, serta
efek samping yang dapat ditimbulkan selama proses pengobatan tersebut
dilakukan. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Aguiar, A., Murce, E., Cortopassi, W., Pimentel, A., Almeida, M., Barros,
D., Guedes, J., Meneghetti, M. and Krettli, A., 2018. Chloroquine analogs as
antimalarial candidates with potent in vitro and in vivo activity. International
Journal for Parasitology: Drugs and Drug Resistance, 8(3), pp.459-464.
Anonim, 2018. Chloroquine Phosphate (Chloroquine) Dosing,
Indications, Interactions, Adverse Effects, And More. [online]
Reference.medscape.com. Available at:
<https://reference.medscape.com/drug/chloroquine-phosphate-chloroquine-
342687> [Accessed 5 September 2020].
Braga, C., Martins, A., Cayotopa, A., Klein, W., Schlosser, A., Silva, A.,
Souza, M., Andrade, B., Filgueira-Júnior, J., Pinto, W. and da Silva-Nunes, M.,
2015. Side Effects of Chloroquine and Primaquine and Symptom Reduction in
Malaria Endemic Area (Mâncio Lima, Acre, Brazil). Interdisciplinary
Perspectives on Infectious Diseases, 2015, pp.1-7.
Goel, P. and Gerriets, V., 2020. Chloroquine. [online] Ncbi.nlm.nih.gov.
Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551512/> [Accessed 5
September 2020].
Juurlink, D., 2020. Safety considerations with chloroquine,
hydroxychloroquine and azithromycin in the management of SARS-CoV-2
infection. Canadian Medical Association Journal, 192(17), pp.E450-E453.
Ikawati, Z., 2020. Mengenal Klorokuin Dan Avigan Untuk Terapi
COVID-19. [online] Farmasi UGM. Available at:
<https://farmasi.ugm.ac.id/id/mengenal-klorokuin-dan-avigan-untuk-terapi-
covid-19> [Accessed 5 September 2020].
Singh, A., Singh, A., Shaikh, A., Singh, R. and Misra, A., 2020.
Chloroquine and hydroxychloroquine in the treatment of COVID-19 with or
without diabetes: A systematic search and a narrative review with a special
reference to India and other developing countries. Diabetes & Metabolic
Syndrome: Clinical Research & Reviews, 14(3), pp.241-246.
White, N., Watson, J., Hoglund, R., Chan, X., Cheah, P. and Tarning, J.,
2020. COVID-19 prevention and treatment: A critical analysis of chloroquine and
hydroxychloroquine clinical pharmacology. PLOS Medicine, 17(9), p.e1003252.
World Health Organization, 2018. Overview Of Malaria Treatment.
[online] World Health Organization. Available at:
<https://www.who.int/malaria/areas/treatment/overview/en/> [Accessed 5
September 2020].

Anda mungkin juga menyukai