Anda di halaman 1dari 7

Lesson Summary Weeks 1-3

PART II - PRAGMATICS WEEK 1/2


Pragmatik merupakan satu dari beberapa pendekatan yang luas
terhadap wacana, yang difokuskan kepada 3 konsep, yaitu makna, kontek, dan
komunikasi; masing-masing konsep merupakan entitas yang sangat luas.
Akibatnya, hampir tidak mungkin untuk menetapkan satu definisi yang bisa
mencakup keseluruhan bidang pragmatik.
Bahasan difokuskan pada salah satu jenis prakmatik, yaitu aliran
pragmatik Grice (Gricean Pragmatics=GP), yang telah memayungi banyak
penelitian tentang pragmatik. Dua aspek yang menjadi fokus kajian adalah
pendapat Grice tentang 1) makna yang dimaksud pembicara (speaker
meaning) dan 2) prinsip kerjasama (cooperative principle). Aspek lain yang
juga dibahas adalah aplikasi GP terhadap terminologi-terminologi acuan
(referring terms). Selanjutnya, Schiffrin menggunakan satu wacana tertentu
untuk menunjukkan bagaimana GP menyediakan suatu pendekatan terhadap
analisis wacaca.

Speaker’s meaning vs. Implied meaning?

Speaker’s meaning terdiri dari dua junis makna; makna abstrak dan
makna ujaran. Makna abstrak terkait dengan makna sintaksis, yaitu makna
yang terkandung, misalnya, dalam suatu kalimat. Makna ujaran terkait
dengan makna (force) yang terkandung dalam suatu ujaran, dan untuk
memahami force harus dilihat kontek ujaran tersebut. Disamping itu,
memahami force juga bisa dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur
paralinguistiks dan non-linguistiks yang mengitari ujaran.
Implied meaning, sebaliknya tidak tergantung hanya pada unsur
leksikal atau sintaksis saja, tetapi tergantung pada konteks ujaran, yang
mencakup apa, pada siapa, dimana, bila, jalur, mode dan lain sebagainya.
Tanpa memahami unsur-unsur tersebut, apa yang ingin disampaikan
pembicara kepada si pendengar mungkin tidak akan dipahami si pendengar.

Speaker’s Meaning

Konsep ini mengisyaratkan adanya perbedaan diantara 2 jenis makna;


makna semantik dan makna pragmatik, dan menyarankan suatu pandangan
khusus tentang komunikasi manusia yang difokuskan pada suatu niat atau
maksud. Disamping itu, Grice (1957) juga membedakan makna atas makna
non natural (NNM[NON NATURAL MEANING) dan makna natural
(NM[NATURAL MEANING). NM kurang terkait dengan intensionalitas atau
niat manusia, misalnya dengan menyatakan Those spots mean measles,
sementara NNM sepadan dengan komunikasi intensional/yang disengaja,
seperti kalimat Those three rings on the bell (of the bus) yang berarti bahwa
bus penuh.
Fitur kritikal dari NNM adalah fitur tersebut diniatkan untuk diketahui
atau dimengerti dalam suatu cara tertentu. Fitur kritikal dari NNM adalah
makna dimaksudkan untuk dimengerti dengan cara tertentu oleh
pendengar. Seperti ditekankan Grice, A (speaker) menginginkan agar
ujaran X memiliki dampak terhadap pendengar dengan cara memahami
maksud ujaran tersebut. Secara implisit, makna kedua NNM adalah
keinginan agar pendengar menyadari maksud komunikatif si pembicara.
Dalam contoh yang diberikan Grice di atas, pembicara (mis. Kondektur
bus) ingin agar pengemudi bus mengetahui maksunya membunyikan bel
tadi.
Strawson (1964) membagi tiga maksud dalam formulasi Grice.
Menurut Strawson, agar x memiliki suatu makna, pembicara mesti harus
meniatkan hal-hal berikut:
(a) Ujaran x yang diproduksinya menimbulkan tanggapan r pada pendengar
A;
(b) A menyadari niat si Pembicara (a);
(c) Pemahaman A terhadap niat pembicara (a) dapat berfungsi paling tidak
sebagai alasan A untuk memberikan tanggapan r.
Dimana kedudukan makna semantik dalam kerangka Grice?
Bagaimana kaitan makna konvensional dan literal kata-kata dengan
speaker meaning? Orang mungkin ingin mengkomunikasikan sesuatu apa
adanya; misalnya Ali adalah seorang anak laki-laki. Tetapi kalau kita
mengatakan “Para caleg sangat dermawan ketika saat kampanye”, makna
ujaran tersebut tentu tidak bisa dipahami hanya dengan memahami makna
konvensionalnya.
Kerangka yang diprakarsai Grice membuka peluang bagi speaker
meaning untuk relatif bebas dari makna konvensional. Malahan, inti kritikal
dari NNM adalah apa yang ingin dikomunikasikan pembicara tidak mesti
berhubungan dengan makna konventional, dan secara konvensionally
NNM tidak mesti terkait dengan kata-kata yang digunakan. Jadi, speaker
meaning tidak harus berhubungan dengan kode/bahasa, yang berarti
bahwa makna mungkin disimpulkan dari proses-proses yang berbeda dari
proses-proses encoding dan decoding seperti terkandung dalam model
komunikasi kode. Bagaimana timbulnya speaker-meanings?
PART III - PRAGMATICS WEEK 3

DEIXIS
Different pepole perceive deixis differently:

1 Buhler (1934)

Deixis: any expression which locates a referent in space or time was a


deictic expression.

 The cat sat on the mat.

the mat = a deictic locative expression


tense (sat-past tense) = deictic

2 Later scholars

Deixis = referent is located using the current speech event (particularly the
time of speaking) or one or more of its participants (particularly,
but not exclusively, the speaker) as referent points.

 The cat sat on the mat.

The cat is located with respect to the mat


the mat is a referent point

 That cat sat on the mat.

the mat = a referent point


the cat is also located with respect to the speaker.
THAT indicating (probably) that the cat was relatively distant from
the speaker.

Definite article (the)

 Some scholars: “the” is a deictic (because the current context of situation is


involved in referent identification);
 Other scholars: “the” is not a deictic (because it does locate the referent
on any specific parameter, relative to the current speech event). We
shall include only expressions which truly locate a referent with respect
to (some aspects of) the current speech situation. We therefore include
personal pronouns, but exclude the definite article. The key diagnostic
criterion for deictic expressions will be the sensitivity of their use in
designiting a given referent to certain speech-situational parameters,
particularly location in space and time relative to the speaker, and the
participatory status. Thus, someone referring to a book held by another
person would say “that book”, but the holder of the book, referring to
the same book, would say “this book”; referring to February 12,
2010, one would say “tomorrow”, but referring to the same day on
February 13, one would say “yesterday”; a speaker refers to himself
as ”I“, but his hearer referring to the same person, would say “you”.

Types of Deixis

a. Person Deixis

Person deixis pada dasarnya melibatkan “the speaker”, disebut sebagai


“the first person”, “the addressee”, disebut sebagai “the second person”,
dan “the other significant participants” dalam situasi tuturan, tidak “the
speaker” maupun “hearer”; disebut sebagai “third person”. Semua ini, paling
tidak dalam bahasa Inggris, berbentuk tunggal dan jamak, dan beberapa
ditandai untuk “case”.

Singular Plural
1st. person I / me We / us
2nd. Person you you
3rd. person he/him, she/her/it they/them

Dalam banyak bahasa, penggunaan pronoun menunjukkan deiksis sosial.


Perhatikan juga bahwa bentuk-bentuk tunggal orang ketiga juga
menunjukkan jantina (gender), tetapi bentuk-bentuk ini bukanlah “deictic”
karena bentuk-bentuk tersebut tidak sensitif terhadap aspek-aspek situasi
ujaran.

b. Spatial Deixis

Secara prinsip, jenis ini dimanifestasikan dalam bentuk keterangan lokasi


locative adverbs seperti here and there, dan demonstratives/diterminers
seperti this and that. Dalam bahasa Inggris, hanya ada dua sistem deiksis,
proximal and distal. Bahasa-bahasa lain ada yang memiliki tiga atau lebih
sistem.
 Istilah proximal ”here” berarti sesuatu berada pada ”tempat yang
relatively dekat dari pembicara, dan “there” pada “tempat yang relatively
berjarak dari pembicara.
Perlu dicatat, bahwa ”kedekatan relative relative closeness” ditentukan
konteks. Here bisa mewakili daerah 1 m persegi dimana pembicara berdiri,
atau daerah yang jauh lebih luas, seperti here in our neighborhood. Namun,
here baru bisa dimaknai kalau pendengar hearer dapat menentukan garis
pembatasnya dividing line (in term of distance) antara here and there.

 Dalam kasus “this” dan “that”, terdapat hubungan dominasi antara


keduanya. Kombinasi antara this book dan that book adalah
these books, bukan those books. Inilah yang mendorong kita
untuk menentukan bahwa this adalah 1st. person deictic. Ada
keraguan apakah that termasuk 2nd. or 3rd. person deictic.

c. Temporal Deixis
Fungsi deiksis temporal adalah untuk menentukan titik atau interval pada
the time axis dengan menggunakan saat berujar sebagai titik referensi.
Karena itu, ada tiga bagian the time axis:

 Sebelum saat bicara;


 Ketika berbicara; dan
 Setelah berbicara.
Deiktik temporal yang paling umum dalam bahasa Inggris adalah now and
then.
 Now dalam beberapa hal sejenis dengan temporal here, dan
menunjukkan kapasitas yang sama untuk perluasan ketidakterbatasan.
Now bisa merujuk pada situasi yang pasti: Press the button—NOW!
Atau, now dapat mengakomodasi rentang waktu yang luas: The solar
system is now in relatively stable phase.
 Then points away from the speaker, tetapi tidak berbeda seperti pada
arah, yang biasanya ditunjukkan secara kontektual—We were happy
then; OK, I’ll see you then.

Deiktik temporal sangat tergantung pada nosi kalender, meliputi jam dan
kalender. Istilah hari ini, kemaren, dan besok merujuk pada masa 24 jam
mulai jam 12.00 tengah malam, termasuk saat ketika bicara, masa 24 jam
sebelum hari dan saat bicara, dan masa 24 jam setelah hari dan saat saat
bicara. Makna dari istilah-istilah di atas meliputi (1) informasi deiktik [past,
present, future] dan (2) informasi non diektik [period of 24-hours
beginning…, etc.). Hanya masa 24 jam yang memiliki deiktik leksikal.
Referensi untuk masa waktu yang lain harus menggunakan istilah this, last,
next. ie. this week, last month, next week, this year, etc.

D. Social Deixis

Contoh sosial deiktik adalah penggunaan pronoun tertentu dalam banyak


bahasa. Misalnya, pronoun T/V (tu/vous) dalam bahasa Perancis. T/V
termasuk deiktik bila terlhat perbedaan status sosial penutur dan petutur.
Tu merujuk ke bawah dalam skala sosial status dimana penutur yang
menjadi titik referensi; vous merujuk ke atas dalam skala yang sama.
Banyak hal yang mendorong seseorang untuk menggunakan T/V dan
penggunaanya dilihat sebagai deiktik; salah satunya adalah jarak sosial
social distance. Tu menunjukkan keakraban, Vous menunjukkan kekurang-
akraban, atau distance.

E. Discourse Deixis

DD mencakup hal-hal seperti pemakaian this untuk merujuk pada elemen-


elemen wacana masa datang, yaitu hal-hal yang akan dikatakan, seperti:
Listen to this, it will kill you, and that untuk merujuk pada elemen-eleman
wacana masa lalu/lewat, seperti That was not a very nice thing to say.
Hereby dalam kalimat performatif ekplisit dapat dipandang sebagai merujuk
pada wacana sekarang Notice is hereby served that if payment is further
delayed, approppriate legal action will be taken. Dalam It follows from that
dan In addition to that, that adalah sebuah deiktik wacana a discourse
deictic.
TASKS (TO BE DISCUSSED IN GROUPS OF 5-6)

Analyze the folowing texts, identify deictic expressions in the texts, and
group them based on their categories.

OPERATION GRANGER

Detectives investigating a series of serious indecent assaults in Havant and Hayling


Island know that at least two were carried out by the same man.
And the methods used in the other incidents- between December 1999 and July 2000-
suggest that he could also have been responsible for at least three others.
A major inquiry team has been set up to investigate the assaults, and DNA evidence has
shown there is a positive link between two of the attacks – on a 51-year- old woman
between Havant and Emsworth and on a 13- year- old girl in a Hayling Island church
yard.
Detectives are especially keen to find the perpetrator before he strikes again because his
attacks are becoming progressively more violent and showing signs of more planning.
In the most recent attack – on Friday, July 7, 2000, at 7.50pm – a 15- year- old girl was
cycling home north along the disused Hayling Billy railway line, now a public footpath.
As she reached West Lane she heard someone on the path behind her. Thinking it was a
jogger or walker she made way for them to pass, but instead she was grabbed from
behind by a man.
The attacker threatened to kill her if she struggled and tried to drag her into the bushes
at the side of the footpath. But the girl managed to fight her way free and screamed for
help, frightening the man off.

The terrified girl was then able to cycle to a petrol station and phoned the police. She
has been able to describe the man who attacked her as follows:
 White
 Clean shaven
 5ft 7ins tall
 Short grey to fair hair
 Physically weak
 Wearing a black woollen hat
 Long sleeved dark coloured top and jogging bottoms
 Gloves
She has also helped detectives piece together a CD-fit image of the attacker.

This attack bears all the hallmarks of at least four other incidents since December 1999
– and another reported prowler incident could also have been the work of this man.
Based on the victims’ statements, the composite description of the man responsible for
their ordeals is that he is:
 Aged 35 to 55 years
 5ft 5 in to 5ft 8in tall
 Slim to slight build
 Described by all the victims as physically weak
 Reasonably deep voice
 Smelled very strongly of cigarettes
 In four out of the five attacks he wore gloves.
In the May attack, -the only one in daylight – he wore a dark blue sweatshirt or,
possibly a blue jacket with side pockets, and pale blue or possibly white trousers or
jeans.
Police officers want to hear from anyone who recognizes the description.

Anda mungkin juga menyukai