Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

MEKANIKA
TANAH

Fakultas : Teknik Tatap Muka Kode Mata Kuliah : W5219010

Program Studi : Teknik Sipil


01 Disusun Oleh : Asri Winita, ST., MT
ABSTRAK
Mekanika tanah adalah cabang dari ilmu teknik yang mcmpelajari perilaku tanah dan sifat-
sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan dalam keadaan yang paling ideal. Dalam
pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat
(butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu
tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Jadi seorang ahli teknik sipil
harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran
butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan
geser, kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-lain. Ilmu Rekayasa Tanah (Soil
Engineering) merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problema-problema
praktisnya.

TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tentang karakteristik tanah, sifat umum tanah, terbentuknya
tanahserta mampu mengklasifikasikan tanah dengan sistem USCS

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN
1. ANALISIS UKURAN BUTIRAN
Sifat tanah sangat bergantung pada ukuran butirannya. Besarnya butiran dijadikan dasar
untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran merupakan
pengujian yang paling sering dilakukan.
Analisis ukuran butiran adalah penentuan presentase berat butiran pada satu unit saringan,
dengan ukuran diameter lubang tertentu. Terdapat dua cara pengujian ukuran butiran, yakni cara
uji analisis hydrometer untuk tanah yang butirnya sangat kecil, dan uji analisis saringan untuk
tanah berbutir kasar.

1.1. Tanah Berbutir Kasar


Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara menyaring.
Caranya, tanah benda uji disaring melalui satu unit saringan standar. Kemudian berat tanah yang
tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang, dihitung persentase terhadap berat kumulatif
tanah.

Gambar 1. Ukuran Saringan


Sumber : SNI 3423-2008

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Gambar 2. Uji Saringan

Gambar 3. Sieve Shaker

Cara uji analisis saringan dibedakan menjadi 2, yaitu :


a. Analisa saringan fraksi yang tertahan saringan no. 10 (2,00 mm)
Sejumlah contoh tanah 500 g yang tertahan saringan No.10 (2,00 mm) akan ditentukan
jumlah dan distribusi butirnya, dipisahkan dalam rangkaian susunan saringan 75, 50,
25, 9,5 dan 4,75 (3 in, 2 in, 1 in, 3/8 in dan No.4). Saringan dengan ukuran lubang besar
diletakkan di atas saringan yang mempunyai ukuran lubang lebih kecil. Penggunaan
saringan lainnya mungkin saja diperlukan, tergantung contoh dan spesifikasi bahan
yang di uji. Saringan No.2,00 mm harus digunakan, bila contoh dipersiapkan sesuai
dengan AASHTO T 146.

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
b. Analisa saringan fraksi yang lolos saringan no. 10 (2,00 mm)
Contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm sebanyak 100-50 g dilakukan analisa
hidrometer terlebih dahulu. Setelah langkah terakhir pengujian hidrometer selesai maka
tanah kering yang tertahan pada saringan No.200 (0,075 mm) tersebut ditentukan
jumlah dan distribusi butirnya dengan menggunakan serial saringan No.40 (0,425 mm)
sampai saringan No.200 (0,075 mm).

Gambar 4. Formulir tabel hasil analisis saringan


Sumber : SNI 3423-2008

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
1.2. Tanah Berbutir Halus
Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau bagian berbutir halus dari tanah berbutir
kasar, dapat ditentukan dengan cara sedimentasi. Metode ini didasarkan pada hukum Stokes,
yang berkenaan dengan kecepatan mengendap buiran pada larutan suspensi.
Menurut Stokes, kecepatan mengendap butiran dapat ditentukan dari persamaan :
𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 2
𝑣= 𝐷
18𝜇
dimana,
v = kecepatan (jarak/waktu)
w = berat voluem air (gr/cm3)
s = berat volume butiran padat (g/cm3)
µ = kekentalan air absolut (g.det/cm2)
D = diameter butiran tanah (mm)

Persamaan diatas dapat diubah dalam bentuk,

18𝜇𝑣 18𝜇 𝐿 18𝜇 𝐿


𝐷= √ = √ √ =√ √
𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 𝑡 (𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤 𝑡

Jika satuan dari µ adalah g.det/cm2, w dalam g/cm3, L dalam cm, t dalam menit dan D
dalam mm, maka

𝐷 (𝑚𝑚) 18𝜇{(𝑔. det)/𝑐𝑚2} 𝐿(𝑐𝑚)


= √ 𝑔 √
10 (𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤(𝑐𝑚3) 𝑡(𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)(60)

Atau

30𝜇 𝐿
𝐷=√ √
(𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤 𝑡

Dengan menganggap w = 1 gr/cm3,

𝐿
𝐷 = 𝐾√
𝑡

Dengan

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
30𝜇
𝐾=√
𝐺𝑠 − 1

Harus dicatat bahwa harga K merupakan fungsi dari Gs dan µ, yang tergantung pada
temperatur uji. Butiran yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan sebaliknya, butiran
yang lebih halus akan mengendap lebih lama di dalam suspensi. Hukum stokes tidak cocok untuk
butiran yang lebih kecil dari 0,0002 mm, karena gerak turunnya butiran akan dipengaruhi oleh
gerak brownian. Ukuran butiran dianggap sebagai diameter bola yang akan mengendap pada
kecepatan sama, pada besar butiran yang sama. Pada Tabel 1 diberikan variasi harga K menurut
temperatur uji dan harga berat jenis (Gs) dari butiran tanah.

Gambar 5. Nilai K menurut temperatur uji dan Gs

Pada uji hidrometer, tanah benda uji sebelumnya harus dibebaskan dari zat organik, lalu
tanah dilarutkan ke dalam air destilasi yang dicampuri dengan bahan pendeflokulasi agar partikel-
partikel menjadi bagian yang terpisah satu sama lain. Kemudian larutan suspensi ditempatkan
pada tabung hidrometer. Dalam uji hidrometer, contoh tanah yang digunakan beratnya kira-kira
50 gram kering oven. Diameter silider adalah 2,5 in, tinggi 18 in dan volumenya 1000 ml.

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Ketika hidrometer dimasukkan dalam larutan suspesi, hidroeter mengukur berat jenis
larutan di sekitar gelembung hidrometer yang berada pada kedalaman L. Berat jenis suspensi
merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada per volume satuan suspensi pada
kedalaman L. Pada waktu t tersebut, partikel tanah dalam suspensi pada kedalaman L akan lebih
kecil dari D.

Gambar 6. Percobaan hidrometer

Bila sebuah alat hidrometer diletakkan dalam larutan tanah tersebut pada waktu t, yang
diukur dari mula-mula terjadinya sedimentasi, maka alat tersebut mengukur berat spesifik dari
larutan di sekitar bola kacanya sampai sedalam L dari permukaan larutan (Gambar 6). Harga
berat spesifik dari larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada pada tiap satuan
volume larutan sepanjang kedalaman L tersebut. Juga, karena mengendap, maka pada waktu t
partikel-partikel tanah yang masih ada dalam larutan sampai kedalaman L akan mempunyai
diameter yang lebih kecil dari D seperti yang telah dirumuskan). Partikel-partikel yang lebih
besar dari D telah mengendap terlebih dahulu di bawah kolom L tersebut. Alat hidrometer
tersebut dirancang untuk dapat memberikan jumlah tanah (dalam gram) yang masih tertinggal di
dalam larutan. Alat hidrometer telah dikalibrasi (ditera) untuk tanah-tanah yang mempunyai berat

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
spesifik (Gs) 2,65. Jadi untuk tanah dengan harga Gs yang lain perlu adanya koreksi. Dengan
mengetahui jumlah tanah di dalam larutan, L dan t, kita dapat menghitung persentase berat dari
tanah yang lebih halus dari diameter yang ditentukan. Perhatikan bah·wa L adalah kedalaman
yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat bola kaca dari alat hidrometer dimana
kekentalan larutan diukur. Harga L akan berubah menurut waktu; variasinya pada pembacaan
hidrometer diberikan dalam Annual Book of ASTM Standard (1982 - lihat Test Designation D-
422, Tabel 2). Analisis hidrometer sangat efektif untuk digunakan memisahkan fraksi tanah halus
sampai dengan ukuran kira-kira 0,5η}.
Untuk tanah yang terdiri dari campuran butiran halus dan kasar, gabungan antara analisis
saringan dan sedimentasi dapat digunakan. Dari hasil penggambaran kurva yang diperoleh, tanha
berbutir kasar digolongkan sebagai gradasi baik bila tidak ada kelebihan butiran pada sembarang
ukurannya dan tidak yang kurang pad aukuran butiran sedang. Umumnya tanah bergradasi baik
jika didistribusi ukuran butirannya tersebar meluas. Tanah berbutir kasar digambarkna sebagai
bergradasi buruk, bila jmlah berat butirannya sebagian besar mengelompok di dalam batas
interval diameter butir yang sempit (disebut bergradasi seragam). Tanah juga termasuk bergradasi
buruk jika butiran besar maupun kecil ada, tetapi dengan pembagian butiran yang relatif rendah
pada ukuran sedang.

Gambar 7. Kurva distribusi ukuran butiran

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Persentase dari kerikil, pasir, lanau, dan butiran berukuran lempung yang dikandung oleh
tanah dapat-ditentukan dari grafik distribusi ukuran-butiran. Menurut Sistem Klasifikasi Unified
(USCS), Tanah A dalam Gambar 1.15 mempunyai:
Kerikil (ukuran batas - lebih besar dari 4,75 mm) = 0%
Pasir (ukuran batas - 4,75 mm sampai dengan 0,075 mm) = persentase butiran yang lebih
halus dari 4,75 mm - persentase butiran yang lebih halus dari 0,075 mm = 1 00- 62 = 3 8%.
Lanau dan lempung (ukuran batas- kurang dari 0,075 mm)= 62%.

Gambar 8. Grafik ukuran butir menurut USCS

Kurva distribusi ukuran-butiran dapat digunakan untuk membandingkan beberapa jenis


tanah yang berbeda-beda. Selain itu ada tiga parameter dasar yang dapat ditentukan dari kurva
tersebut, dan parameter-parameter tersebut dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tanah
berbutir kasar. Parameter-parameter tersebut adalah:
a. ukuran efektif (effective size)
b. koefisien keseragaman (uniformity coefficient)
c. koefisien gradasi (coefficient of gradation).

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Diameter dalam kurva distribusi ukuran-butiran yang bersesuaian dengan l 0% yang lebih
haJus (lolos ayakan) didefinisikan sebagai ukuran efektif, atau D10. Koefisien keseragaman
diberikan dengan hubungan:
𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
Dimana,
Cu = koefisien keseragaman
D60 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan yang ditentukan dari kurva
distribusi ukuran butiran.
P0-
Koefisien gradasi dinyatakan sebagai
𝐷30 2
𝐶𝑐 =
𝐷60 × 𝐷10
Dimana,
Cc = koefisien gradasi
D30 = diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan

Kurva distribusi ukuran butiran dari tanah B pada gambar 7, didapat nilai D10 = 0,096 mm,
D30 = 0,16 mm, dan D60 = 0,24 m. Koefisien keseragaman dan koefisien gradasi sebesar :

𝐷60 0,24
𝐶𝑢 = = = 2,5
𝐷10 0,096
𝐷30 2 0,162
𝐶𝑐 = = = 1,11
𝐷60 × 𝐷10 0,24 × 0,096

Kurva distribusi ukuran-butiran tidak hanya menunjukkan rentang (range) dari ukuran butir
yang dikandung di dalam tanah saja, tetapi juga menunjukkan tipe dari kurva distribusi ukuran
butiran tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 9, Kurva I mewakili suatu tipe tanah di mana
sebagian besar dari butirannya mempunyai ukuran yang sama dinamakan tanah bergradasi buruk
(poorly graded soil). Kurva II mewakili tanah di mana ukuran butirannya terbagi merata di dalam
rentang yang lebar dan dinamakan tanah bergradasi baik (well graded). Tanah bergradasi baik
akan mempunyai koefisien keseragaman lebih besar dari 4 untuk kerikil dan 6 untuk pasir, dan
2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
koefisien gradasi antara 1 dan 3 (untuk kerikil dan pasir). Suatu tanah mungkin mempunyai
kombinasi dari dua atau lebih fraksi dengan gradasi yang sama. Jenis tanah ters but diwakili oleh
kurva Ill yang dinamakan tanah bergradasi senjang (gap graded).

2. KONSISTENSI TANAH
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena
adanya air yang terserap (adsorbed water) di sekeliling permukaan dari partikel lempung. Pada
awal tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg mengembangkan suatu
metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi.
Bilamana kadar airnya sangat tioggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti
cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam
empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis, dan cair, seperti y ang ditunjukkan dalam
gambar 9.
Kadar air, dinyatakan dalam persen, di mana terjadi transisi dari keadaan padat ke keadaan
semi-padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Kadar air di ma. ana transisi dari
keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limit), dan dari
keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal juga
sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg limits).

Gambar 9. Batas-batas atterberg

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
a. Batas cair (LL)
Skema dari alat (tampak samping) yang digunakan untuk menentukan batas cair diberikan
dalam Gambar 10. Alat tersebut terdiri dari mangkok kuningan yang bcrtumpu pada dasar karet
yang keras. Mangkok kuningan dapat diangkat dan dijatuhkan di alas dasar karet keras tersebut
dengan sebuah pengungkit eksentris, dijalankan oleh suatu alat pemutar. Untuk melakukan uji
batas cair, pasta tanah diletakkan di dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di
tengahnya dengan mcnggunakan alat penggores standar (Gambar 11). Dengan menjalankan alat
pemutar, mangkok kemudian dinaik-turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air,
dinyatakan dalam persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang bcrjarak 0,5
in. (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok (Iihat Gambar 12 ) sesudah 25
pukulan didefinisikan sebagai batas cair (liquid limit).
Untuk mengatur kadar air dari tanah yang bersangkutan agar dipenuhi persyaratan di atas
ternyata sangat sulit. Oleh karena itu akan lebih baik kalau dilakukan uji batas cair paling sedikit
empat kali pada tanah yang sama tetapi pada kadar air yang berbeda-beda sehingga jumlah
pukulan N, yang dibutuhkan untuk menutup goresan bervariasi antara 15 dan 35. (Gambar 13
menunjukkan foto dari alat uji batas cair dengan contoh tanah diletakkan di dalam mangkok
kuningan pada saat awal pengujian. ) Kadar air dari tanah, dalam persen, dan jumlah pukulan
untuk masing-masing uji digambarkan di alas kertas grafik semi-log (Gambar 14). Hubungan
antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai suatu garis lurus. Garis lurus tersebut
dinamakan scbagai kurva aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan N = 25, yang
ditentukan dari kurva aliran, adalah batas cair dari tanah yang bersangkutan. Kemiringan dari
garis aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran (flow inderx) atau dapat dituiskan
sebagai :
𝑤1 − 𝑤2
I𝐹 =
𝑁
𝑙𝑜𝑔 𝑁2
1

Dimana,
IF = indeks aliran
w1 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukuran N1
w2 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukuran N2

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Jadi persamaan garis alirandapat dituliskan dalam bentuk yang umu, sebagai berikut :
w = -IF log N + C

Perhatikan bahwa nilai w1 dan w2 dapat ditukarkan untuk memperoleh nilai positifnya,
walaupun kemiringan kurva sebenarnya negatif.
Dari banyak uji batas cair, Waterways Experiment Station di Vicksburg, Missisipi (1949),
mengusulkan persamaan batas cair :
𝑁 𝑡𝑔𝛽
𝐿𝐿 = 𝑤𝑁 ( )
25
Dengan,
N = jumlah pukulan untuk menutup celah 0,5 in (12,7mm)
wN = Kadar air
tgβ = 0,121 (tidak semua tgβ sama dengan 0,121 untuk semua jenis tanah)

Gambar 9. Alat untuk uji batas cair

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Gambar 10. Alat untuk menggores

Gambar 11. Contoh tanah sebelum diuji dan setelah diuji

b. Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air da kedudukan antara daerah plastis dan
semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak
ketika digulung.
Batas plastik merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara
pengujiannya adalah sangat sedrhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah berukuran
elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.
PI = LL - PL

c. Batas susut (Shinkrage Limit)


Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya perlahan-lahan hilang dalam
tanah. Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat
keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume.

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana perubahan volume suatu massa tanah berhenti
didefinisian sebagai batas susut (shinkrage limit).
Percobaan batas susut dilakukan di laboratorium dengan cawan porselin berdiamete 1,75
in (44,4 mm) dan tinggi kira-kira 0,5 in (12,7mm). bagian dalam cawan dilapisi dengan pelumas
dan diisi dengan tanah basah sampai penuh (tanah jenuh sempurna). Permuka tanah di dalam
cawan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaris yang bersisi lurus sehingga
permukaan tanah tersebut menjadi sama tinggi dengan sisi mangkok.
Berat tanah basah didalam cawan ditentukan, kemudian dikeringkan dalam oven. Volume
dari contoh tanah yang telah dikeringkan ditentukan dengan cara menggunakan air raksa. Batas
susut ditnetukan dengan cara sebagai berikut
SL = wi (%) – Δw (%)
Dimana,
wi = Kadar air tanah mula-mula pada saat ditempakan di dalam mangkok uji batas susut
Δw = perubahan kadar air

Dimana,
𝑚1 − 𝑚2
𝑤𝑖 = 𝑥100%
𝑚2

m1 = massa tanah basah dalam cawan saat awal pengujian(gr)


m2 = massa tanah kering (gr)

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
Gambar 12. Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas
Plastis dan batas susut

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
M. Das, Braja. “Mekanika Tanah (Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid 1, Erlangga, 1995

Christady Hardiyatmo, Hary, “Mekanika Tanah 1”, Edisi ketujuh, Penerbit UGM, Yogyakarta,
2017

2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai