Modul 2 - Mekanika Tanah PDF
Modul 2 - Mekanika Tanah PDF
MEKANIKA
TANAH
TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tentang karakteristik tanah, sifat umum tanah, terbentuknya
tanahserta mampu mengklasifikasikan tanah dengan sistem USCS
Jika satuan dari µ adalah g.det/cm2, w dalam g/cm3, L dalam cm, t dalam menit dan D
dalam mm, maka
Atau
30𝜇 𝐿
𝐷=√ √
(𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤 𝑡
𝐿
𝐷 = 𝐾√
𝑡
Dengan
Harus dicatat bahwa harga K merupakan fungsi dari Gs dan µ, yang tergantung pada
temperatur uji. Butiran yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan sebaliknya, butiran
yang lebih halus akan mengendap lebih lama di dalam suspensi. Hukum stokes tidak cocok untuk
butiran yang lebih kecil dari 0,0002 mm, karena gerak turunnya butiran akan dipengaruhi oleh
gerak brownian. Ukuran butiran dianggap sebagai diameter bola yang akan mengendap pada
kecepatan sama, pada besar butiran yang sama. Pada Tabel 1 diberikan variasi harga K menurut
temperatur uji dan harga berat jenis (Gs) dari butiran tanah.
Pada uji hidrometer, tanah benda uji sebelumnya harus dibebaskan dari zat organik, lalu
tanah dilarutkan ke dalam air destilasi yang dicampuri dengan bahan pendeflokulasi agar partikel-
partikel menjadi bagian yang terpisah satu sama lain. Kemudian larutan suspensi ditempatkan
pada tabung hidrometer. Dalam uji hidrometer, contoh tanah yang digunakan beratnya kira-kira
50 gram kering oven. Diameter silider adalah 2,5 in, tinggi 18 in dan volumenya 1000 ml.
Bila sebuah alat hidrometer diletakkan dalam larutan tanah tersebut pada waktu t, yang
diukur dari mula-mula terjadinya sedimentasi, maka alat tersebut mengukur berat spesifik dari
larutan di sekitar bola kacanya sampai sedalam L dari permukaan larutan (Gambar 6). Harga
berat spesifik dari larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada pada tiap satuan
volume larutan sepanjang kedalaman L tersebut. Juga, karena mengendap, maka pada waktu t
partikel-partikel tanah yang masih ada dalam larutan sampai kedalaman L akan mempunyai
diameter yang lebih kecil dari D seperti yang telah dirumuskan). Partikel-partikel yang lebih
besar dari D telah mengendap terlebih dahulu di bawah kolom L tersebut. Alat hidrometer
tersebut dirancang untuk dapat memberikan jumlah tanah (dalam gram) yang masih tertinggal di
dalam larutan. Alat hidrometer telah dikalibrasi (ditera) untuk tanah-tanah yang mempunyai berat
Kurva distribusi ukuran butiran dari tanah B pada gambar 7, didapat nilai D10 = 0,096 mm,
D30 = 0,16 mm, dan D60 = 0,24 m. Koefisien keseragaman dan koefisien gradasi sebesar :
𝐷60 0,24
𝐶𝑢 = = = 2,5
𝐷10 0,096
𝐷30 2 0,162
𝐶𝑐 = = = 1,11
𝐷60 × 𝐷10 0,24 × 0,096
Kurva distribusi ukuran-butiran tidak hanya menunjukkan rentang (range) dari ukuran butir
yang dikandung di dalam tanah saja, tetapi juga menunjukkan tipe dari kurva distribusi ukuran
butiran tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 9, Kurva I mewakili suatu tipe tanah di mana
sebagian besar dari butirannya mempunyai ukuran yang sama dinamakan tanah bergradasi buruk
(poorly graded soil). Kurva II mewakili tanah di mana ukuran butirannya terbagi merata di dalam
rentang yang lebar dan dinamakan tanah bergradasi baik (well graded). Tanah bergradasi baik
akan mempunyai koefisien keseragaman lebih besar dari 4 untuk kerikil dan 6 untuk pasir, dan
2019 Mekanika Tanah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Asri Winita, ST., MT. http://www.undira.ac.id
koefisien gradasi antara 1 dan 3 (untuk kerikil dan pasir). Suatu tanah mungkin mempunyai
kombinasi dari dua atau lebih fraksi dengan gradasi yang sama. Jenis tanah ters but diwakili oleh
kurva Ill yang dinamakan tanah bergradasi senjang (gap graded).
2. KONSISTENSI TANAH
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat
diremas-remas (remolded) tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena
adanya air yang terserap (adsorbed water) di sekeliling permukaan dari partikel lempung. Pada
awal tahun 1900, seorang ilmuwan dari Swedia bernama Atterberg mengembangkan suatu
metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi.
Bilamana kadar airnya sangat tioggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti
cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam
empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis, dan cair, seperti y ang ditunjukkan dalam
gambar 9.
Kadar air, dinyatakan dalam persen, di mana terjadi transisi dari keadaan padat ke keadaan
semi-padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Kadar air di ma. ana transisi dari
keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limit), dan dari
keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal juga
sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg limits).
Dimana,
IF = indeks aliran
w1 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukuran N1
w2 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan jumlah pukuran N2
Perhatikan bahwa nilai w1 dan w2 dapat ditukarkan untuk memperoleh nilai positifnya,
walaupun kemiringan kurva sebenarnya negatif.
Dari banyak uji batas cair, Waterways Experiment Station di Vicksburg, Missisipi (1949),
mengusulkan persamaan batas cair :
𝑁 𝑡𝑔𝛽
𝐿𝐿 = 𝑤𝑁 ( )
25
Dengan,
N = jumlah pukulan untuk menutup celah 0,5 in (12,7mm)
wN = Kadar air
tgβ = 0,121 (tidak semua tgβ sama dengan 0,121 untuk semua jenis tanah)
Dimana,
𝑚1 − 𝑚2
𝑤𝑖 = 𝑥100%
𝑚2
Christady Hardiyatmo, Hary, “Mekanika Tanah 1”, Edisi ketujuh, Penerbit UGM, Yogyakarta,
2017