Anda di halaman 1dari 8

Nama Kelompok 2 :

1. Ahmad Sauban (11190251000022)

2. Fahimah Luthfiyyah (11190251000028)

3. Lia Apriyanti (11190251000029)

4. Alfiani Syahidah (11190251000136)

5. Nikky Putri Aisyah (11190251000140)

Mata Kuliah : Deskripsi Bibliografi Buku

Dosen : Nurul Hayati, M.Hum

Bibliografi ini berasal dari Bahasa Yunani Biblion yang mempunyai arti buku dan
Graphein yang artinya menulis. Maka bibliografi ini dapat diartikan ialah dengan penulisan
buku. Definisi lain dari bibliografi atau disebut juga dengan daftar kepustakaan yakni daftar yang
isinya judul buku, artikel, serta bahan penerbitan lain yang berhubungan dengan suatu karangan
yang sudah diselesaikan.

A. Cantuman Bibliografi

Cantuman bibliografi adalah hal yang sangat penting dalam proses pengawasan
bibliografi dan sarana temu balik informasi. Istilah cantuman bibliografi juga sangat familiar di
kalangan dunia perpustakaan. Pengertian dari cantuman bibliografi itu sendiri adalah wakil
ringkas atau pengganti ringkas dokumen (condensed document representations atau condensed
document surrogates) yang terdiri atas sekelompok data bibliografi yang mengidentifikasi
dokumen. Cantuman bibliografi sendiri adalah hasil dari pengatalogan deskriptif.

Sekelompok data yang biasanya terdapat pada cantuman bibliografi adalah:

1. Judul dan penanggung jawab


2. Penanggung jawab adalah orang yang bertanggung jawab atas isi intelektual atau artistik
suatu karya seperti penyusun, penerjemah, penulis dan lain-lain

3. Edisi

4. Data khusus (contoh: skala pada peta)

5. Publikasi (tempat, penerbit dan tahun penerbit)

6. Deskripsi fisik ( jumlah halaman, ilustrasi, gambar, tinggi buku, lampiran)

7. Seri ( nomer seri dan judul seri)

8. Catatan (hal-hal yang perlu ditulis)

9. Nomer standar ( ISBN dan ISBD)

Istilah cantuman bibliografi (bibliographic record) biasanya digunakan untuk wakil


dokumen yang berformat elektronik. Cantuman bibliografi biasanya ditemukan pada katalog
perpustakaan karena fungsi katalog pada perpustakaan adalah memudahkan pengguna
perpustakaan atau pemustaka menemukan informasi yang ingin diperoleh.

Fungsi utama dari cantuman bibliografi atau document surrogates itu sendiri adalah
representasi dari bentuk utuh dokumen itu sendiri sehingga ketika seseorang pemustaka
menginginkan sebuah informasi, Pencari informasi di perpustakaan bisa melihat katalog yang
isinya dalah cantuman bibliografi paengguna informasi dapat melihat versi mini dari informasi
yang ingin diperoleh, hal ini sangat membantu pencari informasi serta menghemat waktu pencari
informasi dalam memperoleh informasi. Hal ini sesuai dengan salah satu aturan pada five laws of
library science yang dikemukan oleh S.R. Ranganathan yaitu save the time of the reader karena
sebagai seorang pustakawan haruslah membantu pemustaka dalam mencari informasi dan
menghemat waktu dari si pemustaka itu sendiri. Ini adalah salah satu dari tugas seorang
pustakawan.

B. Pengawasan Bibliografi

British Library Association pada tahun 1964 mendefinisikan bahwa pengawasan


bibliografi adalah usaha-usaha pengembangan dan pemeliharaan atas suatu sistem pencatatan
dari semua bentuk bahan, baik bahan yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, bahan
audio-visual ataupun bahan-bahan lainnya yang dapat menambah khazanah pengetahuan dan
informasi (Davin son, (1981 : 7).

Empat tahun sebelumnya UNESCO dan Library of Congress telah mengemukakan


defenisi yang lebih detail dan rinci, bahwa pengawasan bibliografi terkait erat dengan efektivitas
akses terhadap bahan-bahan itu sendiri.

Kigongo-Bukenya (2000: 1) mengemukakan hal sama, bahwa pengawasan bibliografi


merupakan suatu konsep dimana penerbitan suatu negara harus secm·a sistematis direkam dan
menghasilkan suatu rekaman bibliografi yang diterbitkan dan disajikan kepada para potencial
user (pemakai potensial).

Selanjutnya Davinson menjelaskan bahwa pengawasan bibliografi dibutuhkan sebagai


bentuk pengontrolan (pengawasan) atas terjadinya literature explosion yaitu peningkatan
pettumbuhan jumlah literatur yang luar biasa pesat. Jika tidak ada pengawasan bibliografi maka
tidak mungkin pertumbuhan literatur yang sedemikian pesat dan tinggi dapat terkontrol clengan
baik.

Dari definisi eli atas clapat disimpulkan bahwa pengawasan bibliografi merupakan suatu
usaha untuk mendaftar (mencatat) semua bentuk bah an ( tercetak maupun non cetak, cliterbitkan
maupun tidak, berbcntuk bahan audio visual, dan bahan-bahan lainnya) yang dapat menambah
khasanah infonnasi dan pengetahuan, dan tujuan akhirnya adalah menyediakan sarana akses yang
efektif bagi para pengguna terhadap bahan atau dokumen-dokumen tersebut.

Pengawasan bibliografi diperlukan agar informasi rekam dapat dimanfaatkan seoptimal


mungkin. Kemajuan segal bidang, budaya, sains, dan teknologi, ilmu sosial, humaniora, atau
semua aspek kehidupan sehari-hari, sangat terhubung dari adanya sumber pengetahuan dan
informasi yang dikelola dengan baik sehingga dapat dengan mudah dan cepat di akses saat yang
diperlukan.

Tokoh terkenal yang menjadi perintis gerakan pengawasan bibliografi ini adalah Paul
Otlet dan Henri LaFGntame. Mereka bahkan mengharapkan bahwa pengawasan bibliografi tidak
terbatas saja pada buku, tetapi juga mencakup akses ke bagian-bagian dari buku, arlikel dalam
jurnal, laporan penelitian, brosur, paten, pemerintah terbitan, dokumen kearsipan, foto, surat
kabar.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pengawasan bibiografi adalah sebagai berikut:

1. Mengontrol seluruh produk penerbitan yang ada di suatu negara, baik penerbitan
pemerintah maupun swasta. Melalui ini dapat diketahui semua jenis penerbitan tercetak
maupun noncetak.

2. Melestarikan seluruh produk penerbitan yang ada disebuah negara.

3. Menyediakan sarana yang efektif bagi pengguna terhadap semua produk penerbitan.

Menurut Hagler (Taylor, 1999: 2-5) setidaknya ada enam fungsi pengawasan bibliografi, yaitu:

a) Mengidentifikasi keberadaan semua jenis informasi yang dihasilkan. Keberadaan dan


iclentitasnya akan dapat diketahui melalui beberapa cara, misalnya peluncuran buku baru,
peluncuran lvebsite, review, daftar subjek terkait, dan lain-lain.

b) Mengidentifikasi karya-karya yang memuat suatu informasi baik sebagai entitas


tersendiri maupun sebagai bagian dari karya tersebut.

c) Mengumpulkan berbagai informasi secara sistematis ke koleksi perpustakaan, kearsipan,


file internet, dan bentuk lain yang sejems misalnya depositori (penyimpanan ). Secara
tradisional aktivitas ini telah dipikirkan dan dilakukan oleh bcrbagai institusi seperti
perpustakaan, kearsipan, dan museum.

d) Menghasilkan daftar informasi sesuai dengan aturan sitasi standar (rule of citation),
misalnya bibliografi, indeks, !catalog perpustakaan, sarana temu !cembali arsip, dan
daftar koleksi museum. Ini penting bagi temu kembali informasi, karena jika seseorang
mencari bahan yang diketahuinya terutama bahan yang _tangible_ dan memerlukan
lokasi fisik, maka ia perlu menemukan di mana bahan tersebut terdaftar. Daftar dimaksud
bisa berbentuk tercetak ataupun berbentuk elektronik.
e) Menyediakan titik akses ke berbagai infonnasi yang tersedia berupa nama pengarang,
judul, atau subjek dan titik akses lainnya yang bermanfaat. Akses kata kunci dapat
disajikan secara otomatis dan dalam format elektronik sehingga dapat di temukan dengan
mencari suatu kata yang terdapat pada kemas elektronik.

f) Menyediakan petunjuk lokasi atau keberadaan dari masing-masing informasi atau


menyediakan kopi dari informasi tersebut.

Pentingnya Pengawasan Bibliografi

1. Pengawasan ini perlu agar informasi rekam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Kemajuan segala bidang, bidang sains dan teknologi, ilmu sosial, humaniora, maupun
semua aspek kehidupan sehari-hari, sangat tergantung dari adanya sumber pengetahuan
dan informasi yang dikelola dengan baik sehingga dapat diakses dengan mudah dan cepat
diperlukan.

2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca atau pengguna kontrol bibliografi


termasuk deskripsi ilmiah dan akses subjek melalui kode katalog seragam, skema
klasifikasi dan otoritas nama.

3. Dapat dikatakan bahwa kontrol bibliografi sangat penting untuk mengembangkan dan
memperbarui perpustakaan sebagai user friendly. Selain itu, kontrol bibliografi adalah
alat fundamental untuk koleksi hormat koleksi referensi ilmiah.

Manfaat pengawasan bibliografi :

1. Agar informasi ( dokumen ) dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2. Agar informasi ( dokumen ) dapat digunakan dari generasi ke generasi.

3. Agar informasi ( dokumen ) dapat dihimpun untuk koleksi lembaga informasi.

4. Agar informasi ( dokumen ) diketahui keberadaanya oleh banyak orang.

5. Agar informasi ( dokumen ) yang tersebar dapat terhimpun.

6. Agar ada standar baku untuk pencatatan dokumen (AACR/ ISBD )


7. Agar dapat memnyediakan berbagai titik akses terhadap informasi ( dokumen ) seperti :
pengarang, judul, subjek.

C. Temu Kembali Informasi

Sistem temu kembali informasi merupakan suatu sistem yang menemukan (retrieve)
informasi yang sesuai dengan kebutuhan user dari kumpulan informasi secara otomatis. Prinsip
kerja sistem temu kembali informasi jika ada sebuah kumpulan dokumen dan seorang user yang
memformulasikan sebuah pertanyaan (request atau query). Jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah sekumpulan dokumen yang relevan dan membuang dokumen yang tidak relevan (Salton,
1989).

Sistem temu kembali informasi akan mengambil salah satu dari kemungkinan tersebut.
Sistem temu kembali informasi dibagi dalam dua komponen utama yaitu sistem pengindeksan
(indexing) menghasilkan basis data system dan temu kembali merupakan gabungan dari user
interface dan look-up-table. Sistem temu kembali informasi didesain untuk menemukan
dokumen atau informasi yang diperlukan oleh user.

Sistem temu kembali informasibertujuan untuk menjawab kebutuhan informasi user


dengan sumber informasi yang tersedia dalam kondisi seperti sebagai berikut (Salton, 1989);

a. Mempresentasikan sekumpulan ide dalam sebuah dokumen menggunakan sekumpulan


konsep
b. Terdapat beberapa pengguna yang memerlukan ide, tapi tidak dapat mengidentifikasikan
dan menemukan- nya dengan baik.

Sistem temu kembali informasi bertujuan untuk mempertemukan ideyang dikemukakan


oleh penulis dalam dokumen dengan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan
dalambentuk key word query/istilah penelusuran.

Fungsi utama sistem temu kembali informasi (Salton, 1989)

1) Mengidentifikasi sumber informasi yang relevan dengan minat masyarakatpengguna


yang ditargetkan.
2) Menganalisis isi sumber informasi (dokumen).

3) Merepresentasikan isi sumber informasi dengan cara tertentu yangmemungkinkan untuk


dipertemukan dengan pertanyaan pengguna.

4) Merepresentasikan pertanyaan (query) user dengan cara tertentu yangmemungkinkan


untuk dipertemukan sumber informasi yang terdapat dalam basis data.

5) Mempertemukan pernyataan pencarian dengan data yang tersimpan dalambasis data.

6) Menemu-kembalikan informasi yang relevan.

7) Menyempurnakan unjuk kerja sistem berdasarkan umpan balik yangdiberikan oleh user.

D. Peran Cantuman Bibliografi dalam pengawasan Bibliografi dan temu kembali


informasi

Agar adanya standar baku untuk pencatatan dokumen dalam hal ini hasilnya adalah
cantuman bibliografi yang diatur dalam anglo-american catalouging rules atau disingkat AACR.
Hal ini menjelaskan bahwa adanya cantuman bibliografi memenuhi manfaat dari pengawasan
bibliografi. Sedangkan fungsi utama dari pengawasan bibliografi itu sendiri adalah memudahkan
temu kembali informasi.

Perpustakaan nasional merupakan satu lembaga yang bertanggung jawab penuh atas
terselenggaranya pengawasan bibliografi terhadap seluruh terbitan yang ada di negara tersebut.
Karenanya perpustakaan nasional bertanggung jawab untuk memperoleh dan memelihara salinan
dari semua karya-karya penting yang terbit di suatu negara dan berfungsi sebagai perpustakaan
deposit baik di depan hukum maupun di bawah peraturan lainnya. (Sulistiyo Basuki: 1 ).

Fungsi utama perpustakaan nasional adalah sebagai tempat menyimpan dan


mengorganisasi semua bahan pustaka tercetak maupun terekam yang terbit di suatu negara
(Tyulina, 1978:94), sehingga kegiatan pengumpulan, pengaturan, dan perawatan alas penerbitan-
penerbitan nasional clari zaman ke zaman akan terjamin (Santoso, 2003: ll ).
Terjaminnya pengawasan bibliografi nasional suatu negara menjadi landasan pokok bagi
pengawasan bibliografi tingkat intemasional atau universal (universal bibliographic control),
yaitu usaha pengembangan dan pemeliharaan suatu sistem pencatatan terhadap semua publikasi
yang ada di seluruh penjuru dunia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) resm1
bcrdiri pada tanggal 17 Mei 1980, bertugas untuk melaksanakan pengumpulan dan penyimpanan
bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam selengkapnya baik yang terbit di Indonesia maupun
di luar negeri sebagai khazanah kebudayaan bangsa dalam arti yang luas serta melaksanakan
layanan untuk kepentingan pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Dengan peningkatan
status PNRI sebagai LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) pada tanggal 6 Maret 1989
berdasarkan Kepres No.1l/1989, dan bertanggungjawab langsung pada Presiden (Supriyanto,
2004), maka ditetapkan bahwa salah satu peran PNRI adalah sebagai salah satu sarana pelestari
bahan pustaka yang merupakan basil budaya, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber
informasi dan kebudayaan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa serta menunjang
pembangunan nasional. Terkait dengan peran di atas maim tugas-tugas PNRI sesuai
perundangundangan yang berlaku (Sulistyo-Basuki, 1993: 43)

Tugas-tugas Perpustakaan Nasional terkait dengan pengawasan bibliografi antara lain


adalah:

a) Bertanggung jawab atas pengadaan dan pelestarian seluruh hasil produksi


tercetak di negaranya.

b) Melakukan koordinasi usaha-usaha untuk mendapatkan bahan luar negeri yang


penting bagi negaranya,

c) bertanggung jawab atas jasa dan layanan bibliografi negaranya, dan d) menyusun
bibliografi nasional yang up-to date.

Anda mungkin juga menyukai