DISUSUN OLEH:
FAKULTAS EKONOMI
2020
1.1. Latar Belakang Sejarah Bank BRI
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) (BBRI) didirikan 16 Desember 1895
di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani
orang- orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) merupakan salah satu bank milik pemerintah
Republik Indonesia dan merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank ini
memiliki kantor unit hampir di setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Kantor pusat
BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada
saat ini BBRI memiliki 19 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 18 kantor inspeksi
wilayah, 457 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 584 kantor cabang
pembantu, 971 kantor kas,
5.293 BRI unit, dan 3.067 teras. Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang
berlokasi di Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan
Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
(AGRO), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun
1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di
Republik Indonesia. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah
Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank
Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan
Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank
Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang
pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Berdasarkan Undang-
undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank
umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik
Indonesia. Pada tahun
2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
Dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada
19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober
2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Aktivitas PT.
Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta
pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk
melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2009.
• Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar
luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan teknologi
informasi yang handal dengan melaksanakan manajemen risiko serta praktek Good
Corporate Governance (GCG) yang sangat baik.
2. Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
b. Kebijakan Usaha
Setiap pengembangan produk dan/atau aktivitas baru harus dikaji dengan seksama
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan terkait produk dan/atau
aktivitas baru Bank diatur dalam ketentuan tersendiri.
c. Kebijakan Pengawasan
1. Pengawasan Bank diimplementasikan dengan konsep 3 (tiga) garis pertahanan
(three lines of defense) yaitu:
ii. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, contoh risk assessment terhadap produk
atau aktivitas bisnis bank;
iv. Sistem informasi dan komunikasi, contoh informasi yang tersedia di dalam
Data Warehouse (DWh);
v. Pemantauan, Evaluasi dan tindak lanjut atas aktivitas pengendalian intern, contoh
kebijakan penerapan perangkat manajemen risiko.
a. Pengawasan Internal
Evaluasi dan penyempurnaan kebijakan internal Bank dilakukan secara berkala oleh
unit kerja pembuat kebijakan (policy owner) sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan Bank.
Struktur tata kelola Bank meliputi struktur organ perusahaan utama dan pendukung
serta kebijakan Bank dalam rangka pelaksanaan usaha, yaitu sbb :
1) Organ Utama
Terdiri atas :
b. Dewan Komisaris
c. Direksi
2) Organ Pendukung
Terdiri dari :
a. Komite-komite
c. Sekretaris Perusahaan
g. Audit Ekstern
Berkaitan dengan faktor internal, akan diidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari Bank
BRI dan disajikan dengan menggunakan Tabel IFE (Internal Factor Evaluation).
Informasi
Nilai
Kekuatan Faktor Internal Kunci
Bobot Peringkat Tertimbang
Faktor
Kekuatan
Kelemahan
Marketing 20. Diferensiasi produk yang lemah 0.03 2 0.06
21. Leverage ratio yang tinggi 0.05 1 0.05
22. Limited access to international
0.06 1 0.06
Finance market
Total 1.00 3.24
Berikut analisa singkat daripada penentuan kekuatan dan kelemahan Bank BRI beserta
alasan pemberian bobot dan peringkat :
Kekuatan
1. Struktur Perusahaan yang jelas kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI
bidang manajemen dengan bobot 0.04 .Struktur perusahaan yang jelas maksud
kami adalah mengacu pada hierarki dan struktur organisasi yang ada pada sebuah
organisasi. Penjabaran yang jelas akan visi dan misi menjadi acuan kemana arah
perusahaan ini akan berkembang menjadi jelas. Dengan struktur organisasi yang
jelas, maka job description tiap divisi menjadi jelas, misalnya Manajemen risiko di
Bank BRI ditujukan untuk menjaga modal Bank, mendukung proses pengambilan
keputusan, mengoptimalkan profil risk return, meningkatkan nilai perusahaan,
serta melindungi reputasi Bank.
2. Sumber daya manusia yang kompetitif memadai dalam hal kuantitas dan kualitas
kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI dalam bidang manajemen dengan
bobot 0.06 Hal ini berimplikasi pada pelayanan yang terbaik yang dapat diberikan
kepada nasabah. Tentu, hal tersebut tidak terlepas atas pengembangan SDM oleh
bank BRI untuk memproduksi SDM yang berkualitas, buktinya pada tahun 2019
Rp 696 milliar dikeluarkan untuk pelatihan dan pengembangan SDM internal,
seperti pembekalan dibidang kepeminpinan dengan menggundang Marshal
Goldsmith. Berbicara dari aspek kuantitas, Bank BRI hingga saat ini telah memiliki
125.602 karyawan dan dengan presentase turnover karyawan yang cukup tinggi
dibandingkan Bank lain yang umumnya memiliki presentase turnover karyawan
sebesar 20%. Berbicara mengenai SDM, bukan hanya karyawan yang
dikembangkan. Pimpinan dan calon pimpinan Bank BRI pun mendapatkan
ditingkatkan dengan program People Development Model.
8. Strategi peralihan advertising kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
marketing dengan bobot 0.05. Hal tersebut direalisasikan pada tahun 2018, di mana
alokasi anggaran untuk media pemasaran dari TV atau media cetak dialihkan ke
below the line dan digital marketing dengan fokus penggunaan media online
termasuk paid on-line media, social media, dan Microsite. Inisiatif tersebut diakui
efektif mendorong peningkatan aktivasi produk/program serta menekan biaya
promosi.
10. Kestabilan Growth ratio kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
finance dengan bobot 0.04. Kestabilan growth ratio membuat kemampuan
perusahaan untuk mempertahan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi
dan industri juga menjadi stabil, hal tersebut dibuktikan dari laba bersih bank BRI
yaitu Rp 34,4. Nilai tersebut meningkat dari tahun lalu. Akan tetapi pembagian
dividen sebesar Rp 16,18 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu Rp
13,05 triliun. Dividen pada tahun 2018 tersebut setara Rp 106,75 perlembar
sedangkan 2019 Rp 131,14 perlembar.
11. Peningkatan Profitability ratio kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI
bidang finance dengan bobot 0.04. Profitability ratio yang meningkat menunjukan
tingkat efektifitas manajemen dengan menampilkan tingkat pengembalian terhadap
penjualan dan investasi. Hal ini dibuktikan dengan data 2018, beberapa diantaranya
adalah ROA (return on asset) mencapai 3.68 persen melampaui target yang telah
ditetapkan sebesar 2,25 persen, non-peforming loan sebesar 2,15 persen lebih baik
dibandingkan target yang telah ditetapkan sebesar 3,5 persen. ROE (return on
stockholder equity) 20,49 persen, dan earnings per share yang selalu meningkat
setiap tahunnya.
12. Posisi likuiditas yang kuat kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
finance dengan bobot 0.04. Posisi likuiditas yang kuat sehingga kemapuan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya terjamin atau terpenuhi.
Posisi likuiditas yang kuat di pertahankan dengan sejulah indikator antara lain rasio
giro wajib minimum dan kas, cadangan likuiditas, dan loan to deposit ratio sebesar
88.64 persen dan telah memenuhi kriteria sangat likuid dalam penilaian tingkat
kesehatan bank, karena LDR Bank BRI berada di antara batas LDR yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 78% sampai 92%.
13. Kinerja appraisal system kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
Operation dengan bobot 0.04. Hal ini merupakan penilaian kinerja terhadap
pegawai. serta reward and punishment yang dilakukan secara terbuka dan
berdasarkan hasil yang di peroleh pekerja. Reward and punishment yang diberikan
merupakan teknik motivasi yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan
workforce. Reward yang diberikan kepada pegawai dapat bersifat finansial maupun
non-finansial. Selain itu perusahaan juga menyelenggarakan BRI Excellent Award,
yang merupakan apresiasi tertinggi dari perusahaan bagi pegawai terbaik.
Frontliner terbaik, unit kerja dengan budaya terbaik, inovasi terbaik, dll.
14. Jumlah fasilitas yang memadai dan strategis kami kategorikan sebagai kekuatan
Bank BRI dalam bidang operation dengan bobot 0.04. Jumlah fasilitas yang
menjadi kekuatan bagi bank BRI , dapat dilihat dari 1 kantor pusat, 19 kantor pusat,
467 kantor cabang, 611 cabang pembantu, 568 kantor kas, atm sebanyak 19.184,
maintanance dilakukan secara berkala terhadap fasilitas tersebut.
15. Operasional berstandar mutu yang handal kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang Operation dengan bobot 0.04. Dalam hal in komitmen
Direktorat Teknologi dan Operasi untuk mendukung kebutuhan operasional bisnis
perbankan diwujudkan dengan penerapan standar mutu ISO 9001:2015 di berbagai
proses operasional dilakukan sebagai dukungan terhadap bisnis untuk menjaga agar
layanan yang diberikan terstandar dan konsisten.
16. Pengembangan alat pembayaran nontunai kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang research and development dengan bobot 0.05. Pengembangan
alat pembayaran nontunai hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan nasabah bank
BRI yang memiliki mobilitas tinggi dan rutin seperti pengembangan kartu prabayar
Brizzi seperti di swalayan ,SPBU,dan layanan transportasi. Lalu untuk mengikuti
gaya hidup masyarakat bentuk Brizzi dibuat menjadi gelang dan juga dalam bentuk
nomor telepon nasabah.
18. Pengembangan Enteprise Data Model kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang MIS dengan bobot 0.03. Hal tersebut diklaim untuk
menyediakan 360o point of view dari nasabah termasuk dengan relasi-relasinya
melalui solusi Master Data Management (MDM). MDM ini akan menjadi pondasi
terciptanya Customer Relationship Management yang dapat membantu Bank dalam
meningkatkan relasi dan pengetahuan Bank terhadap nasabahnya.
19. Pengukuran standar pelayanan secara rutin kami kategorikan sebagai kekuatan
Bank BRI dalam bidang MIS dengan bobot 0.04. Pengukuran standar layanan di
lakukan dengan melakukan survei kepuasan pelanggan. Pada tahun 2019 , Bank
BRI menyelenggarakan beberapa survei, yaitu:
Survei ini dilakukan di daerah urban (25 kota besar + kota kecil) dan rural
(daerah pedesaan) di 17 propinsi di Indonesia . Survei menggunakan metode
face to face interview dengan jum;ah responden selama satu tahun yaitu sekitar
24.000 responden, di mana setiap responden memiliki rekening di lebih dari
satu bank, di mana salah satunya adalah BRI. Dari survei tersebut, BRI
menduduki peringkat kedua, disusul tipis oleh BCA, BTN, baru BNI.
Kelemahan
20. Diferensiasi produk yang lemah kami kategorikan sebagai kelemahan Bank BRI
dalam bidang marketing dengan bobot 0.03. Hal tersebut karena minimnya produk
atau program yang dikeluarkan BRI yang benar-benar berbeda dengan pesaingnya.
Hampir semua produk atau program tersebut serupa.
21. Leverage ratio yang tinggi kami kategorikan sebagai kelemahan Bank BRI dalam
bidang financial dengan bobot 0.05. Hal tersebut karena perusahaan telah dibiayai
oleh hutang sebesar kurang lebih Rp 2.209 triliun pada tahun 2019.
22. Limited access to international market kami kategorikan sebagai kelemahan Bank
BRI dalam bidang finansial dengan bobot 0.06. Hal tersebut karena Bank BRI
tidak dapat membuka cabang di luar negeri karena tidak memenuhi persyaratan
beberapa aspek finansial, di luar hal memang diperketatnya aturan masuknya
perbankan asing di negara lain. Seperti contoh, persyaratan Bank BRI membuka
cabang di Malaysia adalah modal awal yang harus dimiliki adalah sebesar 2.5
triliun rupiah.
Dari tabel IFE tersebut, kami mendapatkan nilai tertimbang adalah 3.24.
Menandakan bahwa Bank RI merupakan perusahaan yang kuat secara internal. Hal
tersebut dikarenakan faktor internal kunci yang paling penting dijadikan Bank BRI
sebagai kekuatan mereka, seperti Penguatan pelayanan pengelolaan pengaduan
2.3 The Internal – Eksternal Matrix
Strong
IFE
Average Weak
3.0 to 4.0
2.00 to 2.99 1.00 to 1.99
I II III
VI V VI
VII VIII IX
nasabah dan Sumber Daya Manusia yang kompetitf memadai dalam hal kuantitas
dan kualitas, sehingga kedua hal tersebut menambah nilai kualitas jasa dari Bank
BRI. Akan tetapi, Bank BRI perlu memperhatikan juga kelemahannya berupa
Limited access to international market, karena juga memegang bobot paling
penting.
Kini mendapatkan nilai tertimbang IFE Matrix Bank BRI secara berturut adalah 3.24.
Sehingga jika di tarik nilai tertimbang IFE Bank BRI berdasarkan grafik di atas, maka Bank
BRI menempati posisi dengan romawi I yang artinya IFE Bank BRI mempunyai posisi yang
kuat dan tinggi, maka dapat dikatakan perusahaan saat ini sedang bertumbuh. Sehingga,
strategi yang dapat dipilih adalah seharusnya memiliki strategi grow and build atau strategi
intensif dan integrasi. Di mana yang termasuk strategi integrasi adalah market penetration,
market development, dan product development. Sedangkan yang termasuk strategi integrasi
adalah forward integration, backward integration, dan horizontal integration.
Daftar Pustaka
David, Fred, R. 2011. Strategic Management Manajemen Strategi Konsep, Edisi 12,
Salemba Empat, Jakarta.
Jain, Subhash, C. 1999. Marketing Planning and Strategy, sixth edition, South-Western
College Publishing, Ohio.