Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANAJEMEN STRATEGI

ANALISIS DAN EVALUASI INTERNAL FACTOR EVALUATION ATAS KONDISI


INTERNAL PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI)

DISUSUN OLEH:

FAJRI AMINUDIN 1711000009

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA

2020
1.1. Latar Belakang Sejarah Bank BRI

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) (BBRI) didirikan 16 Desember 1895
di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani
orang- orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).

Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) merupakan salah satu bank milik pemerintah
Republik Indonesia dan merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank ini
memiliki kantor unit hampir di setiap kecamatan di seluruh Indonesia. Kantor pusat
BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada
saat ini BBRI memiliki 19 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 18 kantor inspeksi
wilayah, 457 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 584 kantor cabang
pembantu, 971 kantor kas,

5.293 BRI unit, dan 3.067 teras. Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang
berlokasi di Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan
Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
(AGRO), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun
1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di
Republik Indonesia. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah
Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank
Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan
Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank
Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang
pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Berdasarkan Undang-
undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank
umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik
Indonesia. Pada tahun

2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.

Dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada
19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober
2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November
2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Aktivitas PT.
Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta
pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk
melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 2009.

1.2. Visi BRI

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

1.3. Misi BRI

• Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan


kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
masyarakat.

• Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar
luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan teknologi
informasi yang handal dengan melaksanakan manajemen risiko serta praktek Good
Corporate Governance (GCG) yang sangat baik.

• Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang


berkepentingan (stakeholders).

1.4. Kebijakan Korporat

a. Kebijakan Penyusunan Rencana Bank Rencana Bank terdiri dari :

1. Rencana Jangka Panjang (RJP/corporate plan) untuk jangka waktu 5 (lima)


tahun.

2. Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.

3. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Bank untuk 1 (satu) tahun.

b. Kebijakan Usaha

Kebijakan dan peraturan internal BRI termasuk standard operating


procedure (SE/SK/BPO/Juklak) harus sejalan dengan kebijakan GCG yang telah
ditetapkan. Asas GCG harus tercermin dalam semua kebijakan dan peraturan
internal Bank baik yang berkaitan dengan usaha Bank maupun berkaitan dengan
manajemen intern Bank.

Setiap pengembangan produk dan/atau aktivitas baru harus dikaji dengan seksama
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan terkait produk dan/atau
aktivitas baru Bank diatur dalam ketentuan tersendiri.

c. Kebijakan Pengawasan
1. Pengawasan Bank diimplementasikan dengan konsep 3 (tiga) garis pertahanan
(three lines of defense) yaitu:

a. First Line of Defense

b. Second Line of Defense

c. Third Line of Defense

2. Kebijakan Pengawasan BRI terdiri dari :

a. Kebijakan pengendalian internal

Kebijakan pengendalian internal disusun dengan memperhatikan ruang lingkup


sebagai berikut :

i. Lingkungan pengendalian, contoh penerapan konsep three line of defense;

ii. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, contoh risk assessment terhadap produk
atau aktivitas bisnis bank;

iii. Aktivitas pengendalian yang dilaksanakan disetiap tingkatan struktur bank,


contoh kebijakan pengawasan atasan langsung,dual control dsb;

iv. Sistem informasi dan komunikasi, contoh informasi yang tersedia di dalam
Data Warehouse (DWh);

v. Pemantauan, Evaluasi dan tindak lanjut atas aktivitas pengendalian intern, contoh
kebijakan penerapan perangkat manajemen risiko.

a. Pengawasan Internal

Kebijakan Kebijakan pengawasan internal antara lain meliputi kebijakan Audit


Intern, Strategi AntiFraud, Hukum dan Kepatuhan.

b. Kebijakan Pengawasan Eksternal

Pengawasan eksternal dilakukan oleh auditor eksternal dan lembaga pengawas


perbankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Kebijakan Transparansi dan Pengungkapan

Kebijakan internal Bank terkait transparansi dan pengungkapan tertuang


dalam:

1. Panduan transparansi dan pengungkapan (transparency and disclosure


guidelines);

2. Kebijakan Rahasia Bank; dan


3. Kebijakan tentang pelaporan baik laporan internal maupun eksternal
termasuk laporan kepada otoritas pengatur dan pengawas Bank, yang
dituangkan dalam kebijakan tersendiri menurut jenis laporan.

Evaluasi dan penyempurnaan kebijakan internal Bank dilakukan secara berkala oleh
unit kerja pembuat kebijakan (policy owner) sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan Bank.

1.5 Struktur Organisasi dan Job Description

Struktur tata kelola Bank meliputi struktur organ perusahaan utama dan pendukung
serta kebijakan Bank dalam rangka pelaksanaan usaha, yaitu sbb :

1) Organ Utama

Terdiri atas :

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan forum dari instansi


tertinggi Organ Bank, yaitu pemegang saham. RUPS terdiri atas :

1. RUPS Tahunan, untuk mengesahkan beberapa agenda yang wajib


diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku berakhir.

2. RUPS lainnya, dapat diselenggarakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan


untuk kepentingan Perusahaan.

b. Dewan Komisaris

Dewan komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris Independen.


Komisaris independen ditetapkan paling kurang 50% (lima puluh persen)
dari jumlah anggota Dewan Komisaris. Pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris mengacu pada Anggaran dasar Bank, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Direksi

Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial. Masing‐masing


anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan
sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, tetapi pelaksanaan
tugas dari masing‐masing anggota Direksi akhirnya tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
mengacu pada Anggaran Dasar Bank, dan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.

Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi adalah hubungan check


and balances dengan prinsip bahwa kedua organ tersebut mempunyai
tugas untuk menjaga kelangsungan usaha Bank dalam jangka panjang dan
mempunyai tujuan akhir untuk kemajuan dan kesehatan Bank.

2) Organ Pendukung

Terdiri dari :

a. Komite-komite

a1. Komite di bawah Dewan Komisaris, antara lain :

a1.1. Komite Audit

a1.2. Komite Nominasi dan Remunerasi

a1.3. Komite Pengawasan Manajemen Risiko.

a2. Komite di bawah Direksi, antara lain :

a2.1. Komite Manajemen Risiko /Risk Management Committee


(RMC);

a2.2. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP);

a2.3. Komite Kredit (KK);

a2.4. Komite Aset dan Liabilitas / Asset-Liability Committee (ALCO);

a2.5. Komite Pengarah Teknologi dan Sistem Informasi / IT Steering


Committee (ITSC);

a2.6. Komite Kebijakan Sumber Daya Manusia; dan

a2.7. Komite lainnya yang dapat ditetapkan kemudian

b. Sekretaris Dewan Komisaris

Sekretaris Dewan Komisaris merupakan organ Dewan Komisaris yang


diangkat oleh Dewan Komisaris yang bertugas membantu pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.

c. Sekretaris Perusahaan

Bank menunjuk Sekretaris Perusahaan untuk membantu Dewan


Komisaris dan Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing terkait dengan pelaksanaan GCG serta untuk mengelola
komunikasi kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders) baik pihak
intern maupun pihak ekstern.

d. Satuan Kerja Manajemen Risiko


Penerapan Manajemen Risiko meliputi :

1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi

2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit

3. Proses Manajemen Risiko dan sistem informasi Manajemen Risiko

4. Sistem Pengendalian Internal

e. Satuan Kerja Kepatuhan

Satuan Kerja Kepatuhan merupakan Unit Kerja independen yang


bertanggungjawab dalam melaksanakan Fungsi Kepatuhan di BRI.

f. Satuan Kerja Audit Intern

Audit Intern merupakan unit kerja/satuan kerja yang secara struktural


berada dibawah pengawasan langsung Direktur Utama, bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama dan memiliki garis komunikasi
kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat
independen dan objektif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah
dan memperbaiki operasional Bank melalui pendekatan yang sistematis
dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan kecukupan dan efektifitas
manajemen risiko, pengendalian intern dan proses tata kelola
perusahaan.

g. Audit Ekstern

Pemeriksaan terhadap Bank dilakukan pula oleh eksternal Auditor yaitu


Bank Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, pemeriksa lain sesuai
regulasi dan Kantor Akuntan Publik. Bank wajib menunjuk Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia
dalam pelaksanaan audit laporan keuangan Bank.
1.5 Struktur Organisasi Bank BRI.
2.1 IFE Matrix
Internal Factor Evaluation Matrix adalah alat formulasi strategi yang meringkas
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan
juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara
area-area tersebut. IFE Matrix digunakan untuk mengevaluasi masalah internal
perusahaan, yang di dalamnya terdapat management, finance, marketing, production,
research & development, dan management information system (MIS). Lalu data yang
didapatkan diidentifikasikan dalam proses audit internal, dan diberi bobot yang berkisar
dari 0.0 (tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting), lalu diberi tingkat 1 sampai 4 untuk
masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan
kelemahan utama (peringkat=1), atau kelemahan minor (peringkat=2), kekuatan
minor(peringkat=3), atau kekuatan utama(peringkat=4). Dan yang harus dii perhatikan
adalah kekuatan harus diberi peringkat 3 - 4 dan untuk kelemahan diberi peringkat 1 -
2. Dari situ akan di dapatkan total weighted yang dimana angka tersebut dapat
mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut memiliki internal yang baik atau tidak.

2.2 Faktor Internal

Berkaitan dengan faktor internal, akan diidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari Bank
BRI dan disajikan dengan menggunakan Tabel IFE (Internal Factor Evaluation).

Tabel 2.2 Internal Factor Evaluation

Informasi
Nilai
Kekuatan Faktor Internal Kunci
Bobot Peringkat Tertimbang
Faktor

Kekuatan

1. Struktur Perusahaan yang jelas 0.04 4 0.16

2. Sumber Daya Manusia yang


kompetitf memadai dalam hal
0.06
4 0.24
kuantitas dan kualitas

3. Manajemen hubungan industrial


Management yang harmonis antara pegawai
0.05 4 0.20
dan perusahaan
4. Manajemen Keberlanjutan yang 0.04
3 0.12
diterapkan oleh Bank BRI

5. Akuntabilitas, transparansi dan 0.04


4 0.16
pengawasan

6. Pendekatan intensif dengan 0.05


4 0.20
customer dan dealer

7. Penguatan pelayanan pengelolaan 0.06


4 0.24
Marketing pengaduan nasabah

8. Strategi peralihan advertising 0.05 3 0.15

9. Strategi pemasaran peningkatan 0.05


3 0.15
pangsa pasar

10. Kestabilan Growth Ratio 0.04 4 0.16

Finance 11. Peningkatan Profitability ratio 0.04 4 0.16

12. Posisi likuiditas yang kuat 0.04 4 0.16

13. Appraisal System yang terbuka 0.04 3 0.12

Production or 14. Jumlah fasilitas yang memadai 0.04 3 0.12

Operation 15. Operasional berstandar mutu 0.04


3 0.12
yang handal

16. Pengembangan dan penerapan 0.05


4 0.20
alat pembayaran non-tunai
Research and
17. Pengembangan teknologi 0.05
Development 4 0.20
keamanan informasi

18. Pengembangan Enteprise Data 0.03


3 0.09
Management Model
Information
19. Pengukuran standar layanan 0.04
System 3 0.12
yang dilakukan secara rutin

Kelemahan
Marketing 20. Diferensiasi produk yang lemah 0.03 2 0.06
21. Leverage ratio yang tinggi 0.05 1 0.05
22. Limited access to international
0.06 1 0.06
Finance market
Total 1.00 3.24

Berikut analisa singkat daripada penentuan kekuatan dan kelemahan Bank BRI beserta
alasan pemberian bobot dan peringkat :

Kekuatan

1. Struktur Perusahaan yang jelas kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI
bidang manajemen dengan bobot 0.04 .Struktur perusahaan yang jelas maksud
kami adalah mengacu pada hierarki dan struktur organisasi yang ada pada sebuah
organisasi. Penjabaran yang jelas akan visi dan misi menjadi acuan kemana arah
perusahaan ini akan berkembang menjadi jelas. Dengan struktur organisasi yang
jelas, maka job description tiap divisi menjadi jelas, misalnya Manajemen risiko di
Bank BRI ditujukan untuk menjaga modal Bank, mendukung proses pengambilan
keputusan, mengoptimalkan profil risk return, meningkatkan nilai perusahaan,
serta melindungi reputasi Bank.

2. Sumber daya manusia yang kompetitif memadai dalam hal kuantitas dan kualitas
kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI dalam bidang manajemen dengan
bobot 0.06 Hal ini berimplikasi pada pelayanan yang terbaik yang dapat diberikan
kepada nasabah. Tentu, hal tersebut tidak terlepas atas pengembangan SDM oleh
bank BRI untuk memproduksi SDM yang berkualitas, buktinya pada tahun 2019
Rp 696 milliar dikeluarkan untuk pelatihan dan pengembangan SDM internal,
seperti pembekalan dibidang kepeminpinan dengan menggundang Marshal
Goldsmith. Berbicara dari aspek kuantitas, Bank BRI hingga saat ini telah memiliki
125.602 karyawan dan dengan presentase turnover karyawan yang cukup tinggi
dibandingkan Bank lain yang umumnya memiliki presentase turnover karyawan
sebesar 20%. Berbicara mengenai SDM, bukan hanya karyawan yang
dikembangkan. Pimpinan dan calon pimpinan Bank BRI pun mendapatkan
ditingkatkan dengan program People Development Model.

3. Hubungan industrial yang harmonis antara pegawai dan perusahaan kami


kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI dalam bidang manajemen dengan fungsi
motivasi dengan bobot 0.05. Hubungan yang harmonis tersebut dijalin untuk dapat
meningkatkan produktivitas, engangement pegawai, dan menumbuhkan semangat
kebersamaan. Cara Bank BRI adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan
sepanjang tahun, seperti family day, employee gathering, mini olympics games,
BRI club, fotografi, fitness. Selain itu, fasilitas child daycare juga disediakan oleh
Bank BRI untuk pegawai yang memiliki anak balita.

4. Manajemen keberlanjutan kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI dalam


bidang manajemen dengan bobot 0.04. Manajemen keberlanjutan baru diterapkan
oleh Bank BRI sejak tahun 2013. Implikasinya adalah menjadi kekuatan Bank BRI
dalam menjaga kelangsungan bisnis dengan cara melibatkan para pemangku
kepentingan (stakeholder). Bank BRI menyadari bahwa keberlanjutan
pertumbuhan tidak dapat tercapai tanpa sinergi yang kolaboratif dan saling
menguntungkan antara stakeholder dan Bank BRI. Sinergitas tersebut diwujudan
melalui pilar kontribusi ekonomi, pemberdayaan social, pelestarian lingkungan
serta upaya tatakelola perusahaan yang baik dan budaya peduli resiko dalam
pengelolahan usaha yang tertuang dalam program CSR (corporate social
responsibility)

5. Pengawasan akuntabilitas kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang


manajemen dengan bobot 0.04. Hal tersebut menunjang fungsi kontrol internal
Bank BRI. Akuntabilitas dilakukan oleh komite independen yang dibentuk.
Misalnya komite Audit dan komite pemantau risiko, GCG, dan komite independen
eksternal, yaitu OJK. Selain itu, diterapkan juga sistem pengawasan berupa strategi
antifraud, anti pencucian uang, dan pencegahan pendanaan terorisme. Penerapan
transparansi adalah dengan mempublikasikan laporan keuangan, laporan tahunan,
dan laporan keberlanjutan kepada publik.

6. Pendekatan intensif dengan customer dan dealer kami kategorikan sebagai


kekuatan Bank BRI dalam bidang marketing dengan bobot 0.05. Hal tersebut dapat
dilihat melalui program Wirausaha BRILian pada tahun 2019 sebagai sarana
publikasi kepada dealer selain itu untuk keberlanjutannya diadakan UMKM
BRILian Preneur pada tahun 2019 di JCC, sedangkan program laku pandai di
aplikasikan Bank BRI untuk mendekatkan bank BRI dengan customer.

7. Pengelolaan pengaduan nasabah kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI


bidang marketing dengan bobot 0.06. Hal ini didasari prinsip pengelolaan
pengaduan nasabah yang ditekankan oleh bank BRI yaitu welcome complaint ,
pengaplikasian nyatanya dengan membuka channel yang dapat diakses nasabah
dengan mudah (BRI call , corporate website , email ,twitter and FB) oleh karena itu
nasabah dapat melakukan pengaduan tanpa melalui media masa dan media online
sehingga tidak menurunkan reputasi bank.

8. Strategi peralihan advertising kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
marketing dengan bobot 0.05. Hal tersebut direalisasikan pada tahun 2018, di mana
alokasi anggaran untuk media pemasaran dari TV atau media cetak dialihkan ke
below the line dan digital marketing dengan fokus penggunaan media online
termasuk paid on-line media, social media, dan Microsite. Inisiatif tersebut diakui
efektif mendorong peningkatan aktivasi produk/program serta menekan biaya
promosi.

9. Strategi pemasaran peningkatan pangsa pasar kami kategorikan sebagai kekuatan


Bank BRI bidang marketing dengan bobot 0.05. Strategi pemasaran Bank BRI di
tahun 2020 ini akan lebih difokuskan kepada penyediaan layanan dan solusi
keuangan terintegrasi (end to end finansial solution) sesuai pada kebutuhan dan life
journey nasabah, penyediaan pengalaman bertransaksi finansial yang seamless
across all channel serta peningkatan kapabilitas mengelola kebutuhan nasabah.
Melalui strategi tersebut maka diharapkan dapat terjadi peningkatan customer
experience di seluruh channel BRI baik digital maupun unit kerja operasional serta
peningkatan cross selling produk dan layanan BRI beserta perusahaan anak dengan
memanfaatkan jaringan kerja BRI Group.

10. Kestabilan Growth ratio kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
finance dengan bobot 0.04. Kestabilan growth ratio membuat kemampuan
perusahaan untuk mempertahan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi
dan industri juga menjadi stabil, hal tersebut dibuktikan dari laba bersih bank BRI
yaitu Rp 34,4. Nilai tersebut meningkat dari tahun lalu. Akan tetapi pembagian
dividen sebesar Rp 16,18 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu Rp
13,05 triliun. Dividen pada tahun 2018 tersebut setara Rp 106,75 perlembar
sedangkan 2019 Rp 131,14 perlembar.

11. Peningkatan Profitability ratio kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI
bidang finance dengan bobot 0.04. Profitability ratio yang meningkat menunjukan
tingkat efektifitas manajemen dengan menampilkan tingkat pengembalian terhadap
penjualan dan investasi. Hal ini dibuktikan dengan data 2018, beberapa diantaranya
adalah ROA (return on asset) mencapai 3.68 persen melampaui target yang telah
ditetapkan sebesar 2,25 persen, non-peforming loan sebesar 2,15 persen lebih baik
dibandingkan target yang telah ditetapkan sebesar 3,5 persen. ROE (return on
stockholder equity) 20,49 persen, dan earnings per share yang selalu meningkat
setiap tahunnya.

12. Posisi likuiditas yang kuat kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
finance dengan bobot 0.04. Posisi likuiditas yang kuat sehingga kemapuan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya terjamin atau terpenuhi.
Posisi likuiditas yang kuat di pertahankan dengan sejulah indikator antara lain rasio
giro wajib minimum dan kas, cadangan likuiditas, dan loan to deposit ratio sebesar
88.64 persen dan telah memenuhi kriteria sangat likuid dalam penilaian tingkat
kesehatan bank, karena LDR Bank BRI berada di antara batas LDR yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 78% sampai 92%.

13. Kinerja appraisal system kami kategorikan sebagai kekuatan Bank BRI bidang
Operation dengan bobot 0.04. Hal ini merupakan penilaian kinerja terhadap
pegawai. serta reward and punishment yang dilakukan secara terbuka dan
berdasarkan hasil yang di peroleh pekerja. Reward and punishment yang diberikan
merupakan teknik motivasi yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan
workforce. Reward yang diberikan kepada pegawai dapat bersifat finansial maupun
non-finansial. Selain itu perusahaan juga menyelenggarakan BRI Excellent Award,
yang merupakan apresiasi tertinggi dari perusahaan bagi pegawai terbaik.
Frontliner terbaik, unit kerja dengan budaya terbaik, inovasi terbaik, dll.

14. Jumlah fasilitas yang memadai dan strategis kami kategorikan sebagai kekuatan
Bank BRI dalam bidang operation dengan bobot 0.04. Jumlah fasilitas yang
menjadi kekuatan bagi bank BRI , dapat dilihat dari 1 kantor pusat, 19 kantor pusat,
467 kantor cabang, 611 cabang pembantu, 568 kantor kas, atm sebanyak 19.184,
maintanance dilakukan secara berkala terhadap fasilitas tersebut.

15. Operasional berstandar mutu yang handal kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang Operation dengan bobot 0.04. Dalam hal in komitmen
Direktorat Teknologi dan Operasi untuk mendukung kebutuhan operasional bisnis
perbankan diwujudkan dengan penerapan standar mutu ISO 9001:2015 di berbagai
proses operasional dilakukan sebagai dukungan terhadap bisnis untuk menjaga agar
layanan yang diberikan terstandar dan konsisten.

16. Pengembangan alat pembayaran nontunai kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang research and development dengan bobot 0.05. Pengembangan
alat pembayaran nontunai hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan nasabah bank
BRI yang memiliki mobilitas tinggi dan rutin seperti pengembangan kartu prabayar
Brizzi seperti di swalayan ,SPBU,dan layanan transportasi. Lalu untuk mengikuti
gaya hidup masyarakat bentuk Brizzi dibuat menjadi gelang dan juga dalam bentuk
nomor telepon nasabah.

17. Pengembangan teknologi keamanan informasi kami kategorikan sebagai kekuatan


Bank BRI dalam bidang research and development dengan bobot 0.05.
Implementasi peningkatan kapabilitas keamanan TI antara lain Threat Intelligence
yang melindungi sistem TI Bank BRI dari serangan cyber attack dan phising,
security awareness dan data leakage protection yang menjamin keamanan dan
kerahasiaan data di internal Bank BRI. Selain itu Bank BRI juga meningkatkan
keamanan e-channel termasuk kemanan fisik ATM.

18. Pengembangan Enteprise Data Model kami kategorikan sebagai kekuatan Bank
BRI dalam bidang MIS dengan bobot 0.03. Hal tersebut diklaim untuk
menyediakan 360o point of view dari nasabah termasuk dengan relasi-relasinya
melalui solusi Master Data Management (MDM). MDM ini akan menjadi pondasi
terciptanya Customer Relationship Management yang dapat membantu Bank dalam
meningkatkan relasi dan pengetahuan Bank terhadap nasabahnya.

19. Pengukuran standar pelayanan secara rutin kami kategorikan sebagai kekuatan
Bank BRI dalam bidang MIS dengan bobot 0.04. Pengukuran standar layanan di
lakukan dengan melakukan survei kepuasan pelanggan. Pada tahun 2019 , Bank
BRI menyelenggarakan beberapa survei, yaitu:

a. Roy Morgan Single Source

Survei ini dilakukan di daerah urban (25 kota besar + kota kecil) dan rural
(daerah pedesaan) di 17 propinsi di Indonesia . Survei menggunakan metode
face to face interview dengan jum;ah responden selama satu tahun yaitu sekitar
24.000 responden, di mana setiap responden memiliki rekening di lebih dari
satu bank, di mana salah satunya adalah BRI. Dari survei tersebut, BRI
menduduki peringkat kedua, disusul tipis oleh BCA, BTN, baru BNI.

b. Survey Customer Expectation, Behaviour, Satisfaction, dan Engangement 2019


Survei ini dilakukan di 9 kota besar. Metode yang digunakan dalam survei dini
adalah face to face interview terhadap nasabah 67 cabang reguler di 9 kota
tersebut (@30 responden per cabang) serta CATI (Computer Aided Telephone
Interview) kepada 2000 responden. Pada survei ini, ditanyakan beberapa aspek
layanan yang lebih spesifik, misalnya call center, fasilitas, teller, security,
ATM, dsb.

Kelemahan

20. Diferensiasi produk yang lemah kami kategorikan sebagai kelemahan Bank BRI
dalam bidang marketing dengan bobot 0.03. Hal tersebut karena minimnya produk
atau program yang dikeluarkan BRI yang benar-benar berbeda dengan pesaingnya.
Hampir semua produk atau program tersebut serupa.

21. Leverage ratio yang tinggi kami kategorikan sebagai kelemahan Bank BRI dalam
bidang financial dengan bobot 0.05. Hal tersebut karena perusahaan telah dibiayai
oleh hutang sebesar kurang lebih Rp 2.209 triliun pada tahun 2019.

22. Limited access to international market kami kategorikan sebagai kelemahan Bank
BRI dalam bidang finansial dengan bobot 0.06. Hal tersebut karena Bank BRI
tidak dapat membuka cabang di luar negeri karena tidak memenuhi persyaratan
beberapa aspek finansial, di luar hal memang diperketatnya aturan masuknya
perbankan asing di negara lain. Seperti contoh, persyaratan Bank BRI membuka
cabang di Malaysia adalah modal awal yang harus dimiliki adalah sebesar 2.5
triliun rupiah.
Dari tabel IFE tersebut, kami mendapatkan nilai tertimbang adalah 3.24.
Menandakan bahwa Bank RI merupakan perusahaan yang kuat secara internal. Hal
tersebut dikarenakan faktor internal kunci yang paling penting dijadikan Bank BRI
sebagai kekuatan mereka, seperti Penguatan pelayanan pengelolaan pengaduan
2.3 The Internal – Eksternal Matrix

Strong
IFE
Average Weak
3.0 to 4.0
2.00 to 2.99 1.00 to 1.99

I II III

VI V VI

VII VIII IX
nasabah dan Sumber Daya Manusia yang kompetitf memadai dalam hal kuantitas
dan kualitas, sehingga kedua hal tersebut menambah nilai kualitas jasa dari Bank
BRI. Akan tetapi, Bank BRI perlu memperhatikan juga kelemahannya berupa
Limited access to international market, karena juga memegang bobot paling
penting.

Kini mendapatkan nilai tertimbang IFE Matrix Bank BRI secara berturut adalah 3.24.
Sehingga jika di tarik nilai tertimbang IFE Bank BRI berdasarkan grafik di atas, maka Bank
BRI menempati posisi dengan romawi I yang artinya IFE Bank BRI mempunyai posisi yang
kuat dan tinggi, maka dapat dikatakan perusahaan saat ini sedang bertumbuh. Sehingga,
strategi yang dapat dipilih adalah seharusnya memiliki strategi grow and build atau strategi
intensif dan integrasi. Di mana yang termasuk strategi integrasi adalah market penetration,
market development, dan product development. Sedangkan yang termasuk strategi integrasi
adalah forward integration, backward integration, dan horizontal integration.
Daftar Pustaka

David, Fred, R. 2011. Strategic Management Manajemen Strategi Konsep, Edisi 12,
Salemba Empat, Jakarta.

Jain, Subhash, C. 1999. Marketing Planning and Strategy, sixth edition, South-Western
College Publishing, Ohio.

Pontas Pardede, M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan, Tebitan


Ketujuh, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Laporan Tahunan Bank BRI Periode 2019

Anda mungkin juga menyukai