Anda di halaman 1dari 59

“Kami ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam

sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad


sebagai Nabi dan Rasul, Ya Allah,
tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah
aku kefahaman”
HSG, BNO SONDE,
VAGINOGRAFI, FETOGRAFI

ASIH PUJI UTAMI, S.KM., M.Kes.


Blok Sistem Organ/ Modul Sistem Reproduksi
Tahun 2017
Kebenaran yang tidak tertata
rapi akan terkalahkan oleh
kebathilan yang tertata rapi.
(Sayyidina ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu).
Orang Cerdas ialah orang yang
mengendalikan dirinya dan bekerja
untuk kehidupan setelah kematian.
(Hadits riwayat At-Tirmidzi).
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Dapat memahami teknik pemeriksaan


radiografi pada sistem reproduksi yaitu HSG,
BNO Sonde, vaginografi dan fetografi
PEMERIKSAAN

HISTERO SALPHYNGOGRAPHY
(HSG)

6
Pengertian Hysterosalpingography

pemeriksaan secara radiologi dari organ reproduksi


wanita (cavum uteri dan tuba), dengan menggunakan
media kontras radio-opaque yang bertujuan untuk
memperlihatkan bentuk, ukuran, posisi uterus dan
tuba fallopi, serta untuk memperlihatkan lesi seperti
polip, tumor atau fistula dan untuk memeriksa patensi
tuba fallopi pada infertilitas

7
Indikasi
1. Infertilitas
2. Abortus berulang
3. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat patensi
tuba
4. Menentukan keberhasilan tindakan operasi sterilitas
5. Untuk melihat translokasi
6. Untuk melihat ketidaknormalan dari uterus, saluran telur
(tuba fallopi) dan kanalis serviks
7. Perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan
oleh miomi uteri, polip endometrium, adenomatorus, dll.
8. Tumor maligna kavum uteri
9. Pada kasus inseminasi buatan, dapat melihat adanya
kelainan pada traktus genitalis
8
Kontra Indikasi

1. Kehamilan
2. Menstruasi
3. Post curetase
4. Perdarahan pada vagina yang
berat
5. Alergi terhadap media kontras

9
Persiapan pasien
a. Pasien diberitahu bahwa pemeriksaan HSG akan dilaksanakan pada
hari ke 9-10 dihitung dari hari pertama menstruasi. Sebelum dilakukan
pemeriksaan ini pasien juga tidak diperkenankan berhubungan intim
dengan suami

b. Sebelum pemeriksaan hendaknya rektum dan kolon pasien dalam


keadaan kosong baik dari gas atau feses, hal ini dapat dilakukan
dengan memberi obat pencahar atau tablet supposutoria pada pasien
sebelum pemeriksaan dilakukan

c. Pasien hendaknya mengosongkan kandung kemih beberapa saat


sebelum pemeriksaan

d. Pasien diberitahu bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan dapat


menimbulkan sedikit rasa sakit

e. Prosedur persiapan yang paling penting adalah harus ada informed


consent terhadap pasien tersebut
10
Persiapan Alat
a. Steril
1. Sonde uteri

2. Spekulum vagina

11
3. Tenakulum (Tangportio)

4. Sarung tangan steril (hand scoon)


5. Duk steril (berlubang dan tidak berlubang)
6. Kain kasa steril
7. Kanula injection
8. Alat desinfektan (kasa, alkohol, bethadine,
korentang)
12
1. HSG Set

3
1
2 5

Keterangan :
1. Conus
2. Pertubator (metal canula)
3. Spigmomanometer
4. Kran pembuka kontras
5. Spuit glass
13
Non Steril

1. Lampu ginekologi
2. Bengkok
3. Pesawat Sinar-X
4. Kaset dan film ukuran 24x30 cm + grid
5. Alat fiksasi
6. Peralatan Proteksi Radiasi

14
Persiapan Bahan Kontras
Bahan kontras yang sering digunakan di Indonesia adalah
bahan kontras yang larut dalam air, misalnya urografin 60%
(meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%).
Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang
memuaskan dan mudah masuk ke dalam tubuh dan
menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga
peritoneum dengan segera

Jumlah media kontras yang digunakan sebanyak 10 cc.


Dimasukkan dalam dua tahap. Tahap pertama sekitar 5 cc
dimasukkan untuk mengisi rongga uterus, dan tahap ke dua
5 cc dimasukkan untuk menampakkan tuba fallopi

15
Foto pendahuluan pelvis proyeksi
Anteroposterior (AP).
Bertujuan untuk melihat persiapan pasien, melihat
gambaran umum rongga pelvis dan menentukan faktor
eksposi
a. Posisi pasien : Pasien supine dimeja pemeriksaan.
b. Posisi obyek : Pelvis di atur sehingga jarak pelvis
kanan dan kiri sama. Atur MSP (Mid Sagital Plane) tubuh
tegak lurus dengan garis tengah meja pemeriksaan.
c. Arah Sinar : Vertikal tegak lurus kaset
d. Titik Bidik : 5 cm di atas simpisis pubis
e. FFD : 100 cm
f. Kaset : 24x30 cm
g. kV : ± 80 kV
h. mAs : 10
16
Proyeksi AP Radiograf AP Pendahuluan

17
Cara Pemasukan
media kontras
a. Pasien tidur dengan posisi kaki lithotomi di atas meja
pemeriksaan, kemudian vulva bersihkan dengan
desinfektan atau betadine
b. bagian eksterna vagina dilebarkan dengan menggunakan
spekulum vagina untuk melihat portio dan bagian dalam
vagina dibersihkan dengan desinfektan
c. Sonde uteri digunakan untuk mengetahui kavum uteri dan
posisi uterus
d. Portio bagian atas dijepit dengan tenakulum
e. Hysterosalpingography set disambung dengan spuit berisi
media kontras, untuk memasukkan media kontras.
Kemudian dilakukan fiksasi agar tidak terjadi kebocoran
media kontras.
18
f. Setelah selesai pasien digeser perlahan-lahan ke tengah
meja pemeriksaan
g. Media kontras dimasukkan melalui kanalis uteri secara
bertahap. Pengambilan gambar dilakukan untuk melihat
media kontras sudah mengisi rongga uterus, tuba fallopi
dan tumpahan media kontras menuju rongga peritoneum
h. Pengambilan gambar dapat dilakukan dengan
menggunakan fluoroscopy sehingga perjalanan kontras
dapat diikuti
i. Setelah dilakukan pemeriksaan, spekulum vagina dan
kanula uteri dilepas dan pasien diijinkan untuk istirahat
selama beberapa menit dan kemudian dilakukan
pengambilan gambar dengan proyeksi Anteroposterior post
evakuasi. Pemotretan ini bertujuan untuk melihat spill.
19
Posisi Pemasukan media kontras

20
Proyeksi AP Post Kontras
Pemasukan media kontras sebanyak 5 ml tahap pertama.
Untuk melihat pengisian media kontras pada cavum uteri

1. Posisi pasien : Pasien tidur dengan posisi kaki lithotomi


2. Posisi obyek : Kavum pelvis masuk dalam film, batas
atas SIAS dan batas bawah simpisis pubis.
3. Arah sinar : Vertikal tegak lurus
4. Titik bidik: 5 cm di atas simpisis pubis
5. FFD : 100 cm
6. Kaset : 24x30 cm
7. kV : ± 85 kV
8. mAs : 10

21
Radiograf AP Post Kontras

22
Proyeksi Right Posterior
Oblique (RPO) Post Kontras
Pemasukan media kontras sebanyak 5 ml tahap kedua.
Tujuan proyeksi RPO adalah untuk melihat pengisian media kontras pada
tuba fallopi kanan

1. Posisi pasien : Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan


kemudian dirotasikan ke kanan membentuk sudut 45o terhadap kaset
2. Posisi obyek : Bagian pelvis di atur supaya dalam posisi oblik
dengan pelvis bagian kanan menempel pada film dengan sudut 45o .
Kaki yang dekat dengan kaset di luruskan, sedangkan kaki yang
jauh di fleksikan dan di ganja dengan sand bag. Tangan yang jauh
dari kaset di tekuk di depan dada untuk penyangga. Tangan yang
dekat ditekuk diletakkan di atas
3. Arah sinar : Vertikal tegak lurus
4. Titik bidik : 5 cm di atas simpisis pubis ditarik garis ke arah lateral
5. FFD : 100 cm
6. Kaset : 24x30 cm
7. kV : ± 85 kV
8. mAs : 10 23
Proyeksi RPO Post Kontras

Radiograf RPO Post Kontras


24
Proyeksi Left Posterior
Oblique (LPO) Post Kontras
Tujuan proyeksi LPO Post media kontras adalah untuk melihat pengisian
media kontras pada tuba fallopi kiri

1. Posisi pasien : Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan


kemudian diputar ke kiri membentuk sudut 45o terhadap kaset
2. Posisi obyek : Bagian pelvis di atur supaya dalam posisi oblik
dengan pelvis bagian kiri menempel pada film dengan sudut 45o .
Kaki yang dekat dengan kaset diluruskan, sedangkan kaki yang
jauh difleksikan dan diganjal dengan sand bag. Tangan yang jauh
dari kaset ditekuk di depan dada untuk penyangga. Tangan yang
dekat ditekuk diletakkan di atas.
3. Arah sinar : Vertikal tegak lurus
4. Titik bidik : 5 cm di atas simpisis pubis ditarik garis kearah lateral
5. FFD : 100 cm
6. Kaset : 24x30 cm
7. kV : ± 85 kV
8. mAs : 10
25
Proyeksi LPO Post Kontras

Radiograf LPO Post Kontras


26
Proyeksi AP Post Evakuasi

Tujuan dari proyeksi AP post evakuasi ini adalah untuk melihat


tumpahan kontras pada cavum uteri (spill), biasanya 10-20 menit sejak
kontras dimasukkan

1. Posisi pasien : Pasien tidur supine di atas meja pemeriksan


2. Posisi obyek :Pelvis di atur sehingga jarak pelvis kanan dan
kiri sama. Atur MSP (Mid Sagital Plane) tubuh tegak lurus
terhadap garis tengah meja pemeriksaan.
3. Arah sinar : Vertikal tegak lurus
4. Titik bidik : 5 cm di atas simpisis pubis
5. FFD : 100 cm
6. kV : ± 85 kV
7. mAs : 10

27
Proyeksi AP Post Evakuasi

Radiograf AP Post Evakuasi

28
29
Pemeriksaan BNO Sonde itu adalah
pemeriksaan radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam
pada daerah corpus uterus, dengan dibantu menggunakan alat
yaitu sonde uterus.

Tujuan pemeriksaan ini adalah


untuk mengetahui letak alat kontrasepsi pada reproduksi
wanita, khususnya alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Indikasi untuk pemeriksaan ini biasanya adalah


translokasi AKDR yaitu pindahnya AKDR dari tempat semula.

30
Persiapan Pasien :
pasien diminta untuk buang air kecil untuk
mengosongkan vesica urinaria agar tidak
mengganggu gambaran uterus.

Alat-alat yang di gunakan meliputi


· Sonde uterus
· Speculum vagina
· Disinfektan

31
32
Proyeksi pemeriksaan :

1. Foto pendahuluan : BNO


2. AP Pelvis setelah pemasukan sonde
uteri
3. Lateral pelvis setelah pemasukan
sonde uteri

33
34
35
36
PENGERTIAN
Vaginografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada
bagian vagina dengan menggunakan sinar-x dan bantuan
media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.

TUJUAN
Investigasi malformation.Investigasi fisiologis dan
penyakit patologis dalam vagina.

INDIKASI
Investigasi penyakit kongenital dalam vagina.Kelainan
patologis seperti vesicavaginalfistula dan
enterovaginalfistula.

37
KONTRA INDIKASI
Alergi terhadap media kontras

PERSIAPAN ALAT
•Pesawat sinar-x •Kaset dan film 18 x 24
•Grid/lysolm •Marker
•Kateter •Vaselin
•Spuit disposible Contrast media : BaSO4 Konsentrasi
sama seperti pemeriksaan colon yaitu 1 : 8 dan jumlah
media kontras 40 – 60 cc.
•Steril cass •Obat antiseptic
•Larutan desinfektan (alkohol, betadine)
•Bengkok, mangkuk
•Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction,
dan lain-lain)
38
PERSIAPAN PASIEN

• Desinfektan pada daerah vagina.


• Pasien buang air kecil untuk
mengkosongkan blass.
• Melepaskan benda-benda logam
yang dapat menggangu gambaran
pada daerah yang akan diperiksa.
• Penandatanganan Informed
Consent.
39
PROYEKSI PEMERIKSAAN
1.AP
Posisi Pasien Supine
Posisi Obyek
•MSP tubuh di pertengahan kaset.
•Mid superior kaset pada SIAS.
•Mid inferior kaset pada simphisis pubis.
•Posisikan knee joint sejajar.

Central Ray Vertikal/tegak lurus


Central Point Pada 2 inchi superior simphisis pubis
FFD 90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
40
41
2. AP Oblique
Posisi Pasien Oblique
Posisi Obyek
•Dari posisi supine pasien dirotasikan 45 derajat
terhadap meja pemeriksaan.
•Fistula tidak superimposisi dengan organ
lainnya (sigmoid/ileum & vagina)
•Mid superior kaset pada SIAS.
•Mid inferior kaset pada simphisis pubis.

Central Ray Vertikal/tegak lurus


Central Point 2 cm lateral dari MSP setinggi 2 inchi
superior simphisis pubis
FFD 90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
42
43
44
3. Lateral

Posisi Pasien Miring ke salah satu sisi


Posisi Obyek
* MCP pada pertengahan dan tegak lurus
terhadap kaset.
* Mid superior kaset pada SIAS.
* Mid inferior kaset pada coccyx.

Central Ray Vertikal/tegak lurus terhadap kaset.


Central Point Pada MCP 2 inchi inferior SIAS
FFD 90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.

NB : proyeksi ini untuk menggambarkan fistula pada


inferior rektovaginal.
45
46
47
 Fetografi adalah suatu pemeriksaan
radiografi pada ibu hamil dengan
menggunakan sinar-x dan untuk melihat
kondisi janin.
 Namun sekarang lebih sering digunakan
USG.
 Pemeriksaan ini hanya dilakukan setelah
trimester ke 3 dan dilakukan pada indikasi
tertentu dan keadaan tertentu.
 Pemeriksaan ini sering dikenal Foto Polos
Abdomen (FPA) Gravid Reproduction.
48
KEGUNAAN

1. Menentukan umur kehamilan (trimester III)


• Ephifise distal femur yang menunjukkan umur
kehamilan 36 minggu.
• Ephifise proksimal femur yang menunjukkan umur
kehamilan 38 minggu.
2. Menentukan letak janin
3. Menentukan jumlah janin (tunggal, kembar 2, multiple)
4. Menentukan letak kepala janin
• Preskep : Diameter kepala di bawah.
• Presbo : Posisi pantat/glutea.
• Posisi Lintang : Diameter kepala berada di diameter
samping.
5. Menentukan janin mati atau tidak (pengganti USG)
49
PERSIAPAN PASIEN
• Informasi dan komunikasi yang baik dan jelas
tentang pelaksanaan pemeriksaan fetografi.
• Melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu
gambaran pemeriksaan.
• Pengosongan daerah blass

PERSIAPAN ALAT
• Pesawat kemampuan cukup (80 – 90 kV)
• Kaset dan film 30 x 40
• Grid/lysolm
• Marker
• Gonad shield
50
PROTEKSI RADIASI
• Faktor ekspose yang cukup dengan menggunakan
High kV Technique.
• Hindari pengulangan foto, lakukan prosedur
dengan tepat.
• Luas penyinaran seminimal mungkin.

PERAWATAN POST PEMERIKSAAN


• Apabila ada perdarahan (dari placenta previa),
pasien perlu istirahat atau lakukan tindakan
emergensi.
• Lakukan observasi pasien.
• Siapkan peralatan resusitasi/respirasi O2 bila
pasien sesak nafas

51
PROYEKSI PEMERIKSAAN

1. AP/PA
Posisi Pasien Supine/prone
Posisi Obyek
• MSP tubuh di pertengahan kaset.
• Rongga abdomen di pertengahan kaset.
• Batas atas kaset diafragma dan batas bawah kaset
simphisis pubis.
• Posisikan knee joint sejajar.
Central Ray Vertikal/tegak lurus
Central Point Pertengahan kedua SIAS setinggi Lumbal 3
FFD 90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
52
Kriteria Gambar
• Tampak gambaran tulang fetus.
• Densitas dan kontras dapat memperlihatkan
persendiaan & tulang fetus.
• Tidak tampak rotasi abdomen.
53
54
2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien Miring salah satu sisi tubuh
Posisi Obyek
• Daerah abdomen pada pertengahan film.
• Kedua lengan di atas sebagai ganjalan kepala.
• Kedua tungkai fleksi maksimal.
• Axilare plane tegak lurus meja pemeriksaan.

Central Ray Vertikal tegak lurus


Central Point Pada axilare plane setinggi Lumbal 3
FFD 90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
55
Kriteria Gambar
• Hip joint & femur superposisi
• Densitas dan kontras dapat
memperlihatkan persendian
fetus dan tulang
• Gambaran fetus terkover dengan
jelas

56
REFERENSI/ SUMBER BACAAN
Bushong, S.C., 2013. radiologic Science for Technologist Phisics,
Biology and Protection St. Louis : Mosby

Ballinger, PW, 2016, Merills Atlas ; Radiographic and Radiologic


Procedures W.B. Sounders : Ohio

Chesney, D.N. Chesney's Radiographic Imaging, Fifth Edition :


Blackwell Scientific Publiations, 1994

Clark, K.C, Positioning in Radiography, Liford Ltd. William Heineman,


Medical book.

Bontrager, Kenneth L. Radiographic and related anatomy. Sixth


edition. Elsevier : Mosby
58
DOA SESUDAH BELAJAR
‫الر ِح ِيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

ُ‫ار ُز ْقنَا ا ْجتِنَابَه‬


ْ ‫اطالً َو‬ ِ َ‫ار ُز ْقنَا اتِـبَاعَه ُ َوأ َ ِرنَا ا ْلب‬
ِ َ‫اط َل ب‬ ‫اَلله ُه هم أَ ِرنَا ا ْل َح ه‬
ْ ‫ق َحقًّا َو‬

Ya Allah, Tunjukkanlah kepada kami kebenaran


sehinggga kami dapat mengikutinya Dan
tunjukkanlah kepada kami kejelekan
sehingga kami dapat menjauhinya

Anda mungkin juga menyukai