Abdominal Pain
Abdominal Pain
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat
atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson D, 2001). Studi lain
menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri
perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak
dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh
apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus lebih umum
terjadi pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama.Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah,
misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran
cerna.Infeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi
ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau
dari luka tembus abdomen (Arief dkk, 2000).
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan
melakukan analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.Pengetahuan anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk
menyingkirkan satu demi satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut(Sjamsuhidajat
dkk, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen.Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk
menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek.Nyeri abdomen
kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam
waktu lama atau berulang/ hilang timbul.Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi
akut (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).
Gambar 2.2. Nyeri lokal disertai nyeri tekan lokal dan defans muskuler lokal.
2.4.Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan.Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan
diagnosis.Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat (skapula), nyeri
pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang.Nyeri pada bahu menunjukkan adanya
rangsangan pada diafragma (lihat Gambar 2.1C) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a. Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya
diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional
sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di
bahu (lihat Gambar 2.1C dan 2.3). Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan
didaerah ujung belikat (lihat Gambar 2.1B dan 2.1C).Abses dibawah diafragma atau
rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat
menyebabkan nyeri di bahu.Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai
ke alat kelamin luar seperti labium mayor atau testis (lihat Gambar 2.1B). Kadang nyeri ini
sukar dibedakan dari nyeri alih (Sjamsuhidajat, dkk., 2010).
Gambar 2.3 Persarafan diafragma dan bahu; rangsangan pada pleura atau peritoneum dapat
dirasakan sebagai nyeri bahu.
A. Inervasi diafragma dan bahu oleh saraf servikal : (1) saraf C3, C4, dan C5,
(2) n. frenikus.
B. (1) Iritasi n. frenikus dapat dirasakan di bahu : daerah bahu yang disarafi,
(2) paru-paru dan pleura viseralisnya, (3) diafragma dengan pleura
parietalis disebelah kranial dan peritoneum parietalis disebelah kaudal, (4)
hepar dan peritoneum viserale, (5) rongga abdomen.
ini berpindah ke fosa iliaka kanan bawah dan berangsur berkurang karena cairan
isi duodenum mengalami pengenceran.
2.6.Posisipasien
Posisi pasien dalam usaha mengurangi nyeri tertentu dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut, pasien akan berbaring pada sisi sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul, dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi
panggul dan lutut. Penderita abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan
menekan daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya.Pasien apendisitis
akut yang letaknya retrosekum cenderung berbaring dengan fleksi pada sendi panggul
sebagai usaha melemaskan otot psoas yang teriritasi.Gawat abdomen akibat iritasi pada
diafragma akan menyebabkan pasien lebih merasa nyaman dalam posisi setengah duduk yang
memudahkan bernapas. Pasien peritonitis local atau umum tidak dapat bergerak karena nyeri,
sedangkan penderita kolik terpaksa bergerak-gerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat dkk,
2010).
2.7.Pemeriksaan
a. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
timbulnyanyeri (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau
beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik),
perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah
yang mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh,
makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).Harus ditanyakan apakah
pasien pernah mengalami nyeri seperti ini(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk peritoneum viseral
(nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri
somatik).Pada saat nyeri dirasakan pertama kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang
ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas.Nyeri yang berasal dari organ padat kurang jelas
dibandingkan myeri dari organ yang berongga.Nyeri yang berasal dari viseral dan
berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat
dan berkeringat dan disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan diare.Biasanya
pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang ditimbulkan tersebut (Aru W. Sudoyo, dkk,
2009).
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi usus tinggi,
muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit (konstipasi)
didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada peradangan peritonium
setempat, ditemukan tanda rangsang peritonium yang sering disertai defans muskuler.
Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur haid dan gejala lain seperti keadaan sebelum
diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan dalam anamnesis(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.3. Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat abdomen
Keadaan Tanda klinis penting
Awal perforasi saluran Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus
cerna atau saluran lain kurang aktif (lanjut), pekak hati hilang, nyeri tekan,
defans muskuler
Peritonitis Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang (lanjut),
nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler,
tanda infeksi umum, keadaan umum merosot
Massa, infeksi atau abses Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju, uji
lokal (psoas), tanda umum radang
Obstruksi usus Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang
tampak di dinding perut, terdengar (borborigmi), dan
terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada
rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak
ada nyeri tekan lokal. Pada iskemia/ strangulasi,
distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada,
nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena
usus mungkin keluar darah dari rectum, tanda toksis
Perdarahan Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika
aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan
ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Pada pemeriksaan perut, inspeksi merupakan bagian pemeriksaan yang
penting.Auskultasi diadakan sebelum dilakukan perkusi dan palpasi. Lipat paha dan tempat
hernialain diperiksa secara khusus. Umumnya dibutuhkan colok dubur untuk membantu
penegakan diagnosis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi supine.Inspeksi abdomen
dilakukan dengan teliti.Posisi tider pasien dan apakah pasien tetap merasakan nyeri pada
posisi supine dan berusaha untuk berada pada posisi tertentu untuk menghindari nyeri
merupakan hal penting untuk menentukan penyebab dari akut abdomen tersebut. Pasien
dengan peritonitis cenderung untuk imobilitas dan terus merasa kesakitan, perubahan posisi
akan merangsang peritoneumnya dan meningkatkan nyeri abdomennya (Aru W. Sudoyo,
dkk, 2009).
Palpasi dilakukan dengan hati-hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut
terlokalisir. Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya
massa. Adanya nyeri lepas lebih mengarah kepada suatu peritonitis.Lokasi nyeri abdomen
berhubungan dengan penyebab dari nyeri tersebut.Beberapa tanda sering digunakan sebagai
patokan adanya etiologi dari nyeri abdomen tersebut.Tanda Murphy berupa nyeri tekan pada
perut kanan atas pada saat inspirasi sensitif untuk kolesistitis akut tetapi pemeriksaan ini tidak
spesifik.Nyeri tekan dan nyeri lepas disertai rigiditas pada daerah Mc Burney yaitu pada perut
kanan bawah sensitive untuk suatu apendisitis akut (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pada pemeriksaan auskultasi, bising usus yang didengar cukup bervariasi tergantung
penyebab dari akut abdomen tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis umum bising usus
tidak terdengar sedang pada obstruksi usus bising usus akan meningkat dan kadang kala kita
mendengar Metallic’s sound. Adanya suara bruit pada saat auskultasi menunjukkan kelainan
vaskuler tetapi pada pasien yang kurus kita bias mendengar bruit pada daerah epigastrium
yang berasal dari aorta abdominalis (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal, region
subfernik, dan panggul, dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji tertentu.Dengan uji
iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai region retroperitoneal; dengan uji obturator
didapat informasi mengenai kelainan di panggul, dan dengan perkusi tinju dapat dicapai
region subfrenik (lihat Gambar 2.5).Dengan menarik testis kearah kaudal, dapat dicapai
daerahdasar panggul(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok
dubur dan pemeriksaan vagina (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang memberikan
informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan didaerah
panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Colok dubur dapat pula membedakan
antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang
melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps.Pemeriksaan vagina
menambah informasi untuk kemungkinan kelainan pada alat kelamin pada perempuan
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
A. Tes iliopsoas : pasien diminta mengangkat
tungkainya dengan lutut ekstensi dan
pemeriksa memberi tekanan melawan gerak
tungkai sehingga m. iliopsoas dipaksa
berkontraksi kuat. Jika terasa nyeri dibagian
belakang didalam perut, kemungkinan ada
proses radang akut atau abses di perut yang
tertekan oleh otot iliopsoas yang menebal
karena berkontraksi.
2.11. Diagnosisdifferensial
Tabel 2.5.Diagnosis DifferensialNyeri AbdomenBerdasarkan Lokasi
Kuadran Atas Kanan Epigastrik Kuadran Atas Kiri
Kolesistitis Ulkus peptikum Infark Limpa
Kolangitis Gastritis Ruptur Limpa
Pankreatitis GERD Abses Limpa
Pneumonia/ Empiema Pankreatitis Gastritis
Pleurisy/ Pleurodynia Infark Miokard Ulkus Gaster
Abses Subdiaphragmatik Perikarditis Pankreatitis
Hepatitis Ruptur Aneurisma Aorta Abses Subdiaphragmatik
Budd-Chiari syndrome Esofagitis
Kuadran Bawah Kanan Periumbilikus Kuadran bawah Kiri
Apendisitis Apendisitis Awal Divertikulitis
Salpingitis Gastroenteritis Salpingitis
Hernia Inguinalis Bowel obstruction Hernia Inguinalis
Kehamilan Ektopik Ruptur Aneurisma Aorta Kehamilan Ektopik
Nefrolitiasis Nefrolitiasis
Inflammatory bowel disease Irritable bowel syndrome
Mesenteric lymphadenitis Inflammatory bowel disease
Typhlitis
Nyeri Non-Lokalis yang Difus
Gastroenteritis Diabetes
Iskemia Mesenterika Malaria
Bowel obstruction Familial Mediterranean fever
Irritable bowel syndrome Metabolic diseases
Peritonitis Penyakit Psikiatrik
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
2.13. Tatalaksana
Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi dan endoskopi,
tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi farmakologi dan
terapi bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi
merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen.Beberapa
keadaan akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah pada
pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang kuat drainage bilier melalui
endoskopi harus dilakukan (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada abses hati
dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan bersamaan dengan
terapi antibiotik (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah
menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan
operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera kapan kasus tersebut harus
dilakukan tindakan bedah (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan
yang terasa di setiap regio abdomen.Dapat berupa nyeri abdomen akut maupun kronis.
Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah,
misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran
cerna.
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan
melakukan analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.Pengetahuan anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk
menyingkirkan satu demi satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
3. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.
Mcgrawhill companies.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.