LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
STAMBUK : D021181348
KELOMPOK : VIII
I. PERATURAN PRAKTIKUM
A. KEHADIRAN
1. Sesuai jadwal praktikum yang ditetapkan.
Kehadiran dianggap absen jika terlambat 5 menit dari jadwal yang telah
ditentukan.
2. Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap
gagal/mengundurkan diri dan harus mengulang seluruh praktikum pada
semester berikutnya
3. Praktikan hanya diperbolehkan pindah waktu praktikum maksimal dua kali
selama praktikum.
B. TATA TERTIB
1. Setiap praktikan wajib menggunakan jas praktikum (warna putih) pada
setiap kali mengikuti praktikum.
2. Tidak dibenarkan memakai sandal, sepatu sandal, dan sejenisnya pada saat
praktikum.
3. Rambut rapi. Bagi laki-laki maksimal 3 cm. Bagi perempuan yang tidak
memakai jilbab, rambutnya diikat.
4. Menggunakan kemeja, rok kain hitam (wanita), celana kain hitam (pria)pada
saat praktikum.
5. Membawa modul/jurnal, name tag, perlengkapan praktikum, dan
menyelesaikan Tugas Pendahuluan (bila ditugaskan) sebagai syarat masuk
praktikum.
6. Mengikuti respon, tulisan maupun lisan jika dibutuhkan.
7. Hanya praktikan yang lulus respon dan mematuhi tata tertib yang boleh
mengikuti praktikum.
8. Selama di Laboratorium Mekanika Fluida (praktikum), praktikan dilarang
keras menggunakan aksesoris (kalung, gelang, dll).
9. Selama praktikum tidak dibenarkan makan, minum, dan meninggalkan
ruangan (lab) tanpa seizin asisten yang bertugas.
10. Tas dan barang-barang yang tidak digunakan selama praktikum, harus
disimpan di tempat yang telah ditentukan.
11. Selama menjadi praktikan Laboratorium Mekanika Fluida
“dilarang”merokok di dalam ruang praktikum.
12. Praktikan harus menjaga kebersihan Laboratorium Mekanika Fluida selama
mengikuti praktikum.
13. Praktikan harus menjaga keselamatan kerja dan Etika.
Laboratorium Mekanika Fluida
C. PEMAKAIAN ALAT
1. Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan percobaan.
2. Setiap pemakaian alat harus seizin asisten Asisten.
3. Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab kelompok praktikan.
4. Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus
dirapikan dan dibersihkan.
5. Sebelum meninggalkan Laboratorium, praktikan harus lapor kepada
Asisten/Staf yang bertugas.
Pelaporan
Laboratorium Mekanika Fluida
I. TEORI DASAR UMUM
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu akan mengalir
diatas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk
tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung pada
viskositas fluida dan laju aliran fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah
mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang, sehingga
fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan tertentu,
setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya sedikit terpengaruh oleh
perubahan suhu dan tekanan yang relatif besar, maka fluida tersebut bersifat
incompressible.Tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan variabel temperatur
dan tekanan, fluida tersebut digolongkan compresible. Zat cair biasanya dianggap
zat yang incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai zat yang
compresible.
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada dibawah pengaruh bidang batas atau tidak. Di daerah yang pengaruh
gesekan dinding kecil, tegangan geser dapat diabaikan dan perilakunya mendekati
fluida- ideal , yaitu incompresible dan mempunyai viskositas. Aliran fluida ideal yang
demikian disebut aliran potensial. Pada aliran potensial berlaku prinsip-prinsip
mekanika Newton dan hukum kekekalan massa. Aliran potensial mempunyai 2 (dua)
ciri pokok, yaitu:
1. Tidak terdapat sirkulasi ataupun pusaran sehingga aliran potensial itu disebut
aliran irotasional.
2. Tidak terjadi gesekan sehingga tidak ada disipasi (pelepasan) dari energi
mekanik menjadi kalor.
Prinsip-prinsip dasar yang paling berguna dalam penerapan mekanika fluida adalah
persamaan-persamaan kekekalan massa atau persamaan kontinuitas; persamaan-
persamaan kekekalan momentum linear dan kekekalan momentum angular (sudut),
dan kekekalan energi mekanik. Persaman-persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk
diferensial yang menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen volume fluida,
atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk contoh volume tertentu atau
massa tertentu.
LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
LaboratoriumMekanikaFluida
PENGUJIAN GAYA TAHANAN ( DRAG)
2.1. Pendahuluan
2.1.1 LatarBelakang
Setiap benda dengan sembarang bentuk bila terbenam di dalam aliran
fluida akan menimbulkan gaya-gaya dan momen-momen. Kalau benda itu bentuk
dan orientasinya sembarang, aliran tersebut akan menimbulkan gaya-gaya pada
arah dan momen-momen sekelililing kearah sumbu koordinatnya.
Sebaiknya dipilih salah satu sumbu sejajar dengan aliran bebas dan arahnya
positif kehilir. Gaya pada arah ini, arahnya sepanjang sumbu itu disebut momen
oleh gaya seretan yang sebenarnya adalah rugi aliran dan harus diatasi bila benda
itu banyak bergerak melawan arus, uraian gaya dan momen ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gaya yang kedua paling penting adalah gaya yang saling tegak lurus pada
seretan dan mempunyai peranan misalnya menyangga berat benda yang
terbenam dan disebut gaya bubung (gaya angkat), sedangkan momen sekeliling
sumbu bubung disebut momen rewang.
Komponen ketiga yang bukan merupakan kerugian adalah gaya sisi dan
sekeliling sumbu ini bekerja momen buai dalam percobaan ini hanya dibatasi
pada gaya tahanan saja.
Gambar 2.1 Uraian Gaya dan Momen Benda Terbenam ( White, 1994)
1. TujuanUmum
a. Praktikan mampu melakukan pengambilan data dengan tepat,
b. Praktikan mengetahui fungsi dari alat dan instrument dalam
percobaan,
LaboratoriumMekanikaFluida
c. Praktikan mampu mengelola data, melakukan perhitungan dari hasil
percobaan berdasarkan rumus dan data yang telah dipelajari,
d. Praktikan bisa membandingkan antara hasil percobaan perhitungan
dengan teori yang telah didapatkan.
e. Praktikan dapat membandingkan antara hasil percobaan dengan
perhitungan, dan dengan pengamatan visualisasi aliran untuk
mendukung teori yang telah ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui besarnya koefisien drag dari hasil percobaan yang
dilakukan,
b. Melakukan kalkulasi data dengan mengaplikasikan rumus mekanika
fluida untuk menghitung beberapa parameter,
c. Mengetahui dan menghitung hubungan antara beberapa parameter
berdasarkan table dan grafik yang telah dibuat dari hasil percobaan,
d. Menggambarkan karakteristik aliran yaitu hubungan antara koefisien
drag dengan bilangan Reynolds dan menganalisisnya, dan
e. Menganalisis atau membandingkan dengan teori separasi aliran.
3. KoefisienDrag C D
2 FD
CD =
ud VB A
2
Vd (m/s) Fd
6 0,13
8 0,19
10 0,29
12 0,41
14 0,5
2. Profil : Bola
Vd (m/s) Fd
6 0,11
8 0,12
10 0,15
12 0,21
14 0,31
LaboratoriumMekanikaFluida
2.4.3 Tabel Data Hasil Perhitungan Dan Grafik
Tabel data hasil perhitungan
1. Profil : Silinder
Panjang (l) : 8,55 mm Patm : 716 mmHg
Diameter : 64 mm Viskositas kinematis : 1,60 × 10-5
T : 30oC + 273 = 303 K
2. Profil : Bola
Diameter (d) : 64,15 mm Patm : 716 mmHg
Jari-jari (r) : 32,075 mm Viskositas kinematis : 1,60 × 10-5
T : 30oC + 273 = 303 K
8000
7000
6000
5000
Re
4000
3000
2000
1000
0
6 8 10 12 14
V
Grafik 1. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan Kecepatan Fluida (V)
pada Profil Silinder
Dalam percobaan gaya drag kami diberikan beberapa tingkat kecepatan (V),
yaitu 6 m/s, 8 m/s, 10 m/s, 12 m/s dan 14. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai
bilangan reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 3206,25. Untuk variasi kecepatan 8
m/s adalah 4275. Untuk variasi kecepatan 10 m/s adalah 5343,5. Untuk variasi
kecepatan 12 m/s adalah 6412,5. Dan untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s
adalah 7481,25.
Pada grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kecepatan berbanding
lurus dengan bilangan reynolds. Semakin besar kecepatan yang diberikan maka
semakin besar pula bilangan reynolds yang dihasilkan. Hasil percobaan ini sesuai
dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya pada mata kuliah mekanika fluida.
LaboratoriumMekanikaFluida
2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Koefisien Drag (Cd)
8000
7000
6000
5000
Re
4000
3000
2000
1000
0
1.928 1.501 1.548 1.52 1.362
CD
Grafik 2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan koefisien Drag (Cd)
pada profil Silinder
Dalam percobaan gaya drag kami diberi variasi kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8
m/s, 10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 3206,25. Untuk variasi kecepatan kedua yaitu
8 m/s adalah 4275. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah 5343,75.
Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 6412,5. Dan untuk variasi
kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 7481,25.
Selain bilangan reynolds, dihitung pula besar koefisien drag untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 1,928. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 1,501. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 1,548. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 1,520. Dan untuk variasi kecepan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 1,362.
LaboratoriumMekanikaFluida
3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) vs Kecepatan (V)
2.5
1.5
cd
0.5
0
6 8 10 12 14
V
Grafik 3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) dengan Kecepatan (V) pada profil
Silinder
Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V). Yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s, 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai Koefisien Drag
untuk kecepatan 6 m/s adalah 1,928. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s
diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,501. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s
diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,548. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12
m/s diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,520. Dan untuk variasi kecepatan terakhir,
yaitu 14 m/s diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,362.
Pada grafik tersebut terlihat kurva mengalami penurunan, hal ini dapat
disimpulkan bahwa nilai kecepatan berbanding terbalik dengan Koefisien Drag profil
uji. Yang mana semakin besar kecepatan yang diberikan maka semakin kecil pula
Koefisien Dragnya.
LaboratoriumMekanikaFluida
Grafik Profil Bola
1. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Kecepatan Fluida (V)
30000
25000
20000
Re
15000
10000
5000
0
6 8 10 12 14
V
Grafik 4. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan Kecepatan Fluida (V)
pada Profil Bola
Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 12028,125. Untuk variasi kecepatan kedua
yaitu 8 m/s adalah 16037,5. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah
20046,875. Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 24056,25. Dan
untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 28065,625.
Pada grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kecepatan berbanding
lurus dengan bilangan reynolds. Dimana Semakin besar kecepatan yang diberikan
maka semakin besar pula bilangan reynolds yang dihasilkan. Hasil percobaan ini
sesuai dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya pada mata kuliah mekanika
fluida.
LaboratoriumMekanikaFluida
2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Koefisien Drag (Cd)
30000
25000
20000
Re
15000
10000
5000
0
0.101 0.062 0.049 0.048 0.052
Cd
Grafik 5. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan koefisien Drag (Cd)
pada profil Bola
Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 12028,125. Untuk variasi kecepatan kedua
yaitu 8 m/s adalah 16037,5. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah
20046,875. Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 24056,25. Dan
untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 28065,625.
Selain bilangan reynolds, dihitung pula besar koefisien drag untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 0,101. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,062. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,049. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 0,048. Dan untuk variasi kecepatan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) vs Kecepatan (V)
0.12
0.1
0.08
Cd
0.06
0.04
0.02
0
6 8 10 12 14
V
Grafik 6. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) dengan Kecepatan (V) pada profil
Bola
Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V) yaitu untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 0,101. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,062. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,049. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 0,048. Dan untuk variasi kecepatan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
2.5 Pembahasan
Pada pertemuan ini, kita melakukan percobaan koefisien drag. Koefisien drag
adalah bilangan yang menunjukkan besar kecilnya tahanan fluida yamg diterima oleh
suatu benda. Koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima
benda kecil, sedangkan koefisien drag yang besar menunjukkan hambatan fluida yang
diterima besar. Adapun alat yang dalam melakukan percobaan koefisien drag adalah
sub sonic wind tunnel. Ketika melakukan percobaan, kita mengukur tekanan atmosfir
ruangan sebesar 716 mmHg dan temperaturnya 30 C. Pada percobaan koefisien drag
kami menggunakan dua profil uji,yaitu profil benda uji silinder dan profil benda uji
bola. Profil uji berbentuk silinder memiliki tebal 8,55 mm, dan memeliki diameter
sebesar 64mm. Sedangkan bola memliki nilai yang berdiamter 64,15 mm. Data yang
diperoleh setelah percobaan drag berlangsung, untuk profil uji silinder sebesar 0,13N
, 0,19N , 0,29N , 0,41N , 0,5 N dan untuk profil uji bola diperoleh gaya drag sebesar
0,11N , 0,12N , 0,15N , 0,21N , 0,31N. Nilai tekanan udara yang diperoleh adalah
95,458 Pa karena selama proses pengambilan data temperature ruangan tetap stabil.
Ada pun nilai bilangan Reynolds dan CD Untuk profil uji berbentuk silinder. Pada
kecepatan 6m/s bilangan reynoldsnya 3206,25 dan CDnya sebesar 1,928. Pada
kecepatan 8m/s bilangan reynoldsnya 4275 dan CDnya sebesar 1,501. Pada kecepatan
10m/s bilangan reynoldsnya 5343,75 dan CDnya sebesar 1,548. Pada kecepatan 12m/s
bilangan reynoldsnya 6412,5 dan CDnya sebesar 1,520. Pada kecepatan 14m/s
bilangan reynoldsnya 7481,25 dan CDnya sebesar 1,362.
Setelah itu, menghitung bilangan Reynolds dan CD untuk profil uji berbentuk
bola. Pada kecepatan 6m/s bilangan reynoldsnya 12028,125 dan CDnya sebesar 0,101.
Pada kecepatan 8m/s bilangan reynoldsnya 16037,5 dan CDnya sebesar 0,062. Pada
kecepatan 10m/s bilangan reynoldsnya 20046,875 dan CDnya sebesar 0,049. Pada
kecepatan 12m/s bilangan reynoldsnya 24056,25 dan CDnya sebesar 0,048 dan pada
kecepatan 14m/s bilangan reynoldsnya 28065,625 dan CDnya sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
2.6 Penutup
2.6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan diketahui bahwa semakin besar gaya drag yang
terbaca maka semakin kecil koefisien drag yang dihasilkan.
2. Besar koefisien drag dari hasil percobaan ditentukan oleh gaya drag (Fd) yang
diperoleh dari pengambilan data
3. Pada percobaan ini, hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa
bilangan Reynold berbanding terbalik dengan koefisien drag dimana semakin
besar bilangan Reynold yang didapat maka semakin kecil pula koefisien drag
yang dihasilkan.
LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
III. PENGUJIAN GAYA ANGKAT (Lift )
3.1. Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Sebuah benda yang bergerak melalui suatu fluida akan mengalami suatu gaya baik
gaya hambat atau pun gaya angkat. Gaya angkat adalah gaya yang dilakukan terhadap suatu
benda oleh fluida yang bergerak yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu kecepatan.
Dalam rancang bangun benda yang terangkat seperti hydrofoil, airfoil akan sudu yang
bertujuan untuk menciptakan gaya dalam arah tegak lurus terhadap aliran fluida dan
sekaligus menimbulkan hambatan.
Khusus dalam percobaan koefisien lift, yang akan dibahas adalah bagaimana
mengubah gaya tahanan, sehingga gaya angkat dapat digunakan, sebagaimana pesawat udara
dapat terangkat pada gerakan cepat.
Dengan demikian koefisien lift ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dasar
dalam merancang suatu profil sayap secara ringkas. Kegunaan pengujian ini adalah :
1. Untuk menentukan gaya apa saja yang berpengaruh untuk mengangkat suatu profil /
sayap.
2. Bagaimana pengaruh kecepatan terhadap gaya angkat suatu profil sayap.
3. Untuk diaplikasikan dalam :
a. Perancangan model sayap pesawat.
b. Perancangan sudu.
c. Perancangan kapal selam.
d. Perancangan motor balap.
1. Sub Sonic Wind Tunnel digunakan sebagai instalasi pengujian koefisien lift,
sebagaimana dalam gambar 3.1 di bawah ini.
2. Profil dengan Tipe NACA 0012 yaitu sebagai benda yang mendapatkan gaya angkat.
3. Thermometer,untuk mengukur suhu ruang.
4. Barometer,untuk mengukur besarnya tekanan lokal / atmosfer.
5. Efuser, Yaitu bagian wind tunnel yang berfungsi untuk mempercepat aliran fluida dan
menurunkan tekanan di wind tunnel.
6. Difuser, yaitu alat untuk menurunkan kecepatan dan menaikkan tekanan.
7. Fan, untuk menghisap udara.
8. Pengatur Sudut Serang, untuk mengatur besarnya sudut dari airfoil.
9. Peredam/Silincer, untuk meredam getaran dan bunyi.
10. Double Butterfly Valve, untuk mengatur debit udara keluar.
Laboratorium Mekanika Fluida
11. Pitot Tube, untuk mengukur tekanan stagnasi.
12. Fiber Washer, untuk mengamati NACA dari luar.
13. Manometer, alat yang menggunakan kolom cairan untuk menentukan perbedaan
tekanan.
14. Airfoil, berfungsi untuk mengatur besarnya nilai koefisien lift (CL) dan koefisien drag
(CD) yang digunakan pada sayap pesawat terbang.
15. Reservoir, berfungsi sebagai tempat penampung fluida monometer.
P
ud = (kg/m3)
R T
g = 9.81 (m/s2)
2 P
Vb = (m/s)
ud
Laboratorium Mekanika Fluida
4. Bilangan Reynolds Re
Vc
Re =
Dimana : c = Panjang chord = 0.152 m
V = Kecepatan Fluida (m/s)
= Viskositas kinematis udara pada T =… oC (m2/s)
= b x P dx cos
a
FL = p (N)
8. Koefisien Lift C L
2 FL
CL =
ud V 2 b c
Nazna:
LEMBAR KERJA MAHASISWA
T’anggal:
kABORATORlUM PENGUJIANGAYA
M6MNMG\ FLUIOA
UN HASANUDDIN ANGKAT ( LIFT )
d. SGoli = 0,835
e. Tekanan udara luar (P,) Y Pa
f. Bentangan airfoil (b) 0,3948 M
g. Panjang chord (c) 0,152 M
h. Konstanta udara (R) 287.1 I/Kg.K
i. Gaya gravitasi (g) 9,81 m2 'S
1. Kerapatan udara d )
9 »d
R xT
2xAP
P*d
» 549, Pr ••/s
8. Koefisien Lift (C L)
2 x F,
’L
p„ x V’ x b x c
v zn d-a.849)
NO θ Tekanan (cmH2O)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Stagnasi Statis
1 22 1,4 -0,8 1,6 -0,9 -0,9 0 1,4 0,2 1 0,4 1,5 0,5 1,6 0,7 1,7 0,8 1,6 0,9 -0,2 0,8
2 12 1,7 -0,8 1,6 0 -0,1 0,2 1,2 0,4 0,8 0,6 1,4 0,6 1,4 0,8 1,6 0,8 1,7 0,8 -0,1 0,2
3 0 0,8 -0,2 1,2 0,7 -0,1 0,8 1,1 1 0,8 1 1,1 1 1,1 1 1,1 0,9 1 1 -0,1 0,8
4 -12 0 -0,2 -0,1 2,3 -0,2 1,9 0,2 1,8 0,8 1,5 0,4 1,3 0,6 1,2 0,6 1,1 0,6 1 -0,2 0,7
5 -22 0 -0,2 -0,2 1,3 -0,2 1,4 0,1 1,4 1,4 1,4 0,4 1,4 0,6 1,6 0,7 1,4 0,8 1,7 -0,2 0,6
2. Pembukaan Katup 4%
Tekanan (cmH2O)
NO θ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Stagnasi Statis
1 22 3,1 -0,4 3,2 -0,1 -0,2 0,2 2,8 0,7 2,2 1 3,2 1,2 3,2 1,4 3,2 1,7 3,4 1,9 -0,3 1,6
2 12 7,6 -0,4 6,8 -0,2 -0,4 0,2 3,4 0,6 1,3 0,8 2,8 1 2,5 1,2 2,3 1,2 2,2 1,2 -0,4 1,4
3 0 0,8 -0,4 1,9 1,6 -0,3 2 2 2,1 1,4 2 2 2 2 1,9 1,9 1,8 1,8 1,8 -0,4 1,6
4 -12 0,3 -0,2 -0,3 5,7 -0,3 4 0,4 3,8 1,7 3,2 1 2,7 1,2 2,4 1,3 2,2 1,4 2 -0,3 1,2
5 -22 0,2 -0,4 -0,4 3 -0,4 3,2 0,3 3,3 3,3 3,3 1,1 3,3 1,4 3,3 1,6 3,3 1,8 3,3 -0,3 1,2
Laboratorium Mekanika Fluida
SGoli = 0,835
P atm = 715 mmHg
T = 31°C = 304°K
Pembukaan Katup = 3%
No θ (º) 𝜌ud ∆P Vb Re FL Vs Ma P CL 𝜌oli dx Pstag
. (kg/m3) (N/m) (m/s) (N) (m/s) (mmHg) (kg/m3) (N/m2)
1 22 145,61 81,70 1,05 9791,41 2,86 349,55 0,003 715 0,59 832,49 0,29 81,707
2 12 145,61 24,512 0,58 5408,58 1,658 349,55 0,001 715 1,12 832,49 0,15906 81,707
3 0 145,61 73,53 1 9325,15 0,043 349,55 0,002 715 0,009 832,49 0,004 81,707
4 -12 145,61 73,53 1,004 9362,45 -3,849 349,55 0,002 715 -0,873 832,49 -0,358 81,707
5 -22 145,61 65,36 0,94 8765,64 0,043 349,55 0,002 715 0,0111 832,49 0,004 81,707
Pembukaan Katup = 4%
1.5
0.5
CL
0
22 12 0 -12 -22
-0.5
-1
-1.5
-2
θ
3% 4%
Gambar 1. Hubungan antara Koefisien lift (CL) terhadap sudut serang (θ)
35000
30000
25000
20000
Re
15000
10000
5000
0
22 12 0 -12 -22
θ
3% 4%
Gambar 2. Hubungan antara bilangan Reynolds (Re) terhadap sudut serang (θ)
Laboratorium Mekanika Fluida
3.5
2.5
2
Vb
1.5
0.5
0
22 12 0 -12 -22
θ
3% 4%
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Dx
22 12 0 -12 -22 4%
-0.2 3%
-0.4
-0.6
-0.8
-1
θ
0
FL
22 12 0 -12 -22
-2
-4
-6
-8
-10
θ
3% 4%
Gambar 5. Hubungan antara gaya lift (FL) terhadap sudut serang (θ)
0.035
0.03
0.025
0.02
Ma
4%
0.015
3%
0.01
0.005
0
1.05 0.58 1 1.004 0.94 2.11 1.42 1.49 1.29 1.49
Vb
100
50
0
4%
25 15 5 -5 -15 -25
CL
3%
-50
-100
Θ
-150
Gambar 1. Hubungan antara koefisien lift (CL) terhadap sudut serang (θ)
Pada percobaan kali ini, kami telah melakukan pengujian pada gaya angkat (lift) dengan
menggunakan alat Sub Sonic Wind Tunnel. Pengujian koefisien lift ini dapat dijadikan sebagai salah
satu acuan dasar dalam merancang suatu profil sayap secara ringkas. Kami melakukan dua kali
pengambilan dengan katup yang berbeda, yaitu katup 3% dan katup 4%. Sudut serang yang kami
gunakan ialah sudut 22°, sudut 12°, sudut 0°, sudut -12°, dan sudut -22°. Gambar 1 menunjukkan
hubungan antara koefisien lift terhadap sudut serang, yang dimana pada pembukaan katup 3%
dengan sudut 22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.59; pada sudut 12˚ diperoleh koefisien lift senilai
1.12; pada sudut 0˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.009; pada sudut -12˚ diperoleh koefisien lift
senilai -0.873; dan pada sudut -22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.0111. Kemudian pada
pembukaan katup 4% dengan sudut 22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.19; pada sudut 12˚ diperoleh
koefisien lift senilai 0.57; pada sudut 0˚ diperoleh koefisien lift senilai -0.005; pada sudut -12˚
diperoleh bilangan Reynolds senilai -0.68; dan pada sudut -22˚ diperoleh bilangan Reynolds senilai -
0.61
Laboratorium Mekanika Fluida
3.5 Penutup
3.5.1 Kesimpulan
1. Gaya angkat akan terjadi jika adanya gaya dorong yang diberikan
cukup besar serta gaya angkat yang diberikan harus lebih besar
daripada gaya gravitasi yang diberikan
2. Semakin tinggi sudut putaran, maka nilai koefisien angkat (CL)
berkurang.
3. Semakin tinggi tekanan bagian bawah aerofoil, maka semakin tinggi
gaya angkat yang diberikan
3.6.2. Saran-saran
1. Saran untuk laboratorium
Selalu memberikan perawatan pada mesin
Sebaiknya mempersiapkan alat pelindung telinga agar melindungi telinga
dari suara bising
Memberikan ruang yang lebih besar lagi
LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
IV. PENGUJIAN ALIRAN DALAM PIPA DAN ALAT BANTU PIPA
5.1. Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Mekanika fluida adalah cabang mekanika terapan yang berkenaan dengan
perilaku fluida dalam keadaan diam maupun bergerak. Fluida adalah zat mampu
alir dan menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadah yang ditempatinya. Bila
berada dalam kesetimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial dan gaya
geser. Semua fluida memiliki derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan
kecil terhadap perubahan wadah yang ditempatinya.
Dalam hubungannya dengan perkembangan IPTEK, terutama dalam dunia
industri, maka mekanika fluida merupakan hal yang cukup berpengaruh. Oleh
karena itu melalui praktikum mekanika fluida ini khususnya menyangkut
Percobaan Aliran Laminar dan Turbulen, diharapkan praktikan akan dapat
memahami dan menerapkan ilmu tentang Aliran Laminar dan Turbulen dalam
dunia industri.
5.1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini meliputi :
5.2.2 MetodePercobaan
1. Menghubungkan motor listrik dengan regulator.
2. Memasang pegas Newton pada motor listrik dan rangka instalasi.
Laboratorium Mekanika Fluida
3. Menyambungkan regulator pada sumber tegangan.
4. Menyalakan regulator.
5. Mengatur output arus pada regulator sehingga motor berputar dengan
putaran tertentu, perhatikan gambar instalasi percobaan di bawah ini.
6. Menghitung kecepatan putaran motor dengan menggunakan tachometer
dan stopwatch.
7. Mengatur pembukaan katup pada posisi 100 %.
8. Mengatur kedudukan pitot pada posisi 0 mm dari dinding.
9. Mengukur tekanan statis pada setiap titik sepanjang pipa (titik N sampai
titik 13).
10. Mengukur tekanan stagnasi dengan mengatur kedudukan pitot pada posisi
2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 mm dari dinding.
11. Mengatur pembukaan katup pada posisi 50 %.
12. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 50 %.
13. Mengatur pembukaan katup pada posisi 10%.
14. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 10 %.
15. Mengatur output arus pada regulator agar putaran motor naik pada putaran
tertentu.
16. Mengulangi prosedur 6 sampai 14 untuk putaran motor yang baru.
17. Mengatur kembali output arus pada regulator agar putaran motor naik pada
putaran tertentu.
18. Mengulangi prosedur 6 sampai 10 untuk putaran motor yang baru.
19. Mengatur kedudukan probe pada posisi 0 mm.
20. Mengukur tekanan statis dan stagnasi dalam nossel pada posisi probe 30,
40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 mm.
21. Mengatur pembukaan katup pada posisi 50 %.
22. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 50 %.
23. Mengulangi prosedur19 dan 20 untuk pembukaan katup 50 %.
24. Mengatur pembukaan katup pada posisi 10 %.
25. Mengulangi prosedur 22 dan 23 untuk pembukaan katup 10 %.
26. Setelah selesai, mematikan motor/regulator dan merapikan semua alat-alat
yang dipakai.
Laboratorium Mekanika Fluida
Gambar : Instalasi Percobaan Aliran Dalam Pipa dan Alat Bantu Pipa
5.3. Rumus-Rumus Yang Digunakan
A. Koefisien Gesek Dalam Pipa
1. Massa jenis udara (ud)
𝑃 𝑃𝑎𝑡𝑚
ud = 𝑅𝑇𝑎 (kg/m3), Pa = 𝟕60
𝑥101325
LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
VII. PENGUJIAN VISUALISASI ALIRAN LAMINAR
Gambar 7.1 Karakteristik aliran viskos, tunak melewati sebuah pelat datar
sejajar terhadap kecepatan hulu: (a) aliran dengan bilangan
Reynolds rendah, (b) aliran dengan bilangan Reynolds sedang, (c)
aliran dengan bilangan Reynolds besar (Munson, 2002).
Seperti aliran yang melewati pelat datar yang digambarkan di atas, aliran yang
melewati sebuah benda tumpul (seperti silender bundar atau bentuk lainnya) juga
Laboratorium Mekanika Fluida
bervariasi sesuai bilangan Reynolds. Secara umum, semakin besar bilangan
Reynoldsnya, semakin kecil daerah di dalam medan aliran di mana efek viskos
menjadi penting. Namun demikian untuk benda-benda yang tidak cukup
streamlined, karakteristik tambahan dari aliran dapat terlihat. Hal ini disebut
sebagai pemisahan aliran (separasi aliran) dan diilustrasikan dalam gambar 7.2
berikut ini.
Gambar 7.2 Karakteristik aliran tunak viskos melewati sebuah silinder bundar:
(a)aliran dengan bilangan Reynolds rendah, (b) aliran dengan
bilangan Reynolds sedang, (c) aliran dengan bilangan Reynolds
besar (Munson, 2002)
(
d) (e)
( g)
(f)
Laboratorium Mekanika Fluida
Nama: Melkyson
Patandianan
LEMBAR KERJA MAHASISWA (D021181438)
Tanggal : 25 Juni 2020
LABORATORIUM Persetujuan :
MEKANIKA PENGUJIAN VISUALISASI
FLUIDA
UNIV. ALIRAN LAMINAR
HASANUDDIN
7.5 Hasil Pengukuran Posisi Pemisahan Aliran dan Tebal Lapisan Batas
Arah aliran
Lapisan batasan
Pemisahan Aliran
Efek viskositas
penting
Viskositas tidak
penting
Laboratorium Mekanika Fluida
7.6. Pembahasan
Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan
yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama lain. Alirannya
relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar (laminae) &
mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.Partikel fluida mengalir atau
bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Pada laju aliran rendah, aliran laminer
tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminer
mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300. Aliran transisi merupakan aliran
peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada
viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai
bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re. Sedangkan aliran
turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak
stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi. Akibat dari hal tersebut garis
alir antar partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen mentransport partikel-partikel
dengan dua cara; dengan penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika
pusaran turbulen bekerja padanya. Turbulen terutama terjadi di sungai akibat
penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat kekasaran bawah
permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya adalah ombak, tekanan angin
permukaan, dan penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa bekas ledakan
volkanis ditransport angin. Tekanan statik atau tekanan thermodinamika pada
persamaan Bernoulli adalah tekanan fluida yang diukur oleh alat yang bergerak bersama
dengan fluida. Kondisi ini sangat sulit diwujudkan, namun dengan kenyataan bahwa
tidak ada variasi tekanan pada arah penampang tegak lurus aliran, maka tekanan statik
dapat diukur dengan membuat lubang kecil pada dinding aliran sedemikian rupa
sehingga sumbunya tegak lurus dinding aliran (wall pressure tap).
Di praktikum kali ini kita, akan akan melihat bahwa apa yang terjadi ketika profil
benda uji diberikan suatu aliran dengan menggunak Injection system.Apakah mengalami
laminer ataupun turbulensi.Sebelum melalakukan praktikum, kami terlebih dahulu
mengukur panjang tiap profil benda uji. Untuk panjang profil persegi didapatkan sebesar
59 mm. Untuk aerofoil sebesar 177 mm. Untuk profil benda uji lingkaran, kita memilih
2 ukuran berbeda. Yaitu untuk lingkaran pertama sebesar 39 mm. lingkaran kedua
Laboratorium Mekanika Fluida
sebesar 59 mm. Adapun ketebalan profil benda uji mendapat nilai yang sama. Sebesar
2 mm.
Pada saat percobaan ada juga terjadi gelembug gelembung udara pada pinggir dari
aliran, gelembung ini disebabkan karena terdapat udara yang tidak dikeluarkan secara
sempurna sebelum memulai percobaan, akan tetapi gelembung yang terbentuk berada
di sisi lain dari profil percobaan sehingga tidak mempengaruhi proses percobaan kami,
jika gelembung tersebut berada di depan atau di tengah tengah profil yang kami pakai,
dapat membuat kekeliruan dalam mengambil data karena gelembung tersebut akan
meisahkan fluida seperti sebuah hambatan baru yang di letakkan di sana, sehingga
mempengarusi pengambilan data percobaan.
Langkah pertama yang kami lakukan pada saat percobaan yaitu Kami mengisi air
pada bak yang berada di belakang mesin, air yag di gunakan harus steril karna jika ada
kotoran pada air tersebut akan merusak alat, seperti pada ujung pipanya di beri saringan
agar lumut yang berada pada pipa tidak turun ke bak air dan akan masuk pada jarum
jarum mesin dan akan merusak mesin, sehingga mesin tidak akan berfungsi dengan baik,
setelah itu kami disuruh memilih tiga bahan uji dari plastik yakni Aerofoil, persegi dan
slinder bulat. Selanjutnya kami memasang bahan uji yang kami pilih di bawah kaca
mesin, bahan uji tersebut yang akan menjadi hambatan fluida pada saat percobaan nanti,
Setelah itu kami mengukur debit yang di pakai dalam percobaan, debit air yang di pakai
yaitu 1600L/Jam, lalu nyalakan mesin, Selanjutnya kami membersihkan gelembung
gelembung yang ada di bawah kaca, seharusnya kami memakai alat yang ada pada mesin
untuk membersihkan gelembung, tetapi kami tidak melakukannya karna katanya alat
tersebut tidak efektif, jadi kami membersihkan gelembung gelembung udara di bawah
kaca dengan cara mengangkat kacanya dan di turunkan berulang kali, sampai semua
gelembungnya bersih di jalur fluida yang akan di amati. kami membersihkan air yang
tumpah pada mesin saat membersihkan gelembung agar lebih jernih mengamati
fluidanya, Pada saat semua alat stabil pewarna yaitu betadin di masukkan pada tempat
fluida sehingga nanti jika kami mngamati alur fluidanya akan jelas terlihat. Saat alat
sudah berjalan kami menunggu momen yang paling sempurna untuk mengambil data
berbentuk foto sehingga dapat kami gunakan pada laporan, Setelah semua selesai, mesin
di matikan dan alat-alat yang di gunakan di bersihkan dan di kembalikan pada tempat
semula, seperti sebelum praktikum di mulai.
Laboratorium Mekanika Fluida
7.7 Penutup
7.7.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa pada setiap aliran melalui suatu
benda akan mengalami gesekan dengan permukaan benda tersebut.
2. Dengan adanya gesekan permukaan (skin friction) maka pada setiap aliran udara yang
mengalir melalui benda akan menyebabkan adanya perubahan kecepatan aliran udara dari
yang paling kecil sampai dengan suatu daerah yang mempunyai kecepatan udara bebas
akibat adanya separasi aliran
3. Besar kecilnya hambatan ditentukan oleh kekasaran permukaan benda, kecepatan
fluida yang mengalir dan letak benda terhadap aliran fluida.