Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA

NAMA : MELKYSON PATANDIANAN

STAMBUK : D021181348

KELOMPOK : VIII

LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Laboratorium Mekanika Fluida
PETUNJUK UMUM
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

I. PERATURAN PRAKTIKUM
A. KEHADIRAN
1. Sesuai jadwal praktikum yang ditetapkan.
Kehadiran dianggap absen jika terlambat 5 menit dari jadwal yang telah
ditentukan.
2. Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap
gagal/mengundurkan diri dan harus mengulang seluruh praktikum pada
semester berikutnya
3. Praktikan hanya diperbolehkan pindah waktu praktikum maksimal dua kali
selama praktikum.

B. TATA TERTIB
1. Setiap praktikan wajib menggunakan jas praktikum (warna putih) pada
setiap kali mengikuti praktikum.
2. Tidak dibenarkan memakai sandal, sepatu sandal, dan sejenisnya pada saat
praktikum.
3. Rambut rapi. Bagi laki-laki maksimal 3 cm. Bagi perempuan yang tidak
memakai jilbab, rambutnya diikat.
4. Menggunakan kemeja, rok kain hitam (wanita), celana kain hitam (pria)pada
saat praktikum.
5. Membawa modul/jurnal, name tag, perlengkapan praktikum, dan
menyelesaikan Tugas Pendahuluan (bila ditugaskan) sebagai syarat masuk
praktikum.
6. Mengikuti respon, tulisan maupun lisan jika dibutuhkan.
7. Hanya praktikan yang lulus respon dan mematuhi tata tertib yang boleh
mengikuti praktikum.
8. Selama di Laboratorium Mekanika Fluida (praktikum), praktikan dilarang
keras menggunakan aksesoris (kalung, gelang, dll).
9. Selama praktikum tidak dibenarkan makan, minum, dan meninggalkan
ruangan (lab) tanpa seizin asisten yang bertugas.
10. Tas dan barang-barang yang tidak digunakan selama praktikum, harus
disimpan di tempat yang telah ditentukan.
11. Selama menjadi praktikan Laboratorium Mekanika Fluida
“dilarang”merokok di dalam ruang praktikum.
12. Praktikan harus menjaga kebersihan Laboratorium Mekanika Fluida selama
mengikuti praktikum.
13. Praktikan harus menjaga keselamatan kerja dan Etika.
Laboratorium Mekanika Fluida
C. PEMAKAIAN ALAT
1. Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan percobaan.
2. Setiap pemakaian alat harus seizin asisten Asisten.
3. Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab kelompok praktikan.
4. Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus
dirapikan dan dibersihkan.
5. Sebelum meninggalkan Laboratorium, praktikan harus lapor kepada
Asisten/Staf yang bertugas.

KOMPETENSI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNHAS


Lulusan Program Studi Teknik Mesin mampu bersikap dan berperilaku dalam
membawakan diri, berkarya secara profesional dalam bidang yang menyangkut aspek-
aspek perancangan dan fabrikasi serta pemeliharanan di bidang konstruksi mesin,
bidang koversi energi dan aspek metalurgi.

 Kompetensi Utama (U)


o Mampu mengaplikasikan pengetahuan dasar teknik mesin yang meliputi
bidang konversi energi, konstruksi mesin dan material.
o Mampu menerapkan pengetahuan teknik mesin dalam mendisain,
merawat dan mengkaji faktor – faktor yang berpengaruh pada kinerja
mesin.
o Mampu memecahkan persoalan dalam kajian konversi energi, konstruksi
mesin dan material.
o Mampu melakukan redisain konstruksi mesin dalam mengoptimalkan
kinerja mesin.
 Kompetensi Pendukung (P)
o Kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dasar Teknik Mesin dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
o Mampu menganalisa data dan menginterpretasikan menjadi suatu
informasi dalam bidang teknik mesin.
o Mampu dalam mengkomunikasikan informasi baik secara verbal maupun
non verbal.
o Mampu bekerjasama dalam tim, baik sebagai pemimpin tim maupun
sebagai anggota tim.
 Kompetensi Lain-Lain (L)
o Menerapkan pengetahuan komputer di bidang keteknikmesinan.
o Menerapkan pengetahuan dalam bidang Kesehatan Keselamatan Kerja
dan Pengetahuan Lingkungan.
o Mampu beradaptasi serta bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat,
khususnya masyarakat industri.
Laboratorium Mekanika Fluida
SUSUNAN MODUL & JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

I.Teori Dasar Umum

II. Pengujian Gaya Tahanan


( Drag )

III. Pengujian Gaya


Angkat( Lift )

IV. Pengujian Lapisan


Batas Aliran Eksternal

V. Pengujian Aliran Dalam


Pipa dan Alat Bantu Pipa

VI. Pengujian Visualisasi


Aliran Turbulen

VII. Pengujian Visualisasi


Aliran Laminar

Pelaporan
Laboratorium Mekanika Fluida
I. TEORI DASAR UMUM

Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu akan mengalir
diatas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk
tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung pada
viskositas fluida dan laju aliran fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah
mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang, sehingga
fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan tertentu,
setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya sedikit terpengaruh oleh
perubahan suhu dan tekanan yang relatif besar, maka fluida tersebut bersifat
incompressible.Tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan variabel temperatur
dan tekanan, fluida tersebut digolongkan compresible. Zat cair biasanya dianggap
zat yang incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai zat yang
compresible.
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada dibawah pengaruh bidang batas atau tidak. Di daerah yang pengaruh
gesekan dinding kecil, tegangan geser dapat diabaikan dan perilakunya mendekati
fluida- ideal , yaitu incompresible dan mempunyai viskositas. Aliran fluida ideal yang
demikian disebut aliran potensial. Pada aliran potensial berlaku prinsip-prinsip
mekanika Newton dan hukum kekekalan massa. Aliran potensial mempunyai 2 (dua)
ciri pokok, yaitu:
1. Tidak terdapat sirkulasi ataupun pusaran sehingga aliran potensial itu disebut
aliran irotasional.
2. Tidak terjadi gesekan sehingga tidak ada disipasi (pelepasan) dari energi
mekanik menjadi kalor.
Prinsip-prinsip dasar yang paling berguna dalam penerapan mekanika fluida adalah
persamaan-persamaan kekekalan massa atau persamaan kontinuitas; persamaan-
persamaan kekekalan momentum linear dan kekekalan momentum angular (sudut),
dan kekekalan energi mekanik. Persaman-persamaan itu dapat dituliskan dalam bentuk
diferensial yang menunjukkan kondisi pada suatu titik di dalam elemen volume fluida,
atau dapat pula dalam bentuk integral yang berlaku untuk contoh volume tertentu atau
massa tertentu.

1.1 Aliran Viskos di Dalam Pipa dan Alat Bantu Pipa


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa berupa zat
cair atau gas, dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran
terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair
di dalam pipa tidak penuh), aliran termasuk dalam pengaliran terbuka. Karena
Laboratorium Mekanika Fluida
mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan adalah zat cair.Tekanan
dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran
terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga
yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran
terbuka (Kodoatie, 2002:215). Misalnya aliran air pada gorong-gorong. Pada kondisi
saluran penuh air, desainnya harus mengikuti kaidah aliran pada pipa,namun bilamana
aliran air pada gorong-gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama
dengan aliran pada saluran terbuka. Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka
mempunyai kedalaman air (y), sedangkan pada pipa kedalamair tersebut
ditransformasikan berupa (P/y).Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus
dalam kondisi pipa terisi penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagai zat yang mempunyai kekentalan,berbeda
denganzat air ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan karena
adanya sifat kohesian antara partikel zat cair. Karena adanya kekentalan zat cair maka
terjadi perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang
berdampingan dengan dinding batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak
pada suatu jarak tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut
merupakan fungsi jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil disebut juga aliran viskos.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Viskositas
terjadi pada temperatur tertentu. Beberapa tabel dalam literatur mekanika fluida
memberikaan sifat air (viskositas kinematik) pada tekanan atmosfer dan pada berbagai
temperatur. Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat menyebabkan terjadinya
tegangan geser pada waktu bergerak.Tegangan geser ini akan mengubah sebagian
energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara, dan sebagainya. Perubahan
bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam.Apabila pengaruh
kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair
bergerak secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar.Aliran
laminar terjadi apabila kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan
berkurangnya pengaruh kekentalan atau bertambah banyak kecepatan maka aliran akan
berubahdari laminar menjadi turbulen.Pada aliran turbulen partikel-partikel zat cair
bergerak secara tidak teratur.

1.2 Aliran Luar (Eksternal)


Aliran luar yang melibatkan udara sering disebut sebagai aerodinamika, Untuk
menunjukkan arti penting dan aliran luar yang dihasilkan ketika sebuah obyek
seperti sebuah pesawat terbang menjelajah atrnosfer. Meskipun bidang kajian aliran
luar aerodinamika ini sangar penting, masih banyak contoh-contoh lain yang juga
sama pentingnya. Gaya fluida berupa gaya angkat (lift) dan gaya tahanan (drag)
pada perrnukaan kendaraan (mobil, truk, sepeda) telah menjadi topik yang sangat
penting. Merancang mobil dan truk secara benar memungkinkan, untuk mengurangi
konsumsi bahan bakar dan meningkatkan karakteristik pengendalian kendaraan.
Laboratorium Mekanika Fluida
Upaya yang serupa telah berhasil meningkatkan kualitas kapal laut, baik kapal yang
bergerak di permukaan air yang dikelilingi oleh dua fluida (udara dan air), maupun
kapal selam yang seluruh permukaannya dikelilingi oleh air.
Aplikasi lain dari aliran luar melibatkan benda-benda yang tidak seluruhnya
dikelilingi oleh fluida, meskipun benda-benda tersebut diletakkan dalam suatu bentuk
aliran luar. Sebagai contoh, perancangan yang tepat sebuah gedung (baik itu rumah
atau gedung pencakar langit) harus menyertakan pertimbangan berbagai pengaruh
angin.
Seperti halnya bidang-bidang lain dari mekanika fluida, dua pendekatan
(teoretis dan eksperimental) digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gaya-
gaya fluida yang terbentuk oleh aliran Iuar. Teknik teoretis (meliputi kajian analitis
dan numerik) dapat memberikan banyak informasi yang diperlukan mengenai aliran-
aliran seperti itu. Namun demikian, karena kompleksitas persamaan pengaturnya dan
kompleksitas dari bentuk geometris benda yang terlibat, banyaknya informasi yang
diperoleh secara teoritis murni sangat terbatas. Dengan kemajuan saat ini dan
yang akan datang di bidang komputasi mekanika fluida, tampaknya prediksi
numerik mengenai gaya-gaya dan pola aliran yang rumit akan dapat lebih cepat
diperoleh.
Kebanyakan informasi mengenai aliran luar berasal dari eksperimen yang
dilakukan, sebagian besarnya, pada model yang diskala dari benda sebenarnya.
Pengujian tersebut menggunakan pengujian terowongan angin dari model pesawat
terbang, bangunan gedung dan bahkan seluruh kota. Dalam beberapa hal, justru
benda sebenarnya, bukannya model, yang diuji di terowongan angin. Karakteristik
aliran dapat ditunjukkan dalam pengujian kendaraan di dalam terowongan angin.
Mobil, sepeda, dan berbagai objek lain yang performanya lebih baik telah dihasilkan
dari pengujian di terowongan angin ini. Penggunaan terowongan air dan tangki
towing, juga memberikan informasi yang berguna mengenai aliran di sekitar kapal dan
benda-benda lainnya.
Dalam bab ini akan ditinjau karakteristik dari aliran luar yang melewati
berbagai benda. Praktikan akan mengkaji aspek-aspek kualitatif dari aliran-aliran
serupa itu, dan mempelajari cara menentukan berbagai gaya pada benda yang
dikelilingi oleh cairan yang bergerak.
LAPORAN
PERCOBAAN
LAPORAN
PENGUJIAN GAYA TAHANAN
(DRAG)

LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
LaboratoriumMekanikaFluida
PENGUJIAN GAYA TAHANAN ( DRAG)

2.1. Pendahuluan
2.1.1 LatarBelakang
Setiap benda dengan sembarang bentuk bila terbenam di dalam aliran
fluida akan menimbulkan gaya-gaya dan momen-momen. Kalau benda itu bentuk
dan orientasinya sembarang, aliran tersebut akan menimbulkan gaya-gaya pada
arah dan momen-momen sekelililing kearah sumbu koordinatnya.
Sebaiknya dipilih salah satu sumbu sejajar dengan aliran bebas dan arahnya
positif kehilir. Gaya pada arah ini, arahnya sepanjang sumbu itu disebut momen
oleh gaya seretan yang sebenarnya adalah rugi aliran dan harus diatasi bila benda
itu banyak bergerak melawan arus, uraian gaya dan momen ini dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gaya yang kedua paling penting adalah gaya yang saling tegak lurus pada
seretan dan mempunyai peranan misalnya menyangga berat benda yang
terbenam dan disebut gaya bubung (gaya angkat), sedangkan momen sekeliling
sumbu bubung disebut momen rewang.
Komponen ketiga yang bukan merupakan kerugian adalah gaya sisi dan
sekeliling sumbu ini bekerja momen buai dalam percobaan ini hanya dibatasi
pada gaya tahanan saja.

Gambar 2.1 Uraian Gaya dan Momen Benda Terbenam ( White, 1994)

2.1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini meliputi :

1. TujuanUmum
a. Praktikan mampu melakukan pengambilan data dengan tepat,
b. Praktikan mengetahui fungsi dari alat dan instrument dalam
percobaan,
LaboratoriumMekanikaFluida
c. Praktikan mampu mengelola data, melakukan perhitungan dari hasil
percobaan berdasarkan rumus dan data yang telah dipelajari,
d. Praktikan bisa membandingkan antara hasil percobaan perhitungan
dengan teori yang telah didapatkan.
e. Praktikan dapat membandingkan antara hasil percobaan dengan
perhitungan, dan dengan pengamatan visualisasi aliran untuk
mendukung teori yang telah ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui besarnya koefisien drag dari hasil percobaan yang
dilakukan,
b. Melakukan kalkulasi data dengan mengaplikasikan rumus mekanika
fluida untuk menghitung beberapa parameter,
c. Mengetahui dan menghitung hubungan antara beberapa parameter
berdasarkan table dan grafik yang telah dibuat dari hasil percobaan,
d. Menggambarkan karakteristik aliran yaitu hubungan antara koefisien
drag dengan bilangan Reynolds dan menganalisisnya, dan
e. Menganalisis atau membandingkan dengan teori separasi aliran.

2.1.3 Kegunaan Atau Aplikasi


Aplikasi dari percobaan gaya tahanan (drag) yang pada prinsipnya sama dengan
percobaan terowongan angin, banyak terlihat dari industri yang menawarkan
materi dengan tahanan yang ada, dimana dibutuhkan seminimal mungkin gaya
tahanan.
Aplikasi yang lebih khusus dapat kita lihat dalam beberapa aplikasi:
1. Dalam bidang otomotif.
Prinsip dalam pembuatan body mobil yang lebih ramping dan aerodinamis,
senantiasa dikembangkan dengan mencari bentuk dan model yang gaya
tahanannya seminimal mungkin.
2. Dalam Industri Aeronotika.
Pada bidang penerbangan sangat banyak yang berkaitan dengan percobaan
ini, karena gaya tahanan yang dialami oleh pesawat dapat dianalisa dengan
melihat visualisasi pada aliran yang melewati body pesawat.
3. Dalam bidang arsitek.
LaboratoriumMekanikaFluida
Bangunan pencakar langit, terutama mampu melawan gaya tahanan berupa
aliran udara yang bergerak yang bias memberikan efek tekanan yang besar,
sehingga dibutuhkan model yang mampu meminimalkan tekanan angin
yang mengalir.
4. Dalam Industri Perkapalan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan, baik kapal laut maupun kapal selam
untuk bergerak melawan arus sangat ditentukan oleh nilai gaya tahanan
(drag) disisi-sisi kapal tersebut.

2.2. Metode Percobaan


2.2.1 Alat Yang Digunakan

a. Seperangkat Sub Sonic Wind Tunnel, instalasi utama koefisien drag.


b. Profil benda uji yaitu profil cakram, pelat dan profil lainnya, untuk
mengetahui besar hambatan sesuai profil.
c. Kunci L, alat untuk mengencangkan dan melonggarkan baut.
d. Termometer, alat untuk mengukur temperatur ruangan.
e. Barometer, alat untuk mengukur tekanan ruangan.
f. Mistar Geser, alat untuk mengukur dimensi dari profil.
2.2.2 Prosedur Percobaan
a. Memasang profil cakram pada sudut 900 pada tempatnya kemudian mengatur
kedudukan antar profil dan tabung pitot, sesuaikan dengan gambar instalasi
percobaan di bawah ini.
b. Mengatur keseimbangan pitot.
c. Mencatat tinggi datum pada tekanan stagnasi untuk aliran eksternal.
d. Memberikan laju kecepatan udara pada harga tertentu kemudian
menjalankan motor pada kecepatan yang ditentukan.
e. Mencatat nilai gaya hambatan atau drag pada alat keseimbangan pada setiap
kecepatan yang telah ditentukan.
f. Menghentikan kecepatan dan melepaskan profil.
g. Mengulangi prosedur percobaan dari (a) sampai (f) untuk profil lainnya.
h. Memasang peralatan PIV, untuk mendapatkan visualisasi aliran profil benda
uji tersebut di atas.
LaboratoriumMekanikaFluida
i. Alirkan gas asap ke dalam seksi uji, dan atur kecepatan sama dengan
percobaan sebelumnnya.
j. Rekam atau copy visualisasi yang ditampilkan pada sistem komputer.
k. Menghentikan mesin dengan menurunkan saklar keposisi off.
l. Mengembalikan alat dan profil ketempatnya.

Gambar 2.1 Instalasi Percobaan Gaya Tahanan ( Drag )

2.3. Rumus – Rumus Yang Digunakan


1. Tekanan atmosfer udara rata-rata P0 
P
P0 =  101325 (Pa)
760

2. Bilangan Reynolds (ReL)


VB  L
Re L =

dimana :  = Viskositas kinematis udara (m2/s)
L = Panjang profil (m)
VB = Kecepatan fluida (m/s).

3. KoefisienDrag C D 
2  FD
CD =
 ud  VB  A
2

dimana : FD = Gaya tahanan (drag) (N)


 ud = Massa jenis udara (kg/m3)
A = Luas frontal benda (m2).
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
2.4.2 Tabel Data Hasil Pengamatan
1. Profil : Silinder

Panjang (l) = 8,55 mm Patm = 716 mmHg


Diameter (d) = 64 mm T = 30 oC + 273 = 303 oK
Viskositas kinematis (v) = 1,60 × 10-5

Vd (m/s) Fd

6 0,13
8 0,19
10 0,29
12 0,41
14 0,5

2. Profil : Bola

Diameter (d) = 64,15 mm Patm = 716 mmHg


Jari-jari (r) = 32,075 mm T = 30 oC + 273 = 303 oK
Viskositas kinematis (v) = 1,60 × 10-5

Vd (m/s) Fd

6 0,11
8 0,12
10 0,15
12 0,21
14 0,31
LaboratoriumMekanikaFluida
2.4.3 Tabel Data Hasil Perhitungan Dan Grafik
Tabel data hasil perhitungan
1. Profil : Silinder
Panjang (l) : 8,55 mm Patm : 716 mmHg
Diameter : 64 mm Viskositas kinematis : 1,60 × 10-5
T : 30oC + 273 = 303 K

Tabel data hasil perhitungan profil Silinder


Vb Fn Po
No Re Cd
(m/s) (N) (Pa)
1 6 0,13 95458,81579 3206,25 1,928
2 8 0,19 95458,81579 4275 1,501
3 10 0,29 95458,81579 5343,75 1,548
4 12 0,41 95458,81579 6412,5 1,520
5 14 0,5 95458,81579 7481,25 1,362

2. Profil : Bola
Diameter (d) : 64,15 mm Patm : 716 mmHg
Jari-jari (r) : 32,075 mm Viskositas kinematis : 1,60 × 10-5
T : 30oC + 273 = 303 K

Tabel data hasil perhitungan Profil Bola


Vb Fn Po
No Re Cd
(m/s) (N) (Pa)
1 6 0,11 95458,81579 12028,125 0,101
2 8 0,12 95458,81579 16037,5 0,062
3 10 0,15 95458,81579 20046,875 0,049
4 12 0,21 95458,81579 24056,25 0,048
5 14 0,31 95458,81579 28065,625 0,052
LaboratoriumMekanikaFluida
Grafik Profil Silinder
1. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Kecepatan Fluida (V)

8000

7000

6000

5000
Re

4000

3000

2000

1000

0
6 8 10 12 14
V

Grafik 1. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan Kecepatan Fluida (V)
pada Profil Silinder

Dalam percobaan gaya drag kami diberikan beberapa tingkat kecepatan (V),
yaitu 6 m/s, 8 m/s, 10 m/s, 12 m/s dan 14. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai
bilangan reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 3206,25. Untuk variasi kecepatan 8
m/s adalah 4275. Untuk variasi kecepatan 10 m/s adalah 5343,5. Untuk variasi
kecepatan 12 m/s adalah 6412,5. Dan untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s
adalah 7481,25.
Pada grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kecepatan berbanding
lurus dengan bilangan reynolds. Semakin besar kecepatan yang diberikan maka
semakin besar pula bilangan reynolds yang dihasilkan. Hasil percobaan ini sesuai
dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya pada mata kuliah mekanika fluida.
LaboratoriumMekanikaFluida
2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Koefisien Drag (Cd)

8000

7000

6000

5000
Re

4000

3000

2000

1000

0
1.928 1.501 1.548 1.52 1.362
CD

Grafik 2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan koefisien Drag (Cd)
pada profil Silinder

Dalam percobaan gaya drag kami diberi variasi kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8
m/s, 10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 3206,25. Untuk variasi kecepatan kedua yaitu
8 m/s adalah 4275. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah 5343,75.
Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 6412,5. Dan untuk variasi
kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 7481,25.
Selain bilangan reynolds, dihitung pula besar koefisien drag untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 1,928. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 1,501. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 1,548. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 1,520. Dan untuk variasi kecepan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 1,362.
LaboratoriumMekanikaFluida
3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) vs Kecepatan (V)
2.5

1.5
cd

0.5

0
6 8 10 12 14
V

Grafik 3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) dengan Kecepatan (V) pada profil
Silinder

Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V). Yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s, 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai Koefisien Drag
untuk kecepatan 6 m/s adalah 1,928. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s
diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,501. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s
diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,548. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12
m/s diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,520. Dan untuk variasi kecepatan terakhir,
yaitu 14 m/s diperoleh Koefisien Drag sebesar 1,362.
Pada grafik tersebut terlihat kurva mengalami penurunan, hal ini dapat
disimpulkan bahwa nilai kecepatan berbanding terbalik dengan Koefisien Drag profil
uji. Yang mana semakin besar kecepatan yang diberikan maka semakin kecil pula
Koefisien Dragnya.
LaboratoriumMekanikaFluida
Grafik Profil Bola
1. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Kecepatan Fluida (V)

30000

25000

20000
Re

15000

10000

5000

0
6 8 10 12 14
V

Grafik 4. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan Kecepatan Fluida (V)
pada Profil Bola

Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 12028,125. Untuk variasi kecepatan kedua
yaitu 8 m/s adalah 16037,5. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah
20046,875. Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 24056,25. Dan
untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 28065,625.
Pada grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kecepatan berbanding
lurus dengan bilangan reynolds. Dimana Semakin besar kecepatan yang diberikan
maka semakin besar pula bilangan reynolds yang dihasilkan. Hasil percobaan ini
sesuai dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya pada mata kuliah mekanika
fluida.
LaboratoriumMekanikaFluida
2. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) vs Koefisien Drag (Cd)
30000

25000

20000
Re

15000

10000

5000

0
0.101 0.062 0.049 0.048 0.052
Cd

Grafik 5. Perbandingan antara Bilangan Reynolds (Re) dengan koefisien Drag (Cd)
pada profil Bola

Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V), yaitu 6 m/s, 8 m/s,
10 m/s, 12 m/s dan 14 m/s. Dari tabel hasil perhitungan diperoleh nilai bilangan
reynolds untuk kecepatan 6 m/s adalah 12028,125. Untuk variasi kecepatan kedua
yaitu 8 m/s adalah 16037,5. Untuk variasi kecepatan ke tiga yaitu 10 m/s adalah
20046,875. Untuk variasi kecepatan keempat yaitu 12 m/s adalah 24056,25. Dan
untuk variasi kecepatan terakhir yaitu 14 m/s adalah 28065,625.
Selain bilangan reynolds, dihitung pula besar koefisien drag untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 0,101. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,062. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,049. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 0,048. Dan untuk variasi kecepatan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
3. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) vs Kecepatan (V)
0.12

0.1

0.08
Cd

0.06

0.04

0.02

0
6 8 10 12 14
V

Grafik 6. Perbandingan antara Koefisien Drag (Cd) dengan Kecepatan (V) pada profil
Bola

Dalam percobaan gaya drag kami diberi 5 kecepatan (V) yaitu untuk variasi
kecepatan 6 m/s adalah 0,101. Untuk variasi kecepatan kedua, yaitu 8 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,062. Untuk variasi kecepatan ketiga, yaitu 10 m/s diperoleh
koefisien drag sebesar 0,049. Untuk variasi kecepatan keempat, yaitu 12 m/s
diperoleh koefisien drag sebesar 0,048. Dan untuk variasi kecepatan terakhir, yaitu 14
m/s diperoleh koefisien drag sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
2.5 Pembahasan
Pada pertemuan ini, kita melakukan percobaan koefisien drag. Koefisien drag
adalah bilangan yang menunjukkan besar kecilnya tahanan fluida yamg diterima oleh
suatu benda. Koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima
benda kecil, sedangkan koefisien drag yang besar menunjukkan hambatan fluida yang
diterima besar. Adapun alat yang dalam melakukan percobaan koefisien drag adalah
sub sonic wind tunnel. Ketika melakukan percobaan, kita mengukur tekanan atmosfir
ruangan sebesar 716 mmHg dan temperaturnya 30 C. Pada percobaan koefisien drag
kami menggunakan dua profil uji,yaitu profil benda uji silinder dan profil benda uji
bola. Profil uji berbentuk silinder memiliki tebal 8,55 mm, dan memeliki diameter
sebesar 64mm. Sedangkan bola memliki nilai yang berdiamter 64,15 mm. Data yang
diperoleh setelah percobaan drag berlangsung, untuk profil uji silinder sebesar 0,13N
, 0,19N , 0,29N , 0,41N , 0,5 N dan untuk profil uji bola diperoleh gaya drag sebesar
0,11N , 0,12N , 0,15N , 0,21N , 0,31N. Nilai tekanan udara yang diperoleh adalah
95,458 Pa karena selama proses pengambilan data temperature ruangan tetap stabil.
Ada pun nilai bilangan Reynolds dan CD Untuk profil uji berbentuk silinder. Pada
kecepatan 6m/s bilangan reynoldsnya 3206,25 dan CDnya sebesar 1,928. Pada
kecepatan 8m/s bilangan reynoldsnya 4275 dan CDnya sebesar 1,501. Pada kecepatan
10m/s bilangan reynoldsnya 5343,75 dan CDnya sebesar 1,548. Pada kecepatan 12m/s
bilangan reynoldsnya 6412,5 dan CDnya sebesar 1,520. Pada kecepatan 14m/s
bilangan reynoldsnya 7481,25 dan CDnya sebesar 1,362.
Setelah itu, menghitung bilangan Reynolds dan CD untuk profil uji berbentuk
bola. Pada kecepatan 6m/s bilangan reynoldsnya 12028,125 dan CDnya sebesar 0,101.
Pada kecepatan 8m/s bilangan reynoldsnya 16037,5 dan CDnya sebesar 0,062. Pada
kecepatan 10m/s bilangan reynoldsnya 20046,875 dan CDnya sebesar 0,049. Pada
kecepatan 12m/s bilangan reynoldsnya 24056,25 dan CDnya sebesar 0,048 dan pada
kecepatan 14m/s bilangan reynoldsnya 28065,625 dan CDnya sebesar 0,052.
LaboratoriumMekanikaFluida
2.6 Penutup
2.6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan diketahui bahwa semakin besar gaya drag yang
terbaca maka semakin kecil koefisien drag yang dihasilkan.
2. Besar koefisien drag dari hasil percobaan ditentukan oleh gaya drag (Fd) yang
diperoleh dari pengambilan data
3. Pada percobaan ini, hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa
bilangan Reynold berbanding terbalik dengan koefisien drag dimana semakin
besar bilangan Reynold yang didapat maka semakin kecil pula koefisien drag
yang dihasilkan.

2.6.2 Saran – Saran


1. Saran untuk Laboratorium
1. Senantiasa selalu memberikan perawatan pada mesin
2. Sebaiknya memberikan alat pelindung telinga agar melindungi telinga dari
suara bising
3. Dapat menambahkan kipas angin.
2. Saran untuk Asisten
1. Interaksi antara Asisten dengan praktikan tetap terjaga
2. Perhatian kepada praktikan terus ditingkatkan
3. Alat yang rusak kiranya dapat diganti
LaboratoriumMekanikaFluida
LaboratoriumMekanikaFluida
Laboratorium Mekanika Fluida
LaboratoriumMekanikaFluida
LAPORAN
PENGUJIAN GAYA ANGKAT
(LIFT)

LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
III. PENGUJIAN GAYA ANGKAT (Lift )

3.1. Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Sebuah benda yang bergerak melalui suatu fluida akan mengalami suatu gaya baik
gaya hambat atau pun gaya angkat. Gaya angkat adalah gaya yang dilakukan terhadap suatu
benda oleh fluida yang bergerak yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu kecepatan.
Dalam rancang bangun benda yang terangkat seperti hydrofoil, airfoil akan sudu yang
bertujuan untuk menciptakan gaya dalam arah tegak lurus terhadap aliran fluida dan
sekaligus menimbulkan hambatan.
Khusus dalam percobaan koefisien lift, yang akan dibahas adalah bagaimana
mengubah gaya tahanan, sehingga gaya angkat dapat digunakan, sebagaimana pesawat udara
dapat terangkat pada gerakan cepat.

3.1.2. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini meliputi :
1. Untuk mendapatkan gaya angkat (FL) dengan variasi sudut serang (angle of attack).
2. Untuk memperlihatkan hubungan antara :
a. gaya angkat (FL), dengan angle of attack ().
b. koefisien angkat (CL), dengan angle of attack ().
3. Untuk menghitung bilangan Reynolds.
4. Untuk menghitung distribusi tekanan pada airfoil.
5. Mengetahui besarnya fenomena hambatan aliran dari hasil percobaan visualisasi dengan
melampirkan hasil pengamatan.
6. Menganalisis dengan membandingkan teori separasi aliran pada pengamatan visualisasi
aliran dengan benda uji airfoil.
7. Menganalisis kondisi pemisahan aliran pada pengamatan visualisasi aliran dengan
benda uji airfoil.
Laboratorium Mekanika Fluida
3.1.3 Kegunaan atau Aplikasi
Pengujian koefisien lift ini, mencakup pengujian rancangan pengaruh tekanan
terhadap profil suatu bentangan airfoil, dimana besarnya gaya angkat dari airfoil tersebut
serta koefisien liftnya dapat diketahui.

Dengan demikian koefisien lift ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dasar
dalam merancang suatu profil sayap secara ringkas. Kegunaan pengujian ini adalah :
1. Untuk menentukan gaya apa saja yang berpengaruh untuk mengangkat suatu profil /
sayap.
2. Bagaimana pengaruh kecepatan terhadap gaya angkat suatu profil sayap.
3. Untuk diaplikasikan dalam :
a. Perancangan model sayap pesawat.
b. Perancangan sudu.
c. Perancangan kapal selam.
d. Perancangan motor balap.

3.2. Alat dan Metode Percobaan


3.2.1. Alat Yang Digunakan

1. Sub Sonic Wind Tunnel digunakan sebagai instalasi pengujian koefisien lift,
sebagaimana dalam gambar 3.1 di bawah ini.
2. Profil dengan Tipe NACA 0012 yaitu sebagai benda yang mendapatkan gaya angkat.
3. Thermometer,untuk mengukur suhu ruang.
4. Barometer,untuk mengukur besarnya tekanan lokal / atmosfer.
5. Efuser, Yaitu bagian wind tunnel yang berfungsi untuk mempercepat aliran fluida dan
menurunkan tekanan di wind tunnel.
6. Difuser, yaitu alat untuk menurunkan kecepatan dan menaikkan tekanan.
7. Fan, untuk menghisap udara.
8. Pengatur Sudut Serang, untuk mengatur besarnya sudut dari airfoil.
9. Peredam/Silincer, untuk meredam getaran dan bunyi.
10. Double Butterfly Valve, untuk mengatur debit udara keluar.
Laboratorium Mekanika Fluida
11. Pitot Tube, untuk mengukur tekanan stagnasi.
12. Fiber Washer, untuk mengamati NACA dari luar.
13. Manometer, alat yang menggunakan kolom cairan untuk menentukan perbedaan
tekanan.
14. Airfoil, berfungsi untuk mengatur besarnya nilai koefisien lift (CL) dan koefisien drag
(CD) yang digunakan pada sayap pesawat terbang.
15. Reservoir, berfungsi sebagai tempat penampung fluida monometer.

Gambar 3.1 Instalasi Percobaan Gaya Angkat ( Lift )


Keterangan Gambar (3.1):
1. Silencer; 2. Double butterfly valve; 3. Fan; 4. Guide vane assembbly; 5. Diffuser;
6. Manometer tube; 7. Pitot tube; 8. Effuser; 9. Protection screen; 10. Model
holder; 11. Stand level on assembly; dan 12. Starter.

3.2.2. Metode Percobaan


1. Mencatat suhu dan tekanan luar/ atmosfer.
2. Membuka Double Butterfly Valve agar udara masuk mengisi ruang sub sonic wind
tunnel dan tekanan dan suhunya sama dengan kondisi diluar setelah itu ditutup kembali.
3. Mengatur keseimbangan NACA 0012 (profil) pada posisi 0˚.
4. Menyalakan mesin dan membuka katup double butterfly valve dengan cara diputar pada
keadaan 4 %.
5. Kemudian mengatur besarnya sudut serang pada airfoil yaitu 17,10, 5, 0, -5,-12,16 dan
mencatat nilai tekanan pada tabung pengukur.
Laboratorium Mekanika Fluida
6. Perhatikan aliran fluidanya, jika masih bergerak maka catatlah dimana posisi fluida itu
lama berhenti/ambil antaranya sebagai nilai yang diperoleh.
7. Lakukan langkah yang sama untuk sudut serang berikutnya yaitu 18,12, 8, 0,-7,-13, -17
dengan pembukaan katup 5 % dan catatlah kembali nilainya pada tabung pengukur
tekanan stagnasi dan tekanan totalnya dengan sudut serang sesuai dengan yang
ditentukan.
8. Setelah mencatat data keseluruhan, maka matikan mesinnya dan kembalikan posisi
airfoil ke sudut 0˚.

3.3. Rumus-Rumus Yang Digunakan :

1. Kerapatan udara  ud 


P
 ud = (kg/m3)
R T

Dimana : P = Tekanan atmosfir


Pa
= 101325 (Pa)
760
R = Konstanta Gas = 287.1 (J/kg 0K)
T = Temperatur udara (0K).

2. Beda tekanan statik dengan tekanan stagnasi P


P = oli  g  Pdin (N/m2)


Dimana :  oli = SGoli air (kg/m3)
Pdin = Ptot  Pstatis 10  (moli)
2

g = 9.81 (m/s2)

3. Kecepatan udara dalam wind tunnel (Vb )

2  P
Vb = (m/s)
ud
Laboratorium Mekanika Fluida
4. Bilangan Reynolds Re
Vc
Re =


Dimana : c = Panjang chord = 0.152 m
V = Kecepatan Fluida (m/s) 
 = Viskositas kinematis udara pada T =… oC (m2/s)

5. Gaya lift FL 


FL = P  dA (N)
c

= b x P  dx  cos
a

FL = p (N)

dimana : Pstag = Faktor konversi dari cmH2O ke N/m2


=  oli  g 10 2 (N/m2)

b = Bentang airfoil = 0.3048 m


dx = {h1 (s0 + 4s1 + s3) + h2 (s3 + 4s5 + s7) +
h3 (s7 + 4s9 + s11) + h4 (s11 + 4s13 + s15) +
h5 (s15 + 4s17 + s19) - h6 (s0 + 4s2 + s4) -
h7 (s4 + 4s6 + s8) - h8(s8 + 4s10 + s12) -
` h9 (s12 + 4s14 + s16) - h10 (s16 + 4s18 + s19)}/ 1000
so = s19 = 0
h1 = 1.5 mm h6 = 0.8 mm
h2 = 7.6 mm h7 = 7.6mm
h3 = 15.2 mm h8 = 12.7 mm
h4 = 15.3 mm h9 = 15.3 mm
h5 = 15.3 mm h10= 15.2 mm

6. Kecepatan suara Vs 


Vs = K R T (m/s)
dimana : K = 1.4
Laboratorium Mekanika Fluida
7. Mach Number Ma
Vb
Ma =
Vs

8. Koefisien Lift C L 
2  FL
CL =
ud  V 2  b c
Nazna:
LEMBAR KERJA MAHASISWA
T’anggal:
kABORATORlUM PENGUJIANGAYA
M6MNMG\ FLUIOA
UN HASANUDDIN ANGKAT ( LIFT )

3.4.1Analisa Data, Tabeldan Grafik


Untuk analisa diambil data no ... dengun PK ——.. . % dan sudut Jdenpun
data- data sebagai berikut :

a. Temperatur ruangan (T)

b. Kerapatan air (p,e) 997 Kg/ m3


C. Viskositas kinematis udara (v) 1,63 x 10*5 2 /S

d. SGoli = 0,835
e. Tekanan udara luar (P,) Y Pa
f. Bentangan airfoil (b) 0,3948 M
g. Panjang chord (c) 0,152 M
h. Konstanta udara (R) 287.1 I/Kg.K
i. Gaya gravitasi (g) 9,81 m2 'S

1. Kerapatan udara d )

9 »d
R xT

Dipindai dengan CamScanner


2. Beda tekanan statik dengan tekanan stagnasi (dP)
AP = p,„ x g x P„, (N/m2 )

3. Kecepatan udara dalam wind tunnel(VJ

2xAP
P*d

4. Bilangan Reynolds (Re)


Vxc
Re

5. Gaya lift (*L)


b x cos8
x P„, x dx (N)
’L
3

Dipindai dengan CamScanner


6. Kecepatan suara (V,)

» 549, Pr ••/s

7. Mach Number (Ma)


Vb
Ma

8. Koefisien Lift (C L)
2 x F,
’L
p„ x V’ x b x c

v zn d-a.849)

Dipindai denoan CamScanner


Laboratorium Mekanika Fluida
3.4.2. Tabel Hasil Pengamatan
1. Pembukaan Katup 3%

NO θ Tekanan (cmH2O)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Stagnasi Statis
1 22 1,4 -0,8 1,6 -0,9 -0,9 0 1,4 0,2 1 0,4 1,5 0,5 1,6 0,7 1,7 0,8 1,6 0,9 -0,2 0,8
2 12 1,7 -0,8 1,6 0 -0,1 0,2 1,2 0,4 0,8 0,6 1,4 0,6 1,4 0,8 1,6 0,8 1,7 0,8 -0,1 0,2
3 0 0,8 -0,2 1,2 0,7 -0,1 0,8 1,1 1 0,8 1 1,1 1 1,1 1 1,1 0,9 1 1 -0,1 0,8
4 -12 0 -0,2 -0,1 2,3 -0,2 1,9 0,2 1,8 0,8 1,5 0,4 1,3 0,6 1,2 0,6 1,1 0,6 1 -0,2 0,7
5 -22 0 -0,2 -0,2 1,3 -0,2 1,4 0,1 1,4 1,4 1,4 0,4 1,4 0,6 1,6 0,7 1,4 0,8 1,7 -0,2 0,6

2. Pembukaan Katup 4%

Tekanan (cmH2O)
NO θ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Stagnasi Statis

1 22 3,1 -0,4 3,2 -0,1 -0,2 0,2 2,8 0,7 2,2 1 3,2 1,2 3,2 1,4 3,2 1,7 3,4 1,9 -0,3 1,6
2 12 7,6 -0,4 6,8 -0,2 -0,4 0,2 3,4 0,6 1,3 0,8 2,8 1 2,5 1,2 2,3 1,2 2,2 1,2 -0,4 1,4
3 0 0,8 -0,4 1,9 1,6 -0,3 2 2 2,1 1,4 2 2 2 2 1,9 1,9 1,8 1,8 1,8 -0,4 1,6
4 -12 0,3 -0,2 -0,3 5,7 -0,3 4 0,4 3,8 1,7 3,2 1 2,7 1,2 2,4 1,3 2,2 1,4 2 -0,3 1,2
5 -22 0,2 -0,4 -0,4 3 -0,4 3,2 0,3 3,3 3,3 3,3 1,1 3,3 1,4 3,3 1,6 3,3 1,8 3,3 -0,3 1,2
Laboratorium Mekanika Fluida

SGoli = 0,835
P atm = 715 mmHg
T = 31°C = 304°K

3.4.3 Tabel Data Hasil Perhitungan

Pembukaan Katup = 3%
No θ (º) 𝜌ud ∆P Vb Re FL Vs Ma P CL 𝜌oli dx Pstag
. (kg/m3) (N/m) (m/s) (N) (m/s) (mmHg) (kg/m3) (N/m2)
1 22 145,61 81,70 1,05 9791,41 2,86 349,55 0,003 715 0,59 832,49 0,29 81,707
2 12 145,61 24,512 0,58 5408,58 1,658 349,55 0,001 715 1,12 832,49 0,15906 81,707
3 0 145,61 73,53 1 9325,15 0,043 349,55 0,002 715 0,009 832,49 0,004 81,707
4 -12 145,61 73,53 1,004 9362,45 -3,849 349,55 0,002 715 -0,873 832,49 -0,358 81,707
5 -22 145,61 65,36 0,94 8765,64 0,043 349,55 0,002 715 0,0111 832,49 0,004 81,707

Pembukaan Katup = 4%

No θ (º) 𝜌ud ∆P Vb Re FL Vs Ma P CL 𝜌oli dx Pstag


. (kg/m3) (N/m) (m/s) (N) (m/s) (mmHg) (kg/m3) (N/m2)
1 22 145,61 326,82 2,11 19676,07 3,75 349,55 0,006 715 0,19 832,49 0,38 81,707
2 12 145,61 147,073 1,42 13241,71 5,053 349,55 0,004 715 0,57 832,49 0,48452 81,707
3 0 145,61 163,41 1,49 13894,47 -0,62 349,55 0,004 715 -0,005 832,49 -0,058 81,707
4 -12 145,61 122,56 1,29 12029,44 -5 349,55 0,003 715 -0,68 832,49 -0,48 81,707
5 -22 145,61 122,12 1,49 13894,47 -5,881 349,55 0,004 715 -0,61 832,49 -0,5899 81,707
Laboratorium Mekanika Fluida
3.4.4 Grafik

1.5

0.5
CL

0
22 12 0 -12 -22
-0.5

-1

-1.5

-2
θ

3% 4%

Gambar 1. Hubungan antara Koefisien lift (CL) terhadap sudut serang (θ)

35000

30000

25000

20000
Re

15000

10000

5000

0
22 12 0 -12 -22
θ

3% 4%

Gambar 2. Hubungan antara bilangan Reynolds (Re) terhadap sudut serang (θ)
Laboratorium Mekanika Fluida
3.5

2.5

2
Vb

1.5

0.5

0
22 12 0 -12 -22
θ

3% 4%

Gambar 3. Hubungan antara kecepatan udara (Vb) terhadap sudut serang


(θ)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Dx

22 12 0 -12 -22 4%
-0.2 3%

-0.4

-0.6

-0.8

-1
θ

Gambar 4. Hubungan Vs Dx terhadap sudut serang (θ)


Laboratorium Mekanika Fluida
8

0
FL

22 12 0 -12 -22
-2

-4

-6

-8

-10
θ

3% 4%

Gambar 5. Hubungan antara gaya lift (FL) terhadap sudut serang (θ)

0.035

0.03

0.025

0.02
Ma

4%
0.015
3%
0.01

0.005

0
1.05 0.58 1 1.004 0.94 2.11 1.42 1.49 1.29 1.49
Vb

Gambar 6. Hubungan antara mach number (Ma) Vs kecepatan udara


(Vb)
Laboratorium Mekanika Fluida
3.5 Pembahasan

100

50

0
4%
25 15 5 -5 -15 -25
CL

3%
-50

-100
Θ
-150
Gambar 1. Hubungan antara koefisien lift (CL) terhadap sudut serang (θ)

Pada percobaan kali ini, kami telah melakukan pengujian pada gaya angkat (lift) dengan
menggunakan alat Sub Sonic Wind Tunnel. Pengujian koefisien lift ini dapat dijadikan sebagai salah
satu acuan dasar dalam merancang suatu profil sayap secara ringkas. Kami melakukan dua kali
pengambilan dengan katup yang berbeda, yaitu katup 3% dan katup 4%. Sudut serang yang kami
gunakan ialah sudut 22°, sudut 12°, sudut 0°, sudut -12°, dan sudut -22°. Gambar 1 menunjukkan
hubungan antara koefisien lift terhadap sudut serang, yang dimana pada pembukaan katup 3%
dengan sudut 22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.59; pada sudut 12˚ diperoleh koefisien lift senilai
1.12; pada sudut 0˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.009; pada sudut -12˚ diperoleh koefisien lift
senilai -0.873; dan pada sudut -22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.0111. Kemudian pada
pembukaan katup 4% dengan sudut 22˚ diperoleh koefisien lift senilai 0.19; pada sudut 12˚ diperoleh
koefisien lift senilai 0.57; pada sudut 0˚ diperoleh koefisien lift senilai -0.005; pada sudut -12˚
diperoleh bilangan Reynolds senilai -0.68; dan pada sudut -22˚ diperoleh bilangan Reynolds senilai -
0.61
Laboratorium Mekanika Fluida
3.5 Penutup
3.5.1 Kesimpulan
1. Gaya angkat akan terjadi jika adanya gaya dorong yang diberikan
cukup besar serta gaya angkat yang diberikan harus lebih besar
daripada gaya gravitasi yang diberikan
2. Semakin tinggi sudut putaran, maka nilai koefisien angkat (CL)
berkurang.
3. Semakin tinggi tekanan bagian bawah aerofoil, maka semakin tinggi
gaya angkat yang diberikan
3.6.2. Saran-saran
1. Saran untuk laboratorium
 Selalu memberikan perawatan pada mesin
 Sebaiknya mempersiapkan alat pelindung telinga agar melindungi telinga
dari suara bising
 Memberikan ruang yang lebih besar lagi

2. Saran untuk asisten


 Sebaiknya Perhatian kepada praktikan terus ditingkatkan
 Menjadi asisten laboratorium yang lebih baik lagi ke depannya
 Senantiasa selalu membimbing dan pemahaman yang lebih mudah dan
variatif
LAPORAN
PENGUJIAN ALIRAN DALAM
PIPA DAN ALAT BANTU PIPA

LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
IV. PENGUJIAN ALIRAN DALAM PIPA DAN ALAT BANTU PIPA

5.1. Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Mekanika fluida adalah cabang mekanika terapan yang berkenaan dengan
perilaku fluida dalam keadaan diam maupun bergerak. Fluida adalah zat mampu
alir dan menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadah yang ditempatinya. Bila
berada dalam kesetimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial dan gaya
geser. Semua fluida memiliki derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan
kecil terhadap perubahan wadah yang ditempatinya.
Dalam hubungannya dengan perkembangan IPTEK, terutama dalam dunia
industri, maka mekanika fluida merupakan hal yang cukup berpengaruh. Oleh
karena itu melalui praktikum mekanika fluida ini khususnya menyangkut
Percobaan Aliran Laminar dan Turbulen, diharapkan praktikan akan dapat
memahami dan menerapkan ilmu tentang Aliran Laminar dan Turbulen dalam
dunia industri.
5.1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini meliputi :

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


a. Mengetahui karakteristik aliran udara dalam pipa dan nossel.
b. Mengetahui fakor gesek aliran udara dalam pipa dan nossel.
c. Mengetahui koefisien kerugian aliran udara dalam alat bantu pipa dan
nossel.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :


a. Mengetahui besarnya factor gesek pipa dan koefisien kerugian alat bantu
pipa serta karakteristik distribusi aliran dalam nosel dari hasil percobaan
dengan melampirkan hasil pengamatan.
b. Menganalisis dengan membandingkan teori aliran dalam pipa dan alat
bantu pipa serta nosel dengan hasil percobaan.
c. Menganalisis karakteristik aliran dalam pipa yaitu hubungan antara
koefisien gesek dan koefisien kerugian dengan bilangan Reynolds.
d. Menggambarkanpertumbuhan lapisan batas dalam penampang melintang
pipa dan analisisnya.
Laboratorium Mekanika Fluida
5.1.3 Kegunaan atau Aplikasi
Pada dasarnya suatu pengujian di laboratorium dilakukan untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kegiatan sehari-hari di lapangan.
Adapun kegunaan dari percobaan ini antara lain :
a. Dengan mengetahui cara meningkatkan efisiensi aliran fluida dengan
mengurangi gesekan-gesekan yang dapat menyebabkan kerugian-kerugian.
b. Menentukan konstruksi dan jenis pipa yang digunakan dalam perancangan
sistem pipa sehingga tidak terjadi kebocoran-kebocoran akibat tekanan fluida
yang terjadi oleh perubahan elevansi ataupun perubahan kecepatan.
c. Dapat mengetahui mekanisme timbulnya gaya gesek pada dinding pipa.
d. Mengetahui penerapan/fungsi nossel di lapangan seperti pada alat injektor di
motor bakar dan nossel pada pesawat terbang yang merubah energi potensial
(Ep) menjadi energi kinetik (Ek).
Adapun aplikasinya antara lain, pada:
a. Instalasi sistem perpipaan PDAM.
b. Sistem perpipaan bahan bakar mesin transportasi.
c. Perancangan propulsi jet.
d. Perancangan dan instalasi pipa air untuk industri, perhotelan, kantor dan rumah
tangga.

5.2. Alat Dan Metode Percobaan

5.2.1 Alat Yang Digunakan


1. Stop Watch : untuk menunjukkan waktu saat motor listrik berputar.
2. MistarGeser : untuk menunjukkan kedudukan probe pada nossel.
3.Barometer : untuk mengukur tekanan udara ruangan saat praktikum
berlangsung.
4. Termometer : untuk mengukur temperature ruangan.
5. TabungPitot : untuk mengukur tekanan stagnasi aliran dalam pipa.
6.Tachometer : untuk mengukur putaran motor dalam selang waktu tertentu
7. Manometer : untuk mengukur tekanan statis aliran dalam fluida.

5.2.2 MetodePercobaan
1. Menghubungkan motor listrik dengan regulator.
2. Memasang pegas Newton pada motor listrik dan rangka instalasi.
Laboratorium Mekanika Fluida
3. Menyambungkan regulator pada sumber tegangan.
4. Menyalakan regulator.
5. Mengatur output arus pada regulator sehingga motor berputar dengan
putaran tertentu, perhatikan gambar instalasi percobaan di bawah ini.
6. Menghitung kecepatan putaran motor dengan menggunakan tachometer
dan stopwatch.
7. Mengatur pembukaan katup pada posisi 100 %.
8. Mengatur kedudukan pitot pada posisi 0 mm dari dinding.
9. Mengukur tekanan statis pada setiap titik sepanjang pipa (titik N sampai
titik 13).
10. Mengukur tekanan stagnasi dengan mengatur kedudukan pitot pada posisi
2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 mm dari dinding.
11. Mengatur pembukaan katup pada posisi 50 %.
12. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 50 %.
13. Mengatur pembukaan katup pada posisi 10%.
14. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 10 %.
15. Mengatur output arus pada regulator agar putaran motor naik pada putaran
tertentu.
16. Mengulangi prosedur 6 sampai 14 untuk putaran motor yang baru.
17. Mengatur kembali output arus pada regulator agar putaran motor naik pada
putaran tertentu.
18. Mengulangi prosedur 6 sampai 10 untuk putaran motor yang baru.
19. Mengatur kedudukan probe pada posisi 0 mm.
20. Mengukur tekanan statis dan stagnasi dalam nossel pada posisi probe 30,
40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 mm.
21. Mengatur pembukaan katup pada posisi 50 %.
22. Mengulangi prosedur 8 sampai 10 untuk pembukaan katup 50 %.
23. Mengulangi prosedur19 dan 20 untuk pembukaan katup 50 %.
24. Mengatur pembukaan katup pada posisi 10 %.
25. Mengulangi prosedur 22 dan 23 untuk pembukaan katup 10 %.
26. Setelah selesai, mematikan motor/regulator dan merapikan semua alat-alat
yang dipakai.
Laboratorium Mekanika Fluida

Gambar : Instalasi Percobaan Aliran Dalam Pipa dan Alat Bantu Pipa
5.3. Rumus-Rumus Yang Digunakan
A. Koefisien Gesek Dalam Pipa
1. Massa jenis udara (ud)
𝑃 𝑃𝑎𝑡𝑚
ud = 𝑅𝑇𝑎 (kg/m3), Pa = 𝟕60
𝑥101325

R = 287,1 J/kg.K ; T = ….K


2. Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (𝑉𝑝 )
2𝑃𝑠𝑡
𝑉𝑝 = √ 𝜌 , Dimana; Pst =kr.g.∆ht (N/m2)
𝑢𝑑

kr = SGkr . air


∆ht = h13 - ℎ𝑡𝑜𝑡 . (10-2) (mkr)
ℎtot = Tekanan total rata-rata (cmkr)
3. Bilangan Reynold (Re)
𝑉𝑝. 𝐷𝑃
Re = 𝜈

Dimana : Dp = diameter dalam pipa (0,075 m)


V = Viskositas kinematis udara (m3/kg)
4. Koefisien gesek eksperimen (feks)
𝐷𝑝 𝛥ℎ𝐿
feks = kr.g. 𝐿 .
2𝜌𝑢𝑑 𝑉𝑝2

Dimana : ∆hL = (h13 – h11) .10-2 (mkr)


h13,h11 = Titik tapping No. 13 dan 11
L = Jarak antara titik h11 dan h13 = 2030 mm
5. Koefisien gesek theoritis
fb = 0,079 (Re)-1/4
Laboratorium Mekanika Fluida
B. Distribusi Kecepatan Dalam Pipa
1. Kecepatan pada penampang melintang (m/s)
2𝑃𝑠𝑡𝑦𝑛
Un = √ (m/s)
𝜌𝑢𝑑

Dimana : Pstyn = kr.g. ∆hyn (N/m2)


∆ hyn = hst – hyn . 10-2 (m) ; hst = h13 (tabel stagnasi)
hyn = tekanan total tiap kedudukan tabung pitot (cmkr)
hst = tekanan statis (cmkr)
2. Kecepatan gesek (U*n)
𝑓𝑒𝑘𝑠
U*n = Un.√ (m/s)
2

3. Perbandingan kecepatan dan kecepatan gesek


𝑈𝑛
𝑈𝑛∗ =
4. Bilangan Reynold berdasarkan kecepatan gesek (Re)
𝑈𝑛∗ .𝑌𝑛
Re= ;Yn = Jarak pitot terhadap dinding pipa (m)
𝜈

5. Distribusi kecepatan untuk persamaan semi empiris


𝑈 𝑈𝑛∗ .𝑌𝑛
= 5,57 log + 5,5
𝑈∗ 𝜈

C. Aliran dalam nozzle


1. Kecepatan aktual (Vactn)
2𝑃𝑠𝑡
Vactn = √ 𝜌 m/s)
𝑢𝑑

Dimana : Pst =kr.g. ∆hyn (N/m2)


∆hyn = (hstatis - hyn) . 10-2 (m)

2. Kecepatan aktual rata-rata (𝑉𝑎𝑐𝑡 )


𝑉𝑎 +𝑉𝑏 +.....𝑉𝑛
𝑉𝑎𝑐𝑡 = (m/s)
𝑛

Dimana:Vn = kecepatan pada tiap titik kedudukan pitot (m/s)


n = jumlah titik pengamatan
3. Debit aktual (Qact)
Qact = 𝑉𝑎𝑐𝑡 X Ap (m3/s)
Dimana : Ap = luas pipa
= ¼ π (Dp)2 (m2)
Laboratorium Mekanika Fluida
4. Kecepatan ideal (Vid)
2𝑃𝑠𝑡
Vid = √ 𝜌 (m/s)
𝑢𝑑

Dimana : Pst = 𝜌kr.g.∆hN (N/m2)


∆hN = (hprobe - hstprobe) .10-2 (mkr)
5. Debit ideal (Qid)
Qid = Vid X AN (m3/s)
Dimana : AN = luas nozzle
= ¼ π (DN)2 (m2)
DN = diameter nozzle
75−𝐼𝑛 2
DN = 100 – 50 √1 − ( ) (m2)
75

In = jarak kedudukan probe (mm)


6. Koefisien pengeluaran (k)
𝑉𝑎𝑐𝑡
k = 𝑉𝑖𝑑

7.Koefisien kerugian aliran alat bantu pipa (KL)


Laboratorium Mekanika Fluida
5.6. Pembahasan
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh . Fluida
yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih
besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer .Pada percobaan pengujian dalam
pipa dan alat bantu pipa yang dilakukan di laboratorium mekenika fluida
fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini memiliki tujuan khusus yaitu
menganalisis karakteristik aliran dalam pipa yaitu hubungan antara koefisien
gesek dan koefsien kerugian dengan bilangan Reynolds, Banyaknya fluida yang
masuk pada pipa mempengaruhi koefisien kerugian dan alat bantu pipa,
Hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang mengakibatkan
berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan disebut sebagai gesekan aliran.
Praktikum kali ini juga mempelajari tentang bagaimana kerugian aliran udara
dalam alat bantu pipa dan nossel. pada percobaan kali ini menggunakan alat
ukur yaitu, stopwatch untuk menujukkan waktu saat motor listrik berputar ,
mistar geser untuk menujukkan probe pada nossel, barometer untuk mengukur
tekanan udara ruangan saat praktikum dan lain sebagainya. Setelah mengatur
alat yang berhubungan dengan kelistrikan kita melakkan pengaturan kecepatan
putaran motor lalu menghitung kecepatan motor menggunakan taco meter dan
stopwatch. Pada percobaan ini kita mengukur tekanan statis, tekanan stagnasi
dan tekanan dalam nozzle.Pada tekanan statis telah ditentukan posisi tapping
H9, H10, H11, H12. Untuk tekanan stagnasi, kedudukan pitot 2,4,6,8,10.
Tekanan statis dengan tekanan stagnasi memeliki nilai kecepatan putaran motor
yaitu 2237 dan 1795 RPM. Sedangkan untuk tekanan dalam nozzle nilai
kedudukan probe adalah 30,40,50,60,70. Namun untuk tekanan dalam nozzle
hanya menggunakan kecepatan putaran motor 2237 RPM. Adapun bukaan
katup 100%. 50% dan 10%. Ketika menghitung tekanan statis, kedudukan pitot
0 maka kedudukan probe 0. Untuk menghitung tekanan stagnasi dan tekanan
pada nossle maka kedudukan pitot dan kedudukan probe diubah dengan
ketentuan tabel data yang telah tersedia. Untuk hasil pada manometer , ditunggu
hingga mesin stabil lalu di foto oleh praktikan untuk diambil datanya setelah
keluar dari lab.
Laboratorium Mekanika Fluida
5.7. Penutup
5.7.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan diketahui bahwa semakin besar gaya drag yang terbaca
maka semakin kecil koefisien drag yang dihasilkan.
2. Besar koefisien drag dari hasil percobaan ditentukan oleh gaya drag (Fd) yang
diperoleh dari pengambilan data
3. Pada percobaan ini, hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa
bilangan Reynold berbanding terbalik dengan koefisien drag dimana semakin
besar bilangan Reynold yang didapat maka semakin kecil pula koefisien drag
yang dihasilkan.

5.7.2. Saran - Saran


1. Saran untuk Laboratorium
• Memberikan ruang yang lebih besar lagi
• Sebaiknya memberikan alat pelindung telinga agar melindungi telinga
dari suara bising
• Selalu memberikan perawatan pada mesin

2. Saran untuk Asisten


• Koordinasi antara praktikan dengan asisten tetap terjaga
• Perhatian kepada praktikan terus ditingkatkan
• Senantiasa selalu membimbing dan memberi pemahaman yang lebih
mudah dipahami serta lebih variatif
LAPORAN
PENGUJIAN VISUALISASI
ALIRAN LAMINAR

LABORATORIUM
MEKANIKA FLUIDA
Laboratorium Mekanika Fluida
VII. PENGUJIAN VISUALISASI ALIRAN LAMINAR

1.1 Teori Dasar Aliran Eksternal (Aliran Luar)

Aliran luar yang melewati benda-benda meliputi berbagai variasi


fenomena mekanika fluida yang sangat beragam. Jelas bahwa karakteristik dari
medan aliran adalah sebuah fungsi dari bentuk benda.
Aliran-aliran yang melewati bentuk-bentuk geometri yang relatif sederhana
(misalnya bola atau silinder bundar, silinder persegi dan aerofoil), diperkirakan
memiliki medan-medan aliran yang lebih sederhana, dibandingkan aliran yang
melewati sebuah bentuk yang kompleks seperti sebuah pesawat terbang atau
sebuah pohon. Meskipun demikian, bahkan benda yang bentuknya paling
sederhana sekalipun menghasilkan aliran-aliran yang agak kompleks.
Untuk memahami dan mendapatkan hasil visualisasi terbentuknya
pemisahan aliran yang melewati benda, maka aliran fluida pada bilangan
Reynolds rendah atau pada aliran laminar. Gambar 7.1 berikut ini memperlihatkan
karakteristik aliran melewati pelat datar.

Gambar 7.1 Karakteristik aliran viskos, tunak melewati sebuah pelat datar
sejajar terhadap kecepatan hulu: (a) aliran dengan bilangan
Reynolds rendah, (b) aliran dengan bilangan Reynolds sedang, (c)
aliran dengan bilangan Reynolds besar (Munson, 2002).

Seperti aliran yang melewati pelat datar yang digambarkan di atas, aliran yang
melewati sebuah benda tumpul (seperti silender bundar atau bentuk lainnya) juga
Laboratorium Mekanika Fluida
bervariasi sesuai bilangan Reynolds. Secara umum, semakin besar bilangan
Reynoldsnya, semakin kecil daerah di dalam medan aliran di mana efek viskos
menjadi penting. Namun demikian untuk benda-benda yang tidak cukup
streamlined, karakteristik tambahan dari aliran dapat terlihat. Hal ini disebut
sebagai pemisahan aliran (separasi aliran) dan diilustrasikan dalam gambar 7.2
berikut ini.

Gambar 7.2 Karakteristik aliran tunak viskos melewati sebuah silinder bundar:
(a)aliran dengan bilangan Reynolds rendah, (b) aliran dengan
bilangan Reynolds sedang, (c) aliran dengan bilangan Reynolds
besar (Munson, 2002)

7.2. Tujuan Pengujian Visualisasi Aliran:


a. Mengetahui besarnya fenomena hambatan aliran dari hasil percobaan visualisasi
dengan melampirkan hasil pengamatan.
b. Menganalisis dengan membandingkan teori separasi aliran pada pengamatan
visualisasi aliran dengan beberapa benda uji.
c. Menganalisis kondisi pemisahaan aliran pada pengamatan visualisasi aliran
dengan beberapa benda uji.

7.3 Metode Pengujian atau Percobaan

Unit Visualisasi dan Analisis Aliran Laminar (LFA), memungkinkan studi


lengkap tentang masalah dua dimensi yang terkait dengan aliran laminar dengan
cara visualisasi berbagai model aliran yang dapat divisualisasikan dengan bantuan
system injeksi cairan berwarna yang efisien. Hal ini merupakan penguatan dari
peralatan Hele-Shaw.
Peralatan terdiri atas unit yang diletakkan di lantai, dengan permukaan kerja
yang lebar hingga ketinggian yang sesuai. Peralatan ini memiliki area kerja yang
Laboratorium Mekanika Fluida
luas (605 mm x 90 mm) yang menggabungkan 8 saluran air dan 8 suplai air. Bagian
kerja terdiri dari dua lembar kaca, dipisahkan dengan menggunakan spasi pada
jarak tertentu. Peralatan ini memiliki tangki fiberglass pada input dan pada output
bagian kerja, selain katup control, sebagaimana terlihat pada gambar 7.3 berikut ini.
Laboratorium Mekanika Fluida

Gambar 7.3 Instalasi Pengujian


Lembaran kaca dipisahkan dengan menggunakan spacebars, pada jarak yang
dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, untuk mencapai studi yang tepat tentang aliran
laminar di sekitar model hidrodinamik yang berbeda. Lembar inferior dicetak pada
kotak untuk memudahkan visualisasi aliran, dengan delapan saluran yang ditempatkan
di sepanjang garis tengah lembaran kaca dalam bentuk silang.
Peralatan ini memiliki tangki yang terhubung ke sistem pewarnaan injeksi, yang
terdiri dari sistem jarum ditempatkan pada input lembaran. Pasang benda uji pada seksi
uji, kemudian alirkan melewati benda uji, mulai dari kecepatan rendah sampai dengan
kecepatan tertinggi sebanyak lima tingkat kecepatan. Atur posisi suplai air dan suplai
pewarna injeksi yang mengalir tepat mengenai benda uji, atau terjadi keseimbangan
antara pertumbuhan aliran sebalah kiri dan sebelah kanan benda uji. Rekam foto dan
vidio untuk setiap tingkat kecepatan alaran air. Ulangi percobaan dengan cara dan
perlakuan yang sama untuk benda uji lainnya. Adapun Profil benda uji dapat dilihat
pada gambar 7.4 berikut ini. Perlakuan model benda uji dapat dilihat pada gambar 7.5.
Sebelum meninggalkan Laboratorium bersihkan LFA dan peralatan lainnya serta benda
uji.
Laboratorium Mekanika Fluida

Gambar 7.4 Profil Benda Uji

(a) (b) (C)

(
d) (e)

( g)

(f)
Laboratorium Mekanika Fluida
Nama: Melkyson
Patandianan
LEMBAR KERJA MAHASISWA (D021181438)
Tanggal : 25 Juni 2020

LABORATORIUM Persetujuan :
MEKANIKA PENGUJIAN VISUALISASI
FLUIDA
UNIV. ALIRAN LAMINAR

HASANUDDIN

7.4 Hasil Pengamatan

7.5 Hasil Pengukuran Posisi Pemisahan Aliran dan Tebal Lapisan Batas

Arah aliran
Lapisan batasan
Pemisahan Aliran
Efek viskositas
penting
Viskositas tidak
penting
Laboratorium Mekanika Fluida
7.6. Pembahasan

Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan
yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama lain. Alirannya
relatief mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar (laminae) &
mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.Partikel fluida mengalir atau
bergerak dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Pada laju aliran rendah, aliran laminer
tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminer
mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300. Aliran transisi merupakan aliran
peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada
viskositas fluida, kecepatan dan lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai
bilangan Reynoldsnya antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re. Sedangkan aliran
turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak
stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi. Akibat dari hal tersebut garis
alir antar partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen mentransport partikel-partikel
dengan dua cara; dengan penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika
pusaran turbulen bekerja padanya. Turbulen terutama terjadi di sungai akibat
penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat kekasaran bawah
permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya adalah ombak, tekanan angin
permukaan, dan penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa bekas ledakan
volkanis ditransport angin. Tekanan statik atau tekanan thermodinamika pada
persamaan Bernoulli adalah tekanan fluida yang diukur oleh alat yang bergerak bersama
dengan fluida. Kondisi ini sangat sulit diwujudkan, namun dengan kenyataan bahwa
tidak ada variasi tekanan pada arah penampang tegak lurus aliran, maka tekanan statik
dapat diukur dengan membuat lubang kecil pada dinding aliran sedemikian rupa
sehingga sumbunya tegak lurus dinding aliran (wall pressure tap).

Di praktikum kali ini kita, akan akan melihat bahwa apa yang terjadi ketika profil
benda uji diberikan suatu aliran dengan menggunak Injection system.Apakah mengalami
laminer ataupun turbulensi.Sebelum melalakukan praktikum, kami terlebih dahulu
mengukur panjang tiap profil benda uji. Untuk panjang profil persegi didapatkan sebesar
59 mm. Untuk aerofoil sebesar 177 mm. Untuk profil benda uji lingkaran, kita memilih
2 ukuran berbeda. Yaitu untuk lingkaran pertama sebesar 39 mm. lingkaran kedua
Laboratorium Mekanika Fluida
sebesar 59 mm. Adapun ketebalan profil benda uji mendapat nilai yang sama. Sebesar
2 mm.

Pada saat percobaan ada juga terjadi gelembug gelembung udara pada pinggir dari
aliran, gelembung ini disebabkan karena terdapat udara yang tidak dikeluarkan secara
sempurna sebelum memulai percobaan, akan tetapi gelembung yang terbentuk berada
di sisi lain dari profil percobaan sehingga tidak mempengaruhi proses percobaan kami,
jika gelembung tersebut berada di depan atau di tengah tengah profil yang kami pakai,
dapat membuat kekeliruan dalam mengambil data karena gelembung tersebut akan
meisahkan fluida seperti sebuah hambatan baru yang di letakkan di sana, sehingga
mempengarusi pengambilan data percobaan.

Langkah pertama yang kami lakukan pada saat percobaan yaitu Kami mengisi air
pada bak yang berada di belakang mesin, air yag di gunakan harus steril karna jika ada
kotoran pada air tersebut akan merusak alat, seperti pada ujung pipanya di beri saringan
agar lumut yang berada pada pipa tidak turun ke bak air dan akan masuk pada jarum
jarum mesin dan akan merusak mesin, sehingga mesin tidak akan berfungsi dengan baik,
setelah itu kami disuruh memilih tiga bahan uji dari plastik yakni Aerofoil, persegi dan
slinder bulat. Selanjutnya kami memasang bahan uji yang kami pilih di bawah kaca
mesin, bahan uji tersebut yang akan menjadi hambatan fluida pada saat percobaan nanti,
Setelah itu kami mengukur debit yang di pakai dalam percobaan, debit air yang di pakai
yaitu 1600L/Jam, lalu nyalakan mesin, Selanjutnya kami membersihkan gelembung
gelembung yang ada di bawah kaca, seharusnya kami memakai alat yang ada pada mesin
untuk membersihkan gelembung, tetapi kami tidak melakukannya karna katanya alat
tersebut tidak efektif, jadi kami membersihkan gelembung gelembung udara di bawah
kaca dengan cara mengangkat kacanya dan di turunkan berulang kali, sampai semua
gelembungnya bersih di jalur fluida yang akan di amati. kami membersihkan air yang
tumpah pada mesin saat membersihkan gelembung agar lebih jernih mengamati
fluidanya, Pada saat semua alat stabil pewarna yaitu betadin di masukkan pada tempat
fluida sehingga nanti jika kami mngamati alur fluidanya akan jelas terlihat. Saat alat
sudah berjalan kami menunggu momen yang paling sempurna untuk mengambil data
berbentuk foto sehingga dapat kami gunakan pada laporan, Setelah semua selesai, mesin
di matikan dan alat-alat yang di gunakan di bersihkan dan di kembalikan pada tempat
semula, seperti sebelum praktikum di mulai.
Laboratorium Mekanika Fluida
7.7 Penutup
7.7.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa pada setiap aliran melalui suatu
benda akan mengalami gesekan dengan permukaan benda tersebut.
2. Dengan adanya gesekan permukaan (skin friction) maka pada setiap aliran udara yang
mengalir melalui benda akan menyebabkan adanya perubahan kecepatan aliran udara dari
yang paling kecil sampai dengan suatu daerah yang mempunyai kecepatan udara bebas
akibat adanya separasi aliran
3. Besar kecilnya hambatan ditentukan oleh kekasaran permukaan benda, kecepatan
fluida yang mengalir dan letak benda terhadap aliran fluida.

7.7.2 Saran – Saran


1. Saran untuk Laboratorium
1. memberikan ruang yang lebih besar lagi
2. Sebaiknya memberikan alat pelindung telinga agar melindungi telinga dari suara
bising
3. Selalu memberikan perawatan pada mesin
2. Saran untuk Asisten
1. Koordinasi antara praktikan dengan asisten tetap terjaga
2. Perhatian kepada praktikan terus ditingkatkan
3. senantiasa selalu membimbing dan memberi pemahaman yang lebih mudah
dipahami serta lebih variatif
LAMPIRAN
Laboratorium Mekanika Fluida
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai