PENDAHULUAN
100 100
40 50 60
30 45 45 30 45 45
0
15 6 12 15 12 5 3 15 3 2 12 5
C 2. 2. 2.
R1 2.
C
FS FS HM
P2 E1 E1 E1 E1 2 1 E1
F DF F F F E1 E2 F P E2 F E DF E1
D M D D D DF DF D DF D M DF
M M M M M M M M M M
Jenis Material
Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlah selisih material yang berbeda
antara fisik dan sistem. Hal tersebut menjadi suatu masalah dalam
pengelolaan material di gudang. Penyebab dari permasalahan tersebut adalah
pada saat bagian produksi membutuhkan material tidak menyerahkan form
request material dan barcode identitas material kepada bagian stock control.
Bagian produksi langsung mengambil material di gudang tanpa
pemberitahuan pada bagian stock control. Bukan hanya itu, pemberitahuan
material yang dibutuhkan oleh bagian produksi terkadang dilakukan secara
lisan kepada bagian stock control tanpa dokumen apapun. Bagian Stock
control harus melakukan stock take setiap hari untuk mengetahui jumlah
material yang berkurang. Hal itu terjadi karena belum adanya standard
operating procedure (SOP) pengeluaran material. Bagian Stock control tidak
bisa menolak permintaan material produksi tanpa form request material
karena tidak adanya aturan dari standar yang ditetapkan perusahaan.
Dampak dari perbedaan jumlah fisik dan sistem tersebut akan
menimbulkan biaya kehilangan. Biaya kehilangan tersebut sebesar Rp
33.825.000 yang diperoleh dari perhitungan jumlah selisih material dengan
harga per satuan material. Biaya tersebut akan menjadi kerugian bagi
perusahaan. Jika dibiarkan seperti itu, kerugian perusahaan akan semakin
bertambah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi dan
kebijakan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Perancangan SOP pengeluaran material dapat menjadi solusi dalam
permasalahan tersebut sehingga aktivitas pengeluaran material dapat
terkendali.
Berdasarkan permasalahan perbedaan jumlah material fisik dan sistem
yang disebabkan oleh belum adanya SOP pengeluaran material, penulis
tertarik untuk merancang SOP pengeluaran material di PT CII. Oleh karena
itu, penulis mengambil judul tugas akhir yaitu “Perancangan Standard
Operating Procedure (SOP) Pengeluaran Material pada PT Corinthian
Industries Indonesia (CII)”.
2
Sayuti, J. 2012. Pentingnya Standard Operasional Prosedur Kerja untuk Meningkatkan
Kinerja Karyawan dalam Perusahaan. Jurnal Ilmiah
3
Atmoko, Tjipto. 2011. Standard Operasional Procedure (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Unpad, Bandung. hal. 2
4
Tambunan, Rudi M. 2008. Standard Operating Procedure (SOP). Jakarta : Maiestas
Publishing. hal. 79
merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional
organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar. 5 Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa Standard Operating Procedure (SOP) adalah suatu
pedoman kerja yang menjadi acuan pekerja dalam melakukan suatu tindakan
atau aktivitas agar berjalan secara efektif dan efisien dan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Maryati (2007:53), standar kerja adalah perilaku atau hasil
minimum yang diharapkan dapat dicapai oleh seluruh karyawan. Standar
kerja memiliki beberapa ketentuan sebagai berikut.
1. Tertulis serta dapat diterima dan mudah dimengerti oleh pelaksananya.
2. Di dalamnya terdapat standar struktur, standar proses dan standar hasil.
3. Berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam suatu organisasi.
Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan berintegrasi.
4. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang.6
2.1.1 Tujuan dan Manfaat SOP
Menurut Purnamasari (2015:16), terdapat beberapa tujuan dari SOP seperti
uraian berikut ini.
1. Memberikan sebuah rekaman kegiatan dan pengoperasiannya secara
praktis.
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
3. Membentuk kedisiplinan kepada semua anggota organisasi baik dalam
institusi, organisasi, maupun perusahaan.
4. Menjaga tingkat kinerja yang konsisten pada masing-masing unit kerjanya.
5. Memperlancar pekerjaan atau tugas bagi karyawan.
6. Ketika ada penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang SOP ini bisa
dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat untuk mengambil tindakan.
7. Memberikan kemudahan dalam menyaring, menganalisis, dan membuang
hal-hal atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur.
8. Untuk meminimalkan kesalahan atau kegagalan, keraguan, dan inefisiensi.
9. Memperbaiki kualitas atau performa karyawan itu sendiri.Membantu
menguatkan regulasi perusahaan.
5
Sailendra, Annie. 2015. Langkah-langkah Praktis Membuat SOP. Yogyakarta: Trans
IdeaPublishing. hal. 11
6
Fatimah, Endah Nur. 2015.Strategi Pintar Menyusun SOP. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. hal. 47
10. Memastikan efisiensi tiap-tiap aktivitas operasional.
11. Menjelaskan segala peralatan untuk keefektifan program pelatihan.
12. Memberikan kemudahan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga semua
karyawan menyadari akan tanggung jawab pekerjaan, memahami, dan
mengetahui hak dan kewajibannya.
13. Melindungi organisasi atau unit kerja dan karyawan dari malapraktik atau
kesalahan lain.7
Menurut Fatimah (2015:52-53), terdapat beberapa manfaat dari SOP
seperti uraian berikut ini.
a. Meminimalisir kesalahan dalam melakukan pekerjaan.
b. Mempermudah serta menghemat waktu dan tenaga dalam program
training karyawan.
c. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan suatu pekerjaan.
d. Menjadi acuan dalam melakukan penilaian terhadap proses layanan.
e. Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
sebagai konsumen.
f. Pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen.
g. Mengurangi beban kerja serta dapat meningkatkan comparability,
credibility, dan defensibility.
h. Menjadi alat komunikasi antara pelaksana dan pengawas serta membuat
pekerjaan diselesaikan secara konsisten.
i. Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap setiap
proses operasional perusahaan.
j. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu
perubahan kebijakan.
k. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi kerja karena
perusahaan telah memiliki sistem kerja yang sudah jelas dan terstuktur
secara sistematis.
l. Menjadi dokumen aktivitas proses bisnis perusahaan.8
7
Purnamasari, Evita P. 2015. Panduan Menyusun SOP. Yogyakarta: Kobis. hal. 16
8
Fatimah, Endah Nur. 2015.Strategi Pintar Menyusun SOP. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. hal. 52-53
2.1.2 Prinsip Penyusunan SOP
Dalam penyusunan SOP semua prosedur yang dijadikan standar harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Ditulis dengan jelas, sederhana, sistematis, dan tidak berbelit-belit
sehingga mudah dimengerti dan diterapkan.
2. Mendorong Pelaksanaan rangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
3. Disesuaikan dengan kebijakan perusahaan, standar yang menjadi acuan
perusahaan, dan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Dievaluasi secara periodik dan disesuaikan dengan kondisi terkini atau
kebutuhan organisasi, dan perkembangan kebijakan yang berlaku.
5. Menjadi pedoman yang terukur mengenai waktu, hasil kerja, maupun
rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran bila diperlukan adanya
pelayanan.
6. Memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus melaksanakan
kegiatan, berapa waktu yang dibutukan dan sampai di mana tanggung
jawab masing-masing pegawai.
7. Dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi
hambatan
8. Dikomunikasikan secara sistematis kepada semua unit kerja.9
9
Sailendra, Annie. 2015. Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Yogyakarta: Trans
IdeaPublishing. hal. 49-50
dengan tujuan atau hasil yang ingin diraih. Ketika terjadi kerugian,
langsung bisa di cek dari efisiensi sumber daya yang dimaksudkan.
3. Meminimalkan Kesalahan
SOP menjadi panduan pasti atau prosedur kerja yang membimbing para
karyawan agar bekerja secara sistematis. Oleh karena sistematika yang
jelas ini, karyawan diharapkan tidak membuat kesalahan yang berakibat
fatal bagi instansi atau perusahaan yang terkait. Melalui SOP diharapkan
para karyawan dapat meminimalkan kesalahan.
4. Penyelesaian Masalah
Kadangkala konflik bisa saja terjadi, misalnya dengan sesama karyawan,
karyawan dengan supervisor, karyawan dengan pimpinan dan sebagainya.
Konflik bisa menjadi berkepanjangan dan seakan-akan tidak ada yang
menjadi penengah untuk menyelesaikan konflik tersebut. Jika
dikembalikan ke SOP yang telah disusun secara tepat maka kedua belah
pihak yang sedang berkonflik harus tunduk terhadap SOP tersebut
sehingga konflik pun dapat segera diatasi dengan mudah dan dicari jalan
keluarnya.
5. Perlindungan Tenaga Kerja
Dalam hal ini SOP dimaksudkan untuk melindungi para karyawan yang
berkaitan dengan persoalan karyawan, seperti sikap loyalitas karyawan
terhadap perusahaan dan karyawan sebagai individu secara personal. SOP
memberi batas yang jelas secara sistematis agar kedua hal tersebut tidak
tercampur aduk dan menimbulkan persoalan yang sulit diatasi.
6. Peta kerja
SOP yang dibuat bisa sebagai pola dimana semua aktivitas yang dilakukan
sudah tertata secara rapih dan dijalankan didalam pikiran masing-masing
sebagai suatu kebiasaan yang pasti. Melalui SOP, pola kerja menjadi lebih
fokus dan tidak melebar kemana-mana. Hal ini akan sangat membantu
dalam kemajuan perusahaan. Selain itu, peta kerja yang jelas akan
mendukung aktivitas lebih disiplin.
7. Batasan Pertahanan
SOP bisa diibaratkan seperti benteng pertahanan yang kokoh kerena secara
prosedural semua aktivitas institusi ataupun perusahaan sudah tertera
dengan sangat jelas. Oleh karena itu, bila ada inspeksi-inspeksi yang
datangnya dari luar harus melewati beberapa prosedur, tidak bisa langsung
menuju ke bagian departemen atau bagian tertentu.10
10
Purnamasari, Evita P. 2015. Panduan Menyusun SOP. Yogyakarta: Kobis. hal. 13
2.1.4 Tahapan Penyusunan SOP
Menurut Sailendra (2015:55), tahapan penyusunan SOP diuraikan sebagai
berikut.
1. Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai proses kerja. Hal ini
bisa dilakukan dengan cara berdiskusi dan melakukan interview dengan
Kepala Departemen yang sedang menjabat pada posisi yang akan dibuat
SOP.
2. Catat efisiensi waktu, biaya, dan hal penting lainnya untuk kemungkinan
sistem yang akan digunakan.
3. Lakukan brainstorming terlebih dahulu untuk menerima pendapat dan
masukan. Brainstorming bisa melibatkan staff, customer, dan pihak-pihak
lain yang terlibat.
4. Buat terlebih dahulu draf baku untuk dilakukan pembahasan dengan tim.
5. Uji coba instrumen yang ada dengan draf SOP yang telah menjalani
proses pembahasan.
6. Jika SOP dirasa sudah cukup efektif dan efisien, minta persetujuan
pimpinan, setelah sebelumnya dibuat draf revisi final atas SOP tersebut.
7. Gunakan bahasa yang mudah dibaca, dipahami, dan dilaksanakan.
8. Tuliskan langkah demi langkah secara bertahap.
9. Gunakan kata kerja dalam kalimat aktif karena diharapkan pembaca
melakukan sesuatu.
10. Gunakan kalimat positif dan hindari kata tidak dan jangan.
11. Buat bagan alurnya (flowchart).
12. Buat penjelasan yang dibutuhkan.
13. Buat dan cantumkan dokumen pendukung.
14. Cantumkan tanggal pembuatan SOP serta tanggal revisi.
15. Cantumkan petugas pembuat SOP dan siapa yang mengesahkan.
16. Cantumkan tanggal waktu pelaksanaan.11
Sumber: www.slideshare.net
b. Untuk prosedur yang panjang dan terdiri dari sepuluh langkah lebih
dengan keputusan yang sedikit dapat ditulis dengan format hirarki atau
grafis.
Gambar 2.2
Contoh SOP Format Hirarki
Sumber: www.slideshare.net
Sumber: www.slideshare.net
Untuk lebih memudahkan penentuan format SOP yang akan digunakan
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kriteria Format SOP
12
Setiawati, Wiwin. 2015. Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) pada PT
Sketsa Cipta Graha di Surabaya. Jurnal AGORA, Vol 3, No. 1, hal 516
13
Pandiangan, Syarifuddin. 2017. Operasional Manajemen Pergudangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media. hal. 1
terbaik bagi karyawan gudang, dan menjamin efektivitas pergerakan inventori
atau barang di dalam gudang.
2. Pergudangan
14
Irawan, Abdi. 2014. Analisis Discrepancy pada Perusahaan Jasa Manajemen Warehouse
di PT Cipta Krida Bahari Samarinda. Jurnal Untag. 3, 1-11
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
Menurut Warman (2004), pergudangan adalah sebuah bagian dalam
sebuah sistem logistik perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk –
produk perusahaan (baik itu bahan baku, part produk, produk dalam proses,
ataupun produk jadi) pada dan diantara titik asal produk (produsen) dan pada
titik konsumsi (konsumen), serta menyediakan informasi bagi manajemen
mengenai status, kondisi, serta arus atau perpindahan produk yang disimpan
dalam gudang.18 Sementara itu, menurut Lucas dan Rumsari (2004:81),
pergudangan merupakan serangkaian kegiatan pengurusan dalam
penyimpanan logistik mulai dari kegiatan penerimaan, pencatatan,
pemasukan, penyimpanan, pengaturan, pembukuan, pemeliharaan,
pengeluaran dan pendistribusian samapai dengan kegiatan
pertanggungjawaban pengelolaan gudang (pembuatan laporan – laporan)
dengan tujuan mendukung kontinuitas kerja unit kerja, sekaligus mendukung
efektivitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan19.
18
Kusuma, Yuliana. 2017. Analisis Sistem Manajemen Pergudangan pada CV Sulawesi
Pratama Manado. Jurnal EMBA. Vol. 5, 602-6011
19
Raharjo, Benedictus. 2017. Perancangan Sistem Manajemen Gudang Material Penunjang
di PT XYZ. Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 2
Yaitu kegiatan pengiriman barang dari lokasi receiving ke lokasi
penempatan inventory. Kegiatan ini bisa dilakukan manual oleh tangan
manusia sendiri atau dengan bantuan alat. Pemilihan alat yang digunakan
dilakukan berdasarkan ukuran inventory. Keberhasilan kegiatan put away
harus melihat berat barang, kecepatan pengiriman, sifat, perlakuan dan
berat barang.
3. Storage (Penyimpanan)
Tujuan penyimpanan inventory adalah:
1) Kecukupan kapasitasdan efisiensi pemakaian tempat penyimpanan.
2) Pengendalian kualitas dan kuantitas material selama penyimpanan
3) Pasokan kebutuhan material untuk pemakai.
4) Kerapihan danperawatan tempat dan alat penyimpanan.
5) Keselamatan orangdan lingkungan disekitar tempat penyimpanan.
Storage bisa dibagi berdasarkan fungsi area didalam gudang. Misalnya,
gudang bahan mentah, gudang barang jadi gudang dengan perlakuan
khusus terhadap suhu, sifat (cair, padat, gas, mudah terbakar, waktu
kadarluwarsa), area yang disewa oleh perusahaan tertentu, area
berdasarkan pemasok, atau harga.
4. Picking (Pengambilan)
Kegiatan ini mencakup penerimaan dan pemrosesan order, mencari lokasi
penempatan barang, meletakkan barang pada tempat penyimpanan,
mengambil barang yang dipesan, pengecekkan kondisi fisik dan jumlah
barang, sampai dengan penyerahan barang kepada bagian pengiriman.
Perhatikan aturan FIFO (First In First Out), peralatan yang digunakan,
pencatatan status barang yang diambil, dan aturan lainnya.
5. Shipping (Pengepakan, Pengemasan)
Kegiatan ini mencakup pengepakan barang setelah diambil pada proses
picking, kemudian barang diserahkan kepada kendaraan pengangkut
(loading), konsolidasi pengiriman barang-barang lain yang akan dikirim ke
tujuan (sebaiknya barang yang dikirim ke tujuan yang berdekatan
menggunakan kendaraan pengiriman yang sama), sampai kegiatan
persiapan dokumentasi pengiriman barang. Semakin kecil ukuran
kemasan, semakin mudah penanganannya. Disisi lain, perhatian juga
ukuran kontainer dan standar volumetric weight untuk pertimbangan biaya
dan penanganan pengiriman yang optimum lokasi tujuan konsumen, dan
peraturan mengenai penanganan barang.
2.2.3 Peran dan Fungsi Gudang
Menurut Tompkins et al (2003), terdapat beberapa fungsi dan peran
gudang sebagai berikut:
1. Receiving
Suatu aktivitas yang meliputi kegiatan penerimaan semua material yang
telah dipesan untuk disimpan dalam gudang, penjaminan terhadap kualitas
maupun kuantitas barang sesuai dengan pesanan, serta pengalokasian atau
pembagian barang untuk disimpan atau dikirim lagi.
2. Inspection and quality control
Perpanjangan dari proses receiving dan dilakukan ketika supplier tidak
konsisten terhadap kualitas atau produk yang dibeli sulit diatur dan harus
diperiksa tiap langkah dalam proses.
3. Repackaging
Kegiatan memecah produk yang diterima dalam jumlah atau ukuran yang
besar dari supplier kemudian dikemas dalam satuan yang lebih kecil atau
menggabungkan beberapa produk dalam bentuk kit. Pelabelan ulang
dilakukan ketika produk diterima tanpa tanda yang mudah dibaca oleh
sistem atau manusia untuk tujuan identifikasi.
4. Putaway
Merupakan kegiatan memindahkan dan menempatkan barang pada tempat
penyimpanan.
5. Storage
Merupakan suatu keadaan dimana barang menunggu untuk diambil sesuai
dengan permintaan.
6. Order picking
Merupakan proses pemindahan barang dari gudang sesuai dengan
permintaan. Hal ini merupakan layanan dasar warehouse untuk customer
dan merupakan fungsi utama dari dasar desain warehouse.
7. Postponement
Dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat dipilih setelah proses
pengambilan barang. Seperti pada proses repackaging, barang sejenis atau
campuran dikemas untuk memudahkan penggunaan.
8. Sortation
Merupakan kegiatan memilah barang sesuai dengan pesanan masing-
masing dan akumulasi pendistribusian dari berbagai pesanan.
9. Packing and shipping
Aktivitas yang meliputi kegiatan pengecekan kelengkapan sesuai dengan
pesanan, pengepakan barang sesuai dengan shipping container yang tepat,
menyiapkan dokumen pengiriman, pengakumulasian pesanan dan
penempatan muatan ke dalam truk.
10. Cross-docking
Pengeluaran tanda terima dari receiving dock langsung ke shipping dock.
11. Replenishing
Merupakan kegiatan pengisian kembali lokasi pengambilan utama di
gudang.
Sementara itu, Arwani (2009:23), mengemukakan peranan gudang
dikategorikan dalam tiga fungsi.
a. Fungsi penyimpanan (storage and movement)
Fungsi paling mendasar dari gudang adalah tempat penyimpanan barang,
baik bahan mentah, setengah jadi, maupun barang jadi. Tujuan dari
manajemen bagaimana menggunakan ruang seoptimal mungkin untuk
menyimpan produk dengan biaya tertentu.
b. Fungsi melayani permintaan pelanggan (order full filment)
Aktivitas menerima barang dari manufaktur atau supplier dan memenuhi
permintaan dari cabang atau pelanggan menjadikan gudang sebagai fokus
aktivitas logistik. Gudang berperan menyediakan pelayanan dengan
menjamin ketersediaan produk dan siklus order yang reasonable. Sistem
ini akan menurunkan biaya, karena pengiriman dari manufaktur bisa dibuat
secara berkala, cukup dengan kuantitas truk atau mobil box. Dengan
menyimpan stok dalam jumlah tertentu, akan membantu manufaktur dari
permintaan yang fluktuatif.
c. Fungsi distribusi dan konsodilasi (distribution amd consolidation)
Fungsi distribusi ini menjadikan gudang sebagai kepanjangan tangan dari
penjualan dan pemasaran dalam memastikan penyampaian produk dan
informasi kepada pelanggan sebagai titik penjualan (point of sales). Fungsi
ini tercipta sebagai akibat dari karakteristik biaya transportasi. Pengiriman
dalam jumlah besar, secara ekonomis lebih murah biayanya dibanding
pengiriman dengan skala lebih kecil. Dalam sistem tertentu, fungsi
distribusi dan konsolidasi menjadi fungsi utama dari gudang distribusi.20
2.3 Diagram Sebab Akibat atau Fishbone
20
Arwani, Ahmad. 2009. Warehouse Check Up. Edisi-1. Jakarta: PPM. hal. 22-23
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menggambarkan garis
dan simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara penyebab dan akibat
suatu masalah, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atas masalah
tersebut.21
Diagram sebab akibat juga dikenal sebagai diagram Ishikawa dan
Fishbone diagram karena bentuknya menyerupai tulang ikan. Setiap tulang
mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram ini berguna untuk
memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan
mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari22.
Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950
oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang
menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa
sumber-sumber potensial dari penyimpangan proses.
Diagram sebab akibat dapat digunakan untuk :
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat (Montgomery,
2009:203).
1) Definisikan masalah yang terjadi pada perusahaan.
2) Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung
sebelah kanan dan kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin
dianalisis ditempatkan dalam kotak.
3) Tulislah penyebab utama (manusia, bahan baku, mesin, lingkungan kerja
dan metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari
garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang
miring ke arah garis panah utama. Kadang mungkin diperlukan untuk
menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.
21
Besterfield, Dale H. 2009. Quality Control. Edisi-8. New Jersey: Pearson Prentice Hall. hal. 81.
22
Heizer dan Render. 2014. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat. hal. 255.
4) Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama,
yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab
utama. Hubungan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari
penyebab utama yang bersangkutan.23
Gambar 2.4
Struktur Diagram Sebab Akibat
23
Montgomery, Douglas C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. USA: John
Wiley & Sons, Inc. hal. 203
BAB III
KERANGKA KERJA PRAKTIK
Sumber : PT CII
Hal penting yang harus dilakukan pada saat pemasangan identitas material
sebagai berikut.
1) Memastikan jumlah identitas yang dicetak sesuai dengan jumlah
material per pack.
2) Memastikan identitas material yang dicetak sesuai dengan material
yang diterima
3) Identitas material dimasukan pada pelastik pelapis kemasan agar tidak
mudah sobek dan rusak.
4) Pasang identitas material per pack menggunakan staples tembak.
5) Periksa kembali material yang dipasang identitas material agar tidak
terjadi kesalahan pemasangan dan jumlahnya tepat.
Gambar 4.2
Pemasangan Identitas Material
Sumber : PT CII
4.2 Pemecahan Masalah
4.3 Usulan Perbaikan