Anda di halaman 1dari 3

inf o ke do kt e ran.

co m
http://www.info kedo kteran.co m/case-repo rt/co nto h-lapo ran-kasus-case-repo rt-pasien-sindro ma-nefro tik.html

Contoh Laporan Kasus (Case Report) Pasien Sindroma


Nefrotik
0

Seorang laki-laki 37 tahun masuk rumah sakit dengan


keluhan bengkak seluruh badan. Dialami sejak ± 1
bulan sebelum masuk Rumah Sakit, awalnya bengkak
dirasakan pada kelopak mata terutama sehabis tidur dan berkurang setelah lama duduk, yang diikuti dengan
pembesaran pada perut, dan bengkak pada tungkai serta alat kelamin.

BAK : jarang (2-3 x/hari), dan sedikit-sedikit (±1/4 gelas), BAB : Biasa. Pada pemeriksaan f isis didapatkan
status Present : sakit sedang/gizi kurang/ Composmentis dengan BB : 65 kg, BB koreksi 39 kg, T B =163 cm,
IMT = 14,66 kg/m2.

Riwayat penyakit sebelumnya:

Riwayat pernah menderita penyakit serupa sebelumnya waktu kecil/usia muda (-)
Riwayat menderita DM (-) HT (-)

Tanda vital:

Tensi : 120/80 mmHg


Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,7˚C

Pada pemeriksaan kepala, edema palpebra (+/+). Pada perkusi thorax, pekak setinggi ICS V-VI dextra, pada
auskultasi thorax : bunyi pernapasan melemah pada regip basal paru dextra. Abdomen, perut tampak
cembung, Ascites (+) shif ting dullness (+). Pada pemeriksaan extremitas ditemukan edema extremitas atas
dan bawah (+/+). Edema skrotum (+).

Pada pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan darah rutin ditemukan:WBC : 11.0 . 103/mm3.
Pemerilksaan kimia darah yaitu : Ureum : 66 mg/dl (10-50), Trigliserida : 206 mg/dl (N:200),Cholesterol Total
:724 mg/dl (200), Cholesterol LDL : 633 mg/dl (<130).

Pada Pemeriksaan Urine Rutin, ditemukan hasil : Warna : kuning keruh, Protein : ++++ 1000 mg/dl, Nitrit :
Positif , Blood : ++50 RBC/ul, Leukosit : +10 WBC/ul, Vit. C : + 10 mg/dl, Sedimen Leukosit : 5 ul, Sedimen
eritrosit : 20 ul, Sedimen epitel sel : 5 ul, Sedimen lain-lain : Granula Halus 2-3, Bakteri +++. Pada
pemeriksaan Protein Esbach, hasilnya positif yaitu 5 gr/l. Hasil f oto toraks PA, diperoleh kesan Ef usi Pleura
Bilateral.

Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya : Protein Total 4,1 gr % (6,6-8,0 gr %), Albumin 1,1 gr% (3,8-4,0
gr%), Globulin 3,0 gr % (3,8-5,0 gr %)

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan f isik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini maka di
diagnosis sebagai Sindroma Nef rotik. Untuk mengetahui gambaran dan jenis kelainan histopatologi ginjal,
prognosis dan respon terhadap terapi diperlukan USG abdomen dan biopsy ginjal.

Diskusi dan Pembahasan


Pada hasil anamnesis, kami dapatkan pasien masuk rumah sakit dengan keluhan edema anasarka. Pada
pemeriksaan f isis didapatkan edema palpebra (+/+), pada perkusi thorax ditemukan pekak setinggi ICS V-VI
dextra serta bunyi pernapasan melemah pada regio basal paru dextra dimana setelah dikonf irmasi dengan
f oto thorax menunjukkan adanya ef usi pleura, walaupun demikian ef usi pleura ini masih minimal, sehingga
tidak membuat pasien sesak napas. Pada perut ditemukan ascites sedang /shif ting dullness (+).

Pemeriksaan ekstremitas ditemukan edema pada semua extremitas atas dan bawah. Edema Skrotum (+).
Semua penemuan tersebut menunjukkan terjadinya edema anasarkha.

Edema dimulai pada wajah lalu ke perut, tangan dan kaki. Pada sindroma nef rotik, edema awalnya dimulai
pada wajah khususnya pada ke dua kelopak mata. Kemudian, edema menjadi menyeluruh yaitu ke perut dan
bawah.

Edema berpindah dengan perubahan posisi dan akan lebih jelas di kelopak mata dan wajah sesudah tidur,
sedangkan pada tungkai tampak selama dalam posisi berdiri. Patof isiologi terjadinya edema pada sindrom
nef rotik adalah diawali dengan terjadinya reaksi antigen – antibodi pada glomerulus yang mengakibatkan
peningkatan permeabilitas membran basalis glomerulus sehingga terjadilah proteinuria massif dan
hipoalbuminemia.

Penderita Sindrom Nef rotik biasanya mengeluarkan 5-15 gram protein per 24 jam. Hipoalbuminemia melalui
penurunan tekanan koloid osmotic, cenderung menimbulkan transudasi cairan dari ruang vaskular ke dalam
ruang interstisium. Hal inilah yang merupakan mekanisme langsung terjadinya edema. Selain itu, hipovolemi
akibat penurunan aliran plasma ginjal dan GFR mengaktif kan mekanisme renin-angiotensin-aldosteron.

Akibatnya terjadi peningkatan kadar aldosteron serta peningkatan produksi ADH (Antidiuretik Hormon).
Garam dan air diretensi oleh ginjal, sehingga memperberat edema. Dengan berulangnya rangkaian kejadian
tersebut maka terjadi edema masif .

Pada Pemeriksaan Urine Rutin, ditemukan hasil : Warna : kuning keruh, Protein : ++++ 1000 mg/dl, Nitrit :
Positif , Blood : ++50 RBC/ul, Leukosit : +10 WBC/ul, Vit. C : + 10 mg/dl, Sedimen Leukosit : 5 ul, Sedimen
eritrosit : 20 ul, Sedimen epitel sel : 5 ul, Sedimen lain-lain : Granula Halus 2-3, Bakteri +++.

Pada pemeriksaan Protein Esbach, hasilnya positif yaitu 5 gr/l. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya
proteinuri pada pasien ini, dimana proteinuri merupakan salah satu manif estasi klinik dari Sindrom nef rotik.

Hasil pemeriksaan albumin pada pasien ini adalah 1,1 mg/dl. Pada kadar normal, albumin seharusnya lebih
dari 3,0 gr/dl. Ini menunjukkan terjadinya hipoalbuminemia.

Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari
intravascular ke jaringan interstisium dan terjadi edema. Hipoalbuminemia dan edema merupakan
manif estasi klinik pada kasus SN.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil trigliserida yang meningkat yaitu 206 mg/dl dan Cholesterol
Total :724 mg/dl (200), Cholesterol LDL : 633 mg/dl (<130). Semua hasil ini menunjukkan telah terjadi
hiperlipidemia.

Hiperlipidemia merupakan salah satu manif estasi klinis SN. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di
hepar dan penurunan katabolisme di perif er (penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan
intermediate density lipoprotein dari darah). Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan
albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.

Pada pasien ini diberikan obat f urosemid tablet 40 mg 1-0-0 yang diberikan secara oral. Obat ini merupakan
salah satu jenis loop diuretic yang digunakan untuk mengurangi edema.

Terapi khusus untuk sindroma nef rotik adalah pemberian kortikosteroid yaitu prednison.

Obat kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk menangani sindroma nef rotik (prednisone, metil
prednisone) terutama pada minimal glomerular lesion (MGL), f ocal segmental glomerulosclerosis (FSG) dan
sistemik lupus glomerulonephritis.

Seperti yang telah diketahui bahwa pada sindrom nef rotik terjadi kerusakan akibat peradangan pada
glomerulus. Adapun obat ini akan menekan proses inf lamasi, proses alergi dan respon imun yang terjadi
pada membran glomerulus sehingga dapat menurunkan dan memperbaiki permeabilitas membran basalis
sehingga menjadi normal.

Pada hari keempat perawatan, pasien ini diberi obat simvastatin 20 mg dengan dosis 0 – 0 – 1. Obat ini
adalah golongan inhibitor HMG KoA reduktase dan sebagai obat penurun lipid yang sangat ef ektif dalam
menurunkan kolesterol total dan LDL. Obat ini akan memblok sintesis kolesterol dalam hati.

Hal ini menstimulasi ekspresi lebih banyak enzim, cenderung mengembalikan sintesis kolesterol menjadi
normal. Oleh karena pada kasus SN, kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida ssangat tinggi, pasien
ini membutuhkan obat simvastatin supaya kadar prof il lipid dalam batas normal.

Pada hari keenam perawatan, pasien dianjurkan mengkonsumsi ekstrak ikan gabus yang telah diketahui
memiliki kandungan protein tinggi mengingat pada pasien dengan Sindrom Nef rotik mengalami
hipoalbuminemi (kekurangan albumin/protein).

Adapun pada kasus ini, seharusnya dilakukan pemeriksaan USG Abdomen untuk mengetahui gambaran
kerusakan ginjalnya sehingga penanganannya lebih tepat.

Berapa nilai artikel ini? Kasih rating, yuk!

Contoh Laporan Kasus (Case Report) Pasien Sindroma Nef rotik

2 votes, 2.00 avg. rating (51% score)

Anda mungkin juga menyukai