Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASKEP SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN


USIA SEKOLAH, REMAJA, DEWASA DAN LANJUT USIA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Lailatul Fadilah S.Kep,Ners,M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
1. Diah Ayu Pertiwi (P27905118005)
2. Dwiky Wijaya (P27905118006)
3. Erlian Istifan (P27905118007)
4. Ester Natasya (P27905118008)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah
dan Taufiknya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman
sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu
mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang


berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG
RENTANG KEHIDUPAN, USIA SEKOLAH, REMAJA, DEWASA DAN
LANJUT USIA”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu
yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang
senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta
dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

11 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................
B. TUJUAN PENULISAN..........................................................................
C. MANFAAT PENULISAN .....................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada infant........................................


B. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia toodler ...............................
C. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia prasekolah..........................
D. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia sekolah...............................
E. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia remaja................................
F. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia dewasa...............................
G. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada lanjut usia..................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .....................................................................................
B. SARAN ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut
WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan
sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial
yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan
mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial
secara nyaman dan berkualitas.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari


kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa
menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental
yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis
dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang
dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain,
kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai
perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa
datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi
dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat
pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.
Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat membantu seseorang
untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita
menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah penanganannya.
Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah
dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.
Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan
di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena
penyebab permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga
yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak
mempunyai masalah dengan teman (Noviana, 2010).

Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat


kompleks sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa
yang bersifat kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat
meliputi:

1. Perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada


individu (distres) dan atau hambatan dalam melaksanakan fungsi
sosialnya;

2. Masalah psikososial yang diartikan sebagai setiap perubahan dalam


kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang
memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh
cukup besar. Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai gangguan
jiwa.

Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia


yang harmonis, peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan
jiwa diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi
upaya primer, sekunder dan tersier yang ditujukan untuk
meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar dapat hidup lebih
sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).

B. Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan sehat jiwa
sepanjang rentang kehidupan, usia sekolah, remaja dewasa dan lansia yang
diantaranya terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi,
dan evaluasi

C. Manfaat
Manfaat penulis makalah ini yaitu sebagai wawasan atau pandangan
mengenai komunikasi teraupetik dengan mahasiswa lain
BAB II

PEMBAHASAAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA INFANT TAHAP


BAYI (Basic Trust Vs Miss Trust)
1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia
ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini
merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi.
Perkembanga psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan bayi, ditandai dengan pemupukan rasa percaya pada orang
lain yang diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu.
Rasa aman secara fisik dan psikososial berperan penting dalam
pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya tidak terpenuhi maka
akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya diri dan setelah
besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan tidak menjalin hubungan
baru
 Karakteristik Perilaku
 Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak
dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu
dengan orang yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan
membantingnya.
2. Diagnosa keperawatan :
a. Perkembangan yang normal : rasa percaya
b. Penyimpangan perkembangan : rasa tidak percaya

3. Intervensi
 Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau
kemarahan pada bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi
mengalami masalah kesehatan atau sakit
 Intervensi Spesialis
Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA USIA TOODLER


1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan anak usia 1.5 – 3 tahun dimana pada
usia ini anak akan belajar mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan kebutuhannya secara mandiri (otonomi).
a) Identitas
b) Nama
c) Umur
d) Jenis kelamin
e) Agama
f) Penangung jawab
 Nama orang tua sebagai penanggung jawab
 Pendidikan ayah/ibu
 Pendapatan keluarga yang memadai menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan segala
kebutuhan anak
 Alamat
g) Keluhan utama
h) Riwayat penyakit sekarang
i) Riwayat penyakit dahulu
j) Riwayat pengobatan keluarga
k) Riwayat psikososial
l) Riwayat keluarga
m) Pengkajian pertumbungan dan perkembangan

 Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Normal
b. Anak mengenal namanya sendiri
c. Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
d. Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
e. Anak sering mengatakan “tidak” atau “jangan”
f. Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan
orangtua
g. Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
h. Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri
karena pemaparan negatif
i. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat
malu/ mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya
orang tua dapat memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani
masa ini
3. Diagnosa keperawatan :
1. Berpotensi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan
2. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keadaan tumbang dan
lingkungan
3. Gangguan rasa aman (cemas) berhubungan dengan kurang
pengetahuan ibu tentang tumbang anak

4. Intervensi Perkembangan Normal


Dx : Potensi perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
Intervensi
a) Ajarkan orang tua tentang tugas pekembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
b) Tingkatkan rangsangan dengan menggunakanberbagai mainan
dalam tempat tidur anak
c) Berikan tindakan nyaman setelah procedure yang menyebabkan rasa
takut

Dx : Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keadaan tumbang dan


lingkungan
a) Awasi anak saat makan, mandi, bermasin, eliminasi
b) Lndungi kaki anak dengan sendal/ sepatu
c) Beri makanan yang aman untuk usia anak
d) Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan

Dx: Gangguan rasa aman (cemas) berhubungan dengan kurang


pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a) Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi padaanak
saat ini sesuai umur
b) Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang
diberikan
c) Beri dukungan pada ibu untuk tahap menjaga kesehatan anaknya
dan tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
C. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA USIA PRA-
SEKOLAH (USIA 3-6 TAHUN)
1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini
anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan
berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru
a. Keluarga
1. Pengetahuan keluarga
2. Peran orangtua
b. Anak
 Perkembangan fisik yang perlu dikaji antara lain :
a) Berat badan anak biasanya meningkat kira – kira 2,5 kg per
tahun. Berat badan rata – rata anak pada usia 5 tahun adalah kira
– kira 21 kg terkait dengan nutrisi anak
b) Pertumbuhan anak (tinggi badan 2 – 3 inchi pertahun)
c) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan otot
besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk
melompat
d) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.

 Perkembangan koognitif anak, yang perlu dikaji antara lain :


a) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman
konkret
b) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman
tentang perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah
c) Perkembangan bahasa anak termasuk kosakata, yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda
 Perkembangan psiko – sosial
a) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya
b) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain pararel ke jenis asosiasi

 Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melalui keluarga, pola
hidup mereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan
kemampuan orang tua untuk melakukan aktivitas sehari – hari
yang biasanya membantu anak – anak mengembangkan
perilaku sehat mereka, berpakaian dan makan

 Batasan Karakteristik:
1. Anak suka mengkhayal dan kreatif
2. Anak punya inisiatif bermain dengan alat-alat di rumah
3. Anak suka bermain dengan teman sebaya
4. Anak mudah berpisah dengan orang tua
5. Anak mengerti mana yang benar dan yang salah
6. Anak belajar merangkai kata dan kalimat
7. Anak mengenal berbagai warna
8. Anak membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
9. Anak mengenal jenis kelaminnya
10. Belajar ketrampilan baru melalui permainan

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka
perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan :
 orang tua kurang pengetahuan
 dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
 stressor yang berkaitan dengan sekolah
 keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan social,
bermain
 Pendidikan sekunder akibat :
a) Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
b) Kurang stimulasi
c) Sedikitnya orang terdekat
d) Kehilangan teman sebaya

Intervensi
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia
b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh
area fungsi, menggunakan alat pengkajian spesifik
c) Dorong untuk perawatan diri : merias diri sendiri, memakai baju
sendiri, perawatan mulut, perawatan rambut.
d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan berbagai
mainan
e) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan
permintaan
f) Beri pujian untuk perilaku positif

2. Deficit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya


informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak

Intervensi
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia
b) Beri Pendidikan kesehatan atau informasi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak
3. Hambatan interaksi social berhubungan dengan hambatan Bahasa

Intervensi
a) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk :
 Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi
 Bermain peran sesuai respon
 Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan
negative
b) Ajarkan orangtua untuk :
 Menhindari ketidaksetujuan didepan anak
 Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta
anak untuk mengulangi apa yang dikatakan

3. Tindakan keperawatan
1. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c. Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulangan (booster)
d. Ajarkan kebersihan diri
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
a. Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak
b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik
kasar (kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap
bola dll)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balok dll)
d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain di rumah
3. Mengembangkan ketrampilan bahasa
a. Kaji ketrampilan bahasa yang dikuasai anak
b. Berikan kesempatan anak bertanya dan bercerita
c. Sering mengajak komunikasi
d. Ajari anak belajar membaca
e. Belajar bernyanyi
4. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b. Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut perlombaan
d. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
5. Membentuk indentitas dan peran sesuai jenis kelamin
a. Kaji identitas dan peran sesuai jenis kelamin
b. Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
c. Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan dengan jenis
kelamin anak lain
d. Berikan pakaian dan mainan sesuai jenis kelamin
6. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali kreatifitas,
bercerita
c. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
d. Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu melakukan
pekerjaan rumah sederhana
e. Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
f. Latih membaca, menggambar dan berhitung
7. Mengembangkan nilai moral
a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
c. Kenalkan anak terhadap nilai-nilai mana yang baik dan tidak
d. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
e. Latih kedisplinan
8. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
d. Anjurkan keluarga untuk tetap rutin membawa anaknya ke fasilitas
kesehatan (posyandu, puskesmas dll)
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
f. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal
pada usia pra sekolah
g. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia pra
sekolah
D. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA USIA SEKOLAH
(USIA 6-12 TAHUN)
1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 th dimana pada usia ini
anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat
ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya,
produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan
bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik. Bisa
membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang
baik/tidak.

 Batasan Karakteristik:
1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih
juara pertama
3. Terlibat dalam kegiatan kelompok
4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur,menyapu dll
6. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
7. Memliliki teman akrab untuk bermain
8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan

a) identitas
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Agama
 Penanggung jawab
 Nama orangtua sebagau penanggung jawab
 Pendidikan ayah/ibu
 Pendapatan keluarga yang memadai menunjang tubuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan anak
 Alamat

b) Riwayat kesehatan anak masa lalu


Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya
kehamilan maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau
bayi lahir mati dan menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat
pertumbuhan otak janin, anemia pada BBL, mudah terkena infeksi,
abortus dan lain – lain (soetjiningsih, 1995 :2 )
c) Riwayat parental
Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya
kehamilan maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau
bayi lahir mati dan menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat
pertumbuhan otak janin, anemia pada BBL, mudah terkena infeksi,
abortus dan lain – lain (soetjiningsih, 1995 :2 )
d) Riwayat kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa elewati masalah transisi, dari suhu system
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ – organ
ibunya, ke suatu system yang tergantung pada kemampuan genetic
dan mekanisme hemeosttik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa
antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,
merupakan masa awan dalam proses tumbuh kembang anak
khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan
akan berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang
permanen (soetjiningsih, 1995 :2 )
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan paa bayinya. Juga faktor genetic merupakan modal besar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang (soetjiningsih, 1995 : 4
– 5)
f) Riwayat tumbuh kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi
berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga
dan mengoptomalkam tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan
sosial juga menenggakan diagona dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya. (soetjiningsih, 1995 :7 )
g) Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit
tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian
h) Pola kebiasaan sehari – hari
 Nutrisi/giizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti : protein, lemak, karbohidrat, dan
mineral serta vitamin (Ilyas, dkk, 1993 :10 – 11)
 Eliminasi BAK/BAB
Anak umur 1,5 – 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari,
2,5 – 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak
perempuan lebih dulu berhenti mengompol, bila umur 3 – 4
tahun masih mengompol, dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi) perlu dimulai penyebabnya agar evakuasi sisa
makanan dilakukan secara teratur yang mempermudahkan
kelancaran pemberian makanan (Abdoerrachman, dkk, 1985 :
55)
 Istirahat dan tidur
Anak yang sudaj mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya meningkat seperti bermain. Kebutuhan
tidur 2 hingga 3 jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat
malam hari (Suryanah, 1996 :80)
 Olahraga dan rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan
dimulai perkembangan otot – otot (Ilyas, dkk, 1993 :16)
 Persolah hygiene
Anak mandi 2kali sehari, keramas 3 kali seminggu, potong kuku
1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
i) Tanda tanda vital

2. Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Risiko cedera berhubungan dengan peningkatan aktivitas
Intervensi
a) Menganjurkan untuk bermain di tempat yang aman
b) Membantu memberikan fasilitas untuk aktivitas yag diawasi
c) Waspadai olahraga yang berbahaya
2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan
nutrisi.
Intervensi
a) Meberikan pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai
pentingnya mempertahankan dan mengontrol kebiasaan makan
anak dan jenis makanan anak
b) Biasakan sarapan pada pagi hari untuk kebutuhan energi anak
dalam berfikir dan konsentrasi dalam menerima pelajaran
c) Tekankan pada orang tua dan anak mengenai pentingnya makan
bersama di rumah

3. Tindakan keperawatan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c. Kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
d. Ajarkan kebersihan diri
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap
bola, lompat tali)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar/melukis, menulis, mewarna,
membuat kerajinan tangan seperti vas, kotak pensil, lampion
dsb,)
d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk
bermain
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak
b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
teman kelompoknya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
4. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan
kreatifitas
e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya
masak, membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung
h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang
positif
c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
f. Latih kedisplinan
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga
d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi
seimbang
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan
normal pada usia sekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia
sekolah
E. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA REMAJA
(IDENTITY VS ROLE DIFFUSION)
1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn dimana pada saat
ini remaja harus mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan
pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal ini tidak tercapai maka remaja
akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya
kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri.
a) Identitas
b) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
c) Faktor predisposisi
d) Aspek fisik atau biologis
e) Aspek psikososial
f) Status mental
g) Catat pola pertumbuhan dan perkembangan dan bandingkan dengan
alat standar
h) Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi remaja
i) Kaji respon perilaku yang dapat mengindikadikan gangguan pada
remaja
j) Observasi adanya bukti – bukti gangguan mood

 Karakteristik perilaku
 Karakteristik Normal
1. Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri
2. Bergaul dengan teman
3. Memiliki teman curhat
4. Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela
diri)
5. Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa
tergantung pada orang tua
6. Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa
depan
7. Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila
8. Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan
yang berlebihan dan negatif
9. Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik
pada teman
10. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup

2. Diagnosa keperawatan :
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja

3. Intervensi perkembangan normal


1. Intervensi generalis :
a. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan
bermanfaat
b. Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja melainkan
membimbingnya
c. Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan
bakat dan kepribadian diri
d. Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan,
harapan dan cita-cita remaja
e. Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki
kemampuan apapun

2. Intervensi spesialis
a. Terapi kelompok terapeutik : remaja
F. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA DEWASA
1. Pengkajian
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30
tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan
oranglain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam
perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan oranglain
yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan
pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam
tugas awal sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada
masa ini seseorang berada pada puncak intelektual dan fisik. Selama
periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan diri tinggi. Selain itu masa
dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi
peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua
dan memulai pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih
senior dirumah, pekerjaan dan di komunitas. Kegagalan dalam
berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan
individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian lalu menyendiri.
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus
mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga
membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan
biologis
a) Perkembangan psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun. Pengecualian pada hal ini adalah waita hamil dan menyusui.
Perubahan fisik, koognitif dan psikologis serta masalah kesehatan
pada wanita hamul dan keluarga usia subur sangat luas. Dewasa awal
biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan
sering menunda mencari perawatan kesehatan. karakteristik dewasa
muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian
umumnya dalam batas normal kecuali klien mempunyai penyakit.
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat
mengambil mafaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian
gaya hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi
kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru,
ginjal atau penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi
dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum yaitu
 Hobi dan minat
 Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olahraga, perilaku seksual dan
penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang
 Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi
kesehatan dan hewan peliharaan
 Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan
terhadap fisik dan mental
b) Perkembangan koognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkatkan secara tetap pada masa
dewasa awal dan tengah. Pengalaman Pendidikan formal dan
informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan
secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah
dan keterampilan motoric. Mengidentifikasi area pekerjaan yang
diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang
mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan
karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan
biasanya mereka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi
banyak dewasa alaawa kekurangan sumber dan system pendukung
untuk memfasilitasi Pendidikan lebih lanjut atau pengembangan
keahlian yang diperlukan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya,
beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.
c) Perkembangan psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan
individu mengarahkan dan emmecahkan tugas pribadi dan social.
Dewasa awal kadanh terjebak antara keinginan untuk memperpanjang
masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikultanggung
jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relative dapat
diperkirakan. Antara usia 23 – 28 tahun, orang dewasa memperbaiki
persepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29 – 34 tahun
orang dewas mengarahkan kelebihan energinya terhadap pencapaian
besar dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35 – 43 tahun adalah
waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan
telah dibuat dalam kehidupan pribadi social dan pekerjaan. Seringkali
stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya” ketika pasangan
dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Factor etnik dan jender emmpunyai dampak sosiologis dan psikologis
dalam kehidupan dewasa dan factor tersebut dapat merupakan
tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awl harus
membuat keputusan mengenai karir, pernikahan dan menjadi orang
tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan
factor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang
tercangkup dalam aspek perkembangan psikososial dewasa awal.
d) Stress pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu.
Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari.
Stress situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru
memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau
seseorang pekerja yang diberi tanggung jawab baru atau besar. Stress
pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau
tanggung jawabnya karena setiap individu menerima pekerjaan yang
berbeda, maka setiap stressor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian
perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang
biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian
pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja,
perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan
iritabilitas dan kegugupan.
e) Stress keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang
dapat di prediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan
keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat .
salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan
keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua
orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang
tua atau adakalanya seseorang anggota keluarga besar menjadi kepala
keluarga. Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat
terjadi. Perawat harus mengkaji factor ligkungan dan keluarga
termasuk system pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa
digunakan oleh anggota keluarga.

 Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Prilaku Normal
 Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan oranglian
 Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti
(pacar, sahabat)
 Membentuk keluarga
 Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan
berinteraksi
 Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
 Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan
emosional
 Mempunyai konsep diri yang realistis
 Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
 Berinteraksi baik dengan keluarga
 Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
 Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
 Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
 Tidak mempuyai hubungan akrab
 Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
 Konsep diri tidak realistis
 Tidak menyukai diri sendiri
 Tidak mengetahui arah hidup
 Tidak mampu mnegatasi stres
 Hubungan dengan orangtua tidak harmonis
 Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab
 Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah
terpengaruh
 Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak
asusila)

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi


a. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
ketidakadekuatan sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses
meninggalkan rumah, pilihan karir.
Intervensi
1) Kaji status koping individu saat ini
 Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta – fakta
 Dengarkan dengan cermat dan amati wajah, gerak tubuh,
kontak mata, intonasi, dan intensitas suara
2) Berbicara alternative yang mungkin timbul (mis : membicarakan
dengan orang terdekat)
3) Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan Teknik
pelaksanaan stress (mis : jogging, yoga)
b. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan
anggota keluarga (mis: pernikahan)
intervensi
1) Bantu keluarga menghadapi kekhawatiran terhadap masalah
tersebut
2) Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah,
menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut
perasaannya dalam anggota keluarga
3) Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas
untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan
stress
4) Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga
c. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah
menikah dan pergi dari rumah)
Intervensi
1) Identifikasi factor penyebab dan penunjang
2) Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
3) Tingkatkan interaksi social
 Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
 Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
 Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu
menampilkan diri
G. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA LANSIA
1. Pengkajian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas
diri yang utuh. Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan
membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya (anak dan
cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai
integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena
tidak merasakan hidupnya bermakna.

 Karakteristik Perilaku
1. Mempunyai harga diri tinggi
2. Menilai kehidupannya berarti
3. Menerima nilai dan keunikan orang lain
4. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
5. Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn
6. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
7. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga
8. Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat
9. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

a) Identitas
b) Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya ?
Kaji adanya demensia. Dengan alat – alat yang sudah di
standardisasi, meliputi Min Mental Status Exam (MMSE) (menurut
Flostein, MS. Dkk, 1995)
1) Orientasi
 Tanyakan hari ini tanggal berapa ?
 Kemudian tanyakan hal – hal terkait, mis sekarang musim apa ?
2) Registrasi
 Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya
ingatnya (memori)
 Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata kata seperti BOLA,
BENDERA, POHON. Degan jarak perkata 1 detik. Sesudah itu
minta pasien untuk mengulanginya. Jawaban pertama
menentukan skornya, tetapi mintalah pasien untuk mencoba terus
(misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang bermakna.
3) Perhatian dan perhitungan
 Minta pasien untuk meghitung mundur daro 100 dengan selisi 7.
Berhenti setelah 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk setiap jawabn
yang benar.
 Bila pasien tidak mampu menghitung, mintakan padanya untuk
mengeja suatu kata dari arah belakang ( mis:
RUMAH…….HAMUR), beri skor 1 untuk setiap huruf yang
ditempatkan benar. Catatlah jawaban pasien
4) Daya ingat
Minta pasien untuk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan
kepadanya diatas tadi
5) Bahasa
 Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “apa
ini?” ulangi hal yang sama untuk pensil. Beri skor satu untuk
setiap jawaban yang benar
 Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : “bukan, itu
bukan…..!, tetapi itu……. Dan……! Beri skor 1 point bila
pengulangan benar
 Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan
katakana : “ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan
letakan dilantai.” Beri skor 1 point untuk setiap langkah benar.
2. Data demografi
Ras dan suku apa?
Jenis kelamin?
Riwayat Pendidikan?
3. Diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas
Intervensi
 Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat
negative terhadap tidur pada malam hari
 Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur
 Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan
kebiasaan klien (memberi susu hangat)
 Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur
2. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan
koognitif
Intervensi
 Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan
penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi
risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul
 Hilangkan sumber bahaya lingkungan
 Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti
memanjat pagar tempat tidur
 Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik atau kebutuhan
klien
 Kaji efek samping obat, tanda keracunan ( tanda ekstrapiramidal,
hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal).
3. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting
berhubungan dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
Intervensi
 Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri
 Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan
sesuai kebutuhan
 Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan
sendiri sesuai kemampuan
 Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam pembuatan askep sehat jiwa pengkajian merupakan tahap awal
ddan dasar utama dari proses keperawatan jiwa yang terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan. Setelah data dikelompokkan baik data
subjektif maupun data objektit, maka masalah dirumuskan dan membuat
daftar masalah keperawatan, membuat pohon masalah, dan menegakkan
diagnose keperawatan dengan menetapkan core problem (masalah utama).
Langkah selanjutnya setelah meneggakn diagnose keperawatan adalah :
1. Membuat rencana tindakan keperawatan
2. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan dan
melaksanakan terapi modalitas serta melaksanakan pemberian obat sesuai
dengan intruksi dokter
3. Mengevaluasi keberhasilan pasien dan keluarga
4. Menuliskan pendokumentasian pasien sesuai dengan format yang ada
Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak
dalam kandungan kemudian di lanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari
bayi (0 – 18 bulan), masa toodler (1,5 – 3 tahun), anak – anak awal atau pra
sekolah (3 – 6 tahun), usia sekolah (6 – 12 tahun), remaja (12 – 18 tahun),
dewasa muda (18 – 35 tahun), dewasa tengah (35 – 65 tahun), sehingga
dewasa akhir (>65 tahun).

B. Saran
Saran agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan sehat jiwa
sepanjang rentang kehidupan di indonesia dan mencari referensi terbaru
seputar perkembangan mengenai asuhan keperawatan sehat jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Potter, Patricia A. And Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing


concept, process, and practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company
2. Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008).
Draft Standar Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta :
Progaram Magister Keperawatan Jiwa FIK UI
3. Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC
4. Stuart & Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC
5. Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
6. Beck, A. T. (1967). Depression: Causes And Treatment. Philadelphia:
University Of Pennsylvania Press
7. Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai