Anda di halaman 1dari 26

Enron Corporation

Pada tahun 1985, Enron didirikan oleh Kenneth Lay melalui merger antara Houston
Natural Gas dan InterNorth.  Perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut
melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990.
Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan deregulasi
penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan
yang signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 1992 di
Amerika Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar
$122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan.

Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan


strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai
aset meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan
broadband services. Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai
akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan
pada tahun 2000 sebesar 87%.  Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar
$83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”, Enron
dinobatkan sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.

Pada tahun 2001, Enron telah menjadi konglomerat yang memiliki dan
mengoperasikan gas pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants,
dan broadband services berskala internasional, dan sahamnya diperdagangkan secara
luas di pasar modal.
Tabel berikut menunjukkan besarnya segmentasi pasar Enron, terlihat bahwa
perdagangan domestik dan internasional perusahaan mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat dari tahun 1993 – tahun 2000.[1]
Figure 1

Sepanjang akhir periode 1990-an, saham Enron naikks ecara perlahan-lahan di NYSE,
dengan rentang perdagangan $20-$40. Dalam beberapa bulan awal tahun 2000 harga
saham Enron melonjak menjadi $70 dan mencapai puncaknya pada Agustus 2000 pada
harga $90,56 dan menutup tahun dengan harga saham mendekati $80. Pada tahun
2001, tren tersebut menurut secara drastis hingga suatu titik dimana saham Enron
sebenarnya sudah tidak berharga lagi. Pada tanggal 2 April 2002, saham Enron hanya
bernilai 24 sen pada pasar over-the-counter.[2]
Figure 2[3]
 
 
KAP Arthur Andersen
KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence
Delany sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi
Arthur Andersen & Co. pada tahun 1918[4].
Andersen memimpin perusahaan sampai kematiannya pada tahun 1947, beliau adalah
aktivis pembentukan standar dalam industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham
dalam bentuk kompensasi, Arthur Andersen adalah KAP pertama yang mengusulkan ke
FASB bahwa opsi saham harus disertakan pada laporan biaya sehingga berdampak
pada laba bersih seperti kompensasi dalam bentuk tunai.

Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthun Andersen pun


mengembangkan praktek konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain masih
berfokus pada konsultasi jasa audit. Pada akhir tahun 1990-an, Arthur Andersen telah
berhasil mengali-tigakan pendapatan per saham para partnernya.

Berikut adalah tarif jasa KAP Big-4 untuk klennya sebelum skandal Enron. Jika
dibandingkan dengan KAP lainnya, Arthur Andersen memasang tarif tertinggi untuk jasa
audit dan kedua tertinggi untuk jasa IT[5].
Figure 3

Sesuai perkiraan, Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan antara “faithfulness


to accouting standards” dengan “its clients’ desire to maximize profits”, khususnya di
laporan laba rugi kuartalan. Arthur Andersen telah diduga terlibat dalam penipuan
akuntansi dan audit pada Sunbeam Products, Waste Management Inc., Asia Pulp &
Paper, Baptist Foundation of Arizona, WorldCom, dan Enron.

2.1.2           When: Kronologis Kasus[6][7][8]


1985 — Perusahaan gas alam Houston Natural Gas dan perusahaan sistem perpipaan,
InterNorth melakukan merger dan membentuk Enron.  Kenneth  Lay,  ekonom  dan 
mantan Departemen  Interior  US yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Houston
Natural Gas terpilih sebagai CEO.
1987 —  Enron memiliki hutang sampai dengan 75%  dari  nilai  pasar  saham.
1989 — Enron mulai melebarkan sayap bisnisnya dalam perdagangan gas alam dan
komuditas lainnya.
Pemerintah  US  menghapuskan  beberapa peraturan  yang  mengarahkan  pada 
harga  tetap energi.  Dampaknya  harga  minyak  menjadi berfluktuasi dan membuat
pasar gas berisiko tinggi baik  dari  sisi  pembeli  maupun  penjual.  Produsen minyak 
yang  kecil  mengalami  kesulitan  dalam meningkatkan  dana  eksploitasi  dan 
pengeboran karena adanya risiko pasar. Enron memiliki ide inovatif dengan memediasi
antara pembeli dan penjual yang diharapkan dapat mengurangi  risikonya.

Enron  menawarkan  kontrak pada  penjual  untuk  membeli  minyak  mereka dengan 
harga  tetap  dalam  beberapa  tahun  dan kontrak  pada  pembeli  dengan  harga 
minyak  yang sama ditambah nilai keuntungan untuk Enron.

1990 —  Lay mempekerjakan  Jeffrey  Skilling,  seorang  lulusan muda  MBA  Harvard 


untuk  menjadi  kepala departemen keuangan Enron yang bertugas untuk memimpin
usaha perusahaan untuk fokus pada perdagangan komoditi lainnya.
Skilling  kemudian  memutuskan  untuk mengaplikasikan  ide  perdagangan  Enron  ke
komoditi  lainnya.  Ia  membuat  kontrak  jangka panjang  di  bidang  perlistrikan,  batu 
bara,  pulp kertas,  alumunium,  baja,  obat-obatan,  kayu,  air, broadband,  dan  plastik. 
Diperhitungkan  terdapat 1.800 produk yang ditangani.
Diakhir tahun 1990, Skilling  mempekerjakan  Andrew Fastow,  ahli  keuangan,  untuk 
membantu  dalam menjalankan  bisnis.  Mereka  meminta  ijin  pada komisi  sekuritas 
dan  perdagangan  U.S.  untuk menggunakan  metode  “nilai  pasar”  atas  kontrak.
Sehingga, yang dilaporkan adalah aset berdasarkan nilai pasar.
Pada  awalnya,  Enron  mengalami permasalahan.  Untuk  memasuki  banyak  pasar
perdagangan  memerlukan  sejumlah  uang  untuk membiayai infrastruktur, transportasi,
gudang, dan pengiriman  komiditas.  Namun,  jika  Enron mengambil  sejumlah  hutang 
yang  besar, kemungkinan akan membuat pembeli atau penjual menjadi ragu untuk
bekerjasama. Tingginya hutang juga dapat mengakibatkan penurunan investasi dan
memicu  bank  menarik  dananya.  Untuk  mengatasi permasalahan,  Enron  mencoba 
mencari  dana pinjaman  tanpa  melaporkannya  dalam  laporan keuangan.

Andrew  Fastow  membuat  ide  untuk menggunakan  nilai  kelebihan  kontrak  sebagai
“pendapatan”.  Fastow  dan  kantor  akuntan  Arthur Anderson  bekerjasama  dan 
menyiapkan  serial “limited partnership” yang disebut “Special Purpose Entities”.  Aturan
akuntansi  memungkinkan  bahwa perusahaan  dapat  tidak  mencantumkan  special
purpose  entities  pada  laporan  keuangan  asalkan terdapat  suatu  pihak  yang  dapat 
mengontrol penyelenggaraannya  serta  memiliki  setidaknya  3 persen  nilai  special 
purpose  entity.   Entitas  untuk tujuan  khusus  ini  kemudian  mengajukan  sejumlah
besar  hutang  dengan  saham  Enron  sebagai penjaminnya. Uang yang dipinjam ini
diakui sebagai pembelian  nilai  lebih  kontrak  dan  dicatat  sebagai uang  “pendapatan 
penjualan”  meskipun sebenarnya  adalah  hutang.  Entitas  ini  juga mengambil  alih 
sejumah  besar  hutang  Enron. Fastow  juga  membuat nama  fiktif  seperti  “Chewco, 
Jedi, Talon,  Condor,  dan  Raptor”  dan  yang  lainnya dengan  membayarkan  milyar-
an  dolar  sebagai  gaji dan pendapatan atas 3 persen kepemilikan entitas.
Karena  tidak  dilaporkan,  maka  pemegang saham  percaya  bahwa  Enron  tidak 
mengalami lonjakan hutang.  Mereka juga percaya bahwa Enron menghasilkan  lagi 
yang  baik  serta  mengalami  peningkatan  tiap  tahunnya.  Hal  ini  juga  dikuatkan
dengan  pernyataan  kantor  akuntan  publik  Arthur Anderson bahwa laporan Enron
adalah akurat.

1991 — Richard Causey berhenti dari Arthur Andersen dan bergabung dengan Enron


sebagai Assistant Controller.
1993 — Sheron Wattkins mulai bekerja di Enron. Pada kasus Enron ini ia sebagai wakil
presiden. Diamenyadari  bahwa  meskipun  harga  saham  cukup tinggi  sehingga  nilai 
lebih  dapat  digunakan  untuk menutupi  hutang  entitas  khusus,  namun  ia  tahu
bahwa ketika harga saham turun akan memicu tak solvabelnya  entitas  dan 
mengembalikan  hutang pada laporan keuangan Enron.
1997 — Skilling diangkat menjadi  President and Chief Operating Officer of Enron.  Di
tahun ini Fastow menciptakan Chewco, sebuah partnership, untuk membeli saham
pensiun University of California di perusahaan jount venture yang dijuluki JEDI, tetapi
Chewco tidak memenuhi persyaratan untuk dapat disimpan di balance sheet Enron.
Akhirnya, tahap pertama yang memicu kejatuhan Enron dimulai, yaitu: menyembunyikan
utang dan menggelembungkan laba
1998 —   Fastow diangkat menjadi Chief Finance Officer.
1999 — Causey diangkat menjadi Chief Accounting Office. Fastow menciptakan SPE
pertama, LJM, yang konon dibuat untuk “membeli” “kinerja buruk aset Enron dan lindung
nilai (hedge) investasi-investasi beresiko. SPE LJM ini membantu Enron dalam
menyembunyikan utang perusahaan dan menggelembungkan laba. Direksi Enron
menyetujui rencana Fastow untuk menjalankan SPE yang melakukan penawaran
dengan Enron, sekaligus terus menjabat sebagai Chief Financial Officer
Enron. Causey dan mantan Chief Risk Officer, Rick Buy, dtugaskan untuk mengawasi
kesepakatan tersebut untuk melindungi kepentingan Enron..
Agustus 2000 — Harga saham Enron mencapai titik tertinggi yaitu $90.
Desember 2000 — Enron mengumumkan bahwa Skiling yang pada saat itu menjabat
sebagai President and Chief Operating Officer akan meneruskan posisi Lay, yaitu
sebagai CEO Enron  DI Februari 2001 nanti. Lay tetap sebagai Chairman of the Board
of Directors.
2001 —  Sherron Watkins yang pada saat itu sebagai wakil presiden di bawah Fastow,
mulai curiga dengan praktek akuntansi yang dilakukan Fastow. Sepanjang harga saham
Enron cukup tinggi, nilainya akan mencukupi untuk menutupi saldo hutang SPE dan
hutang tersebut tetap di luar pembukuan Enron. Tetapi, jika harga saham jatuh, maka
akan memicu aturan yang memaksa perusahaan untuk membubarkan SPE dan
memasukkan hutang dan aset yang terlalu tinggi pada laporan keuangan Enron.
Namun, di semester ke dua tahun 2001, saham Enron mulai jatuh dari angka $80 per
saham. Karena harga sahamnya jatuh, akuntan Enron berjuang untuk menghimpun
hutang dan aset pada Spesial Purpose Entities sehingga dapat menghindari pencatatan
tersebut di laporan keuangan perusahaan.

14 Agustus 2001 —  Karena para investor mulai curiga dan harga saham Enron jatuh
sampai $ 47 per saham, Skilling tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatan presiden dan
CEO dengan alasan pribadi. Lay kembali menjadi CEO.
22  Agustus 2001 — Setelah semakin yakin bahwa Enron dalam keadaan
mengkhawatirkan, Sherron  Watikins secara pribadi  menemui  Ken  Lay  dan  Legal
Departement dengan membawa  enam  halaman  surat  yang menjelaskan  pelanggaran
akuntansi yang berhubungan dengan Special Purpose Entities dan memperingatkan
mereka tentang kecurangan yang dilakukan, yang  kemudian  ia sebut kecurangan
akuntansi “the worst accounting fraud  I  had  ever  seen”.
Namun  demikian  Lay  dan pengacaranya  hanya  diam  saja, Lay berpendapat bahwa
tidak ada yang salah dengan apa yang telah dilakukannya meskipun Special Purpose
Entities harus dibongkar karena harga saham Enron yang terus menurun.  Lay malah
mengumumkan  pada  pekerja  dan  investor  bahwa pertumbuhan  Enron  di  masa 
mendatang  baik,  dan menganjurkan  pada  investor  untuk  terus menanamkan 
saham  di  Enron.  Ironisnya,  Lay  dan eksekutif lainnya menjual secara diam-diam
saham mereka.  Watkins  juga  mengontak  temannya  di Arthur  Anderson  untuk 
mendiskusikan permasalahannya pada kepala auditor, namun tidak dilakukan oleh
temannya itu.

16 Oktober 2001 — Enron  mengumumkan kerugian sebesar $638 pada kuartal III.
Enron juga mengambil alih hutang dan aset entitas khusus, hal ini  menurunkan  $544 
juta  atas  laba  dan mengurangi  nilai  ekuitas  pemegang  saham  sebesar $1.2 milyar
yang berasal dari: write-off terkait gagalnya usaha perdagangan broadband dan air,
transaks SPE LJM2, kemitraan yang awalnya dibuat oleh Fastow untuk hedging nilai
aset dan menjaga ratusan juta dollar utang dari rekening perusahaan.
19 Oktober 2001 — Securities and Exchange Commission mengeluarkan perintah
penyelidikan atas keuangan Enron.
22 Oktober 2001 — SEC mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki Special
Purpose Entities yang dimiliki Enron. Lay mengatakan, “We will cooperate fully with the
SEC and look forward to the opportunity to put any concern about these transactions to
rest.”
24 Oktober 2001 — Fastow dipecat dari Enron.
5 November 2001 — Bendahara Enron, Ben Glisan Jr. dan pengacara Enron, Kristina
Mordaunt, dipecat karena berinvestasi di SPE bentukan Fastow. Masing-masing
menginvestasikan $5,800 di 2001 dan menerima pengembalian $1,000,000 hanya
dalam beberapa minggu kemudian.
8 November 2001 — SEC memerintahkan Enron untuk menyajikan kembali seluruh
laporan keuangannya selama 5 tahun, dari tahun 1997-2001, untuk menggabungkan
SPEnya ke dalam laporan keuangan perusahaan. Penyajian kembali dibuat untuk
mengurangi ekuitas pemegang saham sebesar 1,2 milyar dolar AS dan untuk
menambah hutang perusahaan sebesar 2,6 milyar dolar AS.
Penyajian kembali ini, mencakup transaksi dengan kemitraan Fastow yang lain: LJM
Cayman, LJM1, Chewco dan Chewco Investment. Chewco dikelola oleh karyawan
Enron Global Finance, Kopper yang dilaporkan kepada Fastow.

Penyajian kembali terkait LJM1 dan Chewco, seperti yang sebelumnya dibebankan
pada laba dan pengurangan ekuitas pemegang saham, jumlahnya sangat besar. Hal ini
mengurangi mengurangi laporan laba rugi Enron sebesar $28juta pada tahun 1997 (dari
total $105juta); $133 juta pada tahun 1998 (dari total $703); $248juta pada tahun 1999
(dari total $893); dan $99juta pada tahun 2000 (dari total $979).

Penyajian kembali tersebut mengurangi ekuitas pemegang saham yang dilaporkan


sebesar $258 juga pada tahun 1997; $391juta pada tahun 1998; $710 juta pada tahun
1999; dan $754juta pada tahun 2000.

Penyajian kembali tersebut juga meningkatkan laporan utang sebesar $711 juta pada
tahun 1997; $561 juta pada tahun 1998; $685 juta pada tahun 1999; dan $628 juta pada
tahun 2000.

Enron juga mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa mereka telah mengetahui
juga Fastow menerima lebih dari $30 juta dari LJM1 dan LJM2. Pengumuman ini
menghancurkan kepercayaan pasar dan para investor terhadap Enron.[9]
9 November 2001 — Dynegy Inc., rival Enron, menyatakan perjanjian untuk membeli
lebih dari $8 miliar dalam bentuk saham
19 November 2001 — Enron merevisi laba kuartal III dan menyatakan utang sebesar
$690 juta yang jatuh tempo pada 27 November 2001
28 November 2001 —  Saham Enron terjun bebas dibawah $1 yaitu 24 sen membuat
Dynegy membatalkan rencana pembelian saham Enron.
2 Desember 2001 — Enron menyatakan kebangkrutan / palit, ribuat pekerja diberhentikan
 
9 Januari 2002 — Departemen Kehakiman menegaskan bahwa investigasi kriminal
terhadap Enron telah dimulai
10 Januari 2002 — White House mengungkapkan bahwa Lay meminta bantuan dari dua
orang anggota kabinet sesaat sebelum Enron runtuh, tetapi tidak mendapat respon.
Auditor Enron, Arthur Anderson terbukti menghancurkan dokumen-dokumen Enron
23 Januari 2002 — Lay mengundurkan diri dari jabatan Chairman of Board of Directors
dan CEO Enron
25 Januari 2002 — Cliff Baxter, mantan kepala unit perdagangan yang kemudian sempat
menjadi wakil presiden (sebelum mengundurkan diri pada Mei 2001) ditemukan tewas
bunuh diri dengan luka tembak.
Februari 2002 — Sherron Watkins hadir sebelum kongress  komite  dan  membuka 
pada  publik  apa yang  ia  ketahui  seputar  praktik  akuntansi perusahaan.  Ia  dilabeli 
“whistlebower  pemberani” oleh  pers
4 Februari 2002 — Lay mengundurkan diri dari Board of Directors
7 Februari 2002 — Skiling, Fastow, dan mantan ajudan Fastow, Michael Kopper muncul
dalam KOngres dengan McMahon dan pengancara Enron, Jordan MIntz. Skiling
bersaksi sedangkan Fastow dan Kopper meminta Hak Amandemen Kelima
12 Februari 2002 — Lay meminta Hak Amandemen Kelima pada sidang Senat setelah
menyatakan “kesedihan yang mendalam” atas keruntuhan Enron
28 Februari 2002 — KAP Andersen menawarkan ganti rugi $750 jutar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
14 Maret 2002 — Mantan Auditor Arthur Anderson untuk Enron, David Dunchan,
didakwa karena telah menghancurkan dokumen Enron terkait usaha penggagalan
investigasi. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron
berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan
pengungkapan yang meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam
kasus Enron.
22 Maret 2002 — Mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk
suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
26 Maret 2002 — CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya
9 April 2002 — David Duncan, mantan auditor Andersen untuk Enron, mengaku
bersalah karena telah mengintruksikan stafnya untuk menghancurkan dokumen sesuai
kebijakan perusahaan. Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
15 Juni 2002 — Andersen dihukum. Juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen
bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan
KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan Juni 2002.
sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah
berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.

21 Agustus 2002 — Kopper mengaku bersaalah atas pencucian uang dan konspirasi,
mantan eksekutif Enron pertama yang mencapai kesepakatan dengan Jaksa. Ia
mengidentifikasikan serangkaian SPE yang dirancang untuk membentuk imej palsu
Enron yang sehat secara finansial, sementara ia memperkaya dirinya, Fastow, dan
lainnya.
12 September 2002 — Tiga mantan bankir National Westminster Bank didakwa atas
penipuan kawat untuk menyedot jutaan dollar dalam pendapatan yang ditujukan untuk
atasan mereka melalui investasi dalam SPE Fastow. Mereka berjuang untuk
mendapatkan ekstradisi
16 Oktober 2002 — Andersen dihukum dengan masa percobaan dan denda $500,000, 
Arthur Andersen telah diblokir dan dilarang beroperasi sebagai KAP, dan hanya
beberapa ratus karyawan yang tersisa setelah hukuman ini.
17 Oktober 2002 — Manten trader terbaik Enron, Timothy Belden, mengaku bersalah
atas wire-fraud dan partisipasinya dalam skema untuk memainkan pasar energi selama
krisis energi di California pada tahun 2000-2001
31 Oktober 2002 — Fastow didakwa dengan 78 tuduhan konspirasi, penipuan,
pencucian uang, dan lainnya
26 November 2002 — Mantan eksekutif tingkat menengah Enron, Larry Lawyer, mengaku
bersalah karena telah mengajukan formulir pajak palsu sehingga $80,000 pendapatan
Enron disalurkan kepadanya sebagai “hadiah” atas manipulasi pajak yang dilakukannya
 

4 Februari 2003 — Mantan trader Enron, Jeffrey Richted, mengaku bersalah atas
tindakan konspirasi dan tidak jujur terhadap FBI dengan tujuan untuk membantu
memanipulasi pasar listrik di California pada tahun 2000.
12 Maret 2003 — Dakwaan atas tuduhan memalsukan $111juta pendapatan dari
gagalnya kesepakatan video-on-the-mand dengan Blockbuster dijatuhkan terhadap 2
mantan eksekutif akuntan dan keuangan: Kevin Howard dan Michael Krautz
30 April 2003 — Dakwaan terhadap Fastow meningkat dari yang awalnya 78 dakwaan
(31/10/2009) menjadi 98 dakwaan, sementara istrinya Lea Fastow, didakwa atas
kejahatan dan konspirasi pajak dan berpartisipasa dalam beberapa kegiatan suaminya.
Lima mantan board eksekutif lainnya dituduh berbohong pada Wall Street dan investor
mengenai kemampuan jaringan Enron untuk menggelembungkan Saham Enron.
Mantan bendahara Enron, Glisan, didakwa atas konspirasi dan pencucian uang dalam
penawaran SPE yang dilakukan Fastow. Mantan eksekutif keuangan, Dan Boyle,
didakwa atas konspirasi dalam penjualan pembangkit listrik palsu di dekat Nigeria ke
Merrill Lynch, untuk memenuhi target pendapatan Enron
10 September 2003 — Glisan mengaku bersalah atas perilaku konspirasi dan langsung
dijebloskan di penjara selama 5 tahun, menjadikannya mentan eksekutif pertama yang
berada di balk jeruji besu. Kemudian Glisan mulai bekerja sama dengan Jaksa
17 September 2003 — Dakwaan terbuka atas 3 mantan bankir Merrril Lynch atas peran
mereka dalam kesepakatan pembangkit listrik palsu di Neigeria. Mantan eksekutif Merril
Lynch keempat dan mantan akuntan Enron kemudian dibebankan atas dakwaan yang
sama
30 Oktober 2003 — David Delainey, mantan chief executife di unit trading Enron,
mengaku bersalah atas tuduhan insider tradng, ia mengakui bahwa ia berada dalam
skema “manajemen senior” untuk memanipulasi pendapatan perusahaan dan
melampaui ekspektasi Wallstreet dengan menjual $4,2 juta dalam bentuk saham
 

14 Januari 2004 — Andrew Fastow mengaku bersalah atas 2 tuduhan konspirasi dan
setuju untuk mendekam di penjara selama 10 tahun
22 Januari 2004 — Mantan akuntan top Enron, Causey, mengaku tidak tahu menahu
tentang konspirasi dan tuduhan sebagai “arsitek utama” dalam  skema penipuan yang
menyesatkan investor
19 Februari 2004 — Skiling menambahkan dakwaan Causey dan mengaku tidak
bersalah agar lepas dari 30 tuduhan termasuk: konspirasi, penipuan, dan insider trading.
6 Mei 2004 — Lea Fastow, mengaku bersalah atas tuduhan formulir pajak palsu, karena
termasuk kejahatan ringan LEa dihukum maksimal 1 tahun penjara
19 Mei 2004 — Mantan sekretaris Enron, Paula Rieker, mengaku bersalah atas satu
tuduhan insider trading untuk menjua saham pada tanggal 5 July, mengetahui bahwa
Enron kehilangan uang lebih banyak daripada yang diklaim oleh publik
7 Juli 2004 — Dakwaan penyegelan terhadap Lay diserahkan
8 Juli 2004 —  Lay menyerah kepada FBI. Dakwaan terbuka atas tuduhan berpartisipasi
dalam konspirasi untuk memanipulasi hasil keuagan Kuartalan; membuat pernyataan
publik palsu dan menyesatkan mengenai kinerja keuangan perusahaan; mengabaikan
fakta—fakta yang diperlukan untuk membuat laporan keuangan yang akuran dan adil.
Lay mengaku tidak tahu (plead innocent)
15 Juli 2004 — Hakim US Bankruptcy, Judge Arthur Gonzalez, menegaskan rencana
reorganisasi Enron dimana sebagian besar kreditur akan menerima sekitar seperlima
dari $63 juta yang mereka miliki dalam bentuk tunai atau saham
30 Juli 2004 — Mantan CEO Broadband Enron, Kenneth Rice, mengaku bersalah atas
penipuan sekuritas dan menggelapkan $13,7 juta dalam bentuk tunai dan properti yang
meliputi perhiasan dan sepasang mobil sport
5 Agustus 2004 — Mantan trader top Enron, John Forney, mengaku bersalah di San
Francisco atas manipulasi harga listrik selama krisis listrik di California pada tahun 2000
—2001
25 Agustus 2004 — Mantan kepala investor relations, Mark Koenig, mengaku bersalah
karena telah membantu dan bersengkokol dalam penipuan sekuritas. Koenig membantu
menyajikan laporan keuangan palsu kepada investor
31 Agustur 2004 — Mantan COO Enron, Kevin Hannon, mengaku bersalah atas 1
tuduhan konspirasi.
20 September 2004 — Sidang atas penipuan dan konspirasi 4 mantan eksekutif Merril
Lynch Bank dan 2 mantan eksekutif mengah Enron dimulai
7 Oktober 2004 — Mantan asisten bendahara Enron, Timothy Despain, mengaku
bersalah atas konspirasi dan bersedia untuk bekerjasama dengan Jaksa
15 Oktober 2004 — Seorang hakim Inggris mendakwa 3 bankir Inggris dari Merril Lynch
di Amerika Serikat atas tuduhan penipuan yang berkaitan dengan Enron dapat
diekstradisi untuk diadili di Texas. Mereka masih berjuang melawan putusan tersebut
19 Oktober 2004 — Seorang hakim federal memberikan tuntutan terpisah dari Skiling
dan Causey atas tuduhan penipuan bank dan berbohong kepada bank mengenai
penggunaan pinjaman untuk membeli saham Enron, tetapi tetap memberikan hukuman
yang sama untuk ketiganya dalam tuntutan yang lain.
3 November 2004 — Juri memvonis 4 mantan eksekutif Merril Lynch Bank, termasuk
mantan kepala investasi perbankan, Daniel Bayly, dan mantan eksekutif menengah
Enron, atas penipuan dalam kasus pembangkit listrik palsu di Niagara. Seorang mantan
akuntan Enron dibebaskan.
 

24 Februari 2005 —  Seorang hakim federal menjadwalkan sidang peradilan untuk Lay,
Skiling, dan Causey pada 17 Januari 2006
18 April 2005 — Sidang peradilan Enron dimulai
31 Mei 2005 —  US Supreme Courte (Mahkamah Agung US) memutuskan hukuman
mantan auditor Andersen yang menghancurkan dokumen secara massal tanpa harus
menemukan maksud kriminal dibalik tindakan tersebut.
15 Juli 2005 — Mantan akuntan eksekutif Enron, Christopher Calger, mengaku bersalah
atas tuduhan konspirasi yaitu berpartisipasi dalam skema pengakuan pendapatan
prematur yang tidak benar
20 Juli 2005 —  Juri dalam persidangan Enron membebaskan 3 dari 5 terdakwa pada
beberapa tuduhan, namun mengalami deadlock pada 164 dakwaan. Kelima terdakwa
tersebut akan diadili dalam 3 sidang terpisah, Mai, Juni, dan September 2006
12 Desember 2005 —  Seorang hakim menyetujui penarikan pengakuan bersalah dari
mantan auditor Anderson yang mengaudit Enron, Duncan.
28 Desember 2005 —  Causey mengaku beralah atas penipuan sekuritas dan bersedia
mendekam di penjara selama 7 tahun dan melayani pemerintah. Hakim US District,
Judge Sim Lake, menjadwalakn ulang sidang Lay dan Skiling menjadi 30 Januari 2006
25 Mei 2006 —  Dalam jejak juri, Lay dan Skiling terbukti melakukan kecurangan
Juli 2006 — Kenneth Lay meninggal karena serangan jantung sebelum ia dihukum
September 2006 — Fastow menerima hukuman 10 tahun penjara
Oktober 2006 — Skiling dihukum 24 tahun penjara atas penipuan
November 2006 — Causey dijatuhi hukuman 5 tahun penjara

2.1.3 Who: Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Skandal Enron-Andersen

2.1.3.1 Pihak dari Enron Corporation

Kenneth Lay (Founder, Chairman dan CEO)


Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya dia juga
berhutang lagi kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah banyak. Ken
Lay adalah seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron
dengan banyak hutang kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit,
dalam hal ini dalam keadaan hampir bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya
dalam keadaan yang baik-baik saja. Ken Lay ini adalah orang yang licik. Dia secara
diam-diam mulai menjual saham yang dia miliki. Para investor yang lainnya tidak
mengetahui bahwa perusahaan tesebut mengalami sebuah masalah, sehingga banyak
orang yang masih mau membeli saham yang dijual oleh Ken Lay tersebut.

Jeffrey Skiing  (Mantan Presiden, dan COO)


Jeffrey Skilling ini adalah seorang yang sangat pintar. Dia berhasil membuat Enron
menjadi sebuah perusahaan perdagangan yang sangat besar dan ekspansif. Namun,
karena ambisinya mengesampingkan rambu-rambu aturan yang berlaku baik aturan
SEC maupun prinsip akuntansi yang berterima umum.

Ia bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron. Skilling merekrut


Andrew Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis
perdagangan gas alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang pandai
dalam melaporkan nilai dari kontrak jangka panjang yang mereka beli atau jual. Mereka
membujuk Komisi Bursa Saham dan Surat Berharga (SEC) AS untuk membolehkan
mereka memakai metode “menilai pada harga pasar” (mark to market) untuk
diberlakukan pada kontrak mereka. Dengan metode tersebut akan membuat tingkat
diskonto yang rendah pada kontrak mereka, sehingga membuat Enron melaporkan nilai
aset (kontrak) dan laba yang tinggi pada investor. Padahal kenyataannya nilai asset dan
laba mereka lebih rendah dari yang mereka laporkan.

Andrew Fastow (Mantan CFO)


Dia memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang hanya dipakai oleh Enron
untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank. Sehingga dalam laporan keuangan yang
dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang. dia bersama dengan orang-
orang lainnya di Enron, memperkaya dirinya sendiri dengan mendapatkan gaji yang
tinggi dan pendapatan saham dari SPE yang dibentuk olehnya itu.

Dia mencoba memecat Sherron Watkins yang menghadap anggota kongres dan di
hadapan umum mengutarakan apapun yang ia tahu tentang praktek akuntansi
perusahaan. Dia juga merampas komputer Sherron Watkins ketika dia mengetahui
bahwa dia mencoba memperingatkan atasannya tentang masalah yang akan terjadi jika
Enron terus melakukan manipulasi data tersebut.

Board of Directors[10]
Dewan Direksi Enron gagal melidungi pemegam saham Enron dan memberikan
konstribusi pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ketujuh di AS, dengan
membiarkan Enront terlibat dalam praktik akuntansi beresiko tinggi, konflik transaksi
kepentingan yang tidak pantas, pengungkapan kegiatan penghancuran dokumen
penting, dan kompensasi eksekutif yang berlebihan. Dewan mengetahui hal ini tetapi
lebih memilih untuk menutup mata dan merugikan pemegang saham, karyawan, dan
rekan bisnis.

Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun, dimana
diharuskanpembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan percaya atas
reputasiperusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan
cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu tahu
telah menjualsahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai
pada harga 26 sen. Sangat banyak terjadi kerugian pada karyawan. Baik financial
maupun moral. Karyawan Enron banyak yang tidak diterima di perusahaan lain.

Sheron Wattkins
Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja untuk
Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron. Ketika Lay tidak
merespon surat yang ia tulis, Sharron pun memberikan kesaksian di depan komte
penyelidikan. Seandainya ada anggota dewan yang mendengarkan kekhawatirannya
mengenai Enron, mungkin tindakan pencegahand dapat dilakukan.

2.1.3.2 Pihak dari KAP Arthur Andersen[11]


Arthur Andersen memberikan sedikitnya 5 jasa atestasi dan non atestasi sekaligus.
Peran Arhur Andersen dalam skandal Enron adalah sebagai berikut:

–         sebagai Eksternal Auditor Enron

–         sebagai Konsultan akuntansi dan manajemen berkaitan dengan pengakuan SPE

–         sebagai Internal Auditor Enron

–         sebagai konsultan perpajakan Enron

–         sebagai penasihat, pengkasi dari pengungkapan masalah keuangan

Budaya internal AA didorong oleh keinginan untuk mendapatkan penghasilan, sehingga


Enron adalah salah satu sumber kekayaan AA. Mengingat fakta ini, AA dan personelnya
dihadapkan pada beberapa konflik kepentingan, yang mungkin telah dilanggar dan
melemahkan tekad mereka untuk bertindak dalam hubungan fidusia mereka sebagai
auditor, termasuk:

–         Mengaudit kerja mereka sendiri sebagai konsultan SPE, menyebabkan


kurangnya objektivitas

–         Kepentingan diri sendiri berperang melawan kepentingan umum yang mengarah
ke keingininan untuk membuat manajemen Enron puas, yaitu:

o    Kehilangan honor audit yang sangat besar

o    Mitra yang tidak disukai Enron telah dihapus dari audit

o    Ketidakpatuhan dengan kebijakan perusahaan dan kode etik, dan tidak
memberitaukan hal ini kepada Board of Directors
o    Perdebatan internal AA atas praktik akuntansi enrosn tidak disampaikan ke Komite
Audit Internal Enron

o    Pengungkapan publik tidak memuaskan investor

–         Staf auditor AA banyak yang meninggalkan AA dan kemudian bergabung dengan
Enron

Kekurangan AA diatas sebagian disebabkan oleh:

–         Kurangnya kompetensi, seperti yang ditampilkan dalam keputusan Ryhtmhs


NetConnections

–         Kegagalan pengendalian intern AA mengenai kepedulian terhadap “Kendali Mutu


atau Standar Praktik” yang telah ditolak oleh personel audit yang bertanggung jawab
terhadap Enron.

–         Kurangnya informasi yang disebabkan oleh: staf Enron tidak memberikan
informasi pentin, atau kegagalan sebagian personel AA dalam menemukan informasi

–         Kesalahpahhaman tentang peran fidusia yang perlu dilakukan auditor

David B. Duncan
David menjadi karyawan Andersen selama 20 tahun, ia bertanggung jawab atas Enron
sejak 1997, ia dibayar lebih dari $1 juta. David dipecat dari Andersen pada Januari 2002
dan dibebankan hukuman karena telah memerintahkan staff Andersen untuk
menghancurkan lebih dari 1 ton dokumen yang berkaitan dengan Enron. Pada 9 April
2002, David mengaku bersalah dengan hukuman maksimum 10 tahun, tetapi karena ia
mengaku bersalah dan bersedia menjadi saksi kemungkinan hukuman tsb dapat
diringankan.

2.1.3.3 Pihak Lain

Securities and Exchange Commission (US SEC)[12]


SEC juga harus bertanggungjawab pada kasus ini karena mereka memberikan
persetujuan kepada Skilling dan Andrew Fastow untuk menggunakan metode akuntansi
yang menguntungkan bagi mereka. Dalam hal ini seharusnya SEC tidak menyetujui hal
tersebut, karena hanya akan menguntungkan beberapa pihak saja, dan pihak lainnya
akan dirugikan dengan diperbolehkannya penggunaan metode tersebut.

Jika SEC tidak memperbolehkan mereka menggunakan metode tersebut, mungkin saja
kasus ini tidak akan menjadi separah ini. Dan banyak pihak yang bisa diselamatkan atau
dihindarkan dari kasus ini.

Mitra Kerja
Mitra kerja dan konsumen Enron dirugikan dalam hal ini, sebut saja Blockbuster.
Begitupun dengan pemasok dan kreditor yang bekerja sama dengan Enron.

Investor[13]
Sebagai hasil dari skandal Enron, investor baik pribadi maupun kelompok, kehilangan
jutaan dollar karena mereka mendapatkan informasi yang salah mengani kinerja
keuangan perusahaan, semua pemegang saham kehilangan uang yang telah mereka
investasikan setelah Enron jatuh bangkrut. Pemegang saham kehilangan hampir
$11miiliar ketika harga saham Enron yang tadinya mencapai $90 menjadi anjlok ke
angka 24 sen. Investor yang trauma sulit untuk kembali berinvestasi setelah skandal ini.

White House[14]
Skandal ini semakin rumit dengan ditengarainya keterlibatan banyak pejabat tinggi
gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana
politik dari perusahaan ini. Bahkan, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.
Bush merupakan pemegang saham Enron. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana
politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12
dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak
orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan
istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan
perusahaan itu.

Jaksa Penuntut Enron dan Departement of Justice


Penuntutan terhadap Enron (yang seringkali diprakarsai oleh SEC) telah menyebabkan
peningkatan ekspektasi kinerja dan agresivitas kejaksaan, di mana penjahat kelas
eksekutif dicurigai. Eliot Spitzer (Attoney General for The Northen District of Illinnois)
dan Patrick J. Fitzgerald (US Attorney for the Nothern District of Illinois) muncul sebagai
jaksa umum dengan ikon “anjing penyerang” yang mengejar setiap eksekutif Enron
dengan penuh semangat. Spitzer lebih mengutamakan penjahat selebriti dan eksekutif
senior sebagai contoh bagi orang lain, terutamaa saat SEC lambat untuk bertindak.

Spitzer dan Fitgerald menggunakan praktik penawaran-penawaran saksi yang lebih


rendah bagi eksekutif yang tidak terlalu senior, terutama CFO, untuk ditukar dengan
informasi dan kesaksian yang dapat digunakan terhadap eksekutif yang lebih senior.

2.1.4Why: Penyebab Terjadinya Skandal Enron

Begitu kompleksnya model usaha yang dimiliki oleh Enron, yang terdiri dari beragam
produk, termasuk aset tetap dan perdagangan yang melampaui skala nasional telah
menyebabkan adanya keterbatasan akuntansi. Enron mengambil keuntungan penuh
dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles laporan keuangan
perusahaan.

Dua hal utama yang mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron adalah
perdagangan yang meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur
transaksi finansial perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus
(special purpose entities).
2.1.4.1 Trading Business dan Market-to-Market Accounting

Pada bisnis gas alam Enron, perlakuan akuntansinya sangatlah mudah, yaitu pada
setiap periode tertentu, perusahaan akan membuat daftar biaya supply gas dan
pendapatan aktual yang diterima dari penjualan tersebut.

Namun pada bisnis perdagangan, Enron mengadopsi mark-to-market accounting, yakni


begitu sebuah kontrak jangka panjang ditandatangani, present value dari future inflows
dari kontrak tersebut diakui sebagai pendapatan dan present value dari biaya kontrak
tersebut dianggap sebagai biaya. Dalam hal ini, keberlangsungan kontrak jangka
panjang tersebut seringkali dipertanyakan. Dengan adanya kesulitan untuk penerapan
matching principle antara profit dan cash, telah memberikan laporan yang menyesatkan
bagi investor. Unrealized gains and losses pada market value dari kontrak jangka
panjang (yang tidak di-hedging) kemudian dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan
tahunan pada saat terjadinya. Sebagai contoh, Enron melakukan kontrak kerjasama
dengan Blockbuster Video pada tahun 2000. Pilot Project tersebut terdapat di Portland,
Seattle dan Salt Lake City. Berdasarkan proyek tersebut Enron kemudian mengakui
estimasi profit sebesar $ 110 juta walaupun berbagai kalangan mempertanyakan
keberlangsungan teknis dari proyek tersebut dan permintaan pasar. Ketika jaringan
tersebut gagal, Blockbuster menarik kerjasamanya dan Enron tetap meneruskan untuk
mengakui future profit walaupun kontrak tersebut berakhir dengan kerugian.

2.1.4.2 Special Purpose Entities

Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan tahun 2001
dimana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian forward
contract dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah kontrak jangka
panjang. Namun beberapa SPE kontroversial didesain secara khusus untuk
mendapatkan tujuan pelaporan keuangan yaitu memenuhi ekspektasi investor.

Sebagai contohnya, pada tahun 1997, Enron berkeinginan untuk membeli kepemilikan
dari beberapa joint venture, namun Enron tidak mau memperlihatkan hutang miliknya
yang digunakan untuk membiayai akuisisi tersebut pada neraca perusahaan. Maka
Enron menggunakan Chewco, sebuah SPE yang dikontrol oleh Enron untuk
menerbitkan hutang dengan Enron sebagai penjamin untuk medapatkan kepemilikan
pada joint venture seharga $ 383 juta. Transaksi tersebut telah diatur sedemikian rupa
sehingga Enron tidak harus mengkonsolidasi Chewco ataupun joint venture tersebut
pada laporan keuangannya, sehingga Enron tidak perlu mengakui hutang pada
pembukuannya.

Seperti yang telah diakui Enron pada bulan Oktober 2001, bahwa mereka telah
melanggar standar akuntasi yang mengharuskan sedikitnya 3% dari aset dimiliki oleh
investor ekuitas independen. Dengan mengabaikan persyaratan tersebut, Enron dapat
menghindari konsolidasi dari SPE tersebut. Sebagai akibatnya, neraca perusahaan
tersebut mengalami understated pada liabilitas dan overstated  pada ekuitas dan
pendapatan. Selain itu, Enron hanya melakukan pengungkapan minim mengenai
hubungannya dengan SPE. Perusahaan tersebut hanya mengungkapkan bahwa
mereka telah melakukan hedging untuk menurunkan resiko pada investasinya melalui
transaksi dengan SPE. Sehingga investor tidak menyadari bahwa SPE tersebut telah
menggunakan saham dan jaminan finansial dari Enron, sehingga Enron tidak terproteksi
dari resiko. Di samping itu, Enron juga memperbolehkan beberapa karyawan kunci di
perusahaan untuk menjadi partner di SPE tersebut.

Secara garis besar, SPE dapat digunakan secara tidak etis dan ilegal untuk:[15]
 Melebih-lebihkan pendapatan dan laba
 Meningkatkan kas dan menyembunyikan utang ata kewajiban
 Menutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada perusahaan lain
 Menghindari-aturan-aturan akuntansi untuk penilaian saham Enron
 Secara tidak benar memperkaya beberapa eksekutif Enron
 Memanipulasi harga saham Enron sehingga menyesatkan investor dan memperkaya
eksekutif Enron yang memegang opsi saham.
2.1.4.3 Penghindaran Pajak[16]
Beberapa Bank, KAP, bankir investasi, dan kantor pengacara bahkan politisi diduga
memberikan konsultasi mengenai penyembunyian pajak terstruktur pada 12 transaksi
besar yang mencapai $2 miliar dari tahun 1995-2001. Manajemen Enron menemukan
bahwa transaksi pajak tidak hanya bisa menghemat pajak, tetapi dapat digunakan untuk
menciptakan laba dalam lapora keuangan. Setelah itu, departemen pajak Enron tampak
sebagai pusat “revenue center”. Secara umum, empat strategi yang digunakan Enron
dalam transaksi terstruktur tersebut adalah:

–         Duplikasi kerugian ekonomi tunggal (mengurangi kerugian yang sama sebanyak
dua kali)

–         Pergeseran dari DPP aset tak tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi suatu aset
terususutkan (kena pajak)

–         Timbulnya biaya pemotongan pajak untuk pembayaran pokok

–         Timbulnya biaya jasa bagi pihak yang memberikan bantuan untuk WP lain.

Enron mencatat kredit yang timbul dari 2 strategi pertama sebagai pendapatan
keuangan. Enron sengaja terlibat dalam transaksi yang sedikit atau tanpa tujuan bisnis
untuk mendapatkan perlakuan pajak dan akuntansi yang menguntungkan. Sedangkan
transaksi-transaksi rumit, kompleksitasknya direkayasa dengan saran dari penasihat
luar yang canggih. Para penasihat ini adalah:

Arthur Andersen, Banker Trust, Vinson Elkins, Deloitte Touche, Akun-Gump-Straus,


Chase Manhattan, Deutsche Bank, dan Ernst Young.

Pada kasus ini, Lea Fastow, istri Andrew Fastow yang pernah menjabat sebagai asisten
bendaharan mengaku bersalah atas tuduhan penipuan pajak, ia mengajukan formulir
pajak palsu. Lea dihukum 1 tahun penjara..

2.1.4.4 Budaya Perusahaan, Konflik Kepentingan, Whistle-Blower

Banyak karyawan Enron mengetahui tentang kurangnya integritas dalam transaksi SPE,
tetapi hanya sedikit karyawan yang berani maju untuk melaporkannya, dan Dewan
Direksi Enron tidak mendengar keluhan mereka.
Kekurangan integritas pada budaya Enron berada dalam taraf yang cukup
menyedihkan. Salah –satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan adalah “mengapa
orang-orang yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan ternyata tidak
maju untuk mengungkapkan kejanggalan tsb?”, seperti:

–         Richard Causey, Chief Accounting Officer

–         Richard Buy, Chief Risk Officer

–         Ben Glisan, Bendahara dan akuntan senior

Jika mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan, seharusnya mereka melaporkan


kejanggal SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas ini ada hubungannya
dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang memberikan pengaruh
signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.

Figure 4[17]
2.1.4.4 Kegagalan Fungsi Dewan Direksi

Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang yang membebankan tugas fidusia


kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan dalam kepentingan
terbaik dari perusahaan an pemegang sahamnya.

Dalam kerangka kerja tata kelola, Dewan Direksi Enron bertanggung jawab untuk
mengawasi lini bisnis Enron dan strategi untuk membiayainya. Salah satu bidang usaha
Enron, yaitu: bisnis perdagangan energi secara online, memerlukan akses ke lini kredit
yang luas. Pada saat yang sama, sifat dari bisnis ini menyebabkan fluktuasi laba yang
besar dari triwulan ke triwuan, sehingga mengarah pada pendanaan berbiaya rendah.
Lini bisnis lainnya, yaitu: jaringan serat optik (yang sebagian besar tidak berguna) juga
kekurangan kas.

Semua anggota Dewasn Dieksi sangat menyadari dan mendukung fokus Enron di
peringkat kredit, arus kas dan beban utang. Semua orang akrab dengan strategi “asset
light”. Disinilah titik dimana Dewan Direksi Enron tidak menjalankan tugas fidusia,
mereka hanya bertindak demi kepentingan perusahaan bukan pemegang saham.
2.1.5 How: Dampak dan Keberlanjutan Skandal Enron

Meskipun sebelumnya telah ada upaya untuk memperkuat tata kelola dan praktik
akuntansi sebelum terjadinya skandal Enron, gaung reformasi atas tata kelola baru
terdengar keras setelah terjadi kemarahan publik atas skandal Enron pada bulan
Desember 2001. Presiden Bush berjanji untuk melakukan reformasi lebih lanjut untuk
memperlambat dorongan pasar. Namun, gagal karena tak lama setelah skandal Enron,
datang berita mengejutkan bahwa perusahaan raksasa WorldCom juga mengalami
kesulitas keuangan.

Tabel diatas adalah sebagian perubahan peraturan tata kelola yang muncul setelah
skandal Enron dan sebelum  pengumuman kebangkrutan WorldCom.
Figure 5[18]
2.1.5.1 Munculnya WorldCom

Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu
besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika
mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet
berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis
sehingga pendpatan ini jauh dari yang diharapkan. Padahal untuk biaya akuisisi dan
untuk membiayai investasi infrastruktur WorldCom menggunakan sumber pendanaan
dari luar atau utang.

Nilai pasar saham perusahaan WorldCom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari
2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini membuatan pihak
manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita
buruk tersebut. Dalam laporannya pada 25 Juni WorldCom mengakui bahwa perusahan
mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran
modal. Beben jaringan adalah beban yang dibayar oleh WorldCom kepda perusahaan
lain untuk jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi
WorldCom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001,
sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama tahun 2002.berdasarkan
data WorldCom $14,7 milyar pad tahun 2001 disajikan sebagai biaya.

Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCommampu menaikkan


pendapatan atau laba. WorldCom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat
lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi
disajikan sebagai beban investasi.

Pada 25 Juni 2002, saham WorldCom dari $64,5 pada pertengahan 1999 menjadi
kurang dari $2 per saham. Dan turun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai
sahamnya kurang dari 1 sen. Para pegawai WorldCom yang mempunyai saham
perusahaan sebagai bagian dari dana pensiun mereka juga mengalami kerugian. Pada
akhir tahun 2000 sekitar 32 % atau $642,3 juta dana pensiun mereka
berupa saham.Dan mengumumkan akan memberhentikan 17.000 karyawan dari total 85
ribu karyawan.
Pada 21 Juli 2002, WorldCom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari
departemen kehakiman Amerika serikat. WorldCom melaporkan aset sebesar $103
milyar dengan total utang $41 milyar. Kebangkrutan WorldCom merupakan
kebangkrutan yang paling besar di Amerika Serikat

Pada tahun 2004 WorldCom berubah nama mnjadi MCI, dan CEO WorldCom diganti
dari Ebbers menjadi John Sidgemore. Scott D. Sullivan didakwa dengan hukuman
penjara maksimum 25 tahun penjara sedangkan Ebbers didakwa dengan hukuman
penjara lebih dari 25 tahun.

2.1.5.2 Disahkannya SOX

Pengumuman oleh WorldCom tentang manipulasi laba akuntansi secara besar-besaran


telah memukul pasar modal, media dan juga politisi. Maka pada 30 juli 2002 disahkanlah
Sarbanes-oxley act, yaitu undang-undang baru yang mengatur reformasi tata kelola.
Nama Sarbanes-oxley sendiri diambil dari dua orang politisi yang menjadi inisitor
undang-undang tersebut.

SOX adalah hukum keamanan AS yang paling jauh jangakauannya, yang berlaku
semenjak US security Act of 1933 dan Securities Exchange Act of 1934, yang
mendorong SEC pada tahun 1934 untuk menjalankan undang-undang tersebut. Banyak
ketentuan SOX memerlukan implementasi tindakan SEC, dan studi lebih lanjut untuk
memperoleh jalan yang terbaik sebagai pedoman masa depan.

SOX telah menciptakan sebuah kerangka kerja peraturan internasional bagi perusahaan
dalam mencari akses ke pasar modal AS dan auditornya. SOX menetapkan standar
baru pada tata kelola yang akan diterapkan pada semua perusahaan perusahaan yang
telah terdaftar di SEC, yaitu yang terdaftar dibursa saham AS termasuk perusahaan-
perusahaan asing besar yang terdaftar di bursa AS. Lebih dari 200 perusahaan terbesar
di Kanada, dan banyak perusahaan internasional besar lainnya, harus mematuhi
peraturan ini.

Demikia juga SOX menetapkan kerangka kerja baru untuk profesi akuntansi AS yang
menggantikan pengaturan diri oleh profesi dengan Public Company Accounting
Oversight Board (PCAOB). PCAOB akan mengawasi semua KAP yang mengaudit
perusahaan yang terlah terdaftar di SEC, seperti halnya perturan akuntansi dan
pengungkapan perusahaan-perusahaan tersebut.

Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron, Arthur


Andersen, dan WorldCom, meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan
Inggris bahwa kerangka tata kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka
menghadapi krisis kredibilitas tata kelola dan mengembalikan kepercayaan dalam
system pasar modal perusahaan saat ini, tindakan yang dibutuhkan untuk memenuhi
harapan masyarakat mencakup hal-hal sebagai berikut

–         Klarifikasi peran, tanggung jawab dan akuntabilitas dari dewa direksi,
subkomitenya, diri para direktur pribadi dan auditor.

–         Memastikan bahwa para direktur memiliki informasi yang cukup mengenai
rencana dan kegiatan perusahaan, kecukupan kebijakan dan pengendalian internal
untuk memastikan kepatuhan, dan kepatuhan actual, termasuk keprihatinan para
whistle-blower.

–         Memastikan bahwa para direktur memiliki kompetensi keuangan yang memadai
dan keahlian lainnya yang diperlukan.

–         Memastikan bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dapat dpahamidan


transparan.

–         Memastikan bahwa standar akuntansi memadai untuk melindungi kepentingan


para investor.

2.1.5.3 Dampak SOX Terhadap Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pelaporan, serta pada
Praktik Manajemen[19]
Kerangka tata kelola SOX akan memfokuskan perhatian pada direktud dan manajemen
pada isu-isu yang sangat penting mengenai tata kelola dan proses pelaporan yang baik.
Secara khusu, perkembangan berikut akan membawa perubahan positif dan perubahan
jangka panjang yang:

–         Fokus spesifik pada peningkatan akuntabilitas dan pelaporan kepada pemegam
saham publik; pengendalian intern terkait dan sitem whistle-blower; serta atas sertifikasi
CEO dan CFO, sertifikasi palsu akan dianggap sebagai tindak pidana.

–         Penguatan peran komite audit, independensi penuh para direktur yang menjabat,
arus informasi, serta kemampuan auditor untuk melaporkan dan terlibat dengan komite
dalam diskusi yang bermakna.

–         Klasifikasi peran, tanggun jawab, dan kompetensi dari para direktud dan komite
dewan

–         Definis konflik kepentingan dan pentingnya menghindari situasi tersebut, serta
kode etik bagi CFO dan lainnya

–         Peningkatan denda yang dijatuhkan atas kesalahan

Namun, sulitnya menemukan pakar keuangan untuk menjabat sebagai direktur dan
komite menjadi suatu tantangan tersendiri. Persyaratan waktu dan risiko hukum telah
meningkat, memaksa pengurangan jumlah anggota dewan direksi, serta honor dewan
dan komite audit menjadi lebih tinggi. Pelatihan kompetensi direktur sedang tumbuh dan
akan menjadi suatu norma.

Kecil kemungkinannya bahwa perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan asing


secara sukarela akan mengadopsi sepenuhnya rezim tata kelola baru ini karena
memakan waktu dan biaya. Hal ini mungkin menciptakan sistem tata kelola 2 tingkat
yang mungkin tidak mendukung beberapa investor. Beberapa perusahaan akan
mengundurkan diri dari SEC dan Pasar Modal AS, seperti yang sudah dilakukan oleh
Porsche.

Pada akhirnya, jika sistem tata kelola SOX telah dilaksanakan, akankah kasus
kegagalan Enron, WorldCom, dan bencana keuangan lainnya dapat dihindari? Tentu
saja tidak, contohnya Lehman Brothers, paling tidak kini upaya untuk menghindarinya
menjadi lebih tinggi.

2.1.5.4 Dampak Terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit[20]


Menurut SOX salah satu penyebab terjadinya kekacauan / fraud terhadap laporan
keuangan adalah kondisi hiruk-pikuknya jasa yang diberikan kantor akuntan publik, atau
dikenal dengan multi-disciplinary practice. Untuk menghindari conflict of interest dalam
kode etik akuntan; independent in appearance, sehingga dalam SOX Section 201
membatasi jasa-jasa non-audit. jasa-jasa berikut apabila diberikan bersamaan dengan
jasa audit akan bertentangan dengan hukum (unlawful):
–         Pembukuan, atau jasa lain berkaitan dengan jasa pencataran akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan dari klien yang diaudit.

–         Desain dan implementasi dari system informasi keuangan.

–         Jasa appraisal atau valuation service, pendapat mengenai kewajaran (fairness
opinions), atau laporan mengenai sumbangan dalam bentuk jasa (contribution-in-kind
reports)

–         Jasa aktuarial.

–         Jasa-jasa audit internal (internal audit outsourcing services)

–         dll

Selain itu, agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat kehilangan
objektivitasnya, SOX juga mengatur rotasi atau pertukaran auditor. hal ini diatur dalam
SOX Section 203, menetapkan rotasi dari lead audit partner dan concurring audit partner
setiap 5 (lima) tahun.[21]
Profesi akuntansi AS kehilangan kebebasannya untuk menawarkan layanan non-audit
kepada klien. Layanan non-audit yang ditawarkan telah dipangkas, dan karena layanan
tersebut biasanya harus disediakan oleh perusahaan yang tidak melakukan audit
perusahaan sehingga menjadi kurang efisien atau lebih mahal untuk melakukan audit
kepada klien.

Margin upah layanan audit meningkat secara dramatis sebagai akibat dari tuntutan yang
sangat besar terhadap kepatuhan pengerjaan Section 404 bersama dengan tinjauan
atas integritas pengendalian intern perusahaan dan keakuratan laporan keuangan.
LOnjakan permintaan jasa audit menimbulkan kurangnya tenaga audit yang memenuhi
syarat. Ada semacam protes terhadap biaya kepatuhan pengerjaan sesuai Section 404,
diperkirakan sebesar $7,8 juta pada tahun 2004 untuk masing-masing perusahaan. SEC
berdalih mereka tidak pernah mengatakan bahwa pekerjaan audit harus benar-benar
lengkap, tetapi berdasarkan penilaian. Hal ini sedikit melegakan ketakutan dari
beberapa CEO dan CFO yang khawatir akan hukuman penjara, serta pengacara dan
auditor yang menyarankan pendekatan ultrakonservatif.

Meskipun demikian biaya pengerjaan Section 404 sangatlah besar. Namun jumlah biaya
seluruh perusahaan terdaftar US jika digabungkan  ($5miliar) hasilnya masih lebih kecil
dari padajumlah uang yang lenyap pada skandal Enron ($90 miliar). Hubungan cost-
benefir bahkan lebih menguntungkan jika kerugian dari skandal perusahaan lainnya di
masa depan dapat dihindari. Biaya ini pun seharusnya semkin mengecil dari waktu ke
waktu. Sistem pengendalian intern yang lebih baik juga meningkatkan biaya audt
tahunan secara moderat.

Di AS dan yuridiksi asing, beberapa kantor akuntan profesional kecil telah mendahului
audit SEC atau pendaftar pasar saham karena mereka tetap ingin memelihara margin
praktik yang terintegrasi. Hal ini berarti bahwa sistem auditor dua tingkat dikembangkan
di seluruh dunia. Satu untuk perusahaan besar dan satu untuk perusahaan kecil.
Dampak penuh SOX terus berkembang, tetapi penguatan akuntabilitas, serta penguatan
standar independensi dan hubungan auditor ke subkomite audit, akan membantu auditor
melayani kepentingan publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan dan Praktik Audit di Indonesia [22]


Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi di Indonesia
ada beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan pembentukan
Sarbanes-Oxley Act diantaranya:

1. Keputusan Mentri Keuangan (KMK) Tgl 30 Sept 2002, No. 423/KMK.06/2002 Tentang


Jasa Akuntan Publik. Selanjutnya Menteri Keuangan RI pada tanggal 5 Pebruari 2008
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan
Publik yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan No.
423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003 Tentang Jasa Akuntan Publik yang
dianggap sudah tidak memadai).
2. Keputusan Menteri BUMN Tgl 31 Juli 2002, Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 Tetang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 Nov 2002, Nomor:
KEP-20/PM/2002. Tentang Independensi Akuntan yang memberikan jasa audit di Pasar
Modal
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Des 2003, Nomor:
KEP- 40/PM/2003. Tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl24 Sept 2004, Nomor :
KEP – 29/PM/2004, Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit
Perusahaan yang telah menerapkan SOX di Indonesia contohnya adalah PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Sebagai perusahaan yang telah tercatat di bursa saham
dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola perusahaan dengan pembenahan 
internal dan pemenuhan standard internasional. Standard internasional khususnya
aturan yang ditetapkan oleh US Securities and Exchange Commission (US SEC) yang
harus diadopsi oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, sebagai salah satu perusahaan
yang telah  listing di New York Stock Exchange (NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act
(SOA). Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act
merupakan unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley Act,
yaitu section 302, section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
tiga section tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal implementasi Sarbanes
Oxley Act. Sedangkan untuk section lainnya, kemungkinan di masa mendatang juga
akan diterapkan secara bertahap bila perusahaan telah mampu menjalankan tiga
section tersebut dengan lengkap dan benar, serta adanya pertimbangan manajemen
terhadap benefit yang diperoleh.[23]
 

2.1.5.5 Dampak Terhadap Trend Etika Bisnis

Kasus Enron, Arthur andersen, dan WorldCom memberikan kesadaran yang jah lebih
besar dari masalah-masalah dan tren etika yang sedang berjalan, termasuk konflik
kepentingan dan kontrol kepentingan pribadi, tugas fidusia direksi kepada pemegang
saham, tugas perusahaan dan auditor terhadap kepentingan umum, serta mkana
sebuah bisnis yang baik dalam mengembangkan suatu etika budaya.
Etika budaya tersebut harus didasarkan pada kejujuran, keadilan, elas kasihan,
integritas, kemampuan meramalkan dan tanggung jawab, serta terfokus pada
pengembangan kepercayaan dan respek untuk kepentingan stakeholders. Pada
kenyataannya, perusahaan-perusahaan AS dan asing yang memiliki tata kelola yang
baik telah melakukannya, hal ini mengindikasikan bahwa mereka sudah melakukan apa
yang direkomendasikan oleh SOX.

Etika dan reputasi menjadi lebih dikatikan secara langsung daripada sebelumnya.
Sebagai contoh, Arthur Andersen dijatuhkan denda $500,000. Denda ini tidak signifikan
dibandingkan dengan kehilagan pendapatan di masa mendatang.

Sebuah perusahaan dengan reputasi tinggi dan memiliki 85,000 karyawan hancur dalam
waktu kurang dari 1 tahun. Manajemen risiko yang komprehensif harus mencakup risiko
etika dan perkiraan yang lebih tinggi.

Strategi modern, pendekatan-pendekatan audit berbasis risiko harus memasukan risiko


etika. Sistem pengendalian intern harus mencakup pemantauan risiko etika, dan sistem
baru harus terus dikembangkan untuk mendukungnya.

Akhirnya, kebutuhan untuk bisnis dan pendidikan etika profesional menunjukkan betapa
pentingnnya etika untuk perusahaan dan budaya perusahaan, serta kinerja para
akuntan profesional kini semakin jelas.

2.1.5.5 Dampak Skandal Enron Terhadap AS[24]


Dari segi politik, pemerintahan Bush, yang menerima kontribusi dari Enron, menemukan
diri mereka berada pada posisi antar mengembalikan dana untuk Enron atau
menymbangkannya untuk amal. Enron juga mempengaruhi Amerika Serikat dalam
beberapa hal penting. Jika ada satu hal positif yang dapat diceritakan mengenai skandal
Enron, satu hal itu adalah bahwa skandal itu sendiri meningkatkan kesadaran akan
pentingnya integritas dalam Akuntansi dan bisnis, dan menyebabkan terciptanya
pengamanan baru untuk memastikan bahwa skandal seperti ini tidak akan terjadi lagi,
setidaknya tidak separah Enron.

Enron dengan sengaja menciptakan krisis listrik palsu di California pada tahun 2000-
2001. Antara 30%-50% perusahaan di industri energi di Califfornia gulung tikar, bahkan
mencapai 76% saat Enron mendorong harga listrik lebih tinggi sampai 9 kali lipat.

2.1.6 Analisis Kasus

2.1.6.1 Pelanggaran 5 Prinsip Tata Kelola pada kasus Enron-Anderson


National Committee on Governance (NCG,2006) memublikasikan Indonesia’s Core of Good
Corporate Governance pada 17 Oktober 2006. Dalam kode GCG ini, NCG
mengemukakan lima prinsip GCG, yaitu:
–         Transparansi (transparency)
–         Akuntabilitas (accountability)
–         Responsibilitas (responsibility)
–         Independensi (independency)
–         Kesetaraan (fairness)
Berikut analisis pelanggaran kode GCG yang terjadi pada Skandal Enron:

Transparansi (transparency)
Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip
keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam
menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan
harus lengkap, benar dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.

Dalam Skandal Enron dimensi Transparasi jelas dilanggar, hal ini dapat dilihat pada:

–         Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan kas dan
menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi saham Enron
pada perusahaan lain

–         Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor


dan karyawan sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam jumlah
besar pada saat harga saham Enron tinggi, sebelum anjloknya harga saham.

–         Tidak memasukan transaksi SPE dalam Laporan Konsolidasi Enron, sehingga
angka yang ada dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

–         Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan
tujuan menutup-nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan

Akuntabilitas (accountability)
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina
system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban
setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.

Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang efektif
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya, hal ini dapat
dicermati pada:

–         SEC membolehkan sebuah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE


dari laporan keuangannya. Hal ini diperbolehkan jika terdapat pihak independen yang
mempunyai control atas entitas tujuan tersebut dan apabila pihak independen tersebut
memiliki setidaknya 3% dari seluruh SPE tersebut. Peraturan tersebut kurang tepat,
karena seharusnya perusahaan tidak boleh mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya. Hal tersebut seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi
yang dimiliki oleh perusahaan induk. Dalam kasus Enron ini, hal tersebut tidak dicatat
dan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi perusahaan induk, ditambah
lagi pihak yang memiliki SPE adalah pihak internal Enron.

–         Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam


pengiriman energi masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan
sebagai arus kas dari operasi pembiayaan.

–         Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua
kali dan mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan (tidak
kena pajak) menjadi aset tersusutkan (kena pajak)

–         Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkin listrik secara
langsung atau menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan
mencatat pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan “syndicating”

Responsibilitas (responsibility)
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan
pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para
pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip
tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang
diberikan oleh para pemangku kepentingan kepada para pengelola perusahaan.

Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam
berbagai dimensi, yaitu:

1)     Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberian keuntungan


ekonomis bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness
dimana tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang
sama bahkan ada yang dirugikan.

2)     Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan
transaksi yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan,
insider trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas.

Vinson dan Elkins, pengacara eksternal Enron sudah sudah menyadari adanya risiko tak
terkendali dalam transaksi yang dilakukan Enron, mereka juga telah mengajukan
laporan penjabaran risiko kepada Lay, namun akibat loyalitasnya kepada Lay mereka
tetap menyetujui SPE yang dikelola oleh Faslow dan SPE lain. Padahal dalam etika
hukum, pengacara eksternal memiliki kewajiban etis yang jelas untuk menarik diri dari
transaksi di mana klien jelas melanggar hukum.

3)     Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen
tersebut telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selama
prinsip fairness tidak terpenuhi, dimensi moral sulit untuk dipertanggunjawabkan. Selain
itu kegiatan perusahaan Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari
ketertarikan pemangku kepentingan (hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik
keterpurukan, Enron tidak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan selain
dengan cara curang.

4)     Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu
mewujudkan akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang diyakininya. Eksekutif Enron hanya mengejar tujuan lahirian
dengan mengabaikan tujuan spiritual, dengan ini tahap yang dicapai hanya PQ dan IQ
saja.

Independensi (independency)
Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu
keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari
tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.

Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai perikut:

–         Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu: (1)
sebagai auditor eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron; (2)
sebagai Konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE; (3) sebagai
penasihat perpajakan; (4) sebagai internal auditor Enron; (5) sebagai penasihat masalah
keuangan. Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan bahkan
tumpang tindih hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.

–         Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat
sebagai eksekutif Enron, seperti: Richard Causey, Sheron Wattkins, dan staff lainnya

–         SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi
dengan Enron adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron

Kesetaraan (fairness)
Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua
pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer
(pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder
(pemerintah, masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini  juga sangat erat dan tumpang
tindih dengan prinsip akuntabilitas dan tanggung jawab.

Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu:

–         Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi
(Kompensasi berlebihan)

–         Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya Insider Trading dimana
Dewan Direksi menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM
yang melakukan transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya
Enron.
–         Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang
saham Enron dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham,
karyawan, dan rekan bisnis.

–         Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan
menetapkan harga listrik sangat tinggi sampai 9kali lipat demi keuntungan eksekutif
Enron. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan di industri sejenis gulung tikar,
pengangguran di California bertambah, masyarakan kesulitan mendapatkan listrik dan
harus membayar mahal untuk itu.

–         Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun


karyawannya diubah dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga
saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif
yang terlebih dahulu tahu telah menjuals ahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat
menjual saham sampai pada harga 26 sen. Sangat banyak terjadi kerugian pada
karyawan. Baik financial maupun moral. Karyawan Enron banyak yang tidak diterima di
perusahaan lain.

2.1.6.2 Pelanggaran Etika dari Sudut Pandang Agency Theory[25]


Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan
dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari
principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional
untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis adalah hutang dan
sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum. Artinya secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen
Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan malpraktik jika dilihat dari etika bisnis
dan profesi akuntan antara lain :

1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui suburnya


praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director Enron,
dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini
diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002
menyatakan bahwa : (a). Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron
berperan besar dari kebangkrutan perusahaan; (b). Telah terjadi pelanggaran terhadap
norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen
perusahaan; (c). Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran
terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun KAP
Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak
sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan
keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan.Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa
sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi
Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena
pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di indikasikan terlibat
dalam kasus Enron ini.

3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini
dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.
Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen
dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit
yang salah dan meyesatkan (deception of information).

Anda mungkin juga menyukai