Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Ade Adriani, SE, M.Si, Ak, CA
KELOMPOK 1
Anggota:
Andhika Bayu Amarta (1910313210006)
Annisa Risda Septiana (1910313220069)
Meazza Fremuzier Alfan Nadhir (1910313310009)
Muhamad Ferian Pasha (1910313110005)
Muhammad Hadiannoor (1910313310046)
Muhammad Hafizh Alwan Uchtary (1910313210020)
Muhammad Riza Azmi (1910313310030)
Muhammad Saiyidi (1910313110015)
Qatrunada Az Zahra (1910313120012)
Pada tahun 1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General
Electric Corp” senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah
perusahaan tersebut menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi perusahaan
Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik. Pendapatan meningkat drastis
dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi
2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL)
pada bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan
produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL berhasil melaksanakan
transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun 2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan
sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand
yang berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan
brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar
guna melaksanakan program ini, walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56,
sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the most
admired and innovative companies in the world” (Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif)
selama enam tahun berturut-turut.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa
kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS
Enron mengajukan permohonan perlindungan. Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan
terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka.
Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol
karena para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang
yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya
perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan dunia bisnis yang
lebih luas.
Di dalam kronologis skandal Enron terungkap beberapa fakta penting. Berikut ini
beberapa fakta penting di dalam skandal Enron:
Pada tahun 2001, terkuak bahwa Enron melakukan kecurangan dan memiliki banyak
utang yang disembunyikan.
Enron melakukan manipulasi untuk mempercantik laporan keuangan perusahaan.
Terkuaknya kasus ini pun berakibat pada perginya investor hingga saham Enron turun
drastis ke level US$ 0.26.
Pada Januari 2002, investigasi terkait kasus ini pun dilakukan.
Kasus ini menyeret KAP Arthur Anderser sebagai akuntan yang memberikan jasa audit
dan konsultasi kepada Enron. Keduanya melakukan penipuan akuntansi pada Laporan
Keuangan Enron.
Enron melakukan beberapa pelanggaran, antara lain:
1. Menggelembungkan nilai pendapatan Mariner Energy (anak usaha Enron) dari US$
185 juta menjadi US$ 366 juta. Tercatat sebesar US$ 181 juta merupakan
pendapatan fiktif.
2. Meminjam dalam jumlah besar untuk dana operasional yang tidak dicatat sebagai
utang. Sebagian pinjaman ini (sekitar US$ 8 miliar) sengaja disalahklasifikasikan
sebagai perdagangan energi berjangka (trades of energy futures). Dana pinjaman
lainnya diberi judul “arus kas dari kegiatan perdagangan” (“cash flow from trading
activities”).
3. Enron menyalahgunakan Special-Purpose Entities(SPE) di antaranya untuk
menyembunyikan kerugian besar di anak perusahaan yang dimiliki Enron dengan
menciptakan agreement tertentu untuk menutup kerugian anak perusahaannya.
Fakta lainnya menurut Wikipedia adalah salah satu eksekutif Enron, Jeffrey Skilling,
mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi CEO Enron pada tanggal 14 Agustus
setelah berada di posisi tersebut hanya enam bulan. Skilling menyebutkan alasan
pribadi sebagai dasar pengunduran dirinya tersebut. Namun, pengamat memperhatikan
bahwa beberapa bulan sebelum pengunduran diri tersebut, Skilling telah menjual
450.000 lembar saham Enron miliknya senilai $33 juta. Meski begitu, Kenneth Lay yang
menjabat sebagai chairman Enron memastikan bahwa tidak ada permasalahan di dalam
kinerja perusahaan di balik pengunduran diri Skilling. Lay kemudian mengambil alih
peran sebagai CEO.
KRONOLOGI KASUS ENRON COORPORATION
1. Kenneth Lay
Pada tahun 1985 perusahaan Houston Natural Gas dan InterNorth melakukan
merger dan memberi nama Enron. Merger ini dilakukan oleh Kenneth Lay untuk
menginisiasi penentuan harga pasar untuk listrik. Pada saat kasus Enron ini terungkap,
Kenneth Lay mengalami kerugian cukup besar, yaitu sebesar US$ 76 miliar. Kenneth Lay
diketahui telah memanipulasi laporan keuangan dimana melebih-lebihkan keuntungan
dan juga menyembunyikan utang-utangnya pada laporan keuangan. Tahun 2001 saham
Enron anjlok parah hingga ke level US$ 26, sehingga Kenneth Lay tercatat kehilangan
dana hingga US$ 76 miliar dari para investor saat semua penipuannya terkuak. Setelah
kasus Enron terungkap Kenneth Lay menolak untuk berkomentar atas kasus tersebut
dan mengatakan dirinya akan mengikuti proses hukum yang harus dijalani. Dengan
Tragis, Lay meninggal pada 2006 saat tengah menikmati liburan sambil menunggu vonis
pengadilan.
2. Jeffrey Skilling
Jeffrey Skilling berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan
perdagangan yang sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya
mengesampingkan peraturan yang berlaku baik aturan Securities and Exchange
Commission (US SEC) maupun prinsip akuntansi yang diterima umum. Skilling merekrut
Andrew Fastow, seorang ahli keuangan, untuk membantu menjalankan bisnis
perdagangan gas alam, dan keduanya telah datang dengan gagasan yang pandai dalam
melaporkan nilai dari kontrak jangka panjang yang mereka beli atau jual. Mereka
meminta ijin pada komisi sekuritas dan perdagangan Amerika Serikat untuk
menggunakan metode “nilai pasar” atas kontrak, sehingga, yang dilaporkan adalah aset
berdasarkan nilai pasar. Skilling bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan
keuangan Enron.
3. Andrew Fastow
Andrew Fastow berhasil memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang
akan digunakan oleh Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank, sehingga
dalam laporan keuangan yang dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang.
4. Sherron Wattkins
Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja
untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
menjadi whistleblower yang mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh
Enron. Ketika Lay tidak merespon surat yang ia tulis, Sharron pun memberikan kesaksian
di depan komte penyelidikan. Seandainya ada anggota dewan yang mendengarkan
kekhawatirannya mengenai Enron, mungkin tindakan pencegahan dapat dilakukan.
PRINSIP ETIKA YANG DILANGGAR
1) Integritas
Enron telah melanggar prinsip integritas yang harusnya wajib dimiliki dan dijaga
oleh setiap profesi/Perusaahaan. Perusahaan Enron tidak jujur kepada public/pihak
pengguna laporan keuangan perusahaannya. Enron telah memanipulasi laporan
keuangan perusahaan dengan mencatatkan keuntungan padahal perusahaan
mengalami kerugian. Tindakan tersebut juga dibantu oleh KAP AA, KAP AA tidak
mengungkapkan temuan audit yang sebenarnya kepada public.
Beberapa ketidakjujuran yang dilakukan Enron dan KAP AA adalah mencatat laba
bersih sebesar $393 juta,padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami
kerugian sebesar $644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron. Saat itu terungkap bahwa terdapat
hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi & laba yang
ditahan berkuran dalam jumlah yang sama.
1) Objektivitas
Dalam kasus ini, Enron & KAP Arthur Andersen dinilai telah tidak objektif, karena
adanya benturan kepentingan. Disamping sebagai eksternal auditor, Arthur Andersen
juga bertugas sebgai konsultan manajemen enro. Besarnya jumlah consulting fees yang
diterima Arthur Andersen dari perusahaan Enron menyebabkan KAP AA bersedia
kompromi dan tidak bertindak tegas terhadap temuan auditnya dengan klien.
Indepedensi KAP AA sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya mantan pejabat
dan senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam departemen akuntansi Enron corp.
2) Kompetensi dan kehati-hatian professional
Dalam kasus ini, Enron melanggar prinsip tersebut yaitu dengan tidak
melaksanakan profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar professional
yang relevan. Berbanding terbalik dengan arti kompetensi yang sebenarnya, para
pemegang kepentingan di enron menyalahgunakan keahliannya sebagai auditor dalam
bidangnya yaitu akuntansi, dimana telah disebutkan bahwa banyaknya mantan pejabat
dan senior KAP Arthur Andersen yang bekerja dalam departemen akuntansi Enron corp.
sehingga sangat mudah bagi orang-orang yang ada di dalam enron mencoba untuk
memanipulasi keuangan perusahaan karna mereka paham mengenai Auditor. Enron
menyalahgunakan keahliannya dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaanya
dengan mencatat sebagai keuntungan yang padahal mengalami kerugian. Dengan
adanya tindakan tersebut banyak pihak yang dirugikan terutama para investr Enron.
Para investor yang tertarik untuk terus berinvestasi di enron karena diberikan
ekspekstasi keuntungan yang tinggi harus menerima kenyataan bahwa mereka
dibohongi dan menderita kerugian akibat harga saham enron yang terus menurun
hingga tidak ada nilainya lagi setelah kasus ini terungkap.
3) Perilaku professional
Perusahaan Enron tidak mematuhi peraturan perundang undangan yang berlaku
dan tidak berperilaku professional. Enron tidak dapat menjaga reputasinya sebagai salah
satu perusahaan besar. Sikap tidak professional yang dilakukan oleh Enron adalah
memanipulasi laporan keuangan untuk keuntungan sepihak dengan enron berkonsultasi
kepada AA untuk merancang struktur perusahaan yang dikenal dengan dengan sebutan
special purpose entity (SPE) dengan tujuan memeperoleh hasil akuntansi sesuai dengan
yang diinginkan.perstrukturan ini memungkinkan SPE untuk tidak dimasukan dalam
laporan keuangan konsolidasi dan dijadikan entitas untuk merekayasa laba atau
melakukan offset kerugian.
4) Kerahasiaan
Dalam hal ini, Perusahaan Enron salah dalam mengartikan prinsip ini. Dimana
dimaksudkan menjaga rahasia disini adalah dalam arti positif, sedangkan perusahaan
Enron justru telah menutupi rahasia kegagalannya dengan cara memanipulasi laporan
keuangan perusahaan.
5) Tanggung jawab
Perusahaan Enron telah menyalaggunakan tanggung jawabnya sebagai
perusahaan yang harusnya menjamin kenyamanan dan keamanan para customer yaitu
pemegang saham. Didalam kasus ini justru perusahaan Enron lepas dari tanggung
jawabnya dengan memanipulasi laporan keuangan yang justru dapat membuat para
pemegang saham dirugikan.
PERAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM ENRON COORPORATION
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah Kantor Akuntan
Publik yang digunakan oleh Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan
memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted
accounting practices). Andersen, disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan
konsultasi untuk Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya.
Selain itu Andersen mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari
Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Pada akhirnya dalam
kasus yang di alami oleh perusahaan Enron, KAP Arthur Andersen mempunyai peran besar
dalam kecurangan yang terjadi pada kasus tersebut.
Hal ini dikarenakan Andersen melakukan manipulasi pembentukan entitas khusus dan
memberikan opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan Enron wajar. Hal tersebut sangat
bertentangan dengan tugas seorang auditor untuk memberikan keyakinan pada laporan
keuangan yang dia periksa. Pada tanggal 12 Oktober 2001 Arthur Andersen menerima perintah
dari para pengacara Enron untuk memusnahkan seluruh materi audit, kecuali berkas-berkas
yang paling dasar. Kini, Arthur Andersen menghadapi berbagai tuntutan di pengadilan. Di dalam
pengadilan, akan diajukan pertanyaan dari para penyidik kepada para eksekutif di Arthur
Andersen. Bagaimana bisa mereka kecolongan selama beberapa tahun tanpa menandai
penyimpangan dalam akuntansi Enron yang agresif, bahkan kriminal itu? Seberapa banyak
Andersen tahu tentang pemusnahan sejumlah dokumen audit Enron oleh salah satu
auditornya? Pertanyaan yang lebih kejam: tidakkah Andersen ikut terlibat mempermak laporan
keuangan mengingat Enron membayar mahal perusahaan itu-US$ 52 juta pada tahun 2000-tak
hanya untuk jasa audit tapi juga jasa konsultasi?.
Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa KAP Arthur Anderson melanggar kode etik
profesi dan tidak independen dalam penugasannya sebagaimana yang seharusnya sebagai
seorang akuntan. terbukti pada tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika
memvonis KAP Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses
peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
TINDAK LANJUT PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM MENGATASI KASUS
Atas kasus besar ini mengakibatkan pemerintah Amerika Serikat menciptakan regulasi
Sarbanes Oxley Act (SOX) dan juga Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). Kedua
hal ini menjadi tanda penting terjadinya perubahan besar di profesi akuntansi dunia, khususnya
akuntan publik yang merupakan dasar dari pihak regulasi negara (Djamhuri, 2016). SOX berisi
ketentuan dan peraturan baru dengan tujuan untuk memperkuat struktur pemerintahan dan
struktur akuntabilitas perusahaan publik (Djaddang dan Shanti, 2015). Sedangkan PCAOB yang
dibentuk oleh Securities and Exchange Commission (SEC) memiliki peran untuk mengawasi,
mengatur, dan memeriksa Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam menjalankan tugasnya sebagai
auditor perusahaan.
Sarbanes Oxley adalah nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor
(The Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani
George Bush bulan Juli tahun 2002 lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini
adalah reaksi keras regulator AS terhadap kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari
undang-undang ini adalah upaya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan
perusahaan publik (good corporate governance). Undang-undang ini berpengaruh signifikan
terhadap manajemen perusahaan publik, akuntan publik (auditor), dan pengacara yang
berparaktek di pasar modal. Mengingat sifatnya yang sangat ketat dan berdampak luas,
undang-undang ini terbilang kontroversial dan menjadi polemik hingga sekarang.
KESIMPULAN
Sejak 1997 perusahaan Enron berkembang sangat pesat, terbukti dari banyaknya unit
usaha yang didirikan serta berbagai program ambisius yang mereka kerjakan. Namun pada
2001 Enron mengejutkan publik dengan laporan keuangan yang dimanipulasi secara
terstruktur, masif, dan sistematis. Hal tersebut juga menyeret perusahaan akuntansi ternama
Arthur Andersen.
Kasus manipulasi laporan keuangan tersebut menyebabkan ribuan pegawai kehilangan
pekerjaannya. Menyeret beberapa nama tokoh penting mulai dari Kenneth Lay selaku Founder,
Chairman dan Ceo. Jeffrey Skilling selaku mantan CEO dan COO. Andrew Fastow selaku mantan
CFO. Sherron Wattkins selaku Vice President. Hingga pihak dari Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen.
Dalam perbuatannya, perusahaan Enron melanggar berbagai prinsip etika. Yang
pertama yaitu integritas, dimana Enron tidak berlaku jujur dalam laporan keuangannya. Yang
kedua yaitu objektivitas, dimana orang-orang di dalam Enron terbentur oleh kepentingan
pribadi. Yang ketiga yaitu kompetensi dan profesionalitas, dimana pegawai-pegawai Enron
berlaku tidak sesuai dengan standar teknis dan profesionalitas yang relevan. Yang keempat
yaitu perilaku profesional, dimana perusahaan Enron berbuat tidak sesuai dengan undang-
undang yang berlaku dan tidak berperilaku selayaknya perusahaan profesional. Yang kelima
yaitu prinsip kerahasiaan, dimana Enron salah mengartikan prinsip ini sehingga malah
merahasiakan kegagalannya. Dan yang terakhir yaitu tanggung jawab, dimana Enron melepas
tanggung jawab kepada pemegang saham.
Kasus Enron ini pada akhirnya membuat pemerintah Amerika Serikat membuat regulasi
Sarbanes Oxley Act (SOX) dan juga Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
sangat berpengaruh pada profesi akuntansi dunia, khususnya akuntan publik.
LAMPIRAN