Anda di halaman 1dari 51

BUKU AJAR

Oleh
I Made Sutajaya

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN M I P A
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA BALI
2006

Penerbit: Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


Denpasar Bali ISBN 979-15364-1-4

i
Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Terbitan Pertama tahun 2006

JUDUL BUKU: BUKU AJAR OSTEOLOGI

PENULIS : Dr. I Made Sutajaya, M.Kes.

PENERBIT : Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Jl. P.B. Sudirman Denpasar 80232

Telp/Fax 0361-226132/ 0361 – 226132

e-mail iaifibali@yahoo.com, ipgadiatmika@yahoo.com

ISBN : 979-15364-1-4

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat’Nyalah
maka BUKU AJAR OSTEOLOGI dapat diselesaikan sesuai rencana. Dalam penulisan Buku Ajar ini
penulis banyak mendapat masukan atau saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Prof. I. B. Adnyana Manuaba, HonFErgS.,FIPS dan Prof. dr. I Dewa Putu
Sutjana, M.Erg selaku penelaah eksternal yang berasal dari Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan isi Buku Ajar ini. Di
samping itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Komang Maharta dan Dra.
Desak Made Citrawathi, M.Kes. selaku penelaah internal di Jurusan Pendidikan Biologi yang telah
banyak berkontribusi dalam penulisan Buku Ajar ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Dekan Fakultas Pendidikan MIPA dan Ketua Jurusan Pendidikan
Biologi, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja yang telah mempercayakan kepada penulis untuk
menyusun Buku Ajar ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan isi Buku Ajar ini, sehingga dengan kerendahan
hati penulis mohon kritik dan saran untuk kelengkapan dan kesempurnaan isi Buku Ajar ini. Sebagai
akhir kata penulis berharap semoga Buku Ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa dan staf pengajar yang
berkecimpung dalam bidang Anatomi Fisiologi Manusia.

Singaraja, 28 Agustus 2006


Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. v

1.Pengertian Osteologi (Sistem Rangka) dan Fungsinya………………… 2


2.Anatomi Tulang………………………………………………………… 2
3.Struktur Tulang…………………………………………………………. 3
4.Nama-Nama Tulang dan Jumlahnya…………………………………….. 5
5.Perbedaan Kerangka (Skeleton) Orang Laki-Laki dan Orang Perempuan. 19
6.Perubahan Kerangka menurut Umur……………………………………. 19
7.Perhubungan Tulang (Articulatio = Sendi)……………………………… 20
8.Pembentukan dan Pertumbuhan Tulang…………………………………. 42

RANGKUMAN…………………………………………………………………… 44
TUGAS DAN LATIHAN………………………………………………………. 45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 46

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Dilihat dari Depan…………………………………… 16


Gambar 2. Kerangka Dilihat dari Belakang………………………………… 17
Gambar 3. Tulang Belakang, Rangka Kaki dan Rangka Tangan…………… 18
Gambar 4. Tulang Tengkorak Posisi Anterior dan Dasar Tengkorak……… 25
Gambar 5. Tulang Tengkorak Posisi Lateral dan Inferior………………….. 26
Gambar 6. Tulang Tengkorak Potongan Midsagital………………………… 27
Gambar 7. Bagian Atap Tengkorak………………………………………… 28
Gambar 8. Tulang Tengkorak dan Tulang Leher…………………………… 29
Gambar 9. Tulang-tulang Rahang Bawah…………………………………… 30
Gambar 10. Tulang-Tulang Rongga Dada………………………………….. 31
Gambar 11. Ruas-ruas Tulang Belakang…………………………………… 32
Gambar 12. Vertebrae Cervicales…………………………………………… 33
Gambar 13. Vertebra Sakralis Dilihat dari Belakang………………………. 34
Gambar 14. Gelang Bahu (Klavikula dan Skapula)………………………… 35
Gambar 15. Humerus, Radial dan Ulna…………………………………….. 36
Gambar 16. Tulang Panggul, Femur, Tibia dan Fibula…………………….. 37
Gambar 17. Macam-macam Persendian……………………………………. 38
Gambar 18. Persendian Temporomandibular………………………………. 39
Gambar 19. Persendian pada Carniocervicales……………………………… 40
Gambar 20. Persendian pada Vertebrae Cervicales…………………………… 41

v
OSTEOLOGI

POKOK BAHASAN
1) Pengertian Osteologi (Sistem Rangka) dan Fungsinya
2) Anatomi Tulang
3) Struktur Tulang
4) Nama-Nama Tulang dan Jumlahnya
5) Perbedaan Kerangka (Skeleton) Orang Laki-Laki dan Orang Perempuan
6) Perubahan Kerangka menurut Umur
7) Perhubungan Tulang (Articulatio = Sendi)
8) Pembentukan dan Pertumbuhan Tulang

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mempelajari bahan ajar ini mahasiswa dapat memahami prinsip umum osteologi (sistem
rangka) dan dapat memahami fungsi rangka serta faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan sistem
rangka.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Melalui proses observasi, informasi dan diskusi yang dilakukan dalam proses pembelajaran,
mahasiswa dapat:
1) menjelaskan pengertian osteologi (sistem rangka) dan fungsinya
2) menjelaskan anatomi tulang,
3) menjelaskan struktur tulang,
4) menjelaskan nama-nama tulang dan jumlahnya,
5) menjelaskan perbedaan kerangka (skeleton) orang laki-laki dan orang perempuan,
6) menjelaskan perubahan kerangka menurut umur,
7) menjelaskan perhubungan tulang (articulatio = sendi), dan
8) menjelaskan pembentukan dan pertumbuhan tulang.

1
RASIONALISASI
Pentingnya memberikan pokok bahasan ini adalah karena pada pokok bahasan ini membahas
tentang osteologi (sistem rangka), sehingga dengan memahami materi tersebut mahasiswa dapat
menerangkan proses-proses yang berkaitan dengan sistem rangka pada manusia

1. PENGERTIAN OSTEOLOGI (SISTEM RANGKA) DAN FUNGSINYA


Osteologi (sistem rangka) meliputi seluruh tulang yang terdapat di dalam tubuh manusia dengan
persendiannya.
Fungsi sistem rangka adalah sebagai berikut.
1) Untuk memberi kekuatan dan memberi bentu pada tubuh.
2) Untuk melindungi organ-organ yang vital dan lunak.
3) Untuk perlekatan otot.
4) Untuk cadangan kalsium.

2. ANATOMI TULANG
2.1 Bentuk-bentuk (Tipe) Tulang
Bentuk-bentuk (tipe) tulang ada empat macam yaitu:
1) tulang panjang/ tulang pipa, misalnya femur, tibia, fibula, humerus, radius, ulna dan
phalanges,
2) tulang pendek, misalnya tulang-tulang carpus dan tarsus,
3) tulang pipih, misalnya tulang dahi, tulang ubun-ubun, iga dan scapula, dan
4) tulang yang bentuknya tidak teratur, misalnya os. sphenoid (tulang baji), os. ethmoid (tulang
tapis), os sacrum (tulang kelangkang atau kemudi), os coccyges (tulang tungging) dan
mandibula.

2.2 Tanda-tanda pada tulang


A. Cekungan dan Lubang
Cekungan dan lubang pada tulang terdiri dari:
1) fossa yaitu: cekungan atau lekukan, misalnya fossa mandibularis, os temporalis (tulang
pelipis),

2
2) sinus yaitu: rongga atau ruangan seperti bunga karang (sponge) di dalam tulang, misalnya sinus
frontal,
3) foramen yaitu; lubang, misalnya foramen magnum pada tulang kepala belakang.
4) meatus yaitu: lubang yang berbentuk pembuluh, misalnya meatus acousticus externus (liang
telinga luar).

B.Tonjolan atau processus (taju)


Tonjolan atau processus (taju) pada tulang dibedakan berdasarkan atas kekhasannya masing-
masing. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Tonjolan atau processus yang cocok masuk pada suatu persendian meliputi:
1) condylus yaitu: tonjolan yang bulat yang masuk ke dalam lekuk sendi, misalnya condylus
tulang paha (femur), condylus occipitalis (benjol kepala belakang), dan
2) kepala (caput) yaitu tonjolan yang bulat dekat bagian yang menyempit seprti leher, misalnya
kepala femur dan caput humeri.
b. Tonjolan atau processus tempat perlekatan otot meliputi:
1) trochanter yaitu: processus yang sangat besar, misalnya trochanter besar pada femur (benjol
pemutar; trochos = roda),
2) crest (crista) yaitu bingkai, sisir, suatu penebalan, misalnya iliaccrest. Jika tepi ini kurang
besar disebut line, misalnya ileopectineal line,
3) processus spinosus atau spina yaitu taju duri, misalnya pada vertebre,
4) tuberosity yaitu penonjolan bulat yang besar, misalnya ischial tuberosity, dan
5) tubercle yaitu tonjolan bulat kecil misalnya pada iga

3. STRUKTUR TULANG
3.1 Struktur Tulang Panjang
Tiap-tiap tulang panjang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
1) Diaphysis, bagian utama. Padanya terdapat os compacta periosteum, endoosteum, dan rongga
sumsum.
2) Epiphysis, merupakan extremitas tulang panjang. Bentuknya sedikit banyak seperti umbi yang
berfungsi untuk tempat perlekatan otot dekat sendi. Di dalam epiphysis proximal humerus dan

3
femur terdapat sumsum merah dan pada ephypisis yang lain pada orang dewasa terdapat
sumsum kuning.
3) Tulang rawan sendi atau cartilago articularis, merupakan tulang rawan hyaline yang menutup
permukaan sendi pada epiphysis dan berfungsi sebagai bantalan.
4) Periosteum yaitu membrana fibrosa yang berwarna putih dan menutupi tulang itu, kecuali pada
permukaan sendi. Pada lapisan dalam tulang yang sedang tumbuh terdapat osteoblast dan
pembuluh-pembuluh darah periosteal yang memberi makanan dan oksigen kepada lapisan
osteogenik. Melalui canal Volkmann darah ini masuk dalam lapisan di bawahnya (os
compacta) dan berhubungan dengan canal Haversi. Karena adanya sel-sel yang membentuk
tulang dan pembuluh-pembuluh darah maka periosteum itu sangat penting artinya dalam
pertumbuhan tulang, penyembuhan (reparasi) tulang dan pemberian makanan kepada sel-
selnya, di samping sebagai tempat perlekatan otot dan ligamen.
5) Rongga sumsum, terdapat pada sepanjang diaphysis. Pada orang dewasa rongga ini
mengandung susmsum kuning atau berlemak.
6) Endoosteum, merupakan dinding rongga sumsum yaitu lapisan sumsum tulang yang
berkondensasi.

3.2 Struktur Tulang Pendek


Tulang pendek terdiri dari “inti” tulang cancelous yang dibungkus oleh satu lapisan tulang
kompakta yang tipis.

3.3 Struktur Tulang Pipih


Tulang pipih merupakan satu lapisan tulang cancelous yang terletak di antara dua lempeng tulang
kompakta, misalnya: tulang cancelous pada tulang tengkorak (diploe), costa dan sternum, yang berisi
sumsum merah.

3.4 Struktur Tulang yang Bentuknya Tidak Teratur


Tulang yang bentuknya tidak teratur mempunyai struktur serupa dengan tulang pendek. Pada
badan ruas vertebre dan pada epiphysis proximal pada femur dan humerus. Karena berfungsi membentuk
darah, maka sumsum tulang itu sangat penting peranannya dalam tubuh.

4
4. NAMA-NAMA TULANG DAN JUMLAHNYA
Kerangka manusia terdiri dari dua bagian utama sebagai berikut.
1) Kerangka sumbu (axial skeleton), yang terdiri dari tulang tengkorak, columna vertebralis, iga,
sternum dan hyoid (tulang lidah)
2) Kerangka anggota gerak (appendicular skeleton) yaitu tulang-tulang yang melekat pada sumbu
tersebut, yaitu tulang anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
Jika mempelajari tulang-tulang itu, cobalah mencari tempatnya pada tubuh anda. Jika mungkin
rabalah struktur dalam garis besarnya. Jika ada model atau kerangka yang sebenarnya, pelajarilah letak
tulang-tulang tersebut.

4.1 Kerangka sumbu


A. Tengkorak
Tengkorak dibentuk oleh 28 tulang yang bentuknya tidak teratur. Sebelas tulang berpasangan,
sedangkan enam buah lagi tidak berpasangan. Semua tulang tengkorak (kecuali sebuah) berhubungan
erat satu sama lainnya, sehingga tidak dapat bergerak. Tengkorak terdiri dari dua bagian yaitu: kotak
otak (neurocranium atau cranium) dan bagian wajah (splanchnocranium).

a. Cranium
Atap cranium yang dibentuk oleh os frontale, os parietal dan os occipitale. Sisinya dibentuk oleh
os temporale dan sayap besar os sphenoid. Tulang ini ditambah dengan lempeng tapis (lamina cibrosa
os ethmoid) membentuk bagian bawah cranium atau dasar cranium (basis cranii). Bagian tengahnya
dibentuk oleh os sphenoid yang membentuk bagian pusat (key stone) yaitu tempat menempel os frontal,
os parietal, os occipitale dan os ethmoidal. Atap cranium dibentuk oleh tulang-tulang sebagai berikut.
1) Os frontale (tulang dahi) merupakan kerangka dahi. Padanya terdapat ruangan yang berisi
udara, sinus frontalis. Tulang ini membentuk bagian atas orbita. Tulang ini berhubungan erat
dengan kedua os parietale yang ada di belakangnya dengan perantaraan coronal suture.
2) Os parietale (tulang ubun-ubun) ada dua buah dan merupakan atap cranium yang melengkung.
Tulang ini membentuk beberapa persendian dengan tulang yang lain yaitu: (a) dengan os
occipitale melalui lamboidal suture; (b) dengan os temporale dan sebagaian os sphenoid
dengan perantaraan squamus suture; dan (c) dengan os frontale melalui coronal suture. Bagian
sisi bawah cranium dan sebagian basisnya ditandai oleh dua buah os temporale (tulang

5
pelipis). Di dalamnya terdapat struktur telinga tengah dan telinga dalam dan juga mempunyai
sinus mastoideus (rongga bentuk putting). Radang pada selaput lendir sinus ini sering terjadi
yang disebut dengan mastoiditis.
3) Os occipitale (tulang kepala belakang), membentuk tulang tengkorak bagian posterior bawah.
Tulang tersebut mengadakan persendian yang tidak dapat bergerak dengan tiga buah tulang
cranium yang lain yaitu: os parietale, os temporale dan os sphenoid serta mengadakan
persendian yang dapat bergerak dengan vertebrae cervicales yang pertama (tulang atlas).
4) Os sphenoid (tulang baji). Bentuknya serupa kelelawar dengan sayap terbentang dan kakinya
menjulur ke posterior bawah. Tulang ini merupakan bagian pusat dasar cranium dan juga
membentuk sebagian dasar dan dinding orbita. Padanya terdapat rongga udara yang
mempunyai dinding selaput lendir (sinus sphenoidalis).
5) Os ethmoidale (tulang tapis) merupakan tulang rumit yang bentuknya tidak teratur. Letaknya di
sebelah anterior os sphenoid, tetapi di belakang os nasale. Tulang ini membentuk bagian
anterior dasar cranium, dinding medial orbita, bagian atas septum nasalis dan dinding sisinya,
dan sebagian atap rongga hidung. Padanya terdapat lubang-lubang kecil tempat masuknya
cabang-cabang nervus olfactorius ke dalam otak. Bagian lateral os ethmoid ini berbentuk
sarang tawon (honey-combed) dengan rongga-rongga sinus.

b.Tulang wajah (splanchnocranium)


Pada umumnya dikatakan bahwa terdiri dari 14 tulang, tetapi dalam kenyataannya lebih banyak,
sebab beberapa tulang cranium, terutama os frontale dan os ethmoidale juga ikut membentuk wajah.
Jika pada neurocranium os sphenoidale merupakan bagian pusat (key stone) maka pada bagian wajah
yang berstatus demikian adalah maxilla (rahang atas). Kecuali mandibula (rahang bawah) semua tulang
wajah mengadakan persendian dengan maxilla. Maxilla (os maxillare) membentuk sebagian dari dasar
orbita, sebagian atap rongga mulut dan sebagian dasar dan dinding sisi rongga hidung. Padanya terdapat
sinus paranasalis yang terbesar dan sinus maxillaries (antrum of Highmore).
Berbeda dengan maxilla yang terdiri dari sepasang tulang, maka rahang bawah terdiri dari sebuah
tulang (os mandibulare = mandibula), karena dalam pertumbuhannya kedua tulang yang membentuknya
bertaut menjadi satu. Tulang ini merupakan tulang wajah yang terbesar dan trkuat. Tulang ini bersendi
dengan os temporale dan sendi inilah satu-satunya yang dapat bergerak pada tengkorak.

6
Pipi dibentuk oleh os zygomaticus (os malare) yang ada di dalamnya. Tulang ini juga membentuk
dinding luar orbita (lekuk mata). Dengan processus zygomaticus os temporale, tulang ini membentuk
arcus zygomaticus (lengkung tulang pipi). Tulang pipi ini bersendi dengan empat tulang wajah yang
lain, yaitu: maxillae, os temporale, os frontale dan os sphenoid.
Bentuk hidung diatur oleh os nasale, yang membentuk bagian atas jembatan hidung. Bagian
bawahnya terdiri dari tulang rawan. Walaupun tulang ini kecil-kecil, tapi juga mengadakan lima buah
persendian yaitu: dengan lamina perpendicularis (lempeng tengah) os ethmoidale, bagian tulang rawan
septum nasalis, os frontale, maxillae dan dengan sesamanya.
Pada bagian posterior dan lateral masing-masing os nasale terdapat sebuah tulang tipis seperti
kertas, bentuk dan ukurannya serupa kuku jari tangan. Tulang ini membantu membentuk dinding sisi
rongga hidung dan dinding medial orbita. Karena pada tulang tersebut terdapat lekuk untuk tempat
duktus nasolacrimalis, maka disebut os lacrimale (tulang air mata). Tulang ini bersendi dengan maxilla,
os frontale dan os ethmoidale.
Dinding inferior dan dinding lateral, bagian posterior rongga hidung diperkuat oleh os palatinum
(tulang langit-langit = palatine bone). Tulang ini membentuk bagian posterior palatum durum (langit-
langit keras). Bentuk tulang ini tidak teratur. Bagian horizontal dan bagian vertikalnya mempunyai
hubungan demikian rupa, sehingga sepintas lalu tulang ini tampak berbentuk huruf L. Padanya terdapat
pula tonjolan atas yang kecil, yang membantu membentuk dasar orbita. Kedua os palatinum itu bersatu
pada garis tengah, seolah-olah dua huruf L yang saling berhadapan. Tulang ini juga bersendi dengan
maxillae dan os sphenoid.
Concha nasalis inferior (kerang hidung bawah) adalah tulang yang seperti kertas bergulung
(scroll) yang menonjol ke dalam rongga hidung. Di dalam tiap-tiap rongga hidung terdapat tiga tonjolan
tulang yang demikian yang masing-masing dibentuk oleh: concha nasalis superior, concha nasalis
media (keduanya merupakan tonjolan os ethmoidale) dan concha nasalis inferior yang merupakan
tulang tersendiri.
Concha itu tertutup oleh mukosa dan membentuk tiga buah saluran sempit yang tidak teratur
(nasal meati) sepanjang dinding sisi tiap-tiap rongga hidung itu. Concha nasalis inferior membentuk
persendian yang tidak dapat bergerak dengan os ethmoidale, maxilla dan os palatum.
Struktur yang membentuk septum nasi (sekat rongga hidung) yaitu lamina perpendicularis
(lempeng tengah) os ethmoidale dan tulang rawan sehat. Masih ada lagi sebuah struktur lain yang
menyempurnakan sekat rongga hidung ini, yaitu tulang vomer (tulang pisau luku). Tulang ini

7
mengadakan persendian dengan empat buah tulang yang lain: os sphenoid, os ethmoidale, os palatum
dan maxillae.
Tulang-tulang telinga: malleus, incus dan stapes yang masing-masing dua buah.

c. Struktur khusus pada tengkorak


Pada tengkorak terdapat struktur-struktur khusus sebagai berikut.
Sutura, yaitu perhubungan tulang yang tidak dapat bergerak antara tulang-tulang tengkorak. Yang
terpenting adalah bagian sagittal (antara kedua os parietale), coronal (antara os parietale dan os
frontale), dan lamboidal (antara os parietale dan os occipitale).
Fontanel, adalah tempat-tempat yang lunak pada tulang tengkorak, karena pada waktu lahir proses
ossifikasinya tidak sempurna. Hal ini juga penting untuk menentukan posisi kepala bayi sebelum
kelahiran. Daerah atau tempat yang demikian ada empat buah pada os parietale, dengan rincian sebagai
berikut.
1) Anterior, letaknya pada perpotongan antara sututa sagital dan sutura coronal (pada
perhubungan os parietale dan os frontale). Bentuknya seperti belah ketupat. Ini merupakan
fontanel yang terbesar dan umumnya tertutup jika bayi atau anak itu sudah berumur 1,5 tahun.
2) Posterior, letaknya pada perpotongan antara sutura sagittal dan sutura lamboida (pada
perhubungan os parietale dan os occipitale) bentuknya segitiga dan umumnya tertutup
menjelang bulan kedua.
3) Anterolateral, letaknya pada perhubungan antara os frontale, os parietale, os temporale dan os
sphenoid.
4) Posterolateral, letaknya pada perhubungan os parietale, os occipitale dan os temporale dan
umumnya tertutup menjelang tahun kedua.
Sinus
Sinus ada dua macam yaitu: (1) rongga udara (air sinus atau bony sinus) adalah rongga di dalam
tulang. Yang berhubungan dengan hidung disebut sinus paranasal (os frontale, os sphenoid, os
ethmoidale dan os maxillare) dan (2) rongga darah (blood sinus) adalah vena-vena di dalam cavum
cranii.

Orbita (lekuk mata)


Bagian ini dibentuk oleh bagian-bagian tulang sebagai berikut

8
1) Os frontale, sebagai atap orbita
2) Os ethmoidale, sebagai dinding medial
3) Os sphenoid, sebagai dinding lateral
4) Os lacrimale, sebagai dinding medial
5) Os maxillare, sebagai bagian dasar
6) Os zygomaticus, sebagai dinding lateral
7) Os palatinum juga sebagai bagian dasar.

Septum nasi (sekat rongga hidung)


Bagian ini merupakan garis tengah rongga hidung dan membagi rongga ini menjadi belahan kiri
dan kanan. Septum nasi dibentuk oleh tiga tulang sebagai berikut.
1) Lamina perpendicularis os ethmoidale ( bagian atas septum)
2) Tulang vomer (pisau luku) (bagian bawah dan posterior)
3) Tulang rawan (bagian anterior)

Wormian Bones
Bagian ini merupakan pulau-pulau tulang yang kecil dan terdapat di dalam sebuah sutura.

Tulang lidah (os hyoideum)


Bagian ini merupakan tulang tungga di dalam leher dan juga merupakan bagian kerangka sumbu.
Bentuknya seperti huruf U, kdang-kadang dapat diraba tepat di atas larynk dan di bawah mandibula.
Tulang ini dipegang oleh processus styloideus (taju bentuk anak batu) os temporale. Salah satu otot
lidah yang berpasangan (hyoglossus) mempunyai origi pada os hyoideum dan beberapa otot dasar mulut
(myolohyoid dan geniohyoid) mengadakan insersi padanya. Tulang lidah ini sangat menarik, karena
inilah satu-satunya tulang dalam tubuh manusia yang tidak mengadakan persendian dengan tulang lain.

B. Columna Vertebralis
Bagian ini merupakan sumbu longitudinal kerangka, sifatnya fleksibel, karena disusun oleh 26
tulang (khas pada orang dewasa) yang disebut vertebrae.
Tulang-tulang itu berhubungan satu sama lain, sedemikian rupa, sehingga memungkinkan gerakan
ke muka, ke belakang dan ke samping. Kepala menumpang di atasnya, iga dan viscera menggantung di

9
depannya, tungkai melekat di bagian bawah, sedangkan sumsum punggung (medulla spinalis) terdapat
di dalamnya. Seluruh tulang itu membentuk tulang punggung.
Leher diperkat oleh tujuh ruas vertebrae cervicales. Bagian yang berikutnya disusun oleh 12 buah
vertebrae thoracales karena letaknya di belakang rongga thorax. Bagian yang berikutnya adalah lima
buah vertebrae lumbales yang memberi kekuatan pada daerah pinggang. Di bawahnya terdapat os
sacrum (tulang kelangkang) yang terdiri dari sebuah tulang, sebagai hasil perpaduan lima buah tulang
semasa embrio, sedangkan os coccyges (tulang tungging) adalah sebuah tulang yang terjadi dari
pertautan empat atau lima buah vertebrae.
Semua bagian vertebrae ini satu sama lain serupa, tetapi berbeda dengan anggota vertebrae bagian
yang lain. Misalnya semua vertebrae (kecuali vertebrae cervicales yang pertama) mempunyai carpus
vertebrae (badan ruas) yang bundar dan pipih, processus spinosus (taju duri) yang tumpul dan menonjol
pada garis tengah posterior dan mengarah ke inferior serta dua buah processus transverses (taju sayap)
yang menonjol ke arah lateral.
Semua vertebrae (kecuali os sacrum dan os coccyges) mempunyai foramen vertebralis. Dari
carpus vertebrae cervicales yang kedua (epistropheus = pemutar) terdapat tonjolan ke atas (processus os
dentoideus = dens) yang berfungsi sebagai sumbu untuk memutar kepala dengan perantaraan tulang
atlas penjunjung (vertebrae cervicales yang pertama). Processus spinosus yang panjang dan tumpul
yang mungkin dapat diraba pada bagian belakang leher merupakan ciri khas vertebrae cervicales yang
ketujuh. Masing-masing vertebrae thoracales mempunyai bidang-bidang sendi (foveae costales) untuk
iga. Seluruh columna vertebralis ini bersendi dengan kepala, iga dan os coxae (pangkal paha = hiphone),
sedangkan masing-masing vertebra satu sama lain berhubungan pada persendian yang terletak antara
corpus vertebrae dan processus artikularisnya.
Untuk menambah daya junjung dan untuk mempertahankan posisi badan agar tetap tegak, maka
columna vertebralis ini melengkung. Pada waktu lahir, dari leher sampai ke tulang tungging terdapat
kecembungan yang kontinyu, tapi sejak anak tersebut belajar duduk dan berdiri, maka timbullah
kecekungan (kehel depan = lordosis) pada daerah leher dan pinggang (lordosis cervicales dan lordosis
lumbales). Sering terjadi bahwa lengkung spinal itu berbeda dengan yang normal. Misalnya lengkung
daerah pinggang menunjukkan lordosis yang luar biasa, bagian lain melengkung ke arah lateral
(scoliosis), yang sering disebut dengan istilah bungkuk (huncback), adalah sebagai akibat kecembungan
yang luar biasa pada daerah thorax (kyphosis = kehel belakang-punggung = kyphosis thoracales).

10
C. Sternum
Bagian medial dinding dada depan diperkuat oleh sternum, yaitu sebuah yang serupa keris. Tulang
itu terdiri dari tiga bagian yaitu:
1) manubrium, tangkai
2) badan (glandiolus)
3) processus xiphoideus (cartilago enensiformis), taju pedang.
Bagian ini mengalami ossifikasi sesudah dewasa. Manubrium bersendi dengan clavicula dan costa
I, sedangkan sembilan buah iga yang berikutnya berhubungan dengan badan sternum, baik secara
langsung maupun tidak langsung atau dengan perantaran tulang rawan iga.

D. Thorax
Kedua belas pasang costa (iga), columna vertebralis dan sternum membentuk “sangkar tulang”
yang disebut thorax. Masing-masing iga bersendi dengan corpus dan psocessus transverses vertebrae
thoracales yang bersesuaian. Di samping itu costa II sampai IX bersendi dengan badan ruas vertebrae
itu. Dari perlekatannya pada vertebrae masing-masing iga melengkung ke luar lalu ke depan dan ke
bawah. Hal ini penting untuk mekanisme pernafasan. Ketujuh iga yang pertama mempunyai tulang
rawan iga yang melekat pada sternum. Masing-masing tulang rawan iga pada ketiga iga yang berikutnya
berhubungan dengan tulang rawan iga yang di atasnya itu, sehingga perlekatannya pada sternum secara
tidak langsung. Iga yang kesebelas dan keduabelas sama sekali tidak melekat dengan sternum, karena itu
disebut iga melayang (iga pendek).

4.2 Kerangka Anggota Gerak


A. Anggota gerak atas (extremitas atas)
Anggota gerak atas terdiri dari tulang-tulang yang membentuk gelang bahu, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan dan tangan.

a. Gelang Bahu
Gelang bahu dibentuk oleh clavicula (tulang selangka) dan scapula (tulang belikat). Gelang bahu
ini hanya membentuk sebuah persendian tulang dengan tubuh, yaitu persendian sternoclavicula, yaitu
antara sternum dan clavicula. Pada ujung luarnya clavicula itu bersendi dengan scapula (yang melekat

11
pada iga) dengan perantaraan otot tendon, jadi bukan dengan persendian. Semua gerakan bahu itu juga
menyangkut persendian sternoclavicula.
Pada scapula terdapat:
1) batas-batas: superior, vertebral dan axillar,
2) spina, yaitu tepi yang tajam yang jalannya diagonal pada sisi posterior bidangnya,
3) acromion = tonjolan atau ujung belikat,
4) processus coracoideus, taju paruh gagak, dan
5) rongga glenoid, mangkok sendi untuk humerus.

b. Humerus (tulang lengan atas).


Seperti juga tulang lengan yang lain, tulang ini pun terdiri dari bagian utama (diaphysis) dan dua
ujung (epiphysis). Epiphysis atas mempunyai beberapa struktur pengenal, misalnya caput humeri, leher
anatomik, tuberkulum besar dan kecil, lekuk intertuberkular dan leher surgikal. Pada diaphysis terdapat
deltoid tuberosity dan lekuk radial. Struktur lain yang merupakan ciri epifisisnya adalah empat buah
tonjolan (epicondyl medial dan lateral, capitulum dan trochlea) dan dua buah cekungan (olecranon
fossae dan coronoid fossae). Pada bagain proximal humerus bersendi dengan skapula, sedangkan bagian
distalnya dengan radius dan ulna.

c. Tulang lengan bawah


Tulang lengan bawah terdiri dari: ulna (tulang hasta) yang lurus dengan kelingking dan radius
(tulang pengumpil) yang lurus dengan ibu jari. Pada ujung proksimal ulna, processus olecranonnya
menonjol ke posterior, sedangkan processus coronoidnya ke arah anterior. Padanya juga terdapat dua
buah lekuk/ cekungan yaitu pada permukaan anteriornya terdapat semilunar notgh, sedangkan pada
bagian lateral terdapat radial notgh. Ujung distalnya mempunyai dua buah tonjolan yaitu: kepala yang
bulat dan processus styloideus yang lebih runcing. Pada bagian proximal ulna bersendi dengan humerus
dan radius, sedangkan pada bagian distalnya dengan discus fibrocartilago, tetapi tidak ada persendian
dengan tulang-tulang carpus.
Radius mempunyai tiga tonjolan yaitu: dua buah berada pada ujung proximal yaitu kepala dan
radial tuberosity. Yang sebuah ada pada ujung distalnya, yaitu processus styloideus. Pada bagian
proximal terdapat dua persendian. Yang sebuah dengan capitulum humerus dan yang kedua dengan

12
radial notgh pada ulna. Persendian pada ujung distalnya ada tiga buah yaitu: dengan tulang navicular dan
lunate (tulang-tulang carpus) dan dengan kepala tulang hasta.

d. Tulang carpus (pergelangan tangan) dan tangan


Tulang carpus (pergelangan tangan) ada delapan buah. Kebanyakan orang berpendapat, bahwa
tulang-tulang ini adalah bagian atas tangannya, tetapi dari segi anatomi, tulang-tulang ini adalah
pergelangan tangan. Dari kedelapan buah tulang ini hanya sebuah yang tampak dari luar, yaitu tulang
pisiformis, yang merupakan tonjolan bulat kecil pada arah kelingking. Tulang-tulang carpus satu sama
lainnya dihubungkan dengan erat dan kuat oleh ligament menjadi dua deretan yang masing-masing
terdiri dari empat tulang. Deretan proximal (mulai dari arah kelingking ke arah ibu jari) yaitu: pisiform –
triquetrum – lunate – navicular. Deretan distal yaitu: hamate – capitate – multangular kecil –
multangular besar. Persendian antara tulang-tulang carpus dan persendian antara carpus dan radius
memungkinkan gerakan pergelangan tangan dan tangan. Tulang-tulang metacarpus (telapak tangan) ada
lima buah. Tulang yang ada pada ibu jari membentuk persendian yang paling bebas bergeraknya dengan
carpus. Karena besarnya kemungkinan gerakan metacarpus ibu jari dan tulang multangular besar,
terutama kemampuan untuk mendekatkan ibu jari dengan jari tangan yang lain, maka tangan manusia
lebih mungkin dipergunakan untuk menyelidiki lingkungan dengan lebih efektif daripada jari kaki
hewan. Kepala tulang-tulang metacarpus itu kuat sekali dan merupakan gelang tinju (tulang buku =
knucle) tangan dan bersendi dengan phalanges (tulang jari).

B. Anggota gerak bawah (extremitas bawah)


Anggota gerak bawah terdiri dari: os coxae, femur, tibia, fibula, tulang pergelangan kaki (tarsus),
metatarsus dan phalanges. Kedua os coxae (os innominatum) dihubungkan oleh ligament yang kuat, ke
arah posterior dihubungkan dengan os sacrum sedangkan hubungan dengan sesamanya ada pada bagian
anterior. Tulang-tulang ini membentuk tulang panggul (pelvic girdle), suatu dasar sirkuler yang mantap
dan berfungsi memberi kekuatan pada tubuh serta tempat melekatnya extremitas bawah. Pada
permulaannya os innominatum itu terdiri dari tiga buah tulang, tetapi kemudian ketiga tulang itu
menjadi satu dan merupakan tulang yang pasif, bentuknya tidak teratur dan merupakan tulang yang
paling lebar dalam tubuh manusia. Tulang yang besar dan letaknya paling atas disebut os illium (tulang
usus), yang paling bawah disebut os ischium (tulang duduk) dan yang paling depan disebut os pubis
(tulang kemaluan).

13
Tulang-tulang yang termasuk dalam anggota gerak bawah adalah sebagai berikut.
a. Os Coxae
Pada os coxae terdapat:
1) acetabulum (mangkok sendi untuk femur),
2) iliac crest (tepi atas ilium yang agak melengkung), dan
3) iliac spine, yaitu:
- bagian anterior superior merupakan tonjolan besar pada ujung anterior iliac crest (dapat
diraba dari luar, sebagai tempat pangkal paha)
- bagian anterior inferior (tidak begitu besar dan letaknya di bawah no. 1)
- posterior superior (pada ujung posterior iliac crest)
- posterior inferior (di bawah no. 3)

b. Femur (tulang paha)


Femur (tulang paha) merupakan tulang yang panjang dan paling berat dalam tubuh manusia.
Padanya terdapat ciri-ciri khusus, misalnya: tiga buah tonjolan yang jelas pada tiap-tiap epiphysisnya
(caput, trochanter besar dan kecil) pada ujung proximal, sedangkan pada bagian distalnya terdapat
condylus lateral dan medial, adductor turbecle. Kedua condylus dan trochanter mungkin dapat diraba
dari luar.

c. Patella (tempurung lutut = kneecap)


Tulang sesamoid yang terbesar di dalam tubuh manusia adalah patella (tempurung lutut =
kneecap) yang terletak pada tendon musculus quadriceps femoris. Patella ini melindungi sendi lutut
(articulatio genu) yang ada di bawahnya. Jika sendi lutut ini direntangkan, bentuk patella ini dapat
dibedakan dari kulit yang menutupinya, tapi jika lutut ditekuk, patella ini tenggelam ke dalam
intercondylar notch tulang paha dan tidak dapat diketahui tempatnya.

d. Tibia (tulang kering)


Tibia (tulang kering) lebih besar dan lebih kuat daripada fibula (tulang betis). Letaknya di sebelah
medial dan agak ke permukaan. Fibula lebih kecil, letaknya lebih ke lateral dan agak dalam.

e. Fibula

14
Fibula bersendi dengan condylus lateral tibia, yang selanjutnya bersendi dengan femur dan
merupakan persendian yang paling mantap dalam tubuh. Pada bagian distal, tibia bersendi lagi dengan
fibula dan dengan talus. Talus (tulang loncat) ini dapat masuk dengan baik ke dalam sebuah cekungan
yang dibentuk oleh maleolus (mata kaki) medial dan lateral, yang masing-masing merupakan tibia dan
fibula.
Struktur selanjutnya serupa dengan tangan, dengan perbedaan sedikit karena disesuaikan dengan
fungsi memikul berat tubuh. Salah satu perbedaannya adalah hubungan tulang yang lebih ketat. Ibu jari
mempunyai gerakan yang sangat terbatas jika dibandingkan dengan ibu jari tangan. Lagipula tulang-
tulangnya tersusun demikian rupa, sehingga membentuk lengkung (baik memanjang maupun
meilntang). Arsitektur yang demikian memang tepat karena suatu lengkungan (busur) akan memberi
daya penyangga (supporting strength) yang lebih baik. Konstruksi dengan lengkung dua arah itu akan
mengakibatkan terbentuknya suatu dasar yang sangat mantap, yaitu tripoda kaki, dengan tiga buah titik
tumpu yaitu: tumit, pada kepala tulang metatarsus yang pertama dan yang kelima.
Lengkung longitudinalnya mempunyai bagian dalam (medial) dan bagian luar (lateral), yang
dibentuk oleh penempatan tulang-tulang tarsus (pergelangan kaki) dan metatarsus (tapak kaki).
Bagian medial dibentuk oleh: calcaneus, talus, navicular dan cuneiformis I,II,III dan tulang
metatarsus I, II, III. Bagian lateralnya dibentuk oleh calcaneus, cuboid (keduanya tulang tarsus) dan
tulang metatarsus IV dan V. Lengkung transversal itu adalah hasil penempatan deretan distal tulang
tarsus dan kelima tulang metatarsus.
Biasanya tulang-tulang tarsus dan metatarsus itu dipegang erat-erat oleh ligament yang kuat dan
otot-otot kaki, sehingga tetap berada dalam posisi melngkung, tetapi sering pegangan tersebut kendor
sehingga lengkung tapak kaki itu menjadi rata dan timbullah keadaan “fallen arches” atau “flat feet”.
Ingatlah bahwa tarsus dan metatarsus memegang peranan penting sebagai struktur penguat,
sedangkan phalanges kurang pentingartinya. Sebaliknya pada tangan fungsi manipulasi (menggunakan
tangan) lebih penting sehingga kedudukan phalanges di sini jauh lebih penting daripada carpus dan
metacarpus.

15
Gambar 1. Kerangka Dilihat Dari Depan

16
Gambar 2. Kerangka Dilihat dari Belakang

17
Gambar 3. Tulang Belakang, Rangka Kaki dan Rangka Tangan

18
5. PERBEDAAN KERANGKA (SKELETON) ORANG LAKI-LAKI DAN ORANG
PEREMPUAN
Kita akan meninjau perbedaan secara umum dan secara khusus. Perbedaan secara umum adalah
bahwa skeleton orang laki-laki itu lebih besar dan lebih kuat daripada kerangka orang perempuan.
Perbedaan khusus tampak pada bentuk tulang panggul (coxae = pangkal paha) dan rongga yang ada
padanya. Pada orang laki-laki rongga panggulnya dalam dan berbentuk corong, lengkung kemaluannya
(pubic arch) sempit (kurang dari 90o). Pada orang perempuan rongga panggulnya dangkal, lebar dan
makin keluar makin lebar (flaring), lengkung kemaluannya lebih besar dan biasanya lebih daripada 90o.
Hal ini penting dalam hubungannya dengan fungsi melahirkan bayi.

6. PERUBAHAN KERANGKA MENURUT UMUR


Perubahan kerangka sejak masa kanak-kanak sampai dewasa menyangkut ukuran besarnya tulang
dan perbandingan besar tulang yang satu terhadap yang lain, sedangkan perubahan yang terjadi sejak
masa dewas sampai tua menyangkut textur, pembungkus luarnya dan tanda-tanda khusus yang ada pada
tulang itu (bone markings)
Beberapa perubahan yang penting yang nampak sejak masa kanak-kanak sampai dewasa adalah
sebagai berikut.
1) Ukuran kepala menjadi makin kecil yaitu: pada masa kanak-kanak ukuran kepala kurang lebih
¼ dari tinggi seluruh badan, sedangkan pada orang dewasa ukuran tersebut menjadi kurang
lebih seperdelapannya.
2) Bentuk thorax berubah dari bulat menjadi bentuk elips.
3) panggul (pelvis = coxae) menjadi makin lebar. Pada orang perempuan menjadi relatif lebar
sekali
4) Ukuran kaki menjadi makin panjang dan ukuran badan relatif lebih pendek
5) Columna vertebralis yang semula lengkungnya agak kontinyu (pada waktu lahir), lambat laun
membentuk dua lengkungan baru yaitu: lengkung leher (lordosis cervicalis = kehel depan
leher), terjadi ketika anak itu mulai belajar mengangkat kepala (kurang lebih umur 3 bulan) dan
lordosis lumbalis, terbentuk pada waktu anak itu mulai belajar berdiri (menjelang akhir tahun
pertama). Kedua lengkung ini cekung ke arah posterior, sedangkan lengkung yang mula-mula
ada (kyphosis thoracalis dan sacrum/ kehel ke belakang) cembeung ke arah posterior.

19
6) Cranium menunjukkan beberapa perubahan. Pada masa kanak-kanak tumbuhnya cepat sekali,
kapasitasnya makin besar yaitu pada waktu lahir kapasitasnya kurang lebih 350 cc dan
menjelang umur 6 tahun kapasitasnya kurang lebih 1.500 cc (mendekati orang dewasa).
Fontanel tertutup menjelang umur 1,5 – 2 tahun. Sutura-sutura mulai bertaut pada umur 20-an.
7) Tulang-tulang juga mengalami perubahan sejak masa kanak-kanak sampai dewasa. Berbeda
halnya dengan tulang-tulang cranium, maka pertumbuhan tulang-tulang wajah, mula-mula
lambat, tapi setelah berumur 10 – 20 tahun, pertumbuhannya cepat. Jika wajah kanak-kanak
dibandingkan dengan seluruh kepalanya, maka perbandingannya 1 : 8, sedangkan pada orang
dewasa perbandingannya 1 : 2 . Pada orang dewasa sinus-sinusnya jauh lebih besar, misalnya:
pada waktu lahir hanya ada sinus maxillaries dan sinus mastoid yang rudimenter. Sinus
ethmoid dan sinus sphenoid baru tampak setelah anak itu berumur enam tahun, sinus frontalnya
pada umur 7 tahun. Semua sinus tulang ini (bony sinus/ yang berisi udara), kecuali sinus
frontal, tumbuh cepat pada masa adolescence.
8) Pada waktu lahir epiphysis tulang panjang terdiri dari tulang rawan tetapi kemudian mengalami
ossifikasi yang sempurna (kecuali lapisan yang tipis untuk tulang rawan sendi) menjelang
dewasa. Pengamatan tulang rawan epiphysis dengan mempergunakan X-ray menunjukkan
bahwa pertumbuhan kerangka itu belum selesai.
Perubahan pada kerangka terus berlangsung dari masa dewasa sampai tua. Pinggiran (tepi) tulang
itu menjadi kurang jelas dan tampak licin sedangkan pada orang yang lebih mudatepi ini tampak kasar
(shaggy). Pada hakekatnya penumpukan tulang di sekitar tepi persendian akan dapat membatasi gerakan.
Ciri-ciri khas pada tulang misalnya tepi yang menonjol dan tonjolan menjadi lebih jelas. Komposisi
kimiawi juga mengalami perubahan. Kadar zat-zat organik berkurang, sedangkan zat-zat mineral
bertambah. Sebaliknya, tulang pada kanak-kanak yang mempunyai kadar zat organik yang tinggi
menjadi lebih fleksibel, sehingga tidak mudah patah.

7. PERHUBUNGAN TULANG (ARTICULATIO = SENDI)


Perhubungan tulang yang satu dengan tulang yang lain sangat erat hubungannya dengan berbagai
jenis pergerakan. Pada tempat yang memerlukan pergerakan yang bebas, ujung tulang yang bersendi dan
struktur sendinya demikian rupa sehingga memungkinkan gerakan yang tidak terhalang. Jika hanya
sedikit saja pergerakan yang diinginkan, maka bentuk tulang dan struktur sendinya hanya

20
memungkinkan pergerakan yang sedikit. Di samping itu masih ada perhubungan tulang yang tidak
memungkinkan adanya pergerakan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain.

7.1 Macam-macam articulatio


Perhubungan tulang itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
A. Menurut kemungkinan gerakannya:
1) synarthrosis, yaitu perhubungan yang tidak memungkinkan pergerakan antara tulang-tualng
yang bersendi tersebut
2) amphiarthrosis, yaitu perhubungan yang hanya memungkinkan sedikit gerakan antara tulang-
tulang yang bersangkutan.
3) diarthrosis, yaitu perhubungan tulang yang memungkinkan gerakan bebas antara tulang-tulang
yang bersangkutan.

B. Menurut strukturnya yaitu:


1) syndesmoses (fibrous joint).
2) synchondroses (cartilaginous joints).
3) synostoses (bony joints).
4) synovial joints.

Berdasarkan strukturnya, persendian synarthroses mungkin syndesmoses, synchondroses atau


synostoses. Kebanyakan sendi amphiarthroses adalah synchondroses dan semua sendi diarthroses
adalah synovial. Beberapa persendian berubah sesuai dengan umur. Misalnya sutura pada tulang
tengkorak, pada mulanya syndesmoses, tapi setelah orang tersebut berumur 30 tahun akan menjadi
satuan-satuan yang bertulang. Satuan-satuan tulang rawan di antara epiphysis dan diaphysis pada tulang
yang sedang tumbuh juga diganti oelh tulang, jika pertumbuhan tulang itu terhenti.

7.2 Struktur sendi


Tulang-tulang dalam tubuh manusia dihubungkan satu sama lain oleh berbagai struktur. Caranya
menghubungkan tergantung kepada jenis pergerakan yang diperlukan pada tempat persendian itu. Pada
tempat yang memerlukan pergerakan yang bebas, di antara kedua ujung tulang yang bersendian itu
terdapat sebuah ruangan yang sempit. Pada tempat-tempat yang memerlukan gerakan yang sedikit atau

21
tidak sama sekali, maka ruang potensial antara kedua tulang tersebut terisi oleh jaringan ikat, baik tulang
rawan maupun jaringan fibrosa yang padat. Kecuali synostoses, maka jenis-jenis struktur sendi akan
diuraikan di bawah ini:

A. Syndesmoses (fibrous joints)


Struktur yang khas padanya adalah bahwa di antara kedua tulang yang bersendian itu tumbuh
jaringan fibrosa. Pada sutura synarthroses tulang-tulang tengkorak perhubungan tulang itu lebih jauh
dipengaruhi oleh adanya tonjolan tulang yang bentuknya seperti gerigi, yang saling mencengkeram.
Persendian syndesmoses mungkin tidak dapat bergerak (synarthotic, atau dapat bergerak sedikit/
amphyarthrotic, misalnya: persendian tibio-fibula bagian distal dan persendian tulang-tulang telinga
tengah).

B. Synchondroses (cartilaginous joints)


Ciri-ciri yang khas pada persendian ini adalah adanya cakram tulang rawan fibrous di antara
permukaan persendian, yang biasanya dibantu lagi oleh ligament untuk memperkuat hubungan kedua
tulang itu. Persendian synchondroses ini adalah amphyarthrotic, kecuali persendian antara diaphysis
tulang panjang yang belum dewasa dengan epiphysisnya yang bersifat synarthrotic walaupun
berstruktur tulang rawan.

C. Synovial joints
Ciri yang khas padanya adalah bahwa pada permukaan persendian tulang-tulang yang
bersangkutan terdapat lapisan tulang rawan hyaline yang tipis. Persendian itu dibungkus oleh capsula
dan fibrous. Pada sisi dalamnya terdapat membran synovial. Di dalam capsula itu terdapat rongga
synovial (urap sendi). Di samping itu ada lagi ligament yang memperkuat hubungan tulang itu (ikat-ikat
sendi).
Dengan perkecualian perhubungan tulang sacro-illiac (amphyarthrotic) semua persendian synovial
adalah diarthrotic. Menurut bentuk ujung tulang persendiannya, synovial dapat dibedakan lagi menjadi
beberapa persendian sebagai berikut.

22
1) Enarthroses (ball and socket = sendi peluru). Kepala sendinya berbentuk tombol/ bola dan
dapat masuk dengan baik pada suatu mangkok sendi. Persendian ini memungkinkan
pergerakan ke segala jurusan termasuk gerakan rotasi. Contoh: articulatio humeri dan
articulatio coxae.
2) Ginglymus (hinge = sendi engsel). Pada persendian ini permukan tulang yang cembung dapat
masuk dengan baik pada suatu cekungan. Gerakan hanya mungkin ke satu jurusan, yaitu
merentang dan menekuk. Contoh: articulatio cubiti (siku) dan articulatio genu ( lutut).
3) Trochoid (pivot = sendi putar) yaitu suatu lengkung atau busur berputar mengelilingi sebuah
poros. Gerakannya mengelilingi sumbu panjang tulang. Contoh: persendian antara radius dan
ulna, radius mengitari ulna, persdndian tulang atlas dan epistropheus.
4) Ellipsoidal (condyloid). Padanya terdapat condylus yang berbentuk oval dan dapat masuk
dengan baik pada mangkok yang berbentuk ellips. Gerakan hanya mungkin menurut dua
bidang yang tegak lurus satu dengan yang lain. Contoh: persendian antara radius dan tulang-
tulang carpus pada pergelangan tangan.
5) Saddle (sendi pelana). Sebuah permukaan sendinya cekung ke satu arah dan permukan yang
lain cembung. Permukaan persendian yang lain juga demikian, hanya posisinya terbalik.
Gerakannya menurut dua bidang yang tegak lurus satu sama lain, seperti si penunggang kuda
di atas pelana. Contoh: persendian antara tulang metacarpus dengan carpus (multangular besar)
pada pangkal ibu jari.
6) Arthrodia (glinding = sendi kejat). Pada sendi ini permukaan sendi kedua tulang yang
bersangkutan bentuknya demikian rupa sehingga memungkinkan tulang yang satu bergeser
pada tulang yang lain. Contoh: persendian di antara tulang-tulang carpus dan tarsus.

7.3 Gerakan sendi


Dalam bagian ini hanya dibicarakan perhubungan tulang diarthrotic saja. Gerakan-gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Gerak menekuk (flexio). Pada gerakan ini sudut antara permukaan anterior tulang yang
bersendian itu diperkecil (tapi gerakan menekuk lutut dan menekuk ibu jari kaki yang
diperkecil adalah sudut antara permukaan posteriornya). Gerakan menekuk ini merupakan
gerak membengkok (bending) dan melipat (folding). Contoh: gerakan menekuk kepala ke
depan adalah flexio persendian antara os occipitale dan atlas, gerakan menekuk siku adalah

23
flexio sendi siki atau lengan bawah. Kata flexio berasal dari bahas latin (flectere =
melengkung).
2) Gerak merentangkan (extensio = extendere = merentangkan). Gerakan ini adalah lawan dari
gerakan flexio. Contohnya adalah menengadahkan kepala adalah extensio perhubungan tulang
atlas dan os occipitale, extensio sendi siku, extensio sendi lutut, extensio telapak kaki pada
pergelangannya yang disebut plantar flexion, sedangkan flexio pada sendi pergelangan kaki
disebut dorsal flexion.
3) Abductio (abducere = menjauhkan ke tepi/ sisi) yaitu menggerakkan tulang menjauhi bidang
median tubuh. Contoh: menjauhkan lengan ke sisi tubuh.
4) Adductio (adducere = mendekatkan) yaitu lawan dari abductio, artinya menggerakkan suatu
bagian tubuh mendekati bidang medial tubuh. Adductio jari tangan artinya mendekatkan ke
arah jari tengah. Adductio jari kaki artinya melekatkan ke jari kaki yang kedua.
5) Rotatio (rotare = berputar). Contoh: memutar-mutar kepala di atas tulang leher.
6) Circumductio. Gerakan ini menyebabkan tulang yang bergerak itu membentuk gambaran
permukaan kerucut. Pada gerakan ini terdapat gerakan berturut-turut yaitu: gerakan flexio,
abductio, extentio dan adductio. Contoh: memutar-mutar kepala mulai dari menjatuhkan di atas
satu bahu, lalu menjatuhkan ke arah dada, lalu ke bahu yang lain dan akhirnya diputarkan lagi
ke arah belakang, membuat lingkaran dengan tangan terlentang.
7) Gerakan-gerakan khusus adalah sebagai berikut.
a. Supinatio (supinare = berputar ke atas/ ke luar) yaitu gerakan lengan bawah yang
menyebabkan tapak tangan menghadap ke depan seperti posisi dalam anatomi.
b. Pronatio (pronare = melengkung ke depan) yaitu gerakan dengan memutar ke dalam,
misalnya gerakan lengan bawah, sehingga punggung tangan menghadap ke depan
(lawan supinatio).
c. Invertio (terbalik) yaitu gerakan khusus pada pergelangan kaki sehingga tapak kaki
menghadap ke dalam
d. Evertio yaitu mengubah arah gerakan tapak kaki tadi, sehingga menghadap ke luar.
e. Protractio yaitu menggerakkan salah satu bagian tubuh ke depan, misalnya:
menjulurkan rahang/ dagu
f. Retractio yaitu menarik kembali ke belakang gerakan dagu tadi (lawan protractio)

24
Gambar 4. Tulang Tengkorak Posisi Anterior dan Dasar Tengkorak

25
Gambar 5. Tulang Tengkorak Posisi Lateral

26
Gambar 6. Tulang Tengkorak Potongan Midsagital

27
Gambar 7. Bagian Atap Tengkorak

28
Gambar 8. Tulang Tengkorak dan Tulang Leher

29
Gambar 9. Tulang-tulang Rahang Bawah

30
Gambar 10. Tulang-Tulang Rongga Dada

31
Gambar 11. Ruas-ruas Tulang Belakang

32
Gambar 12. Vertebrae Cervicales

33
Gambar 13. Vertebra Sakralis Dilihat dari Belakang

34
Gambar 14. Gelang Bahu (Klavikula dan Skapula)

35
Gambar 15. Humerus, Radial dan Ulna

36
Gambar 16. Tulang Panggul, Femur, Tibia dan Fibula

37
Gambar 17. Macam-macam Persendian

38
Gambar 18. Persendian Temporomandibular

39
Gambar 19. Persendian pada Carniocervicales

40
Gambar 20. Persendian pada Vertebrae Cervicales

41
8. PEMBENTUKAN DAN PERTUMBUHAN TULANG
Kerangka embrio pada permulaannya terdiri dari “tulang” yang sebenarnya bukan tulang,
melainkan tulang rawan hyaline atau membrana fibrosa yang strukturnya menyerupai tulang. Struktur
ini lambat laun akan berubah menjadi tulang yang sebenarnya dengan melalui proses yang rumit. Tulang
rawan hyaline itu akan berubah menjadi tulang dengan cara yang demikian rupa yang disebut tulang-
tulang endochondral. Dalam hal ini membrana fibrosa berkembang menjadi tulang-tulang
intramembranous melalui proses intramembranous ossification. Contoh tulang intramembranous adalah;
tulang-tulang tengkorak yang pipih, beberapa tulang wajah dan sebagian clavicula. Pada waktu lahir,
kebanyakan kerangka telah berubah menjadi tulang, tetapi ossifikasi itu terus berlangsung sampai
kurang lebih pada umur 25 tahun.
Intramembranous ossification mulai pada berbagai pusat “tulang” membrana fibrosa dan
kemudian terus meluas. Ossifikasi ini pada dasarnya terdiri dari pembentukan anyaman serabut yang di
dalamnya berisi pembuluh-pembuluh darah dan osteoblast yang muda di dalam ruangan yang kecil
(lacunae). Garam-garan kapur yang terdapat di dalam anyaman serabut itu akan mengubahnya menjadi
tulang. Karena pada waktu lahir intramembranous ossification itu belum sempurna, maka antara
beberapa tulang tengkorak masih tetap ada daerah-daerah membranous (fontanel). Jika proses ossifikasi
ini sudah sempurna, maka tulang-tulang tengkorak terdiri dari tulang kompakta pada bagian luar dan
bagian dalamnya, sedangkan di antaranya terdapat satu lapisan tulang cancellous (diploe).
Pada tulang pipa, proses endochondral ossification mulai pada diaphysisnya dan pada kedua
epiphysisnya dan berjalan terus ke arah satu sama lain. Tulang rawan yang tetap berada di antara
diaphysis dan epiphysis disebut tulang rawan epiphysis. Tualng itu tumbuh memanjang karena tulang
rawan ini terur-menerus menebal dan kemudian diikuti oleh ossifikasi padanya. Jika sel-sel tulang rawan
epiphysis itu sudah tidak lagi membelah/ bertambah banyak dan telah mengalami ossifikasi, maka
pertumbuhan tulang itu sudah sempurna. Karena itu jika dengan pengamatan X-ray masih tampak ada
tulang rawan epiphysis, maka hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan tulang itu belum sempurna
sama sekali.
Pertambahan besarnya (diameter) disebabkan oleh kerja sama dua jenis sel, yaitu osteoclast dan
osteoblast. Osteoclast memperbesar rongga sumsum dengan jalan menggerogoti dinding rongga
sumsum itu. Pada waktu yang bersamaan osteoblast dari periosteum membentuk tulang baru di sekitar
permukaan luar tulang itu. Dengan cara ini maka dari tulang yang lebih kecil dengan rongga sumsum
yang kecil pula akan terjadilah tulang yang lebih besar dengan rongga sumsum yang besar.

42
Pertumbuhan, pemulihan, dan ketetapan keadaan tulang itu dikontrol (dipengaruhi) oleh
mekanisme kimiawi yang terutama menyangkut kadar Calsium, Phosphor, Vitamin dan Hormon. Nutrisi
dan pemberian darah yang cukup sangat perlu bagi tulang itu. Pemberian darah kepada tulang itu
mungkin saja tidak cukup karena adanya tekanan, penyakit cardiovascular dan kerusakan pada
periosteum. Pembuluh-pembuluh darah masuk ke dalam tulang kompakta dari periosteum dan
merupakan ujung arteria. Jika ada kerusakan pada periosteum, maka pada bagian tulang yang mendapat
darah dari periosteum dan merupakan ujung arteria. Jika tulang tersebut patah pada daerah tersebut,
maka tulang itu tidak dapat pulih kembali.

43
RANGKUMAN
Sistem rangka meliputi seluruh tulang yang terdapat di dalam tubuh manusia dengan
persendiannya. Fungsinya adalah: (1) untuk memberi kekuatan dan memberi bentu pada tubuh; (2)
untuk melindungi organ-organ yang vital dan lunak; (3) Untuk perlekatan otot; dan (4) untuk cadangan
kalsium
Bentuk-bentuk (tipe) tulang ada empat macam yaitu: (1) tulang panjang/ tulang pipa, misalnya
femur, tibia, fibula, humerus, radius, ulna dan phalanges; (2) tulang pendek, misalnya tulang-tulang
carpus dan tarsus; (3) tulang pipih, misalnya tulang dahi, tulang ubun-ubun, iga dan scapula; dan (4)
tulang yang bentuknya tidak teratur, misalnya os. sphenoid (tulang baji), os. ethmoid (tulang tapis), os
sacrum (tulang kelangkang/ kemudi), os coccyges (tulang tungging) dan mandibula.
Kerangka manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu: (1) kerangka sumbu (axial skeleton), yang
terdiri dari tulang tengkorak, columna vertebralis, iga, sternum dan hyoid (tulang lidah) dan (2)
Kerangka anggota gerak (appendicular skeleton) yaitu tulang-tulang yang melekat pada sumbu tersebut,
yaitu tulang anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
Perhubungan tulang yang satu dengan tulang yang lain sangat erat hubungannya dengan berbagai
jenis pergerakan. Pada tempat yang memerlukan pergerakan yang bebas, ujung tulang yang bersendi dan
struktur sendinya demikian rupa sehingga memungkinkan gerakan yang tidak terhalang.
Kerangka embrio pada permulaannya terdiri dari “tulang” yang sebenarnya bukan tulang,
melainkan tulang rawan hyaline atau membrana fibrosa yang strukturnya menyerupai tulang. Struktur
ini lambat laun akan berubah menjadi tulang yang sebenarnya dengan melalui proses yang rumit.

44
TUGAS DAN LATIHAN
1) Jelaskan pengertian dan fungsi sistem rangka !
2) Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk (tipe) tulang !
3) Sebut dan jelaskan bagian-bagian tulang panjang !
4) Sebut dan jelaskan nama-nama tulang dan jumlahnya !
5) Jelaskan perbedaan antara kerangka (skeleton) orang laki-laki dengan orang perempuan !
6) Jelaskan perubahan kerangka menurut umur !
7) Sebut dan jelaskan macam-macam persendian pada tulang !
8) Jelaskan proses pembentukan dan pertumbuhan tulang !

45
DAFTAR PUSTAKA
Ann. B. Mcnaught & Robin Callander. 1975. Illustrated Physiology. New York: Churchill Livingstone
Chr. P. Raven. 1987. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.
Guyton (terjemahan: Petrus Andrianto). 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:
EGC (Penerbit Buku Kedokteran)
Guyton & Hall (terjemahan: Irawati Setiawan, LMA Ken Ariata Tengadi, dan Alex Santoso). 1997.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC (Penerbit Buku Kedokteran)
Ida Ayu Made Tjandra. 1988. Dasar-Dasar Osteologi dan Miologi. Singaraja: Bioma.
Netter, F.H. 2003. Atlas of Human Anatomy. New Jersey: Icon Learning Systems.
Syaifuddin, 1994. Atlas Anatomi untuk Paramedis. Jakarta: Djambatan.
W.F. Ganong (terjemahan: Adji Dharma). 1990. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta: EGC (Penerbit
Buku Kedokteran).

46

Anda mungkin juga menyukai