Anda di halaman 1dari 26

Analisis Strategi Keunggulan Marketing Pada Produk Asuransi Konvensional

dan Asuransi Syari’ah

Muhammad Fathir Al-Fahmi

Prodi Magister Ekonomi Syari’ah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
email korespondensi: Muhammad.Fathir30@gmail.com

ABSTRAK
Asuransi telah menjadi bagian penting dalam kegiatan ekonomi.
Keberadaannya memiliki sejumlah manfaat bagi pihak yang memilikinya. Asuransi
sebagai perjanjian memiliki keunikan bila dibanding dengan perjanjian bisnis pada
umumnya. Sedangkan asuransi syariah adalah salah satu lembaga keuangan syariah
yang berkembang cukup pesat di Indonesia sehingga persaingan antar lembaga
keuangan ini pun semakin ketat. Pertumbuhan aset industri asuransi syariah juga terus
mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah Strategi Keunggulan Marketing Pada Produk Asuransi
Konvensional dan Asuransi Syari’ah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Strategi Keunggulan Marketing Pada Produk Asuransi Konvensional dan
Asuransi Syari’ah. Penelitian ini menggunakan metodelogi pendekatan kualitatif
deskriptif analisis. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini keunggulan
utama dari asuransi syariah dan konvensional terletak pada tujuan dan landasan
operasional. Kesimpulan pada penelitian ini adalah asuransi syariah bertujuan saling
menolong (ta’âwunî) sedangkan dalam asuransi konvensional tujuannya penggantian
(tabâdulî). Dari aspek landasan operasional, asuransi konvensional melandaskan pada
peraturan perundangan, sementara asuransi syariah melandaskan pada peraturan
perundangan dan ketentuan syariah.

Kata Kunci: Strategi Keunggulan, Marketing, Asuransi Konvesional, Asuransi


Syariah
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan suatu keadaan yang menuntut dunia bisnis
menghadapi persaingan global secara langsung maupun tidak langsung, dapat
dilihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri sehingga dunia telah
menjadi ajang persaingan yang semakin lama semakin ketat. Dalam menghadapi
persaingan tersebut perusahaan perlu menentukan strategi yang tepat, karena
secara umum perusahaan berusaha untuk bertahan hidup, dapat tumbuh dan
berkembang, serta memanfaatkan setiap perubahaan dan peluang yang ada. Guna
mengetahui seberapa besar keunggulan perusahaan diperlukan strategi yang
tepat, salah satunya adalah menggunakan pemasaran. Pemasaran adalah front
(garda) depan dari suatu bisnis. Pemasaran memiliki definisi kerja dari suatu
proses bisnis sehingga mencapai produk dan nilai-nilai produk tersebut kepada
konsumen. Dengan demikian dalam memasarkan sebuah produk, peran dari
seluruh stakeholder perusahaan dalam hal ini adalah pemasaran. Dibutuhkan
kemampuan maksimal dalam hal ini adalah strategi pemasaran yang baik
sehingga suatu unit bisnis dapat meningkatkan laba operasional.
Marketing dalam dunia bisnis bukan merupakan suatu konsep yang hanya
mengandalkan instrumen seperti marketing mix, targeting, positioning serta
branding semata. Namun marketing telah jauh berkembang kearah yang lebih
dewasa dan tumbuh seperti new wave marketing. 1
Dengan demikian dalam memasarkan sebuah produk, peran dari seluruh
stakeholder perusahaan dalam hal ini adalah marketing sangat diperlukan.
Dibutuhkan kemampuan maksimal dalam hal ini adalah strategi pemasaran yang
baik sehingga suatu unit bisn Kata pemasaran dalam bahasa inggris disebut
marketing. Pemasaran (marketing) adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan
1
Arafah, Willy, and Lucky Nugroho. 2016. “Maqhashid Sharia in Clean
Water Financing Business Model at Islamic Bank Maqhashid Sharia in Clean Water
Financing Business Model at Islamic Bank.” International Journal of Business and
Management Invention 5(2): 22–32.
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada
nasabah yang ada maupun nasabah potensial.
Pemasaran harus dijalankan secara powerfull sehingga kebutuhan dan
keinginan konsumen akan dapat dilayani dan dipenuhi dengan baik. Pengelolaan
pemasaran yang profesional merupakan suatu hal yang wajib di laksanakan
dalam iklim usaha bisnis. Pemasaran bertujuan untuk dapat merebut hati
konsumen sehingga peranannya sebagai connected dapat berjalan dengan baik2.
Penyediaan keinginan dan kebutuhan konsumen harus dilakukan melalui
kegiatan pemasaran sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan serta kepuasan konsumen.2
Pemasaran didalam literatur fiqih Islam disebutkan wakalah atau
perwakilan. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian atau
pemberian mandat. Wakalah dapat juga diartikan sebagai penyerahan dari
seseorang yang dapat dilakukan oleh individu atau dapat diwakilkan kepada
orang lain.3 Marketing syariah diartikan sebagai suatu disiplin unit bisnis
strategis yang diarahkan kepada suatu proses dimana terdapat perubahan nilai
serta penawaran dari satu penggagas kepada bagian yang lain dalam
keseluruhannya sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan muamalah dalam Islam.
Menurut Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang/pihak melalui investasi atau dalam bentuk asset atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk meghadapi resiko tertentu melalui akad
yang sesuai dengan syariah.3

2
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010)
3
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia NO: 21/DSN-
MUI/X/2001. 2001. FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO:
21/DSNMUI/X/2001. http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21-
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf (June 23, 2019).
Keunggulan bersaing suatu perusahaan satu faktor penentunya adalah
kesuksesan inovasi produk, sehingga suatu inovasi produk harus mempunyai
keunggulan dibanding dengan produk lain sejenis. Keunggulan inovasi produk
sangat penting dalam lingkungan pasar global yang sangat kompetitif.
Keunggulan tersebut tidak lepas dari pengembangan inovasi produk yang
dihasilkan sehingga akan mempunyai keunggulan dipasar yang selanjutnya akan
menang dalam persaingan. Pengembangan yang dilakukan terhadap produk dapat
meningkatkan kesuksesan inovasi produk, dalam pengembangan tersebut suatu
perusahaan dituntut untuk mempunyai bagian riset dan pengembangan produk
yang dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada, mempunyai daya
inovasi yang tinggi serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan
harapan konsumen (Song dan Weiss,2001,p.61). Penyajian keunggulan bersaing
pada penelitian Lado, dkk.,(1992,p.87), berkenaan dengan empat sumber
kemampuan khusus perusahaan (manajerial, kemampuan berdasarkan sumber,
kemampuan-berdasarkan transformasi, dan kemampuan-berdasarkan hasil), yang
secara sinergis berhubungan. Tingkat di mana keempat sumber kemampuan
khusus teoritis ini menghasilkan keunggulan bersaing berkelanjutan bagi
perusahaan.
Asuransi telah menjadi bagian penting dalam kegiatan ekonomi.
Keberadaannya memiliki sejumlah manfaat bagi pihak yang memilikinya.
Asuransi sebagai perjanjian memiliki keunikan bila dibanding dengan perjanjian
bisnis pada umumnya. Redja menyatakan bahwa asuransi adalah dokumen
perjanjian hukum yang merepresentasikan aturan-aturan umum hukum. Pada
prakteknya seorang tertanggung mengikatkan diri pada penanggung dengan
membayar sejumlah premi atas sebuah risiko yang dialami oleh tertanggung. 4
Asuransi merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh
perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi

4
Kuat Ismanto, “Prinsip-prinsip Hukum Asuransi dalam Kajian Hukum Islam”,
https://www.researchgate.net/publication/313995940.
alternatif, asuransi syariah boleh dikatakan relatif baru dibandingkan dengan
bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah
pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip.
Persaingan bisnis asuransi saat ini terus meningkat berkat bertambahnya
minat dan pengetahuan masyarakat mengenai asuransi. Masing-masing
perusahaan asuransi bersaing dengan ketat dan meningkatkan strategi-strategi
mereka dalam memasarkan produk-produknya. Salah satu cara yang dilakukan
dalam meningkatkan volume penjualan dengan menguasai pasar lebih luas. Hal
itu berguna untuk kesejahteraan dan agar perusahaan tersebut dapat
mengembangkan usahanya menjadi lebih baik dan inovatif. Maka hal tersebut
diharapkan dapat menjadikan perusahaan tersebut menjadi dipercayai oleh
konsumen.
Dimana masing-masing perusahaan berusahan semaksimal mungkin
untuk menunjukan keunggulan produk mereka. Semakin banyaknya perusahaan
asuransi yang menawarkan produk asuransi kesehatan membuat persaingan antar
perusahaan semakin ketat dalam meningkatkan penjualan dan menarik minat.
Dalam dunia perasuransian, persaingan adalah hal yang harus diperhatikan
terutama dalam bidang pemasarannya. Dapat kita lihat persingan asuransi sangat
ketat dimana banyaknya perusahaan-perusahaan asuransi yang berupaya keras
untuk meningkatkan reputasi perusahaannya agar tetap dipercaya oleh peserta
asuransi baru. Suatu perusahaan dapat terjaga eksistensinya tergantung dari
bagaimana perusahaan tersebut dapat melihat peluang-peluang pasar yang ada.
Terutama dibidang pemasaran karena pemasaran memegang peranan yang sangat
penting dalam melihat peluang pasar. Pemasaranlah yang akan berkontribusi
langsung dengan lingkungan eksternal perusahaan dan mencari cara agar
perusahaannya menjadi penguasa pangsa pasar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap pengaruh strategi pemasaran syariah pada
perusahaan asuransi dalam mencapai keberhasilan produk. Dengan tujuan untuk
mengetahui keunggulan strategi pemasaran syariah pada perusahaan asuransi
dalam mencapai keberhasilan produk. Maka untuk menjawab pertanyaan ini,
penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1).
Bagaimanakan keunggualan strategi asuransi konvensional? 2) bagaimana
keungugulan strategi produk asuransi syariah?.
B. Landasan Teori
1. Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang
lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang
sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Strategi sering dikaitkan
dengan Visi dan Misi, walaupun strategi biasanya lebih terkait dengan jangka
pendek dan jangka panjang.5
a) Strategi Pemasaran
Pengertian strategi pemasaran juga dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, karena potensi untuk menjual proposisi terbatas pada jumlah
orang yang mengetahui hal tersebut.
Strategi Pemasaran punya peranan penting dalam sebuah perusahaan
atau bisnis karena berfungsi untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan,
baik itu harga barang maupun jasa.

5
Abdullah Amrin, SE., Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan
Persaingan Usaha Bisnis Asuransi dan Bank Syariah Secara Syariah), (Jakarta: PT.
Grasindo, 2007).
b) Fungsi Strategi Pemasaran
1. Meningkatkan Motivasi untuk Melihat Masa Depan
Strategi pemasaran berupaya untuk memotivasi manajemen
perusahaan agar berpikir dan melihat masa depan dengan cara yang
berbeda. Hal ini sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan
perusahaan di masa mendatang. Penting bagi perusahaan untuk
mengikuti ritme pasar, namun terkadang perusahaan juga harus
memiliki gebrakan dengan sesuatu yang baru.
2. Koordinasi Pemasaran yang Lebih Efektif
Setiap perusahaan pasti memiliki strategi pemasarannya
sendiri. Strategi pemasaran ini berfungsi untuk mengatur arah
jalannya perusahaan sehingga membentuk tim koordinasi yang lebih
efektif dan tepat sasaran.
3. Merumuskan Tujuan Perusahaan
Para pelaku usaha tentunya ingin melihat dengan jelas apa
tujuan perusahaan mereka. Dengan adanya strategi pemasaran maka
pelaku usaha akan terbantu untuk membuat detail tujuan yang akan
dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Pengawasan Kegiatan Pemasaran
Dengan adanya strategi pemasaran maka perusahaan akan
memiliki standar prestasi kerja para anggotanya. Dengan begitu,
pengawasan kegiatan para anggota akan lebih mudah dipantau untuk
mendapatkan mutu dan kualitas kerja yang efektif.
2. Marketing
Marketing adalah proses mengenalkan produk atau jasa agar diketahui
oleh masyarakat. Marketing juga berarti proses pemasaran produk atau jasa,
mulai dari pembuatan strategi hingga apa yang dirasakan oleh konsumen.
Perkembangan dunia bisnis membuat proses marketing ikut
berkembang. Salah satu bukti perkembangannya adalah kemunculan
marketing online yang bisa diartikan sebagai usaha perkenalan produk atau
jasa lewat internet. Dulu pemasaran hanya terbatas pada bentuk fisik seperti
papan reklame (billboard), pamflet, hingga spanduk. Namun, sekarang sudah
mulai merambah dunia digital seperti di social media, online advertising, dan
lainnya.
Menurut Caroline Forsey, marketing atau pemasaran adalah proses
untuk membuat masyarakat tertarik pada produk atau jasa dari sebuah
perusahaan. Untuk melakukan proses ini, perlu dilakukan riset pasar, analisis,
dan pencarian pelanggan yang ideal.
Menurut Philip Kotler Marketing adalah kegiatan sosial dan
pengaturan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang mendapatkan
apa yang mereka inginkan dengan membuat produk dan kemudian
menukarnya dengan nilai nominal tertentu kepada pihak lain.
Menurut Hasan, Marketing adalah proses mengidentifikasi,
menciptakan dan mengkomunikasikan nilai-nilai, dan menjaga hubungan
yang memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Menurut Swastha dan Irawan, Marketing adalah salah satu kegiatan
utama yang dilakukan oleh pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidup mereka, untuk mengembangkan dan mendapatkan keuntungan.
1. Tujuan Marketing (Pemasaran)
a) Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kami
produksi dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan
mereka untuk produk yang diproduksi.
b) Perusahaan dapat menjelaskan secara rinci semua kegiatan yang
berkaitan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini mencakup
berbagai kegiatan, mulai dari deskripsi produk, desain produk,
promosi produk, iklan produk, komunikasi kepada konsumen, hingga
pengiriman produk untuk menjangkau konsumen dengan cepat.
c) Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga
produk itu cocok dan bisa menjual sendiri. 6

a) Marketing Syariah
Kata pemasaran dalam bahasa inggris disebut marketing.
Pemasaran (marketing) adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada nasabah yang ada maupun nasabah potensial.
Pemasaran harus dijalankan secara powerfull sehingga kebutuhan
dan keinginan konsumen akan dapat dilayani dan dipenuhi dengan baik.
Pengelolaan pemasaran yang profesional merupakan suatu hal yang wajib
di laksanakan dalam iklim usaha bisnis. Pemasaran bertujuan untuk dapat
merebut hati konsumen sehingga peranannya sebagai connected dapat
berjalan dengan baik2. Penyediaan keinginan dan kebutuhan konsumen
harus dilakukan melalui kegiatan pemasaran sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan konsumen.
Pemasaran didalam literatur fiqih Islam disebutkan wakalah atau
perwakilan. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan,
pendelegasian atau pemberian mandat. Wakalah dapat juga diartikan
sebagai penyerahan dari seseorang yang dapat dilakukan oleh individu
atau dapat diwakilkan kepada orang lain.3
Marketing syariah diartikan sebagai suatu disiplin unit bisnis strategis
yang diarahkan kepada suatu proses dimana terdapat perubahan nilai serta
penawaran dari satu penggagas kepada bagian yang lain dalam
keseluruhannya sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan muamalah dalam
Islam.

6
Herman Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing
(Bandung: Mizan Media Utama, 2006)
Didalam landasan fiqih segala sesuatu yang berkaitan dengan
muamalah dapat dilakukan selama tidak ada suatu dalil pun yang
mengharamkannya. Rukun wakalah terdiri dari 3 (tiga) rukun yang
merupakan komponen persyaratan dalam melakukan jual-beli, yaitu:
terdapat penjual dan pembeli, terdapat barang/ produk/ jasa serta
terdapat ijab qabu.
b) Tujuan Marketing Syariah
Secara umum tujuan marketing syariah adalah:
1) Memudahkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan
secara berulang-ulang.
2) Memaksimalkan kepuasan konsumen melalui berbagai pelayanan
yang diinginkan.
3) Memaksimumkan pilihan (diversifikasi produk) dalam arti
perusahaan menyediakan berbagai jenis produk sehingga konsumen
memiliki beragam pilihan.
4) Memaksimalkan kualitas dengan memberikan berbagai kemudahan
kepada konsumen.
c) Konsep Marketing Syariah
Berdasarkan pada pandangan bahwa tugas marketing adalah
menentukan kebutuhan konsumen, kekurangan dan minat segmen pasar,
maka untuk dapat memenuhi kepuasan /keinginan itu secara efektif dan
secara efisien dibanding pesaing dilakukan dengan cara memelihara
hubungan yang baik dan intens dengan konsumen.
Konsep pemasaran syariah menekankan bahwa perlunya menerapkan
manajemen profesional, artinya dengan melakukan kegiatan tersebut
maka semua produk atau jasa yang dihasilkan pasti dapat memiliki
positioning tersendiri. Kompetitor bukanlah merupakan suatu penghalang
yang harus ditakuti atau dimusuhi.4
Kompetitor dapat dijadikan sebagai sumber motivasi untuk dapat
memperbaiki kinerja marketing. Pesaing dapat mendorong pihak
perusahaan dalam hal ini adalah marketers untuk dapat bekerja lebih
kreatif dalam memasarkan produk berupa barang maupun jasa.
Hal inilah yang dapat membedakan antara marketing bisnis
perusahaan konvensional dengan marketing bisnis yang menerapkan
prinsip syariah yang memberikan kepuasan kepada konsumen dan
stakeholders tidak saja pada tataran kepuasan duniawi, akan tetapi juga
mengarah pada kepuasan ukhrawi, karena terdapat ridha Allah SWT yang
dituju. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tujuan marketing bisnis
dengan prinsip syariah adalah dengan penerapan prinsip-prinsip etika atau
berlandaskan kepada entitas nilai-nilai Islam sebagai penciptaan kepuasan
duniawi dan ukhrawi bagi para stakeholders perusahaan.
d) Profil Marketers Syariah
Suatu kegiatan unit bisnis akan tetap dikatakan bisnis, adanya
pemisahan antara entitas bisnis syariah dan bisnis konvensional terjadi
akibat adanya gejala pencampuran pelalaian atau bahkan pelanggaran
norma atau etika Islami, terutama bagi pelaku bisnis muslim dan gejala
tersebut juga terjadi pada pola perilaku pembelian atau konsumsi yang
juga seharusnya beretika Islami.
Gejala pelalaian dan pelanggaran norma serta etika Islami tersebut
secara perlahan-lahan terakumulasi menjadi hal yang umum dan biasa
dan bahkan semakin membesar. Pada suatu kesimpulan terdapat regulasi
ekonomi bisnis yang memiliki kecendrungan tidak memiliki etika serta
nilai-nilai Islam. Hal tersebut, bisa saja terjadi karena lingkungan
masyarakat yang beragam/ majemuk.
Dari gejala serta kejadian tersebut, akhirnya munculah kesadaran serta
kebangkitan untuk menuju kepada arah ekonomi yang memiliki
karakteristik nilai Islami atau tepatnya menerapkan bisnis syariah/ sistem
syariah.
Dalam pengelolaan bisnis tersebut, termasuk yang menerapkan prinsip
syariah memerlukan kerja seorang marketers. Karena marketers dapat
diibaratkan sebagai seseorang yang menjembatani antara konsumen dan
perusahaan. Seorang marketers harus dapat memiliki karakter kebersihan
jiwa dan bersikap sustainibility penjagaan kebersihan jiwa. Dengan kata
lain marketers harus mempunyai “soul” yang terbentuk, hal tersebut
dikarenakan bahwa lingkungan bisnis yang berlaku saat ini memiliki
rutinitas serta goncangan yang sangat besar atas semua persaingan bisnis
tanpa memperhatikan aspek nilai-nilai religiusitas.
e) Membangun Karakter Syariah Pada Marketers
Karakter syariah pada marketers harus dibangun dan dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kinerja marketing yang berbasis pada pola
pengembangan karakter jiwa positifdan berpegang pada prinsip syariah
atau aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Islam untuk menuju
kepada ke-ridha-an Allah SWT.
Marketers yang berupaya mencari ke-ridha-an Allah SWT, akan
memunculkan keikhlasan yang berdampak pada kerja dan kinerja yang
sepenuh jiwa dalam melayani konsumen. Selanjutnya marketers tersebut
pun akan lebih realistis bila dibandingkan dengan kerja pemasaran secara
optimal serta maksimal untuk tidak mengindahkan nilai atau prinsip
syariah. Dengan kata lain marketers syariah akan lebih memperhitungkan
kepuasan serta keuntungan pada kehidupan pasca duniawi.

3. Asuransi
Asuransi biasanya merupakan perjanjian di mana perusahaan asuransi
mengadakan perjanjian dengan perusahaan asuransi dan menerima berbagai
premi dengan perusahaan asuransi untuk memberikan penggantian untuk
risiko kerugian, kerusakan dan Kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tak
terduga dapat terjadi pada orang yang diasuransikan dan lebih tenang dalam
aktivitasnya. Dalam hal seseorang tidak perlu memikirkan risiko yang
mungkin terjadi kemudian karena peristiwa yang tidak terduga karena risiko
ditransfer ke perusahaan asuransi, mungkin ada risiko. Konsep berpartisipasi
dalam asuransi untuk kebutuhan itu bahwa setiap manusia membutuhkan
kedamaian untuk risiko dalam kehidupan mereka.
“Dalam Undang-Undang Nomor dua (2) tahun 1992 mengenai bisnis
perasuransian didefiisikan bahwa premi atau pertanggungan asuransi
merupakan perjanjian antara 2 pihak atau lebih dimana pihak penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung denganmenerima premi, untuk menaruh
penggantian pada tertanggung lantaran kerugian, kerusakan, atau kehilangan
labayangdibutuhkan atau tanggung jawab aturanpada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, dan timbul dari suatu peristiwayang
pasti, atau buatmemberikan suatu pembayaran yangdidasarkan atasmeninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.7
Secara umum, setiap orang merasa tenang ketika mereka merasa
bahwa mereka berada di jalan yang paling rendah atau paling berisiko, dan
bahwa bisnis atau profesi asuransi adalah hubungan di mana ia dapat
mentransfer risiko. Ketika mereka menghadapi perusahaan asuransi,
dikatakan bahwa orang harus membayar jumlah asuransi kepada perusahaan.
Biaya, jumlahnya tergantung pada besarnya risiko. Ditransfer ke perusahaan
asuransi penting. 8
a) Pengertian Asuransi Syari’ah
Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi
Islam terdapat beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa

7
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, “Hukum Ekonomi Islam”, Jakarta, Sinar
Grafika, ,2000, hlm. 79.
8
Putra Halomoan Hasibuan, “Analisis Hukum Asuransi Syari’ah dan Asuransi
Konvensional” Yurisprudentia Volume 2 Nomor 1 Juni 2016.
Arab),9sehingga dari istilah tersebut ada” “penanggung” yang disebut
dengan mu’ammin, dan “tertanggung” disebut dengan mu’amman lahu
atau musta’min10merupakanseseorang membayar atau menyerahkan uang
cicilan agar dia sebagai pakar warisnya menerima sejumlah uang
sebagaimana yangsudah disepakati atau buatmenerima ganti rugi terhadap
hartanya yang hilang. 11
Asuransi Syariah atau Takaful merupakansebuah usaha untuk saling
melindungi dan saling tolong-menolong antara sejumlah orang baik
seseorang pihak melalui investasi nya pada bentuk aset atau tabarru yang
memberikan pola pengembalian buat menghadapi risiko.12Konsep
asuransi syariah merupakan adalah rasa tanggung jawab serta tolong
menolong yang di dasari atas persaudaraan antara peserta.
Dengan demikian dari hasil penjelasan diatas maka dapat di tarik
kesimpulan bahwa asuransi syariah merupakan suatu kegiatan yang
bergerak dalam usaha pertanggungan untuk saling melindungi dan tolong-
menolong diantara para peserta maupun pihak lain dalam menghadapi
risiko-risiko yang tidak terduga.
b) Produk-Produk Asuransi Syari’ah
Apa yang sebenarnya terjadi dalam asuransi syariah atau Takeful
adalah tanggung jawab untuk membantu dan melindungi peserta itu
sendiri. Perusahaan asuransi atau penerima menerima kepercayaan atau
kepercayaan dalam mengelola dan mengembangkan premi para peserta.
Secara kolektif dan akurat, dan mengkompensasi mereka yang terkena

9
Gemala Dewi, “Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah
di Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2004, hal. 122.
10
Ali Yafie, Menggagas “Fiqih Sosial: Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
Hingga Ukhuwah”, Cet. 2, Bandung: Mizan, 2004, h. 205-206.
11
Muhammad Syakir Sula, “Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan
Sistem Operasional”. (Cet ke-2 .Jakarta: PT. Gema Insani 2004) h. 28.
12
Widyaningsing dkk, “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Jakarta: Prenada
Media,2005, h. 222.
dampak konten dari tindakan Perjanjian Takaful, dibagi menjadi 2,
yaitu:13
1. Takaful keluarga adalah merupakan produk yang memberikan
pertanggungan untuk para partisipan atau individu dalam jangka
panjang. Bentuk takaful keluarga yangpaling uatama adalah
memberikan layanan dan perlindungan serta bantuan menyangkut
asuransi jiwa dan keluarga untuk kesejahteraan masyarakat yang tentu
dilandaskan pada Syariah Islam. 14Dalam sebuah musibah kecelakaan
yang tidak mengakibatkan kematian seseorang maka santunan
akanberikan dan diterima kepada peserta yang mengalami musibah.
Jenis takaful keluarga terdiri dari:
a. Takaful dengan unsur tabungan, meliputi”:
1) Takaful Berencana/Dana Investasi”;
2) Takaful Dana Haji”;
3) “Takaful dana Pendidikan/Dana Siswa”
b. Takaful tanpa unsur tabungan, meliputi”
1. Takaful Berjangka”;
2. Takaful Majelis Ta’lim”;
3. Takaful Khairat Keluarga”;
4. Takaful Pembiayaan”;
5. Takaful Kecelakaan Diri”;
6. Takaful Wisata dan Perjalanan”;
7. Takaful Kecelakaan Siswa”;
8. Takaful Perjalanan Haji dan Umroh”
c. Takaful Umum adalah produk asuransi yang memberikan
perlindungan atau jaminan kepada perusahaan atau individu

13
Latifa M. Algoud dan Mervyn K. lewis, “Perbankan Syariah, Prinsip, Praktek
danProspek”, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 306.
14
Nurul Ichsan, “Takaful, Takaful Umum dan Retakaful” Jurnal Volume 6, Nomor 1,
April 2016.
(peserta) dari risiko. Jenis asuransi ini memberikan perlindungan
finansial jika terjadi bencana atau kecelakaan pada properti peserta
yang diusir, seperti rumah, kendaraan, pabrik, dan lainnya. Bentuk
umum Takaful adalah Takaful. Kebakaran di Takaful
Development at Risk. 15
c) Akad-Akad Asuransi Syari’ah
“Secara umum etika peserta asuransi ikut dalam program perusahaan
asuransi syariah maka peserta akan di berikan akad. Akad yang diberikan
harus sesuai dengan syariah yang di dalam nya tidak mengandung unsur-
unsur gharar atau penipuan, maysir atau perjudian, riba, zhulm atau
penganiayaan, risywah atau suap, barang haram dan maksiat, Akad –akad
tersebut adalah”: 16
1. Akad tijarah
Akad tijarah adalah akad antara peserta asuransi syariah secara
individu dengan perusahaan asuransi syari’ah yang dimana tujuan
utama nya untuk kebutuhan komersil. 17Akad tijarah mengelola uang
premi para peserta asuransi yang di berikan kepada perusahaan
asuransi syari’ah sebagai pengelola dan nasabah sebagai pemilik uang
atau shohibul ma’al. 18 Ketika masa perjanjian tijarah telah habis maka
uang prem dari peserta asuransi syari’ah akan di kembalikan. 19
2. Akad tabarru’

15
Tawazun: “Akad-Akad di Dalam Asuransi Syari’ah” “Journal of Sharia Economic
Law P-ISSN: , E-ISSN: Volume 1, Nomor 1, Maret Institut Agama Islam Negeri Kudus”.
16
Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Tawazun: Journal of
Sharia Economic Law Volume 1, Nomor 1, Maret 2018.
17
Viddy Cariestya Genoveva, “Legal Position of Insurance Agreement in MMS
Majalengka BTPN SyariahCustomer MurabahahFinancing Agreement” Jurnal Ekonomi
Syariah dan Bisnis, Vol.1. No.2November2018
18
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari'ah; Konsep dan Sistem Operasional, Gema
Insani, (Jakarta 2004).
19
Junaidi “Akad-Akad dalam Asuransi Syari’ah” Institut Agama Islam Negeri Kudus
Akad tabarru’yaitu tansaksi dalam asuransi syariah dimana yang
padahakikatnya bukan transaksi bisnisuntuk mencari keuntungan tetapi
untuk saling tolong menolong.20Dana tabarru’ ini berbentuk pemberian
dana untuk menolong antara peserta asuransi syari’ah lain nya.. 21Di
dalam akad tabarru’ itu sendiri tidak bersifat claim melainkan untuk
tolong menolong hal ini sesuai dengan “(Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 18 Tahun 2010Tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah”. 22Berdasarkan hasil keputusan daru “fatwa Dewan
Syari’ah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN –MUI) No:
53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah
menyatakan, bahwa kedudukan para Pihak dalam akad tabarru’
adalah” ;23
b. Dalam kontrak Tabaru (diizinkan), peserta memberikan dana untuk
digunakan untuk membantu peserta atau peserta lain yang terkena
dampak bencana.
c. Setiap peserta adalah orang yang memenuhi syarat untuk
menerima Tabaru 'mani “(mu’amman/mutabarra’ lahu dan secara
kolektif sebagai penjamin (mu'ammin / mutabarri ')”.
d. Perusahaan asuransi, selain manajemen investasi, bertindak
sebagai manajer modal sesuai dengan perjanjian kontraktual para
peserta.
d) Prinsip Dasar Asuransi Syari’ah

20
Arif Fauzan, “Prinsip Tabarru’ Teori dan Implementasi di Perbankan Syariah”
Jurnal Al-Amwal,Volume8, No. 2Tahun 2016.
21
Nawawi, I., & Naufal, Z. A.”Fikih muamalah klasik dan kontemporer: hukum
perjanjian, ekonomi,bisnis, dan sosial”. Ghalia Indonesia 2012.
22
www.ojk.co.id “Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang
Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip
Syariah”
23
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 “Tentang Akad
Tabarru’Pada Asuransi Syari’ah”.
Dalam asuransi syari’ah terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar yaitu
sebagai berikut:24
1. Tauhid (Ketuhanan)
Prinsip tauhid atau unily adalah prinsip paling utama yang ada di
dalam syari’ah Islam.Setiap aktivitas harus di dasarkan nilai tauhid atau
nilai ketuhanan yang artinya di setiap aktivitas dan gerak langkah kita
harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
a. Keadilan (justice)
Prinsip asuransi syariah selanjutnya yaitu keadilan dimana
keadilan ini mampu menempatjkan antara hak peserta asuransi dan
kewajiban peserta asuranasi anatra nasabah dengan perusahaan
asuransi.
b. Amanah (trustworthy/ al-amanah)
Amanah dalam sebuah perusahaan merupakan wujud dari
tanggung jawab kita kepada perusahaan seperti menyajikan laporan
keuangan tiap periode-periode dengan akurat dan baik
c. Tolong-menolong (Ta‟awun)
Prinsip asuransi syariah harus berlandaskan saling tolong
menolong ini dimaksudkan agar sesama anggota nasabah asuransi
mempunyai niat dan motivasi untuk saling membantu dan
meringankan ketikan teman,keluarga dan nasabah lain nya
mendapatakan kerugian maupun musibah.
d. Kerja Sama (cooperation)
Prinsip kerjasama yang dimaksud dalah kita sesame makhluk
ciptaan tuhan di tugaskan untuk memakmurkan bumi dan kita
sebagai makhluk social tentunya tidak dapat hidup sendiri dan tidak
bisa di pisahkana natara satu dengan lain nya.

24
Dewi, “Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia”, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 146.
e. Larangan Riba
Riba artinya tambahan. Ini berarti bahwa setiap transaksi
seorang muslim di larang untuk memprkaya diri sendri dan sejatinya
itu tidak di benarkan dalam Islam.
f. Larangan gharar (ketidakpastian)
Ketidakpastian atau biasa di sebut gaharar adalah bentuk akad
dimana di tandai dengan penuyupan polis dan sumber pembayaran
kalian serta tidak ada nya keabsyarahan secara syariah dalam
penerimaan uang klaim itu sendiri. 25
g. Kerelaan (al-ridha)
Kerelaan yang dimaksud adalah setiap kita melakukan akad
perjanjian tidak ada unsur keterpaksaan anatara pihak-pihak yang
melakukan transaksi dan semua transaksi di lakukan atas dasar
kesukarelaan.
h. Larangan Maysir (judi)
Maysir atau judi adalah adanya satu pihak yang di untungkan
sedangkan pihak lain mengalami kerugian. Hal ini bisa terlihat saat
pemegang polis asuransi dengan sebab sebab tertentu membatalkan
kontrak sebelum maasa periode habis , maka tahun berikut nya yang
bersangkutan akan menerima uang nya secara utuh atau kembai. Ini
dimana untung dan rugi terjadi saat adanya hasil dari ketetapan.

C. Metodologi
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan merupakan
penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, jenis informasi yang digunakan
adalah data sekunder yang dikumpulkan atau diproses oleh orang lain.
Dimana data sekunder berasal dari peristiwa eksperimental dan data yang

25
Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Perspektif Islam, Jakarta. STI,
2009, hlm.1-3.
diperoleh dari buku, jurnal dan artikel online lainnya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang metode
pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi

D. Pembahasan dan Hasil


Strategi Keunggulan Marketing Pada Produk Asuransi Konvensional
1. Keunggulannya dapat dilihat dari konsep asuransi konvensional yang
sesuai dengan undang-undang tentang usaha perasuransian, berbunyi:
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang.
2. Asuransi konvensional memberikan proteksi kepada Nasabah dalam
kurun waktu tertentu.
3. Asuransi konvensional menawarkan berbagai macam waktu
perlindungan kepada para nasabahnya, mulai dari 5, 10, sampai 20
tahun. Produk ini pun cenderung murah karena hanya memberikan
perlindungan pada waktu Anda membayar premi saja.
4. sebagai pemegang Polis akan mendapatkan kebebasan dalam
menentukan jumlah premi yang akan dibayarkan sesuai kemampuan
Anda serta uang pertanggungannya pun cenderung tinggi.
5. Memberikan perlindungan atau proteksi seumur hidup, meskipun
terdapat jangka waktu hingga 100 tahun. Asuransi ini sangat
direkomendasikan bagi Anda yang menginginkan manfaat lebih dari
santunan kematian atau yang memiliki ide tabungan jangka panjang.
6. pemegang Polis akan mendapatkan nilai tunai dari premi yang sudah
dibayarkan pada jangka waktu tertentu. Selain itu, premi asuransi yang
Anda bayarkan tidak akan hangus jika tidak ada klaim dan uang
asuransi akan diberikan seluruhnya saat kontrak berakhir.

Strategi Keunggulan Marketing Pada Produk Asuransi Syariah


1. Strategi keunggulan dilihat pada prinsipnya asuransi syariah adalah
asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastian (gharar), unsur
spekulasi alias perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam
kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa
terbebas dari praktik kezaliman yang merugikannya. Pengoprasian
kegiatan usahanya berdasrkan prinsip-prinsip syariah yang bersumber
dari Al-Quran dan Al-Hadis serta fatwa para ulama terutama yang
terhimpun dalam Majelis Ulama Indonesia. Konsep asuransi syariah
didasarkan pada Al-Quran Surat Almaaidah ayat 2 yaitu Tolong-
menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Berdasrkan konsep tersebut, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (MUI) memberikan pengertian asuransi syariah berdasarkan
pasal 1 ayat 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21/DSN-
MUI/X/2001, yaitu asuransi syariah adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai syariah.
2. Dalam asuransi syariah juga keungulannya dikenal dengan takaful
keluarga (asuransi jiwa), takaful umum (asuransi kerugian) dan
retakaful (reasuransi). Takaful keluarga adalah bentuk asuransi syariah
yang utamanya memberikan layanan, perlindungan dan bantuan
mengenai asuransi jiwa dan keluarga untuk mensejahterakannya
Selanjutnya takaful umum yang merupakan asuransi kerugian
mengenai asuransi risiko pembangunan gedung, motor, musibah, dan
berupa kejadian yang menimbulkan kerugian dan retakaful merupakan
pengembangan dari industri konvensional yang tujuannya sama
dengan syariah.
3. Keunggulan asuransi syariah adalah mengedepankan prinsip keadilan,
transparansi, dan pembagian risiko. Prinsip pembagian risiko yang
dimiliki oleh asuransi Islam akan memperpanjang perlindungan
properti atau kehidupan bagi anggota yang kurang beruntung. Jika
perusahaan asuransi syariah memiliki surplus dana, maka ia dapat
digunakan untuk membayar zakat atau didistribusikan untuk
membantu pembangunan proyek infrastruktur publik, seperti
pembangunan sekolah, rumah sakit, dan hal-hal lain yang diizinkan
oleh hukum Islam. Keuntungan lainnya adalah bahwa produk asuransi
Islam tidak hanya dapat dipasarkan ke komunitas Muslim tetapi juga
non-Muslim.
4. Keunggulan asuransi syariah adalah berinvestasi dalam bidang yang
halal. Selain itu, dalam konteks Indonesia, asuransi syariah wajib
memiliki dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi
kesesuaian praktik perusahaan asuransi dengan ketentuan syariah.

E. Kesimpulan
Kini asuransi lebih dekat pada nilai bisnisnya. Sebagai perusahaan,
baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah, sama-sama
merupakan lemba-ga bisnis, yang artinya memiliki tujuan yang sama yaitu
mencari keuntungan. Keduanya, dengan berbagai cara dan metode,
berupaya mencari sebanyak-banyaknya orang agar menjadi nasabah
mereka.
Dari uraian di atas, sebenarnya keunggulan utama dari asuransi syariah
dan konvensional terletak pada tujuan dan landasan operasional. Dari sisi
tujuan, asuransi syariah bertujuan saling menolong (ta’âwunî) sedangkan
dalam asuransi konvensional tujuannya penggantian (tabâdulî). Dari aspek
landasan operasional, asuransi konvensional melandaskan pada peraturan
perundangan, sementara asuransi syariah melandaskan pada peraturan
perundangan dan ketentuan syariah.
Dari kedua keunggulan ini muncul keunggulan lainnya, mengenai
hubungan perusahaan dan nasabah, keuntungan, memperhatikan larangan
syariah, dan pengawasan. Berkaitan dengan hubungan perusahaan–
nasabah, ini terkait dengan masalah kontrak (akad), di mana dalam
asuransi syariah perusahaan adalah pemegang amanah (wakîl), sementara
dalam asuransi konvensional perusahaan adalah pemilik dana asuransi.
Karena itu, keuntungan asuransi syariah adalah sebagiannya milik
nasabah, sedangkan keuntungan asuransi konvensional seluruhnya
menjadi milik perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amrin, SE., Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan


Persaingan Usaha Bisnis Asuransi dan Bank Syariah Secara Syariah),
(Jakarta: PT. Grasindo, 2007).

Ali Yafie, Menggagas “Fiqih Sosial: Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhuwah”, Cet. 2, Bandung: Mizan, 2004, h. 205-206.

Arafah, Willy, and Lucky Nugroho. 2016. “Maqhashid Sharia in Clean Water
Financing Business Model at Islamic Bank Maqhashid Sharia in Clean Water
Financing Business Model at Islamic Bank.” International Journal of Business
and Management Invention 5(2): 22–32.

Arif Fauzan, “Prinsip Tabarru’ Teori dan Implementasi di Perbankan Syariah” Jurnal
Al-Amwal,Volume8, No. 2Tahun 2016.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia NO: 21/DSN-MUI/X/2001. 2001.


FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001.
http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf (June 23, 2019).

Dewi, “Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di


Indonesia”, Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 146.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 “Tentang Akad


Tabarru’Pada Asuransi Syari’ah”.
Gemala Dewi, “Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2004, hal. 122.

Junaidi Abdullah, “Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah” Tawazun: Journal of


Sharia Economic Law Volume 1, Nomor 1, Maret 2018.

Junaidi “Akad-Akad dalam Asuransi Syari’ah” Institut Agama Islam Negeri Kudus

Latifa M. Algoud dan Mervyn K. lewis, “Perbankan Syariah, Prinsip, Praktek


danProspek”, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 306.

Muhammad Syakir Sula, “Asuransi Syari’ah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional”. (Cet ke-2 .Jakarta: PT. Gema Insani 2004) h. 28.

Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Perspektif Islam, Jakarta. STI, 2009,
hlm.1-3.

Nawawi, I., & Naufal, Z. A.”Fikih muamalah klasik dan kontemporer: hukum
perjanjian, ekonomi,bisnis, dan sosial”. Ghalia Indonesia 2012.
Putra Halomoan Hasibuan, “Analisis Hukum Asuransi Syari’ah dan Asuransi
Konvensional” Yurisprudentia Volume 2 Nomor 1 Juni 2016.

Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010)

Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, “Hukum Ekonomi Islam”, Jakarta, Sinar
Grafika, ,2000, hlm. 79.
Tawazun: “Akad-Akad di Dalam Asuransi Syari’ah” “Journal of Sharia Economic
Law P-ISSN: , E-ISSN: Volume 1, Nomor 1, Maret Institut Agama Islam Negeri
Kudus”.

Widyaningsing dkk, “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Jakarta: Prenada


Media,2005, h. 222.

www.ojk.co.id “Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang


Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah”

Anda mungkin juga menyukai