Anda di halaman 1dari 18

3.

1 SOP TINDAKAN TRIAGE SAAT KEJADIAN BENCANA

KEPERAWATAN PROSEDUR : TINDAKAN TRIAGE SAAT KEJADIAN


UPI KAMDA BENCANA
SUMEDANG
NO. DOKUMEN NO.REVISI/HAL
Keperawatan Gawat Darurat 1/1
dan Manajemen Bencana :
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
DIREKTUR UPI KAMDA
SUMEDANG
PROSEDUR
TETAP 17 September 2020
P
Prof. Dr. Herman Subarjah,
M.Si.
NIP. 196009181986031003
Pengertian Triage adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan
tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
Tujuan Tujuan triage pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya
yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Kebijakan 1.Memilah korban berdasar:
       a. Beratnya cidera
       b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
       c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap
pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.
Pelaksana Dosen/CI/Mahasiswa
Prosedur 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat
dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya.
Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50
orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di
depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi
kode warna dengan melakukan :
 Langkah 1 : Respiration (breathing)
a. Tidak bernafas, buka jalan nafas, jika tetap tidak
bernafas : Hitam
3.1 SOP TINDAKAN TRIAGE SAAT KEJADIAN BENCANA

b. Pernafasan >30x/menit atau <10x/menit : Merah


c. Pernafasan 10-30/menit : tahap berikut :
 Langkah 2 : Cek perfusi (radial pulse) atau Capillary
Refill Test (kuku atau bibir kebiruan) :
a. Bila >2 detik : Merah
b. Bila <2 detik : tahap berikut
c. Bila pencahayaan kurang, cek nadi radialis, bila
tidak teraba/lemah : Merah
d. Bila nadi radialis teraba : tahap berikut
 Langkah 3 : Mental status
a. Berikan perintah sederhana kepada penderita,
jika mengikuti : Kuning
b. Bila tidak dapat mengikuti perintah : Merah
Tindakan yang harus cepat dilakukan :
 Buka jalan nafas, bebaskan benda asing atau darah
(obstruksi jalan nafas)
 Berikan nafas buatan serega jika pasien tidak bernafas
 Balut tekan dan tinggikan jika ada luka
terbuka/pendarahan.
5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan
urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung
diberikan pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila
memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit
lain.
7. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang
memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke
ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan
kategori triase merah selesai ditangani.
8. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat
dipindahkan ke  rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan
untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan
3.1 SOP TINDAKAN TRIAGE SAAT KEJADIAN BENCANA

untuk pulang.
9. Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung
dipindahkan ke kamar jenazah.
Dokumen Terkait
3.2 SOP AMBULANCE

KEPERAWATAN PROSEDUR : AMBULANCE


UPI KAMDA
SUMEDANG NO. DOKUMEN NO.REVISI/HAL
Keperawatan Gawat Darurat 1/1
dan Manajemen Bencana :
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
DIREKTUR UPI KAMDA
SUMEDANG

PROSEDUR 17 September 2020


TETAP P
Prof. Dr. Herman Subarjah,
M.Si.
NIP. 196009181986031003
Pengertian Sarana transportasi untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi
bencana ke sarana kesehatan yang memadai..
Tujuan Untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa
memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang
memadai.
Kebijakan 1. Ambulance digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi
bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS lain.
2. Pada setiap ambulans minimal terdiri dari 2 orang para medik
dan satu pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter).
Pelaksana Dosen/CI/Mahasiswa
Prosedur Saat di Rumah Sakit
A. Kru ambulans harus mulai menyiapkan ambulans untuk
pengiriman berikutnya.
1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien dengan
menggunakan sarung tangan industri.
2. Bersihkan darah, muntahan, dan cairan tubuh lainnya
yang mengering di lantai.
3. Seka perlengkapan apapun yang terkena percikan.
Masukkan handuk yang digunakan untuk membersihkan
darah dan cairan tubuh langsung ke dalam kantung
merah.
4. Buang sampah-sampah seperti bungkus perban, balut
yang sudah dibuka walaupun belum dipakai, dan
barang-barang sejenis.
5. Kain linen dan selimut besar yang kotor dapat dicuci
3.2 SOP AMBULANCE

dan digunakan kembali.


6. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralisir bau
muntah, urin, atau tinja.

B. Siapkan perlengkapan pernafasan.


1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda yang tidak sekali
pakai (non disposable) dengan cara yang benar,
bersihkan pula unit masker bag-valve yang telah
digunakan dan alat-alat pembantu pernafasan lain serta
alat untuk terapi inhalasi untuk mencegah alat-alat
tersebut menjadi tempat perkembangan agen infeksi
yang dapat dengan mudah mengkontaminasi pasien
berikutnya. Lakukan juga disinfeksi untuk unit suction.
2. Letakkan barang-barang sekali pakai yang telah
digunakan ke kantung plastik dan bungkus. Ganti
barang-barang serupa dengan cadangan yang dibawa
dalam ambulans.

C. Ganti barang-barang yang telah digunakan


1. Segera ganti barang-barang yang telah terpakai di
ambulans dengan barang serupa yang diambil dari ruang
logistik rumah sakit berdasarkan prinsip -satu untuk satu
- seperti balut steril, perban, handuk, masker oksigen
sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan
airways (alat bantu jalan nafas) oral.
2. Tukar barang-barang seperti bidai dan spinal board yang
digunakan oleh pasien dengan barang serupa dari ruang
logistik rumah sakit.
3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar, segera periksa
kelengkapan dan fungsi perlengkapan dengan cepat.
Beberapa bagian biasanya hilang atau rusak, biasanya
ketika alat-alat imobilisaasi dilepaskan dari pasien.
4. Jika menemukan bahwa ada bagian perlengkapan yang
rusak atau tidak lengkap, beritahu otoritas rumah sakit
3.2 SOP AMBULANCE

untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat diperbaiki


atau diganti.
Dokumen Terkait
3.3 SOP DEKONTAMINASI KORBAN BENCANA

KEPERAWATAN PROSEDUR : DEKONTAMINASI KORBAN BENCANA


UPI KAMDA NO. DOKUMEN NO.REVISI/HAL
SUMEDANG Keperawatan Gawat Darurat 1/1
dan Manajemen Bencana :
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
DIREKTUR UPI KAMDA
SUMEDANG

17 September 2020
PROSEDUR P
TETAP Prof. Dr. Herman Subarjah,
M.Si.
NIP. 196009181986031003
Pengertian Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang
terkontaminasi. Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi
HBV, HBC dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan
jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan dekontaminasi saat terjadi bencana.
Kebijakan 1. Dilakukan pada korban masal terutama pd korban yg
terkontaminasi bahan kimia.
2. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap
pasien yang datang dan terpapar bahan kimia harus
didekontaminasi sebelum masuk keruangan yang ada di rumah
sakit.
3. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang telah dipersiapkan,
terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan sebaiknya dekat
dengan UGD/IRD .
Pelaksana Dosen/CI/Mahasiswa
Prosedur 1. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan
dekontaminasi, pastikan  korban dalam keadaan stabil atau telah
dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya.
2. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80%
kontaminant)
3. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6
galon air ( 25 ltr air/ 4-5 ember air) dan diperlukan area 22
inches² (66 cm²) per-orang.
4. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh
3.3 SOP DEKONTAMINASI KORBAN BENCANA

korban.
5. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5
% Sodium hypochlorite (HTH chlorine) efektif utk kontaminant
biologi atau kimia.
6. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk
korban masal).
7. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung
kaki (head to toe).
8. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa
dan bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai
ujung kaki.
9. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan
bersih.
10. Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage
(dapat dilakukan triage ulang walaupun sudah dilakukan triage
di lapangan.
11. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat
daruratan korban bencana.
12. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan
rumah sakit.

Catatan:
1. Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera
lakukan dekontaminasi.
2. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan
dari area tindakan, pakaian dibuka dan observasi (medical
evaluation).
3. Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan
prioritas dekontaminasi.
Dokumen Terkait
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

KEPERAWATAN PROSEDUR : TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT


UPI KAMDA KEADAAN BENCANA
SUMEDANG NO. DOKUMEN NO.REVISI/HAL
Keperawatan Gawat Darurat 1/1
dan Manajemen Bencana :
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
DIREKTUR UPI KAMDA
SUMEDANG

PROSEDUR 17 September 2020


TETAP P
Prof. Dr. Herman Subarjah,
M.Si.
NIP. 196009181986031003
Pengertian Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit.
Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam
ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit.
Tujuan Memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa
memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang
memadai.
Kebijakan Sarana transportasi terdiri dari:
1. Kendaraan pengangkut (ambulance)
2. Peralatan medis dan non medis.
3. Petugas (medis/paramedis)
4. Obat-obatan life saving dan life support.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban
bencana adalah:
A. Sebelum Diangkat
1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah
ditanggulangi.
2. Perdarahan telah dihentikan
3. Luka-luka telah ditutup
4. Patah tulang telah difiksasi
B. Selama perjalanan harus dimonitor
1. Kesadaran
2. Pernafasan
3. Tekanan Darah
4. Denyut nadi
5. Keadaan luka
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

Pelaksana Dosen/CI/Mahasiswa
Prosedur Memindahkan pasien ke ambulans
1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau
pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya,
melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia
terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi
yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi
maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum
menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi
diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan
secara manual dan penyangga leher (cervical collar) harus
dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap
berikut
 Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung
pasien.
 Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
 Memindahan pasien ke ambulans
 Memasukkan pasien ke dalam ambulans
5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak
memburuk.
6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera
diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh
balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di
alat pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien
dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah
meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien
dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan
cepat.
8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh,
mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi.
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali


pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang
pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang
atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang
digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di
dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu
misalnya pada penggunaan spinalboard dan hanya bisa
diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance
stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang
yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans
berhenti mendadak.

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi


1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang
sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas
usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu
jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat
pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu
bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah
sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang
mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke
ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan.
Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi
harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya.
Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera
spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk
menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada
pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan
cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi
duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan
8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat


erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat
keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke
ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat
menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang
dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan
menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika
kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,
letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras
sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu
membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan
papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat
mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan
sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan
pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi
sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang
akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki
pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik
pun dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke
ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan
keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan
enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban
dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur
selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain
mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa
alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar
masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal
denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

pasien. Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien
untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di
ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat
mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka
mengunci sabuk pengamannya.
10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau
barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang
tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah
Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja
yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali
menerpa pasien ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan
beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang
simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang
dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang
ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah
hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang
paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap
diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai
perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah
pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan
pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien,
bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan
dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi
menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

Perawatan Pasien selama Perjalanan


1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika
usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum
memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur
tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit.
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan


dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan
termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal
(initial assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar
dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan
emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat
mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign.
Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat
menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan
perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi
segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian
ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan
setiap menit untuk pasien stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan
informasi hasil pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah
Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.
6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda.
Bercakap-cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien
yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk
menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi
dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi
untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa
henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui
adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika
Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di
antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki
resiko tinggi mengalami henti jantung.

Memindahkan Pasien Ke Unit Gawat Darurat


1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan
3.4 SOP TRANSFORTASI PASIEN/HELPER SAAT KEADAAN BENCANA

atas kondisi pasien Anda. Beritahu setiap perubahan kondisi


pasien yang telah Anda amati.
2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan
laporan perawatan pra rumah sakit.
3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit..
Jika benda-benda berharga pasien dipercayakan penuh pada
penjagaan anda, segera serahkan kepada staf UGD yang
bertanggung jawab.
4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah
kepada dokter atau perawat UGD apakah layanan anda masih
dibutuhkan.
Dokumen Terkait
3.5 SOP EVAKUASI KORBAN BENCANA

KEPERAWATAN PROSEDUR : EVAKUASI KORBAN BENCANA


UPI KAMDA NO. DOKUMEN NO.REVISI/HAL
SUMEDANG Keperawatan Gawat Darurat 1/1
dan Manajemen Bencana :
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
DIREKTUR UPI KAMDA
SUMEDANG

17 September 2020
PROSEDUR P
TETAP Prof. Dr. Herman Subarjah,
M.Si.
NIP. 196009181986031003
Pengertian Memindahkan korban/penderita bencana dari lokasi bencana ke tempat
yang lebih aman dan mengusahakan penderita/korban yang masih
bernyawa untuk dapat diselamatkan.
Tujuan Menyelamatkan nyawa penderita/korban yang masih hidup dan
memindahkan penderita/korban yang sudah tidak bernyawa.
Kebijakan 1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa dan kemungkinan
besar dapat diselamatkan.
2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi dan beresiko mati,
lebih baik ditinggalkan terlebih dahulu.
Pelaksana Dosen/CI/Mahasiswa
Prosedur 1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan
pribadi serta membekali diri dengan membawa alat dan obat
untuk pertolongan pertama.
2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis
penyakit,sarana dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses
jalan menuju lokasi bencana.
3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga
rumah sakit dapat mempersiapkan diri.
4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk
korban luka ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di
tempat kejadian atau pos kesehatan lapangan.
5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti
masyarakat umum.
6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS
Polri / RS TNI terdekat.
7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat
3.5 SOP EVAKUASI KORBAN BENCANA

dievakuasi ke pusat rujukan melalui jalan


darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.

Memindah Dan Mengangkat Penderita/Korban


1. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa
hal seperti berapa berat objek, apakah memerlukan bantuan
tambahan dalam mengangkat dsb.
2. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut
dengan rekan anda.
3. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus
dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:
 Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak
pada permukaan dan diposisikan sepanjang lebar bahu.
 Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan
punggung anda untuk mengangkat.
 Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat
gerakan lain selain mengangkat. Usaha untuk berbelok
atau berputar ketika mengangkat merupakan penyebab
utama cedera.
 Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan
mengkompensasi.
 Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda
tetap lurus dan terkunci.
 Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda.
Semakin jauh beban dari tubuh anda, semakin besar
kemungkinan anda cedera.
 Ketika membawa penderita pada tangga, jika
memungkinkan gunakan kursi tangga daripada tandu.
4. Pada saat menjangkau penderita, ada peraturan yang harus
dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:
 Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci.
 Hindari berputar ketika menjangkau.
 Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan
3.5 SOP EVAKUASI KORBAN BENCANA

tubuh anda.
 Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika
diperlukan usaha yang besar
5. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan
yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:
 Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan.
 Jaga punggung tetap lurus/terkunci.
 Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan
menekuk lutut.
 Jaga beban dekat dengan tubuh anda.
 Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari
posisi berlutut.
 Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.
Dokumen Terkait

Anda mungkin juga menyukai