Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sri Ramadhani

NPM : 1906432660
TUGAS-04 ANALISIS KERUSAKAN +LAB

1. Berdasarkan jejak perpatahannya (fracture path), maka perpatahan dibagi menjadi 4


bagian, yaitu:

- Perpatahan ulet (dimple rupture): perpatahan yang terjadi akibat pembebanan yang
berlebihan dimana sebelumnya terjadi penyerapan energi dan deformasi plastis,
perpatahan ini memiliki ciri-ciri seperti adanya permukaan kusam/buram dan
berserat, tegangan geser dominan dan bentuk patahan “cup & cone” 45o.

Gambar 1. Tahapan terjadinya perpatahan ulet pada sampel uji tarik : (a) Penyempitan awal; (b)
Pembentukan rongga-rongga kecil (cavity); (c) Penyatuan rongga-rongga membentuk suatu
retakan; (d) Perambatan retak; (e) Perpatahan geser akhir pada sudut 45°

- Perpatahan getas (cleavage rupture) : Perpatahan yang terjadi diawali dengan


terjadinya retakan secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis
terlebih dahulu dalam waktu yang singkat. Perpatahan ini memiliki ciri-ciri tidak ada
deformasi plastis, dan permukaan terang dan kristalin. Tahapan terjadi perpatah getas
ini ketika material yang diberi pembebanan secara berulang-ulang secara statis
ataupun dinmis yang kemudian menyebabkan material tidak dapat menahan beban
yang lebih dari ketahanannya dan menimbulkan retak yang sangat kecil (initial
crack), kemudian merambat perlahan ke daerah permukaan (crack propagation).
initial crack berkembang menjadi micro crack, perambatan micro crack ini kemudian
membentuk macro crack yang akan berujung failure.

- Perpatahan fatik (fatigue rupture) : Perpatahan yang karena adanya beban dinamik
yang berfluktuasi dibawah yield strength yang terjadi dalam waktu yang lama dan
berulang-ulang. Perpatahan ini memiliki ciri-ciri deformasi plastis sedikit sekali atau
hampir tidak ada, perpatahannya progrsif (berawal dari retak halus yang merambat
akibat beban berfluktuatif) dan ada “beach marks” (deformasi plastis di ujung
retakan). Perpatahan fatigue ini terjadi jika suatu benda menerima beban yang
berulang maka akan terjadi slip. Ketika slip terjadi dan benda berada di permukaan
bebas maka perpindahan sepanjang bidang slip terjadi. Ketika tegangan berbalik, slip
yang terjadi dapat menjadi negatif (berlawanan) dari slip awal, sehingga dapat
mengesampingkan setiap efek deformasi. Deformasi ini ditekankan oleh pembebanan
yang berulang, sampai suatu retak yang dapat terlihat akhirnya muncul retak mula-
mula terbentuk sepanjang bidang slip. Proses terjadinya fatigue ditandai dengan crack
awal, crack propagatin dan patah.

- Perpatahan dekohesif (decohesive rupture) : Perpatahan yang terjadi akibat


pelemahan ikatan pada material, baik sepanjang batas butir atau memotong batas
butir. Pelemahan ini dapat terjadi akibat terdapatnya inklusi, endapan, void dan
hidrogen.

2. Perbedaan inter crystalline dan trans crystalline


- Adapun perbedaannya yaitu perpatahan interkristalin merupakan perpatahan yang
merambat (crack) sepanjang batas butir sehingga terjadi pelemahan pada batas butir
mislanya terbentuk endapan yang getas. sedangkan perpatahan transkristalin adalah
perpatahan merambat (crack) melalui butir.
- Pada perpatahan interkristalin dapat dikelompokkan atas perpatahan ulet dan getas.
Perpatahan ini memiliki permukaan tiga dimensi yang bentuk butir awalnya dapat
dibedakan dengan jelas dan pada perpatahan transkristalin dapat dikelompokkan atas
perpatahan ulet, micro ductile dan getas Pada pematahan ulet terjadi deformasi plastis
dan pematahan terjadi akibat pertumbuhan rongga internal yang bargabung menjadi satu
sehingga terjadi pemisahan sempurna

- Terjadinya perpatahan interkristalin dan transkristalin berkaitan dengan vibrasi atom-


atom pada temperature yang berbeda. dimana pada temperature kamar vibrasi itu berada
dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature
dinaikkan. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi menjadi relative
sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperature di bawah 0°C, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada
saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi relative lebih mudah dan benda uji
menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif rendah.

Transkristalin Interkristalin

3. Perbedaan ductile fracture adalah brittle fracture yaitu


- Patah ulet memiliki deformasi plastis sedangkan patah getas tidak ada deformasi
plastis
- Patah ulet memiliki permukaan kusam/buram dan berserat sedangkan patah getas
permukaan terang dan kristalin
- Patah ulet memiliki waktu untuk terjadinya patah lebih lama sedangkan patah getas
memiliki waktu untuk terjadinya patah lebih cepat
- Patah ulet memiliki pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban sedangkan
patah getas pertumbuhan retakan bisa menyebar secara cepat dan tidak stabil
- Bentuk patahan patah ulet berupa “cup and cone” 45° sedangkan patah getas terdapat
“chevron marks” atau “hearing bone marks
- Dengan pengamatan SEM pada patah ulet terdapat dimple pada permukaan patahan
sedangkan pada patah getas permukaan patahan tegak lurus σ utama.
4. Perbedaan striations dan beach marks adalah
- Ukuran striasi hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron
(SEM/TEM) sedangkan ukuran beach marks dapat dilihat dengan mata kasat mata
(>1000 μ atau 1 mm)
- Striasi mewakili majunya ujung retakan yang bergerak setiap satu siklus pembebanan,
sedangkan beach marks mewakili posisi dari ujung retakan ketika beban siklik
berhenti untuk satu periode tertentu.
- Dalam satu beach mark dapat terdiri dari ratusan atau ribuat striasi
- Striasi merupakan karakteristik utama fatigue pada tahap propagasi, dimana retak
merambat dan meninggalkan tonjolan (ridge, striation) pada permukaan sedangkan
beach marks terjadi deformasi plastis di ujung retakan.

5. Mekanisme tahapan perpatahan fatigue dan gambarnya.


Terdapat 3 tahapan dalam perpatahan fatigue yaitu :
a. Permulaan retak : permulaan retak dimulai dari crack initiation yang terjadi di
permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan di
permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya pembebanan
berulang.
b. Penyebaran retak : penyebaran retak ini berkembang menjadi microcracks.
Perambatan atau perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang
akan berujung pada failure.
c. Patah : perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan
regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.

cyclic slip inisiasi retak perambatan retak perambatan patah akhir


mikro mikro retak makro

Umur awal retak Umur penjalaran retak

Diagram 1. Diagram fase-fase kegagalan fatigue


Gambar 2. Skema penampangan melintang dari kegagalan fatigue tahap I dan II
Pada tahap I (pembentukan awal retak) dan tahap II (penjalaran retak)

Pada tahap I permukaan patahan terdapat stiasi dan permukaan patahan memperlihatkan jenis
patahan trasgranular (memotong butir).

Gambar 3. Tahap retak mikro (tahap I)

6. Pencegahan agar terhindar dari patah fatigue


- Mengurangi tegangan sisa tensile akibat proses manufaktur
- Melakukan surface treatment untuk menghambat terjadinya inisiasi retak pada
permukaan.
- Mencegah perkembangan diskontinuitas pada permukaan selama pemrosesan
- Mengurangi atau mengeliminasi adanya konsentrasi tegangan pada desain komponen

7. Jelaskan mekanisme patahan akibat embrittlment dan beberapa contoh


- Patahan akibat embrittleness terjadi karena terbentuknya fasa atau endapan yang getas
pada material. Terbentuknya fasa atau endapan yang getas ini dapat disebabkan oleh
banyak faktor, seperti lingkungan, pemrosesan, perlakuan panas, dll. Sehingga ketika
material mengalami pembebanan berlebih material akan cepat patah tanpa terjadinya
deformasi plastis. Contohnya seperti :
a. Hydrogen embrittlement: Hydrogen embrittlement merupakan proses penurunan
ketangguhan atau keuletan logam karena kehadiran atom hydrogen. Retak yang
disebabkan oleh kerusakan hidrogen biasanya terjadi di sepanjang batas butir.
b. Tempered embrittlement: penggetasan terjadi akibat terbentuknya karbida atau
nitrida pada saat dilakukan proses tempering. penggetasan ini menjadi sumber
korosi dan kerusakan logam
c. Sigma-phase embrittlement: penggetasan terjadi akibat terbentuknya fasa sigma
yang getas pada ferritic stainless steel.
d. Strain age embrittlement: penggetasan akibat proses aging pada endapan,
sehingga endapan bersifat brittle.
e. Quench age embrittlement: penggetasan disebabkan oleh pendinginan yang cepat
dari suhu di bawah Ac, (suhu di mana austenit mulai terbentuk) ke suhu yang
lebih rendah sehingga terbentuknya endapan karbida.

8. Dalam beberapa kasus, perpatahan material banyak terjadi dan bersifat kompleks, dimana
perpatahan tidak hanya disebabkan oleh satu jenis perpatahan saja. Ada beberapa hal
yang menyebabkan suatu komponen mengalami perpatahan seperti mengalami banyak
jenis pembebanan pada saat penggunaan, penggabungan beban antara beban tarik, tekan,
dan geser membuat munculnya gaya-gaya secara bersamaan, Hadirnya cacat, inklusi,
endapan, segregasi akan mempengaruhi permukaan patahan, material logam yang tidak
homogen yang dapat menjadi penyebab terjadinya perpatahan yang kompleks. dan
material juga tidak bersifat 100% ulet atau getas.
Adapun Contohnya seperti komponen yang mengalami kegagalan akibat penggetasan
hydrogen (hydrogen embrittlement). Penggetasan ini terjadi akibat adanya adsorbsi atom
hidrogen ke dalam material, atom-atom hidrogen ini bergabung menjadi molekul H2 dan
menyebabkan terjadinya regangan lokal. Dengan adanya molekul H2 di dalam material
akan menimbulkan tekanan internal, dan tempat terjadinya inisiasi retak awal. Masuknya
atom hidrogem ke dalam logam (Hidrogen Induced Cracking) akan menyebabkan ductilitas
baja dan kekuatan tariknya menurun, perubahan sifat mekanis dan akan terjadi retak-retak
halus, yang kemudian menjadi besar sehingga mengakibatkan kegagalan. Selain itu,
hadirnya molekul H2 akan menyebabkan terjadinya diskontinuitas di dalam material yang
dapat menyebabkan perpatahan dekohesif. Namun permukaan patahan yang dihasilkan
akan menghasilkan perpatahan getas. Jadi pada kasus kegagalan akibat penggetasan
hidrogen, secara umum terjadi perpatahan dekohesif dan perpatahan getas. kegagalan
getas (brittle failure) yang disebabkan oleh Hidrogen Induced Cracking dapat terjadi pada
skala besar tanpa adanya deformasi plastis ataupun elastic terlebih dahulu dan dapat
terjadi secara tiba-tiba.

Anda mungkin juga menyukai