Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 04

Failure Analysis

1. Jelaskan jenis perpatahan!


Jawab :
Berikut ini jenis-jenis perpatahan yang sering ditemui:
a. Patahan Ulet (ductile)
Terjadi pada material ductile, bentuk patahan cup & cone seperti terlihat pada gambar 1.
Material bersifat ductile/ulet sehingga terjadi perpanjangan/pemuluran terlebih dahulu
sebelum terjadinya patahan atau terjadi deformasi plastis, permukaan kusam/buram dan
berserat, tegangan geser dominan dan bentuk patahan “cup & cone” 45o dengan τmaks, ┴
σnom atau ║ σslip.

Gambar 1. Bentuk patahan ductile


b. Patahan getas (brittle)
Perpatahan terjadi pada material getas/brittle. Bentuk patahan tegak lurus satu sama lain
seperti terlihat pada gambar 2, karena tidak terjadi deformasi plastis. Perpatahan
berlangsung singkat dan bersifat katastropik. bentuk patahan kristalin/terang.

Gambar 2. Bentuk patahan brittle

c. Patahan Fatigue
Patahan fatigue terjadi pada beban berulang/siklus, dimana material terkena beban
berulang di atas batas kelelahannya (di atas fatigue limit). Karena bebannya berulang,
maka bentuk patahan akan terlihat seperti garis ombak atau beach marks secara
berulang, sebelum akhirnya diakhiri dengan patahan brittle yang bersifat katastropik.
Awal terjadinya patahan bisanya diawali dengan satu titik yang kemudian secara
perlahan menjalar seiring beban siklus yang terjadi.

Gambar 3. Bentuk patahan fatigue


d. Patahan decohesive
Perpatahan decohesive disebabkan karena terjadinya pelemahan ikatan pada material,
yang menyababkan terjadinya pathaan pada batas butir atau memotong butir itu sendiri.
Perpatahan jenis ini biasanya disebabkan adanya inklusi atau endapan dalam material
ketika proses manufaktur, selanjutnya setelah diberikan beban terjadi perpatahan akibat
terdapatnya inklusi, endapan, porositas atau bahkan oleh inklusi gas seperti hydrogen,
nitrogen dll.

2. Jelaskan perbedaan klasifikasi “inter & trans-crystalline”!


Jawab :
a. Intercrystalline → perpatahan terjadi pada batas butir
Perpatahannya merambat mengikuti pola batas butir material, disebabkan karena terjadi
pelemahan pada batas butir, seperti adanya endapan yang getas pada salah satu sisi
material. Perpatahan interkristalin dibagi menjadi:
• Perpatahan getas, terjadi akibat penggetasan hidrogen, segregasi, presipitat.
• Perpatahan ulet, umum terjadi akibat creep.
Gambar 4. Jenis perpatahan interkristalin

b. Transcrystalline → perpatahan terjadi melewati batas butir


Perpatahan terjadi melewati butir. Perpatahan ini tidak merambat di batas butir, tetapi
melewati butir/memotong butir.
Berdasarkan jenis perpatahannya, perpatahan transkristalin dibagi menjadi:
• Perpatahan ulet, terjadi akibat terbentuknya mikrovoid
• Perpatahan getas, permukaan patahannya rata
• Perpatahan microductile, dapat disebabkan oleh aus, fatik atau korosi

Gambar 5. Jenis Perpatahan Trans Kristalin


3. Jelaskan perbedaan ciri-ciri patah ulet dan patah getas!
Jawab :
No Faktor Patah Ulet Patah Getas
Pembeda
1 Gambar
patahan

2 Bentuk Terbentuk cup dan cone dengan Ada chevron marks atau hearing
perpatahan sudut 45o. bone marks, kedua bentuk
Permukaan buram/ kusam dan patahan lurus.
berserat. Permukaan terang/kristaslin
Dengan SEM terbentuk dimple
pada permukaan
3 Karakteristik Material ductile atau ulet Material keras
Material
4 Bentuk
grafik Stress
dan Strain

5 Deformasi Ada Deformasi Plastis Tidak terjadi deformasi Plastis


Plastis
6 Tegangan Tegangan geser lebih dominan Tegangan Geser tidak dominan,
permukaan patahan tegak lurus
arah tegangan utama
4. Jelaskan perbedaan dari striasi dan beach marks!
Jawab :
No Faktor Pembeda Striasi Beach Mark
1 Pengertian Karakteristik utama Deformasi plastis di
fatik tahap 2, retak ujung retakan.
merambat dan
meninggalkan tonjolan.
2 Penyebab terbentuk merupakan rambatan terjadi pada bagian
retak akibat sekali retak setelah terhenti.
pembebanan. Satu beach mark bisa
terdiri atas ratusan-
ribuan Striasi
3 Ukuran Kecil, hanya terlihat jika Cukup besar dapat
diamati dengan SEM terlihat secara kasat
mata
4 Gambar

5. Jelaskan mekanisme tahapan perpatahan akibat fatik berikut gambar!


Jawab :

Gambar 6. Mekanisme perpatahan fatik


Perpatahan fatik dapat terjadi dengan 3 tahap, yaitu:
a. Inisiasi Retak: pada tahap ini, terjadi inisiasi retak pada permukaan. Inisiasi retak
umumnya terjadi pada permukaan material karena adanya konsentrasi tegangan, cacat
karena adanya korosi ataupun karena ketidak sempurnaan permukaan.
b. Perambatan Retak: pada tahap ini, awal retak yang terjadi pada permukaan material akan
merambat ke dalam karena adanya pembebanan dinamis. Kecepatan rambatan
tergantung pada besarnya beban. Perambatan retak akan menghasilkan striasi setiap
pembebanan, striasi akan menghasilkan beachmarks.
c. Patahan Akhir: pada tahap ini, material sudah tidak mampu lagi menahan pembebanan
sehingga material akan mengalami patah secara katastropis. Bentuk patahan adalah
perpatahan getas.

6. Jelaskan beberapa pencegahan agar terhindar dari patah fatik!


Jawab:
Untuk menghindari patah fatik dapat dilakukan beberapa tindakan berikut ini:
a. Memastikan tidak terjadi tegangan sisa, cacat atau kerusakan pada permukaan dengan
melakukan inspeksi secara maksimum pada bagian permukaan material.
b. Menghindari terjadinya pemusatan tegangan dengan menghindari sudut tajam pada
permukaan komponen.
c. Mengurangi beban agar tetap di bawah kekuatan batas fatik
d. Melakukan inspeksi rutin terhadap komponen

7. Jelaskan mekanisme patahan akibat perapuhan (embrittleness) & beri beberapa contoh yang
saudara ketahui!
Jawab:
- Patahan perapuhan atau embrittleness umumnya terjadi karea pengaruh lingkungan dari
sekitar komponen/part, selain itu dapat juga terjadi karena masuknya unsur lain atau
inklusi dari unsur lain pada saat proses manufaktur.
- Berikut ini beberapa contoh patahan karena embrittleness:
a. Hydrogen embrittlement: penggetasan terjadi akibat adsorbsi hidrogen ke dalam
material.
b. Strain age embrittlement: penggetasan akibat proses aging pada endapan, sehingga
endapan bersifat brittle.
c. Quench age embrittlement: penggetasan terjadi akibat terbentuknya endapan
karbida.
d. Tempered embrittlement: penggetasan terjadi akibat terbentuknya karbida atau
nitrida pada saat dilakukan proses tempering. Umum terjadi pada baja perkakas.
e. Sigma-phase embrittlement: penggetasan terjadi akibat terbentuknya fasa sigma
yang getas pada ferritic stainless steel.

8. Apakah setiap jenis perpatahan material disebabkan oleh hanya satu jenis perpatahan.
Jelaskan menurut saudara dengan memberikan contoh!
Jawab:
a. Setiap jenis perpatahan/kegagalan tidak selalu hanya didapatkan satu jenis perpatahan.
Karena lebih sering dijumpai perpatahan terjadi karena beberapa faktor sekaligus yang
menyebabkan terjadinya kegagalan.
b. Sebagai contoh kegagalan pada pipa Geothermal berikut ini:
➢ Gambar kejadian :

a. Pipa yang bocor (dalam selubung pipa pelindung)


b. Pipa bagian dalam yang bocor
c. Bagian dalam pipa
➢ berdasarkan analisa komposisi kimia dan analisa aliran fluida di dalam pipa
Analisa aliran fluida dan mekanisme terjadinya korosi karena pengaruh Sulfida dan
Oksida di permukaan dalam pipa

Analisa pergerakan fluida dalam pipa

➢ Berdasarkan kajian di atas, terlihat bahwa penyebab bocornya pipa Geothermal


adalah karena korosi sulfide juga karena adanya pengikisan permukaan dalam pipa
oleh aliran fluida.
Referensi:
Kusmono, & Khasani. (2017). Analysis of a failed pipe elbow in geothermal production
facility. Case Studies in Engineering Failure Analysis 9, 71-77
Memahami Penggunaan Lima-Mengapa (5-Why) untuk Analisa Penyebab Utama

Penggunaan kata tanya megapa/kenapa menjadi salah satu cara untuk mengidentifikasi penyebab

utama suatu persoalan/kegagalan. Hal ini dapat dipakai pada segala macam persoalan. Metode ini

merupakan salah satu rangkaian dengan cara mempertanyakan penyebab suatu kejadian, untuk kemudian

kembali mempertanyakan secara berulang pada tiap hipotesa, untuk selanjutnya dapat ditemukan

penyebab utamanya berdasarkan bukti dan kajian yang lebih komprehensif.

Untuk menggunakan metode ini perlu pernyataan yang merupakan kondisi suatu kejadian, lalu

dibuat pertanyaan mengapa hal itu terjadi. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan pertama tersebut diubah

menjadi pernyataan, untuk kemudian kembali diajukan pertanyaan mengapa kondisi kedua tadi dapat

terjadi. Kemudian jawaban pertanyaan keduanya diubah menjadi yang pertanyaan ketiga dan seterusnya.

Dengan terus menggali lebih dalam lagi terhadap suatu jawaban yang sudah didapat, maka akan diperoleh

hal-hal yang lebih berikutnya dan bisa menjadi jawaban dari permasalahan yang dihadapi.

Membangun why tree memberi Kami kesempatan yang baik dalam penetapan semua masalah yang bisa

saja terjadi sebelum kegagalan terjadi. Jika memang diperlukan maka bisa disesuaikan menjadi 2 atau 3

atau 5. Jika hanya mengajukan satu pertanyaan why saja, kemungkinan tidak akan bisa menemukan akar

masalahnya. Pertanyaan selalu bisa dijawab, tetapi itu tidak berarti bahwa jawabannya benar, atau bahwa

semua penyebab yang diperlukan dari masalah diidentifikasi.

Sebagai contoh, apabila ditemukan sepeda motor kehabisan angin pada bannya. Untuk

memecahkan persoalan tersebut, maka kita dapat mempertanyakan kira-kira apa penyebabnya hingga

sepeda motor tidak dapat dijalankan karena bannya kempes. Beberapa pertanyaanya antara lain seperti

terlihat pada tabel berikut ini:


Ban Kempes

Ban dalam bocor

Ban menginjak Paku Ban sudah tipis Pentil ban rusak

Kesalahan
Jalan melewati lokasi Menginjak ranjau yang Usia ban Sering lewat Kwalitas ban Karet pentil Tutup pentil
saat mengisi
proyek disebar penjahat sudah lama jalan beton buruk getas hilang
angin

Gambar 1. Why-tree untuk mengidentifikasi penyebab ban kempes

Pembuatan “why-tree” di atas bertujuan untuk mempermudah analisa jawaban dan pertanyaan

yang sebelumnya dilontarkan. Selain itu, hal ini juga bertujuan agar jumlah cabang penentuan masalah

utama tidak terlalu banyak dan memakan waktu lama dalam pemecahan masalahnya. Oleh karena itu

sebaiknya dilakukan dengan peristiwa top failure dan mengidentifikasi berbagai penyebab tingkat pertama.

Penggunaan why tree merupakan solusi dari penggunaan why table. Karena penggunaan why table tidak

dapat dilakukan atau akan salah menilai penyebab utama apabila ditemukan dua atau lebih penyebab

kejadian, sementara pada why table hanya mengakomodasi satu jawaban pada satu pertanyaan.

Penggunaan why tree sebagai pengembangan dari 5-why merupakan langkah yang tepat apabila

sudah dapat dibuktikan semua bukti dari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya pada

setiap tingkatan. Namun ada kalanya, terdapat dua faktor yang saling melengkapi satu sama lain, dalam

artian keduanya memiliki peran yang sama dalam menyebabkan kegagalan. Untuk kasus seperti ini, harus

ditelusuri juga kedua jawaban atau kedua penyebab masalah hingga akhirnya dapat ditemukan beberapa

sumber masalah utama.

Metode analisis 5-Why Table akar penyebab adalah sederhana dalam konsep namun

membutuhkan bukti nyata, bahwa logika dan disiplin tinggi dalam penggunaannya. Ada banyak insiden dan

peristiwa yang dapat menyebabkan kegagalan tingkat atas dan selama penyelidikan untuk itu harus

ditemukan terlebih dahulu semua sebab dan akibat cabang ke akar penyebabnya. Jika arah penentuan

dugaannya salah, maka akan sulit untuk diperbaiki hal yang salah tersebut, sehingga penentuan penyebab

utamanya akan sulit untuk dipecahkan.


Untuk itu, jika ingin memecahkan suatu kasus kegagalan makan semua bukti kegagalan harus

disimpan. Jika bukti kegagalan tersebut tidak ditemukan maka langkah analisa perlu dihentikan dan perlu

dilakukan pencarian faktual. Tidak ada gunanya melangkah lebih jauh mencari penyebab kegagalan jika

tidak ada buktinya, karena nantinya penentuan kegagalan hanya berdasarkan spekulasi, pendapat dan

dugaan. Dengan lengkap, bukti dan fakta yang benar, maka seluruh cerita dan analisa kegagalan dapat

mengungkapkan sampai ke akarnya.

Anda mungkin juga menyukai