Anda di halaman 1dari 37

BAB III

TEORI DASAR PIPA TERJEPIT

Pemboran merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan target tertentu.

Untuk mencapai reservoir pahat bor akan menembus berbagai batuan yang ada di

atas reservoir tersebut yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

Suatu pemboran dalam kenyataannya tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan

harapan, berbagai hambatan sering kali terjadi, yang biasanya disebut sebagai

“Hole Problem”. Hambatan-hambatan tersebut sering terjadi dan tentunya dapat

menimbulkan kerugian yang cukup besar. Namun, diharapkan dapat

meminimalisir biaya dengan belajar dari pengalaman dengan penanganan yang

baik.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemboran sumur minyak atau

gas sebagaian besar disebabkan oleh karena gangguan terhadap tegangan tanah

(earth stress) disekitar lubang bor yang disebabkan oleh pembuatan lubang itu

sendiri dan adanya interaksi antara lumpur pemboran dengan formasi yang

ditembus. Tegangan tanah bersama tekanan formasi berusaha untuk

mengembalikan keseimbangan yang telah ada sebelumnya dengan cara

mendorong lapisan batuan kearah lubang bor.

Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan

tegangan tanah dan tekanan pori di satu sisi dengan tekanan lumpur pemboran di

sekitar lubang bor dan komposisi kimia lumpur bor pada sisi yang lain. Setiap kali

keseimbangan ini diganggu maka timbulah masalah-masalah di lubang bor.

8
9

Keberhasilaan suatu operasi pemboran bergantung terhadap beberapa

faktor. Faktor yang dapat mengganggu operasi pemboran, selain pada faktor

formasi, hidrolika pemboran, faktor mekanis dan faktor penggunaan lumpur

pemboran yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan terganggunya operasi

pemboran, sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah pada lubang bor,

seperti runtuh dinding lubang bor akibat ketidakstabilan lubang bor yang dapat

menyebabkan terjadinya stuck dari pipa sendiri maupun alat lainnya yang

diturunkan kedalam lubang bor pada saat pemboran.

Saat dilaksanakan operasional pemboran, bukan suatu hal yang mustahil

bila kita mengalami rangkaian terjepit di dalam lubang. Apabila hal tersebut

terjadi, berkaitan dengan biaya yang sangat besar, permasalahan tersebut harus

segera diselesaikan. Dan apabila usaha untuk membebaskan jepitan tidak berhasil,

bisa dilakukan pemutusan rangkaian dengan back off ataupun cara yang lain.

Setelah memutuskan rangkaian, biasanya akan dilakukan fishing job atau kegiatan

memancing rangkaian yang tertinggal dalam lubang. Untuk melakukan fishing job

atau tidak harus ada parameter yang menjadi acuan, atau berapa lama fishing job

masih diijinkan sebelum diputuskan untuk tinggalkan sumur atau dilakukan side

track

3.1 Pipa Terjepit (Stuck Pipe)

Pipa terjepit adalah keadaan dimana sebagian dari pipa bor atau stang bor

(drill collar) terjepit (stuck) didalam lubang bor. Jika hal ini terjadi, maka gerakan

pipa akan terhambat dan dapat mengganggu kelancaran operasi pemboran.


10

3.1.1 Differential Pipe Sticking

Differential pipe sticking terjadi jika perbedaan antara tekanan hidrostatik

lumpur pemboran dengan tekanan formasi menjadi sangat besar, keadaan seperti

ini terjadi apabila;

§ Menembus formasi yang porous dan permeabel.

§ Lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur jauh melebihi

tekanan formasi

§ Lumpur yang kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal)

Tanda terjadinya differential pipe sticking ini adalah tidak mungkinnya

pipa digerakkan ke atas maupun ke bawah sementara sirkulasi masih berjalan

dengan baik, dimana hal ini diakibatkan karena hanya satu sisi pipa yang

menempel di dinding lubang bor. Ilutrasi mengenai hal ini ditunjukkan dengan

gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Mekanisme Terjadinya Differential Sticking7


11

3.1.2 Jepitan Mekanis (Mechanical pipe sticking)

Terjepitnya pipa secara mekanikal dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Operasional pemboran yang kurang baik

2. Runtuhan Formasi (Hole Pack Off)

3. Lubang bor mengecil

a. Operasional Pemboran yang Kurang Baik

Pipa terjepit secara mekanis ini dapat dibedakan dan dapat disebabkan

oleh beberapa hal seperti tersebut di bawah ini :

1. Undergauge Hole

Jepitan jenis ini terjadi disebabkan karena pemakaian bit yang sudah

terlalu aus dan tidak cepat diganti yang akan menyebabkan ukuran lubang bor

lebih kecil dari seharusnya, sehingga bila bit yang baru dimasukkan akan terjepit

di daerah undergauge tersebut. Ilustrasi mengenai hal ini ditunjukan dengan

gambar dibawah ini :

Gambar 3.2

Pipa Terjepit Karena Adanya Undergauge Hole9


12

2. Adanya Junk

Jepitan jenis ini terjadi karena adanya bagian-bagian kecil (junk) dari

peralatan bawah permukaan (downhole equipment) yang jatuh atau benda-benda

kecil dari lantai pemboran yang jatuh dan akan menyebabkan drill string terjepit

pada saat ditarik ke atas (pulled out). Jepitan jenis ini lebih sering dijumpai di

dalam casing daripada di lubang terbuka (open hole).

Gambar 3.3

Pipa Terjepit Karena Adanya Junk9

3. Adanya Green Cement

Jepitan jenis ini terjadi bila drill string menembus semen yang belum

mengeras yang disebut dengan green cement. Dengan adanya tekanan dari drill

string menyebabkan semen akan mengeras lebih cepat. Hal ini akan
13

mengakibatkan drill string terjepit secara permanen. Ilustrasi mengenai hal ini

ditunjukkan dengan gambar dibawah:

Gambar 3.4

Pipa Terjepit Karena Adanya Green Cement9

4. Adanya Collapsed Casing,

Jepitan jenis ini terjadi bila gaya yang ditimbulkan oleh formasi melebihi

collapsed strength dari casing. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pada desain

casing atau terjadinya korosi yang akan mengurangi collapsed strength dari

casing. Ilustrasi mengenai hal ini dibawah ini:

Gambar 3.5

Pipa Terjepit Akibat Adanya Collapsed Casing9


14

5. Sudut kemiringan lubang bor yang relatif tinggi sehingga menyebabkan batuan

yang ditembus tidak bisa menahan beban batuan di atasnya dan runtuh.

6. Pemboran dilakukan di sekitar daerah patahan (fault zone), dimana pada daerah

ini serpih dan gamping dapat rekah secara alami dan jatuh pada lubang bor,

terutama lubang miring sehingga akan mengakibatkan terjepitnya pipa.

b. Gugurnya Formasi (Hole Pack Off)

Pipa dapat terjepit dikarenakan dinding lubang bor yang runtuh (caving)

yang mengisi annulus antara pipa dan dinding lubang bor. Runtuhnya formasi

atau yang dapat disebut sebagai Hole Pack Off merupakan gugurnya formasi yang

mengakibatkan tertutupnya lubang bor yang diakibatkan oleh runtuhan. Hal ini

biasanya terjadi pada formasi yang didominasi oleh lapisan shale yang

mempunyai sifat tekanan tinggi dan shale yang reaktif. Dinding lubang yang

runtuh dapat disebabkan oleh:

1. Formasi yang kurang kompak dan rapuh (pasir lepas, batu bara, dan barite

shale)

2. Tekanan hidrostatik lumpur yang terlalu kecil, dan

3. Shale yang sensitif air.

Pipa terjepit karena runtuhan dinding lubang diketahui tanda-tanda

sebagai berikut:

a. Rangkaian tidak bisa digerakkan, diputar dan diangkat

b. Cutting yang keluar bertambah banyak;


15

c. Cutting yang keluar besar dan bentuknya pipih;

d. Tekanan pompa lumpur naik secara mendadak; dan

e. Torsi naik.

Ilustrasi mengenai hal ini ditunjkan dengan gambar dibawah:

Gambar 3.6

Pipa Terjepit Karena Adanya Runtuhan Formasi9

c. Lubang Bor Mengecil

Pipa terjepit dapat disebabkan karena lubang bor mengecil. Peristiwa ini

biasanya terjadi pada formasi shale. Shale yang sensitif dengan air adalah shale

yang mempunyai mineral clay jenis natrium montmorillonite. Mineral ini akan

menghisap air tawar, sehingga ikatan antar partikel menjadi lemah dan

mengembang. Tekanan overburden menyebabkan lapisan shale akan bergerak ke

arah lubang bor dan menyebabkan terjadinya sumbat cincin. Sumbat cincin adalah

peristiwa dinding lubang bor mengelilingi pipa sehingga pipa tidak dapat diangkat

dan diturunkan.
16

Tanda-tanda pipa terjepit karena sumbat cincin adalah sebagai berikut :

1. Torsi naik karena terjadi gesekan dengan dinding lubang.

2. Tekanan pompa naik disebabkan aliran lumpur di annulus sudah tertutup.

3. Rangkaian tidak bisa diangkat, rangkaian mungkin bisa diangkat untuk

panjang tertentu, tetapi selanjutnya akan terjepit karena tool joint drill pipe

atau drill collar tersebut.

3.1.3 Key Seating

Pipa terjepit karena key seat terjadi pada saat mencabut rangkaian. Tool

joint drill pipe akan menyangkut pada lubang key seat sehingga rangkaian tidak

bisa dicabut.

Pipa terjepit karena key seat disebabkan karena adanya dog leg. Dog leg

adalah lubang bor membelok secara mendadak atau dengan kata lain terjadi

perubahan sudut kemiringan lubang dan sudut arah lubang secara mendadak. Drill

pipe akan mengikis lubang yang bengkok secara mendadak tersebut, sehingga

terbentuk lubang yang penampangnya seperti lubang kunci (key seat). Waktu

sedang melakukam pemboran terlihat ada kenaikan torsi, karena drill pipe

mengikis dinding lubang yang bengkok. Pada waktu mencabut rangkaian terjadi

sangkutan saat drill collar sampai di daerah key seat.

Penyebab dog leg bisa diakibatkan karena faktor formasi (perubahan

kekerasan, kekerasan, kemiringan lubang yang ditembus dari formasi bergoa-


17

goa), dan umumnya terjadi pada sumur berarah (directional).

3.2 Penyebab Terjadinya Pipa Terjepit

Penyebab terjadinya pipa terjepit diakibat beberapa faktor diantaranya:

1. Aspek Formasi

2. Aspek Lumpur Pemboran

3.2.1 Aspek Formasi

Formasi yang biasanya ditembus saat proses pemboran adalah claystone

dan sandstone. Sebagai reservoir, claystone merupakan batuan lunak yang akan

mengembang jika terhidrasi oleh air. Swelling atau pembengkakan dapat

memungkinkan pipa akan terjepit di dalam formasi karena dapat menyebabkan

terjadinya formasi runtuh. Sebagai reservoir, sandstone merupakan batuan yang

sifatnya lebih keras daripada clay, namun formasi ini juga mudah runtuh. Dengan

sifatnya yang mudah runtuh tentu hal terebut dapat memungkinkan pipa terjepit

saat dilakukan operasi pemboran.

3.2.2 Aspek Lumpur Pemboran

Drilling Fluid atau lumpur pemboran adalah suatu fluida yang digunakan

pada saat pengeboran yang yang dapat berfungsi pada saat berlangsungnya

pemboran yang berhubungan dengan sifat fisik lumpur.

a. Fungsi Lumpur Pemboran

Fungsi fluida pemboran atau lumpur pemboran yang umum adalah:


18

1. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan

Dalam melakukan pemboran serbuk bor (cutting) dihasilkan dari

pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan dari dalam lubang bor. Apabila

serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor

didasar lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya

pipa oleh serbuk bor. Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai

kemampuan untuk mengangkatnya. Kemampuan serbuk bor untuk terangkat

hingga kepermukaan tergantung yield point lumpur itu sendiri. Jika lumpur sudah

memiliki yield point yang memadai maka dengan melakukan sirkulasi serbuk bor

dapat terangkat keluar bersama–sama dengan lumpur untuk dibuang melalui alat

pengontrol solid berupa shale shaker, desander, mud cleaner, dan centrifuge.

2. Mendinginkan dan Melumasi Pahat

Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka

panas itu harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas

kepermukaan. Semakin besar ukuran pahat, semakin besar juga aliran yang

dibutuhkan. Kemampuan melumasi dan mendinginkan pahat dapat ditingkatkan

dengan menambahkan zat - zat lubrikasi (pelincir) misalnya minyak, detergent,

grapite, asphalt dan zat surfaktan khusus, serbuk batok kelapa bahkan bentonite

juga berfungsi sebagai pelincir karena dapat mengurangi gesekan antara dinding

dan rangkaian bor.

3. Membersihkan Dasar Lubang ( Bottom Hole Cleaning )

Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir

melalui corot pahat (bit nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga
19

dasar lubang dan ujung - ujung pahat menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor.

Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran.

Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur

yang kuat kedasar lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus

memperhitungkan kekuatan formasi atau daya kemudahan formasi untuk dibor

(formation drillability). Jika laju sembur terlalu besar pada formasi yang lunak,

dan akan mengakibatkan pembesaran lubang (hole enlargement) karena kikisan

semburan. Sedangkan pada formasi keras akan terjadi pengikisan pahat dan

menyia–nyiakan horse power.

4. Melindungi Dinding Lubang Bor agar Tetap Stabil

Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake)

pada dinding lubang sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalangi masuknya

fluida (filtrat) kedalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi

koloid dari lumpur bertambah, misalnya dengan menambahkan attapulgite atau

zat kimia yang dapat meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan

menambahkan zat–zat polimer sehingga viskositas dari filtrat (air tapisan)

meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi akan

berkurang.

5. Menjaga atau Mengimbangi Tekanan Formasi

Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat

dari kolom lumpur yang terdiri dari fase air, partikel - partikel padat lainnya

cukup memadai untuk mengimbangi tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai

daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi pemberat khusus (misal :


20

XCD-polimer) yang mempunyai berat jenis tinggi untuk menaikkan tekanan

hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga tekanan

formasi. Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang

digunakan.

Didalam operasi pemboran perhitungan tekanan formasi dilakukan untuk

mengetahui berapa besaran berat lumpur yang harus digunakan agar mendapat

perbedaan tekanan yang tidak terlalu besar. Selain itu, hal ini dilakukan untuk

meminimalisir masalah pemboran yang dapat terjadi khususnya pada masalah

terjepitnya pipa. Perhitungan tekanan formasi dapat dilihat pada persamaan

dibawah ini:

𝑃𝑓 = 𝐺 𝑥 𝐷𝑒𝑝𝑡ℎ ............................................................................................ (3.1)

Dimana : Pf = Tekanan formasi, psi

G = Gradien tekanan formasi normal, 0.433 psi/ft

Secara hidrostatis, untuk keadaan normal sama dengan tekanan kolom

cairan yang ada dalam dasar formasi sampai ke permukaan. Bila isi dari kolom

yang terisi berbeda cairannya, maka besarnya tekenan hidrostatisnya pun berbeda.

Untuk kolom air tawar diberikan gradien tekanan hidrostatik sebesar 0.433 psi/ft

dan untuk kolom air asin gradien hidrostatiknya sebesar 0.456 psi/ft.

6. Menahan Cutting atau Serbuk Bor jika Sirkulasi di Hentikan

Kemampuan lumpur bor untuk menahan serpih bor pada saat tidak ada

sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah

suatu sifat fluida thixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan

mengagar jika didiamkan (static condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk
21

atau digerak - gerakkan. Sifat pengapungan atau penahan serpih didalam lumpur

sangat diinginkan untuk mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau

menumpuk di anulus yang akan memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit.

Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur

tidak membutuhkan tekanan awal yang terlalu besar.

7. Media Logging

Lumpur bor berperan dalam membatu mendapatkan data-data tentang

formasi dengan kontinyu memberikan sample serpih/serbuk bor yang sesuai

dengan kedalamannya dan tetap menahan serbuk bor didalam lumpur jika

sirkulasi dihentikan, sehingga analisa lithologi formasi dapat dilakukan dengan

akurat.

8. Menunjang Berat dari Rangkaian Bor dan Selubung

Dengan bertambahnya kedalaman, berat yang harus ditahan oleh alat

permukaan menjadi semakin besar. Dengan adanya bouyancy effect dari lumpur

akan menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil sehingga dengan

kemampuan yang ada mampu melakukan pengeboran yang lebih dalam. Faktor

yang mempengaruhi dalam hal ini adalah berat jenis dari lumpur.

9. Menghantarkan Daya Hidrolika ke Pahat

Daya hidrolika lumpur harus ditentukan didalam membuat program

pengeboran sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan dihitung

sedemikian agar pendayagunaan tenaga (power) menjadi optimal untuk

membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor. Kemampuan untuk

membersihkan serbuk bor dari bit itu didapat karena adanya tenaga hidrolik yang
22

harus disalurkan dari permukaan menuju bit melalui media lumpur yang disebut

sebagai Bit Hydraulic Horsepower.

10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi

Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen

CO2, dan H2S. Juga karena pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam -

garam di dalam. Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas, ke dalam lumpur

dapat ditambahkan bahan-bahan pencegah korosi atau diusahakan untuk

mencegah pencemaran yang terjadi.

b. Sifat Fisik Lumpur Pemboran

Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah

berada dalam kondisi yang baik sehingga operasi pemboran dapat berlangsung

dengan baik. Hal ini dapat dicapai apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga

secara kontinyu dalam setiap tahap operasi pemboran. Selain hal tersebut di atas

pengukuran dan pengamatan sifat - sifat kimia juga harus dilakukan dengan

seksama.Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sifat-sifat lumpur

pemboran. Adapun sifat-sifat fisik lumpur pemboran yang perlu diketahui

diantaranya:

1. Berat Jenis atau Densitas Lumpur

Berat jenis penting didalam pengontrolan tekanan, mencegah gugurnya

formasi, hilangnya aliran, dan mengontrol semburan liar. Berat jenis lumpur harus

dijaga agar dapat memberikan tekanan hidrostatik yang cukup untuk mencegah

masukanya cairan formasi ke dalam lubang bor, tetapi tekanan tersebut jangan
23

terlalu besar, karena formasi akan pecah dan lumpur akan masuk ke dalam

formasi. Tekanan hidrostatik lumpur di dasar lubang akan mempengaruhi

kemampatan dari pada formasi di bawahnya yang akan di bor. Semakin besar

tekanan hiodrostatik lumpur maka lapisan akan semakin mampat di lapangan

pengeboran pengukuran berat jenis lumpur dapat diukur dengan

menggunakan mud balance.

Tekanan hidrostatik didefinisikan sebagai tekanan yang dihasilkan oleh

True Vertical Depth (TVD) dengan densitas tertentu. Ukuran dan bentuk kolom

fluida ini tidak berpengaruh pada besarnya tekanan hidrostatik namun sangat

bergantung pada nilai densitasnya. Tekanan hidrostatik dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

𝑃ℎ = 𝑇𝑉𝐷 𝑥 𝑀𝑊 𝑥 0.052 ............................................................................... (3.2)

Dimana : Ph = Tekanan hidrostatik lumpur, psi

MW = Densitas lumur, ppg

TVD= Kedalaman vertikal, ft

Menurut persamaan di atas, hanya True Vertical Depth (TVD) dan

densitas lumpur yang mempengaruhi besar tekanan hidrostatik.

Perbedaan tekanan yang terjadi anatara tekanan hidrostatik lumpur dengan

tekanan formasi didalam pemboran merupakan peranan penting untuk mengetahui

aspek penyebab terjadinya pipa terjepit. Analisa perbedaan tekanan dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tekanan antara tekanan hoidrostatik


24

lumpur dengan tekanan formasi. Selain itu analisa perbedaan tekanan juga dapat

mengukur besarnya densitas fluida pemboran yang dapat digunakan untuk

mengurangi perbedaan tekanan dan mencegah terjadinya pipa terjepit.

Perhitungan perbedaan tekanan dapat dilihat pada persamaan dibawah ini

∆𝑝 = 𝑃ℎ − 𝑃𝑓 ................................................................................................. (3.3)

Dimana : ∆𝑝 = Perbedaan tekanan, psi

Ph = Tekanan hidrostatik, psi

Pf = Tekanan formasi, psi

2. Viskositas

Viskositas menyatakan kekentalan dari lumpur bor, dimana viskositas

lumpur memegang peranan dalam pengangkatan serbuk bor. Bila lumpur tidak

cukup kental maka pengangkatan serbuk bor kurang sempurna dan akan

menyebablan serbuk bor tertinggal di dalam lubang bor.

3. Plastic Viscosity

Plastic Viscosity suatu tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh

adanya gesekan - gesekan antara padatan di dalam lumpur, padatan cairan dan

gesekan antara lapisan cairan dimana plastic viscosity merupakan hasil torsi dari

pembacaan pada alat viscometer.

4. Yield Point

Yield point adalah mengukur gaya elektrokimia antara padatan - padatan,

cairan - cairan, cairan - padatan pada zat kimia dalam kondisi dinamis yang
25

berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan serpihan, kehilangan tekanan dan

kontaminasi.

5. Apparent Viscosity

Apparent Viscosity adalah keadaan dimana fluida non newtonian pada

shear rate tertentu seolah – olah mempunyai kekentalan (viskositas) seperti pada

fluida newtonian.

6. Gel Strength

Gel Strength pada saat sirkulasi dihentikan maka lumpur akan menjadi gel.

Hal ini disebakan adanya gaya tarik – menarik antara partikel – partikel padatan

lumpur, daya inilah yang disebut gel strength. Pada saat sirkulasi berhenti lumpur

harus mempunyai gel strength yang dapat menahan serbuk bor tidak jatuh ke

dasar lubang. Apabila gel strength terlalu besar maka akan mengakibatkan kerja

pompa terlalu berat untuk memulai kembali sirkulasi.

3.3 Ketidakstabilan Lubang Bor

Ketidakstabilan lubang bor adalah tidak stabilnya lubang bor yang

disebabkan oleh sifat fisik atau sifat kimia lumpur yang tidak sesuai untuk formasi

batuan yang ditembus. Ada beberapa sebab terjadinya, pertama disebabkan oleh

pada lapisan tertentu terdapat kandungan yang mengandung Na+ (garam) yang

bercampur denga air sehingga menghasilkan swelling clay atau pengembangan

shale pada lapisan tertentu sehingga dinding lubang bor gugur (sloughing) dan

dapat mengakibatkan terjepitnya pipa bor. Selain dari faktor formasi tersebut,

penggunaan lumpur yang tidak tepat juga dapat menyebabkan hole problem ini.
26

Peggunaan densitas lumpur yang tidak mencukupi atau terlalu kecil untuk formasi

batuan dapat mengakibatkan lubang bor runtuh, hilangnya lumpur (mud loss),

bertambahnya besar lubang bor dan merekahnya formasi batuan, sehingga lubang

bor tersebut berbentuk simestris.

Kerugian dari ketidakstabilan lubang bor ini dapat menyebabkan pipa

terjepit (stuck pipe), dikarenakan swelling clay, runtuhan dinding lubang, maupun

batuan formasi atau cutting (serpih bor) yang mengendap dan menutup annulus.

Hal tersebut menyebabkan pemboran terhambat, pekerja cementing menjadi tidak

baik dan besarnya biaya pemboran.

Berikut ini adalah ketidakstabilan lubang bor yang dapat menyebabkan

stuck pipe:

3.3.1 Runtuhan (Caving)

Caving adalah runtuh atau gugurnya dinding lubang bor yang diakibatkan

oleh tekanan hidrostatik lebih kecil daripada tekanan formasi dan efek mekanikal

yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

• Ukiran butiran lebih besar dari cutting, berupa pecahan tajam, dengan volume

yang banyak

• Pada saat bor terjadi perubahan Torque dan Drag yang tidak stabil

• Kenaikan tekanan pompa

• Kenaikan berat jenis lumpur


27

3.3.2 Shloughing Shale

Sloughing shale adalah peristiwa gugurnya shale yang diakibatkan oleh

tekanan hidrostatik lebih kecil dari pada tekanan formasi, ditandai dengan adanya

salah satu atau lebih dari ciri berikutnya :

• Ukuran butiran cutting lebih pipih dan tajam

• Kenaikan Torque dan Drag

• Kenaikan tekanan pompa

• Kenaikan berat jenis lumpur

3.3.3 Reactive Shale

Reactive shale adalah formasi shale yang bila becampur dengan lumpur

berbahan air tawar (water base mud), clay akan menyerap air tersebut dan akan

mengembang (swelling) sehingga lubang bor akan menyempit, dan akan

mengakibatkan pipa terjepit. Tipe shale seperti ini termasuk wet shale dimana

mempunyai sifat plastic yang akan membentuk gumpalan-gumpalan lumpur atau

lebih dikenal dengan gumbo.

Reactive shale ditandai dengan adanya salah satu atau lebih dari ciri

berikutnya :

• Viscosity, PV dan YP meningkat

• Kenaikan tekan pompa, Torque dan Drag

• Kenaikan MBT (Methyl Blue Test)


28

3.3.4 Formasi yang Tidak Kompak

Formasi ini akan runtuh pada dinding lubang bor karena tidsk cukup

terbentuknya mud cake sehingga sebagian besar dari permukaan dinding lubang

bor di formasi tersebut akan jatuh menyumbat lubang.

Unconsolidated formation ini terjadi pada formasi yang tidak kompak dan

gravel. Tekanan hidrostatik lmpur yang tidak mencukup, menyebabkan dinding

mudah lepas dan runtuh. Mudah lepasnya dinding lubang bor tersebut dapat

mengakibatkan jepitan pada rangkaian pipa, sehingga operasi pemboran dapat

terhambat. Indikasi terjadinya unconsolidated formation dapat diketahui dengan

cara :

• Kenaikan Torque dan Drag

• Kenaikan tekana pompa yang fluktuatif dan sirkulasi lumpur terhambat

• Cutting berlebihan dan adanya caving

3.4 Fishing Job

Dalam kenyataannya pemboran sumur tidak selalu lancar. Sering terjadi

hambatan, antara lain pipa bor terjepit, pipa bor patah, pahat lepas, ada kunci atau

gigi slip jatuh kedalam lubang bor dan sebagainya. Pipa yang terjepit harus dapat

dibebaskan, barang yang jatuh harus dapat diambil. Pekerjaan mengatasi

hambatan ini biasa disebut sebagai pemancingan (Fishing job), dan alatnya

disebut sebagai alat pancing (Fishing tools). Tidak semua pemancingan berhasil,

dua kondisi pemancingan yang mempunyai banyak kemiripan, namun bisa saja

yang satu berhasil sedangkan lainnya tidak. Pemancingan selalu menimbulkan


29

kerugian. Meskipun pemancingan mungkin dapat berhasil, namun paling tidak

sudah menimbulkan kerugian berupa waktu mati yang sangat besar nilainya.

Lebih lagi kalau pemancingan tidak berhasil, berarti harus mengorbankan

sebagian pipa bor atau bahkan sumurnya sendiri. Bila pipa bor yang terjepit tidak

dapat dilepas, maka mungkin terpaksa dipotong dan kemudian dipancing.

3.4.1 Jenis Fishing Job

Ada bermacam-macam jenis ikan (Fish) yang terdapat didalam lubang bor.

Jenis, ukuran, kekuatan atau compression stress dan tension failure alat-alat yang

akan dipancing tersebut serta bentuknya dapat bermacam-macam bergantung dari

situasi serta penyebab dari adanya ikan tersebut :

1. Pipa bor (DP) atau pahat (Bit) terjepit.

2. Pipa bor (DP) lepas atau patah.

3. Pahat terlepas seluruhnya atau sebagian terjatuh kedalam lubang bor.

4. Pipa selubung (casing) terjepit, pecah atau lepas.

5. Kabel swab, kabel logging atau kabel REDA yang putus.

6. Peralatan atau benda-benda lainnya yang terjatuh kedalam lubang bor

Jenis, ukuran, bentuk ikan, situasi dan kondisi lubang bor. Pada proses

fishing tersebut, akan banyak menentukan cara pemancingan serta alat yang

diperlukan.

3.4.2 Identifikasi Permasalahan Terjadinya Fish Job

Sebelum kita mulai operasi pembersihan lubang bor dari ikan atau fish
30

yang tertinggal maka kita harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari

ikan tersebut serta kajian kenapa fish tersebut bisa terjadi kejadian seperti itu.

Sebagai contoh, pipa bor terjepit sebelum atau dalam pembebasan, perlu

diketahui ukuran pipa, ukuran lubang bor, tempat jepitan, sebab pipa bisa terjepit

dan seterusnya. Contoh lain, pipa bor patah dan tertinggal dalam lubang bor maka

perlu diketahui ukuran pipa, ukuran lubang bor, serta berapa yang tertinggal,

bagaimana bentuk patahan, lokasi terjadinya patahan, apakah lubang bor miring

dan lain sebagainya.

3.4.3 Penyebab terjadinya Fishing Job :

1. Faktor Manusia (Human Error).

2. Open Hole Testing.

3. Kegagalan Mekanis (Mechanical Failures).

• Kegagalan pompa (pump failures).

• Kegagalan peralatan pengangkat.

• Kegagalan peralatan bawah permukaan.

4. Faktor Formasi.

5. Faktor Deviation, Dogleg dan Crooked hole.

1. Faktor Manusia ( Human Error)

Contoh yang umum dari kesalahan manusia adalah menjatuhkan hammer,

crowbar, tong jar, petol wrench atau beberapa peralatan-peralatan kecil lainnya

kedalam lubang sumur. Hal ini jelas menjadi penyebab pekerjaan memancing

(fishing job).
31

2. Open Hole Testing

Open Hole Testing mempunyai resiko terbesar dari terjepitnya pipa dan

berakhir dengan pekerjaan memancing (fishing job) selama dilakukan

pengujian sumur lubang terbuka (open hole testing). Di tempat itu, dimana

pengetesan alat-alat dapat / bisa tertinggal dan pada formasi yang sedang

dilakukan pengujian untuk waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan

peralatan-peralatan pemboran menjadi terjepit.

3. Kegagalan mekanis (Mechanical Failures)

a. Kegagalan pompa (Pump Failures)

Pada umumnya masalah mekanis yang banyak terjadi adalah kegagalan

pompa. Hal ini banyak menimbulkan masalah dalam proses operasi pemboran

sehingga kemungkinan untuk dilakukannya fishing job besar sekali.

b. Kegagalan Peralatan Pengangkatan (Hoisting Equipment Failures)

Salah satu masalah mekanis serius yang banyak terjadi adalah kegagalan

peralatan pengangkat. Salah satu contoh dari masalah-masalah tersebut adalah

putusnya drilling line, gagalnya crown block atau traveling block, sistem

pengereman dari drum draw works. Hal-hal tersebut sangat membahayakan,

karena dapat mengakibatkan jatuhnya peralatan pemboran ke dalam sumur yang

dapat berakhir dengan pekerjaan memancing (fishing job) dan menimbulkan

resiko yang sangat besar bagi para pekerja. There is no excuse for dropping the

blocks.

c. Kegagalan Bawah Permukaan ( Down Hole Failures)

Kegagalan bawah permukaan mencangkup hilangnya cone dari bit,


32

putusnya pipa pemboran, kegagalan pipa mekanis peralatan-peralatan bawah

permukaan, washed out tools joints, cracked pins dan split boxes. Semua

perlengkapan rig seharusnya diberikan perawatan dengan hati-hati sekali,

kekurangan-kekurangannya harus di inspeksi dan dilengkapi dan mengoperasikan

perlengkapan-perlengkapan rig harus pada batas design yang telah dianjurkan.

4. Faktor Formasi

Shale sangat penting dan special karena lebih dari 50% pemboran berada

di lapisan shale ini. Kemungkinan persentase terbesar penyebab hole problem dan

fishing jobs biasanya terjadi karena formasi ini. Seperti masalah sloughing shale

dan swelling clay.

5. Deviation, Dogleg dan Crooked

Masalah yang paling sulit biasanya disebabkan oleh pembelokan lubang,

dogleg, dan kondisi lubang yang berbelok-belok (crooked hole) selama pemboran.

Masalah yang terjadinya biasanya key seats, wall sticking, meningkatnya drag dan

torque, accidental side tracking, pembersihan lubang, stabilitas lubang, kesulitan

pada saat running drill string dan cementing casing dan pengunaan casing ketika

pemboran dalam.

Masalah juga bisa terjadi selama proses produksi sumur, termasuk casing,

tubing dan penggunaan rod pada peralatan pengangkatan buatan (artificial lift).

3.4.4 Alat – alat Pembebasan Fishing Job

Jenis-jenis alat pancing tidak banyak berubah dalam beberapa tahun

terakhir ini. Yang terjadi adalah perbaikan dalam mutu bahan, serta perubahan
33

dalam modelnya. Alat pancing dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Alat pancing untuk pipa dari luar adalah Die Collar, Overshoot.

2. Alat pancing untuk pipa dari dalam adalah Taper Tap, Spear .

3. Alat pancing benda kecil : Fishing Magnet, Junk Basket, Reverse Circulation

Junk Basket

4. Alat pancing kabel : Cable Spear

5. Alat pemukul : Bumper Sub

a. Die Collar

Die Collar adalah alat pancing berupa potongan pipa yang didalamnya

mempunyai ulir. Pada ujung bawahnya biasanya mempunyai bentuk seperti gigi

Alat ini diturunkan dengan pipa bor, diputar pada pipa atau ikan yang akan

ditangkap. Die collar sekarang jarang dipakai, sebagai gantinya dipakai Overshot.

Gambar 3.7

Die Collar14
34

b. Overshot

Overshot merupakan alat untuk menangkap pipa dari luar. Bagian dalam

dari badan overshot berbentuk tirus menyempit kebawah. Bagian penting di dalam

overshoot adalah grapple, yang bagian dalamnya mempunyai gigi (slip),

sedangkan bagian luarnya berbentuk tirus yang sesuai dengan tirus pada badan

overshot. Apabila overshot diturunkan kedalam lubang bor dan menangkap ikan

berupa patahan pipa, maka pipa akan dapat masuk kedalam overshot sampai ikan

mencapai top sub. Saat ini grapple masih dalam keadaan longgar. Bila tiba-tiba

overshot diangkat, maka grapple akan terjepit didalam badan overshot, dan

selanjutnya grapple akan menjepit ikan.

Gambar 3.8

Overshot15
35

c. Taper Tap

Taper tap adalah alat pancing untuk memancing pipa dari dalam, terutama

pipa tubing dan casing. Taper tap bus sudah masuk kedalam ikan, diputar dan

ditekan akan membuat ulir dan menangkap ikan. Tetapi seperti halnya pada die

collar, taper tap ini susah dilepas kembali. Taper tap sekarang tidak dipakai lagi.

Selanjutnya yang dipakai adalah Pipe Spear, Ada maca-macam spear, namun

kesamaannya adalah pada kamponen utamanya terdapat gigi (slip) pada bagian

luar. Pada waktu turun slip ini dalam keadaan longgar, dan dapat dinaikkan atau

diturunkan kedalam ikan. Namun bila sudah sampai tempat yang diinginkan slip

ini dikembangkan dengan jalan memutar kekiri. Sekarang bila pipa bor ditarik,slip

akan menggigit dan selanjutnya ikan akan terangkat.

Gambar 3.9

Taper Tap14
36

d. Fishing Magnet

Untuk mengambil benda kecil dari dalam lubang bor dapat dipakai

magnet. Benda-benda kecil berupa metal seperti gigi slip (tong dies), serbuk hasil

milling dapat terangkat.

Gambar 3.10

Fishing Magnet14

3.4.5 Economy Fishing Time

Seperti yang disebutkan sebelumnya, karena kaitan biaya yang besar,

harus ada parameter yang menjadi acuan untuk melakukan fishing job atau tidak,

atau berapa lama fishing job masih diijinkan sebelum diputuskan untuk tinggalkan

sumur atau dilakukan side track.

Sebagai salah satu parameter yang sering digunakan adalah metode perhitungan

Economic Fishing Time, dengan persamaan sebagai berikut :


37

!"
𝐹𝑇 𝑑𝑎𝑦𝑠 = !"
𝑥 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 % ............................................ (3.4)

Dimana : FT = Economy Fishing Time, days

FP = Cost Of Side Track, $

OC = Daily Cost While Drilling, $/days

Cost of Side Track terdiri dari :

1. Biaya Back Off

2. Biaya cement plug

3. Gyro

4. Biaya Rig dan pendukung lainnya (lumpur + MLU + DD tool + services +

material lainnya) untuk melaksanakan side track sampai pada kedalaman

terakhir saat rangkaian terjepit

Daily Cost While Drilling adalah Biaya harian Rig dan pendukung lainnya

(lumpur + MLU + DD tool + services lainnya).

Probability of Success, bernilai relatif, tergantung tingkat kesulitan fishing

job tesebut. Semakin besar peluang untuk berhasil, economic fishing time nya

akan bertambah besar.

3.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Pipa Terjepit

Upaya pencegahan dan penanggulangan stuck pipe sangat penting

diketahui untuk mengatasi stuck pipe yang terjadi, pemaparan upaya tersebut akan

dijelaskan dibawah ini.


38

3.5.1 Upaya Pencegahan Pipa Terjepit

Dalam upaya mengatasi masalah pipa terjepit pada suatu operasi

pemboran dapat dilakukan pencegahan yang berbeda - beda untuk setiap jenis

masalah pipa terjepit sesuai dengan keadaan yang terjadi. Berikut pencegahan –

pencegahan dalammengatasi masalah pipa terjepit .

a. Differential Sticking

Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya differential

sticking dapat dicegah yaitu dengan :

1. Mengurangi Perbedaan Tekanan

Hal ini berarti membor dengan overbalance pressure yang minimum

sekedar untuk mengimbangi tekanan formasi dan memungkinkan terjadinya fek

surge dan swat. Kenaikan berat jenis lumpur dapat dimonitor dengan mengontrol

laju penembusan (ROP), serbuk bor (cutting) yang akan menyebabkan kenaikan

berat jenis lumpur dan pada akhirnya akan menaikkan beda tekanan.

2. Mengurangi Daerah Kontak

Mengurangi daerah kontak ( h x t ) karena ketebalan formasi berpori tidak

dapat dirubah secara fisik, maka daerah kontak hanya bisa dikurangi dengan

mengurangi ketebalan mud cake. Hal ini berarti mengurangi kandungan padatan

di dalam lumpur menjadi minimum dan menggunakan lumpur dengan water loss

(kehilangan air) yang rendah.

Besarnya daerah kontak juga berhubungan dengan luas pipa baja yang

kontak (menempel) pada formasi permeabel. Sebagian besar pipa yang menempel
39

pada kasus differential sticking ini adalah drill collar, sehingga pemecahan yang

cocok adalah dengan menggunakan drill collar yang mempunyai luas permukaan

minimum. Drill collar spiral mempunyai luas permukaan yang lebih kecil (50%)

dibandingkan drill collar biasa (smooth) dan oleh karena itu gaya

differential yang dihasilkan juga akan berkurang sebesar setengah dari drill collar

biasa. Pengurangan luas permukaan drill collar ini hanya akan mengurangi berat

drill collar sebesar 4 – 7% dari berat drill collar biasa (smooth) dan jika

dibutuhkan penambahan berat tinggal menambahkan drill collar spiral tadi saja.

Daerah kontak juga bisa dikurangi dengan menggunakan stabilizer yang

akan menjaga drill collar tetap berada di tengah-tengah lubang.

3. Menjaga Rangkaian Bor agar Tidak Statis

Luas daerah kontak berbanding lurus dengan waktu, semakin jarang

(sedikit) rangkaian bor berada dalam keadaan statis (diam) akan mengurangi

kemungkinan terjadinya differential sticking.

4. Mengurangi Faktor Gesekkan

Mencegah terjadinya differential sticking juga bisa dengan penggunaan

minyak dan walnut hulls. Penggunaan minyak ini akan mengurangi faktor

gesekan pada saat membor formasi yang potensial mengalami differential

sticking.

b. Mechanical Pipe Sticking

Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mechanical pipe

sticking dapat dicegah yaitu:


40

1) Mencegah Runtuhnya Dinding Lubang Bor

Mencegah runtuhnya dinding lubang bor dapat dilakukan hal-hal sebagai

berikut :

a Naikkan tekanan hidrostatik lumpur, supaya dapat menahan dinding lubang

supaya jangan runtuh.

b Kecepatan aliran di annulus diusahakan jangan terlalu tinggi.

c Jenis aliran di annulus harus laminer.

d Menggunakan lumpur dengan water loss yang kecil saat menembus formasi

shale.

e WOB diperkecil diwaktu menembus batu bara, dan sering dilakukan reaming.

2) Mencegah Terjadinya Sumbat Cincin

Mencegah terjadinya pipa terjepit karena sumbat cincin adalah mencegah

mengembangnya formasi. Caranya yaitu sebagai berikut :

a Menggunakan lumpur dengan water loss kecil, kalau bisa menggunakan

lumpur yang tidak memiliki water loss. Sehingga tidak ada reaksi mineral clay

dengan air dan supaya mengembang.

b Memakai lumpur calcium lignosulfonate atau lumpur polimer. Prinsipnya

disini adalah mengurangi aktifitas unsur natrium dari clay.

c Menggunakan lumpur minyak.

c. Key Seating

Apabila terjadi kenaikan torsi saat sedang member, karena gesekan-

gesekan drill pipe ke dinding lubang, hentikanlah segera pemboran. Angkat string
41

dan pasang string reamer atau key seat wiper. Kemudian lakukan reaming pada

kedalaman yang mengalami dog leg. String reamer atau seat wiper dipasang pada

drill pipe. Ukuran string reamer atau key seat wiper harus lebih besar dari tool

joint drill pipe dan lebih kecil dari diameter drill collar.

3.5.2 Upaya Penanggulangan Pipa Terjepit

Metode-metode yang paling umum digunakan untuk membebaskan pipa

terjepit adalah sebagai berikut :

1. Pengurangan Tekanan Hidrostatik

Cara yang umum digunakan untuk mengurangi tekanan hidrostatik lumpur

adalah metode pipa U (U – tube). Rangkaian pipa bor dan annulus antara

rangkaian dan formasi dianggap sebagai pipa U, dengan pahat sebagai

penghubung. Kondisi tekanan formasi yang sudah diketahiu overbalance pressure

(Hs – Pf) dapat dikurangi secara bertahap hingga mencapai tingkat yang aman dan

akan tetapi tekanan hidrostatik lumpur harus selalu lebih besar dari tekanan

formasi. Tekanan hidrostatik dapat dikurangi dengan cara mempompakan lumpur

baru dengan densitas yang lebih rendah, atau dengan memompakan sejumlah

kecil fluida yang mempunyai specivic gravity (SG) rendah.

Jika tekanan formasi belum diketahui, biasanya dilakukan pengurangan

tekanan hidrostatik dalam jumlah yang kecil, dengan teknik pipa U sampai pipa

yang terjepit dapat dibebaskan.


42

Variasi dari metoda pipa U dengan memompakan air kedalam drill pipe

dan annulus untuk mengurangi besarnya tekanan hidrostatik hingga sama dengan

atau sedikit lebih besar dari pada tekanan formasi.

2. Putar dan Angkat String (Work on Pipe)

Ketika rangkaian mengalami jepitan biasanya dilakukan memutar

rangkaian yang terjepit, dan apabila rangkaian tidak bisa berputar maka torsi di

tambah dengan memperhitungkan umur dari rangkaian yang digunakan, karena

apabila melebihi dari kemampuan rangkaian akan putus. Selain itu juga dilakukan

angkat rangkaian dan apabila tidak bisa maka akan dilakukan over pull dengan

harapan rangkaian dapat terangkat dan jepitan terlepas, kadang kala usaha ini

dilakukan bersamaan, bahkan sambil dilakukan sirkulasi juga.

3. Jarring

Jarring adalah metoda yang di gunakan untuk membebaskan jepitan

dengan menggunakan hentakan yang di hasilkan dari Jar. Jar dipasang di dalam

drilling string dengan tujuan apabila rangkaian mengalami jepitan dapat

digunakan, Jar ada dua jenis yaitu jar down dan jar up, penggunaan masing-

masing jar tergantung dari bagian rangkaian mana yang akan digetarkan, apabila

rangkaian atas maka menggunakan jar up dan sebaliknya apbila ingin

menggetarkan bagian string yang bawah maka dilakukan jar down.

Sebelum melakukan jar harus mengetahui dimana string tersebut terjepit.

Karena semua pipa dianggap elastis maka regangan (strectch) pada pipa dapat di

ukur dengan cara menarik pipa dengan tarikan tertentu sehingga meregangkan dan

kemudian dapat di hitung panjang pipa yang masih bebas (tidak terjepit).
43

Hal lain yang digunakan untuk mengetahui kedalaman titik jepit adalah

dengan menggunakan Free Point Indicator. Alat ini diturunkan dengan kabel

dibawah sensor dipasang pemberat sehingga alat selalu pada posisi paling bawah.

Dibawah dan diatas sensor dipasang centralizer sehingga sensor selalu melekat

pada pipa bor. Sekarang bila pipa bor ditarik, dan sensor berada pada bagian pipa

bor yang bebas, maka sensor akan menunjukkan gejala pemanjangan pipa. Namun

bila sensor berada pada bagian pipa bor yang terjepit, maka meskipun pipa bor

ditarik, tidak akan terjadi reaksi apa- apa pada sensor. Dengan percobaan

berulang-ulang pada kedalaman sensor yang berbeda dapat diketahui pada

kedalaman mana pipa bor terjepit. Penentuan titik jepit dengan cara ini lebih teliti

dari pada cara mekanis metode tarikan, dan memberikan informasi yang amat

berguna untuk memutuskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

d Perendaman (Supporting Fluid)

Fluida organik biasanya disemprotkan disepanjang daerah jepitan untuk

menguragi ketebalan mud cake dan faktor gesekan. Campuran antara minyak solar

dan surfactant adalah fluida yang paling banyak digunakan karena

kemampuannya untuk membasahi keliling pipa yang terjepit dan karena itu

menciptakan lapisan tipis antara pipa dan mud cake. Hal ini menurunkan besarnya

koefisien gesekan, dan pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas usaha-usaha

mekanis untuk membebaskan pipa.

e Operasi Back Off

Operasi back off mencakup pelepasan bagian pipa yang masih bebas dari

lubang bor. Hal ini secara efektif berarti pelepasan rangkaian pemboran pada atau
44

diatas daerah jepitan dan pengangkatan bagian pipa yang masih bebas dari jepitan

dari lubang bor. Bagian rangkaian pemboran yang masih tersisa (fish) dapat

diambil dengan menggunakan peralatan fishing tool maupun peralatan washover.

Apabila lubang sumur tersebut mengalami kerusakan atau sisa rangkaian

pemboran tidak bisa diambil, sebagai pilihannya adalah menutup lubang (plug

back) dan kemudian membelokkannya (side track).

5. Pemancingan (Fishing Job)

Diatas telah dibicarakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan

pekerjaan pemancingan. Tentu saja tidak semua kegiatan tersebut dilakukan,

tetapi dipilih sesuai dengan keperluannya. Urutan pekerjaan yang dipilih adalah

yang paling memberikan harapan dan dengan biaya dan risiko yang paling rendah.

Bila pipa terjepit dan kurang jelas sebabnya, bisa diteliti dengan jalan

sirkulasi. Setelah diketahui sebabnya misalnya karena dinding lubang bor runtuh,

cara yang paling mudah adalah sirkulasi secara intensif. Bila tidak berhasil, baru

dicari titik jepit, kemudian dilakukan perendaman. Bila perendaman tidak

membawa hasil, terpaksa pipa dilepas sambungannya, kemudian dilakukan

pemboran keliling, dan baru dipancing. Bila pemancingan tidak berhasil juga,

terpaksa pemboran diteruskan kesamping atau sumur ditinggalkan.

Bila pipa terjepit karena differential pressure sticking, usaha pertama

adalah sirkulasi intensif. Pipa biasanya terjepit disekitar drill collar. Bila tidak

berhasil, maka usaha berikutnya adalah perendaman. Pipa diusahakan dapat

dilepaskan dari jepitan dengan jalan perendaman.

Anda mungkin juga menyukai