Anda di halaman 1dari 41

BAB II

SISTEM PELUMASAN PADA PERALATAN PEMBANGKIT

Hasil Belajar
Setelah mengikuti pokok bahasan ini peserta mampu:
1. Memahami pengenalan dan jenis sistem pelumasan
2. Memahami sistem pelumasan pada anti friction bearing (ball bearing, roller bearing)
3. Memahami sistem pelumasan pada journal bearing (sleeve bearing)
4. Memahami sistem pelumasan Mesin Diesel
5. Memahami sistem pelumasan hidrolik dan transmisi
6. Memahami cara pemilihan jenis pelumas yang sesuai

Kriteria Penilaian
Peserta mampu :
1. Menjelaskan pengenalan dan jenis sistem pelumasan
2. Menjelaskan sistem pelumasan pada anti friction bearing (ball bearing, roller bearing)
3. Menjelaskan sistem pelumasan pada journal bearing (sleeve bearing)
4. Menjelaskan sistem pelumasan Mesin Diesel
5. Menjelaskan sistem pelumasan hidrolik dan transmisi
6. Menjelaskan cara pemilihan jensi pelumas

Sub Pokok Bahasan


2.1 Pengenalan dan Jenis Sistem Pelumas
2.2 Sistem Pelumasan pada anti friction Bearing (Ball Bearing, roller Bearing)
2.3 Sistem Pelumasan pada journal bearing (sleeve bearing)
2.4 Sistem Pelumasan Mesin Diesel
2.5 Sistem Pelumasan Hidrolik dan transmisi
2.6 Pemilihan Jenis Pelumas sesuai dengan aplikasinya

Evaluasi

Simple Inspiring Performing Phenomenal i


2.1 Pengenalan dan jenis sistem pelumasan

Sistem pelumasan dapat diartikan sebagai penggunaan suatu material guna memperbaiki
kemulusan gerakan relatip antara dua permukaan.
Tujuan utama dalam pelumasan mesin adalah mengurangi gesekan antara dua permukaan
yang saling bergerak bergesekan, sehingga dapat mengurangi kerugian daya atau energi
akibat gesekan tersebut.

Jenis sistem pelumasan meliputi :


1. Pelumasan hidrodinamis
2. Pelumasan hidrostatis
3. Pelumasan elastohidrodinamis
4. Pelumasan bidang batas
5. Pelumasan padat
6. Pelumasan tekanan ekstrim

1) Pelumasan Hidrodinamis
Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (hydrodynamic lubrication) permukaan yang
bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun
menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis
pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. Salah satu
contoh penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah gerakan rotasi yang terjadi
pada bantalan luncur (journal bearing). Selanjutnya contoh pelumasan ini dapat dilihat pada
Gb. 2.1 seperti berikut:

Simple Inspiring Performing Phenomenal ii


d. Tekanan hidrodinamis
Gb. 2.1 Pelumasan hidrodinamis

2) Pelumasan Hidrostatis
Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan
minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis ini tidak memerlukan
gerakan relatif dan biasanya digunakan pada mesin-mesin yang bagian-bagian bergeraknya
terlalu berat seperti turbin yang berkapasitas besar tidak dimungkinkan lagi terjadinya
pelumasan hidrodinamis pada saat start, sementara tipe pelumasan lainnya tidak dihendaki
terjadi. Untuk ini diperlukan tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak pelumas di
antara poros dan bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh dengan menggunakan
pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergesek,

Simple Inspiring Performing Phenomenal iii


bukann sekedar pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai pendistribusi atau
pensirkulasi minyak pelumas.
Pelumasan hidrostatis disebut juga pelumasan tekanan luar karena tekanan yang timbul
diakibatkan pengaruh kerja dari luar sistem. Setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi
biasanya pompa tekanan tinggi yang digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan
rendah sebagai pensuplai minyak pelumas terus difungsikan.

Gb. 2.2 Pelumasan hidrostatik

3) Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)


Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang bergerak sangat
kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul tekanan yang demikian besar
pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi permukaan-permukaan tersebut.
Pelumasan dengan tipe seperti ini dapat ditemukan pada bantalan gelinding meskipun
pelumasan hidrodinamis dapat juga dilakukan.

4) Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)

Simple Inspiring Performing Phenomenal iv


Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya membentuk lapisan tipis
minyak pelumas yang sempurna karena beban yang terlalu besar, penurunan kecepatan dari
permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam bantalan
dan kenaikan suhu pelumas.

Pada keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam ketebalan beberapa ukuran molekul
saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin dihidupkan dan terus berlanjut hingga
menjelang mesin mencapai kecepatan operasionalnya. Lapisan yang terbentuk dalam
pelumasan jenis ini sangat rumit untuk dijelaskan yang jelas, ketebalan lapisan tersebut hanya
beberapa molekul.Lapisan ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa
kotoran, oksida logam, dan gas dari udara.

5) Pelumasan Padat (Solid Lubrication)


Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu pasir dan
kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu, pasir
dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir dan
kerikil tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang
merekomendasikan debu, pasir dan kerikil sebagai pelumas padat pada elemen mesin.

Jadi pelumasan padat (Solid Lubrication) dapat diartikan seperti sebuah sistem pelumasan
dimana diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang dilapisi
dan kadang menyatu pada elemen tersebut. Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit
dan molybdenum disulfida, memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan
logam yangbergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang
bergesekan.

6) Pelumasan Tekanan Ekstrim


Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada pemotongan logam atau
roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan ekstrim digunakan. Tekanan adiktif
ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung zat
belerang, chlorin atau fosfor yang bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur tinggi

Simple Inspiring Performing Phenomenal v


yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis yang
titik cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak.
Pada proses pelumasan tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara
permukaan yang bergerak tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan
yang bergerak relatif.

2.2 Pelumasan bantalan gelinding


Pelumasan bantalan gelinding bertujuan untuk mencapai umur yang maksimum.
Fungsi pelumas pada bantalan gelinding antara lain :
- Membentuk lapisan antara komponen yang bergerak relatif
- Mengurangi gesekan dan mencegah keausan
- Sebagai sil, dalam hal ini mencegah kotoran masuk ke bantalan
- Mencegah korosi.

Gb. 2.3 Pelumasan bantalan gelinding


Dilihat dari bahan pelumasnya, pelumasan bantalan gelinding dapat digolongkan menjadi :
- Pelumasan dengan grease
- Pelumasan dengan oli (putaran tinggi)

Grease memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan oli antara lain :
- Instalasi lebih sederhana
- Lebih baik mencegah kotoran
- Lebih baik meredam getaran

Hal yang penting dalam pelumasan grease pada bantalan gelinding antara lain memenuhi
sebagai berikut :

Simple Inspiring Performing Phenomenal vi


- Ketepatan volume (kuantitas)
- Ketepatan waktu
- Ketepatan interval waktu
- Ketepatan tipe dan mutu

Ketepatan kuantitas
- Jumlah grease pada bantalan harus tepat.
- Terlalu banyak grease menyebabkan over heating. Terlalu sedikit grease menyebabkan
gesekan dan keausan tinggi.
- Jumlah pelumas ditentukan oleh ukuran bantalan. Ketepatan tipe grease sangat
penting
untuk meningkatkan umur bantalan.
- Bearing tidak diisi penuh dengan grease, tetapi ruang kosong di rumah bantalan hanya
boleh diisi 30-50%.
- Bantalan yang tidak bergetar berlebihan menggunakan lithium soap grease. Ruang
pada rumah bantalan dapat diisi sampai 90% tanpa menimbulkan meningkatnya
temperatur.
- Kontaminan dari luar masuk bearing dapat dicegah dengan mengganti dalam interval
waktu tertentu disebut dengan relubrikasi (relubrication).

Jumlah grease yang tepat dinyatakan dalam rumus berikut :

G a  0.005.D.b

Keterangan :
Ga : Jumlah grease (gram)
D : Diameter luar bantalan (mm)
b : Lebar bantalan (mm)
Relubrikasi
Relubrikasi (Relubrication) dilakukan dengan menggunakan lubricating gun. Hubungkan
lubricating gun pada nipel rumah bantalan, tekan sedemikian rupa sehingga grease yang lama
terbuang semua

Simple Inspiring Performing Phenomenal vii


Gb. 2 4 Lubricating gun

Umur grease
Umur grease dipengaruhi oleh tipe grease, kecepatan operasi, tempertaur operasi dan
pengaturan sil. Untuk bantalan yang kecil umur grease begitu panjang sehingga tidak
memerlukan relubrrikasi atau regreasing.

Ketepatan pemasangan
Yang dimaksud dengan ketepatan pemasangan atau ketepatan perakitan yaitu pemasangan
dilakukan dalam kondisi bersih dan bebas debu. Tempat kerja tidak didekatkan dengan
mesin yang menghasilkan geram dan mesin yang menghasilkan debu.
Poros diperiksa dan dibersihkan kembali, sil yang rusak diganti. Jangan memindahkan
bantalan dari kemasannya sebelum dipasang.

Gb. 2.5 Ketepatan pemasangan

Simple Inspiring Performing Phenomenal viii


Metoda pelumasan
Metode pelumasan yang tepat tergantung dari konstruksi bantalan dan rumah bantalannya.
Bearing dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok bearing tidak terpisah dan
bearing terpisah.

Gb. 2.6 Bantalan tidak terpisah

Gb. 2.7 Bantalan bearing terpisah

Simple Inspiring Performing Phenomenal ix


Gb. 2.8 Bantalan rigid

Gb. 2.9 Sparable

Rumah bearing dekelompokkan menjadi rumah bearing yang dapat dipisah atau displit ada
juga rumah bantalan menjadi satu. Untuk bantalan yang dipasang pada rumah bantalan yang
dapat dipisah, setelah bearing dipasang pada poros, segera diberi grease, selanjutnya dipasang
pada rumah bantalan. Kemudian ruang bebas dalam rumah bantalan kemudian diisi dengan
grease. Jangan lupa periksa kebersihan ruangan rumah bantalan sebelum bantalan dipasang
dan diberi grease.

Simple Inspiring Performing Phenomenal x


Gb. 2.10 Split bearing housing

Gb. 2.11 Bearing tidak dapat dipisah

Pengisian grease

Simple Inspiring Performing Phenomenal xi


Gb. 2.12 Pengisian grease

Ketepatan grease
Grease yang tidak sesuai dengan pemakaian akan mempengaruhi umur bantalan.
Pemilihan tipe grease ditentukan oleh :
- Beban dan lingkungan
- Kecepatan putaran
- Ukuran bearing
Jenis grease
Grease berdasarkan beban dan lingkungan dikelompokkan menjadi :
- LT (low temperatur),
- MT (medium temperatur),
- HT (high temperatur),
- EP (extreme presure)
- EM (extreme movement).

Simple Inspiring Performing Phenomenal xii


Gb. 2.13 Diagram pemilihan grease

Interval Relubrikasi

Simple Inspiring Performing Phenomenal xiii


Relubrikasi interval dinyatakan dalam jam operasi.
Untuk grease yang mengandung lithium dan memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang
dioperasikan pada poros horizontal kondisi normal pada temperatur operasi 70 ˚C, interval
relubrikasi sebaiknya dikurangi dengan setengah setiap kenaikan temperatur 15˚C. Interval
dapat diperpanjang untuk temperature operasi di bawah 70˚C.
Untuk daerah operasi yang resiko kontaminasinya tinggi, relubricationnya harus lebih sering

Gb. 2.14 Temperatur operasi

Simple Inspiring Performing Phenomenal xiv


Gb. 2.15 Interval relubrikasi

Penggantian grease
Simple Inspiring Performing Phenomenal xv
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggantian grease yaitu :
- Gunakan tipe yang sama, karena beberapa grease akan kehilangan kapabilitasnya jika
dicampur dengan grease yang lain.
- Jangan sekali-kali memcampur grease, jika tidak yakin.
- Jika waktu relubrikasi terlalu lama dan rumah bantalan mudah dibuka diperlukan
frekuensi pelumasan yang lebih banyak dengan menggunakan alat bantu yang sesuai.
- Gunakan grease gun
- Beberapa bantalan dilengkapi dengan alur dan pembuangan relubrication

Sistem pelumasan pada bantalan gelinding :


- Oil bath
- Oil circulation
- Oil injection
- Oil spot

Gb. 2.16 Oil bath

Simple Inspiring Performing Phenomenal xvi


Gb. 2.17 Oil injection

Gb. 2.18 Oil circulation

Simple Inspiring Performing Phenomenal xvii


Oil spot
Dengan memasukkan pelumas yang sangat sedikit kurang lebih 10 mg/h lapisan pelumas
terbentuk secara penuh dan menghasilkan koefisien gesek yang kecil, tetapi memiliki
kesulitan.
Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan alat yang disebut dengan oil spot lubricator.
Alat ini untuk menginjeksikan oli dalam jumlah dan interval tertentu melalui pipa ke bantalan
dengan udara bertekanan. Setelah melalui bantalan pelumas harus dikeringkan

Gb. 2.19 Oil spot

Pemilihan pelumas
Pemilihan pelumas dipengaruhi oleh :
• Diameter rata-rata bantalan
• Kecepatan putar

Simple Inspiring Performing Phenomenal xviii


Gb.2.20 Diagram pemilihan pelumas

Penentuan temperatur kerja

Simple Inspiring Performing Phenomenal xix


Gb.2.21 Diagram penentuan tenperatur kerja

Simple Inspiring Performing Phenomenal xx


Gb. 2.22 Diagram umur pelumas

Standar pelumas
Standar pelumas dapat didasarkan pada standar pabrik, asosiasi, nasional dan internasional.
Secara internasional pelumas dinyatakan dalam ISO VG ( ISO Viscosity Grade ), misalnya
ISO VG 22, ISO VG 32. Angka yang ada di belakang IS VG menunjukkan viskositas
kinematik pada 40° dalam satuan cSt atau mm2/s.

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxi


Gb. 2.23 Diagram viskositas

2.3 Pelumasan bantalan luncur

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxii


Konstruksi
Bantalan luncur merupakan bantalan yang kontaknya tidak memiliki bagian atau elemen
putar. Bantalan luncur disebut juga sebagai journal bearing atau sleeve bearing.

Gb.2.24 Konstruksi bantalan luncur

Pelumas
Fungsi pelumas pada bantalan luncur antara lain :
- Mengurangi gesekan antara permukaan yang kontak
- Menghilangkan panas yang timbul
- Mencegah korosi.
Dilihat dari bahan pelumasnya, pelumasan bantalan luncur dapat digolongkan menjadi :
- Pelumasan gas
- Pelumasan cair (oli)
- Pelumasan semi fluid/pasta (grease)
- Padat

Jenis bantalan luncur


Dilihat dari beban bantalan luncur dikelompokkan menjadi :
- Bantalan luncur radial
- Bantalan luncur aksial (thrust)

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxiii


Bantalan luncur radial Bantalan luncur aksial (thrust)
Gb. 2.25 Jenis beban bantalan luncur

Dilihat dari konsruksinya jenis journal bearing antara lain :


- Solid journal bearing
- Bushed bearing
- Split bearing

Gb. 2.26 Solid journal bearing

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxiv


Gb. 2.27 Split

Gb. 2.28 Bush

Bahan
Material yang sering digunakan dalam bantalan luncur antara lain :
- Babbit metal
- Bronzes
- Casi iron
- Silver
Simple Inspiring Performing Phenomenal xxv
- Non-metallic bearing

Babbit
Babbit direkomendasikan untuk digunakan bantalan luncur dengan tekanan antara 70 – 140
kg/cm2. Jika diterapkan pada otomotif, babbit digunakan dalam bentuk lapisan dengan tebal
0,05 – 0,15 mm dimasukkan dalam sel baja. Komposisi babbit dengan dasar tin terdiri dari
90% tin, 4,5% copper, 5% antimony dan 0,5% lead. Komposisi babbit dengan dasar lead
terdiri dari 84% lead, 6% tin, 0,5% copper dan 9,5% antimony.

Bronze
Bronze merupakan logam paduan copper, zinc dan tin, secara umum berbentuk bus yang
dipres ke dalam sel.
Bus ada yang menjadi satu dan belah menjadi dua. Bronz yang umumnya digunakan sebagai
material bantalan luncur adalah gun metal dan phosphor bronzes.
Gun metal terdiri dari 80% copper, 10% tin dan 2% zinc digunakan untuk untuk bantalan
high grade yang menerima beban tekanan tinggi, tidak lebih dari 100 kg/cm2 dan kecepatan
tinggi.

Cast iron
Cast iron bearing biasanya menggunakan baja. Bantalan ini cukup baik dengan batas tekanan
35 kg/cm2, kecepatan sampai 40 m/menit serta pelumasan yang cukup.

Silver
Silver lead bearing secara luas digunakan dalam aircraft engine yang memperhatikan
tegangan fatiq.

Non metal
Non-metallic bearing dibuat dari carbon-graphite, karet, kayu dan plastik. Carbon-graphite
bearing adalah melumasi sendiri, stabil pada operasi kondisi operasi yang cukup luas dan
dapat beroperasi pada temperatur tinggi dari pada bantalan luncur yang lain.

Jenis pelumas bantalan luncur


Simple Inspiring Performing Phenomenal xxvi
Dilihat dari sifat fisiknya dikelompokkan menjadi :
- Gas
- Cair
- Semi cair
- Padat

Pelumas cair yang digunakan pada bantalan berasal dari mineral dan sintetis. Pelumas
mineral sering digunakan karena murah dan stabil.
Grease atau pelumas semi fluid memiliki viskositas yang lebih tinggi dari pelumas cair.
Grease digunakan pada beban berat dan kecepatan rendah.
Pelumas pejal digunakan untuk mengurangi gesekan bilamana lapisan pelumas tidak dapat
dipertahankan karena tekanan atau temperatur
Sifat pelumas
Sifat-sifat pelumas yang penting antara lain :
• Viscosity
• Oiliness
• Specific gravity
• Viscosity index
• Flash point
• Fire points
Gesekan bantalan luncur

  ( f ) Z .N . A.

Keterangan :
μ : Koefisien gesek
(f) : Konstanta matematik
Z :Viskositas
N : putaran
A : luas penampang

33  Z .N  d 
 . .   k
1010  p  c 

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxvii


Keterangan :
μ : Koefisien gesek
Z : Viskositas absolut (cP)
N : Putaran (rpm)
p : Tekanan (kg/cm2)
d : Diameter bantalan (cm)
c : Selisih diameter lubang bantalan dengan poros (cm)
k adalah faktor koreksi karena kebocoran, k = 0,002 untuk l/d 0,75-2,8.

 Z .N 
dan .
 p 
.
 

disebut sebagai modulis bantalan ( bearing modulus)

Tekanan bantalan

F
p
A

Keterangan :
p : Tekanan (kg/cm2)
F : Beban bantalan (kgf)
A : luas penampang (cm2)

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxviii


Gb. 2.29 Modulus bantalan

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxix


Gb. 2.30 Koefisien gesek bantalan

Momen torsi gesek

M f  0,5. .F .D

Keterangan :
Mf : Momen gesek (Nmm)
μ : Koefisien gesek
F : Gaya pada bantalan (N)
D : Diameter pitch bantalan ( mm)

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxx


Daya gesek

60.M f
Pf 
2. .n

Keterangan :
Pf: Tenaga gesek (W)
Mf : Momen gesek (Nmm)
n : Putaran (rpm)

Panas

 .F .V
Hg 
J

Keterangan :
Hg : Panas yang timbul (kcal)
μ : Koefisien gesek
F : Beban (kg)
V : kecepatan linier (m/s)
J : 427 kg.m/kcal

2.4 Sistem pelumasan mesin Diesel


Mesin diesel terbagi menjadi komponen yang diam dan yang bergerak.
Komponen diam meliputi:
1. Kepala silinder
2. Blok silinder
3. Tabung silinder
4. Rumah engkol
5. Pan minyak pelumas
Komponen bergerak meliputi :
1. Torak
2. Batang torak
3. Poros engkol
Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxi
4. Pompa bahan bakar
5. Katup pamasukan dan katup pembuangan

Umumnya bagian-bagian yang dilumasi pada mesin diesel ialah semua bagian-bagian yang
saling bergesekan misalnya :
a.   Antara torak dan tabung silinder
b.   Antara poros dengan bantalan poros
c.   Antara roda-roda gigi dan sebagainya.

Mesin diesel baik untuk sektor transportasi maupun sektor industri terus berkembang dan
semakin banyak pemakaiannya. Mesin diesel putaran tinggi dan putaran sedang pada
umumnya menggunakan minyak pelumas dengan jenis dan kualitas yang sama, baik untuk
karter maupun untuk pelumasan silindernya

Sedangkan untuk mesin diesel putaran rendah minyak pelumas yang digunakan untuk karter
dibedakan dengan pelumas untuk silindernya khususnya pada mesin diesel tipe kepala silang.

Mesin diesel pada umumnya memerlukan minyak pelumas yang mampu mengatasi pengaruh
dan kondisi operasi yang berat. Terlebih pengaruh dan kemungkinan terjadinya kontaminasi
yang berasal dari ruang bakar, berupa asam sulfat yang sangat korosi.

Jenis sistem pelumasan pada mesin diesel diklasifkasikan sebagai berikut:

1. Sistem pelumasan kering (dry sump)

2. Sistem pelumasan basah (wet sump)

1. Sistem pelumasan kering (dry sump)

Sistem pelumasan kering (Gb. 2.31) tidak memanfaatkan karternya sebagai penampung
minyak pelumas, tetapi menggunakan tanki tersendiri diluar motor. Minyak pelumas yang
jatuh ke dalam sump, selanjutnya dialirkan dengan pompa, melalui sebuah filter, dan
dikembalikan lagi ke dalam tangki supply yang terletak diluar dari pada motor tersebut.

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxii


Pompa ini mempunyai kapasitas yang besar, sehingga dapat mengosongkan sama sekali
sumpnya. Pada umumnya dengan sistem ini dipergunakan juga sebuah oil cooler, baik yang
menggunakan air atau udara sebagai medium pendinginannya untuk keperluan pendinginan
dari pada minyak pelumasnya.

Gb. 2.31 Sistem pelumasan kering (dry sump)

Keterangan :
1. Tangki penampungan                  5.  Tangki ekspansi (penampung
2. Filter                                            6.  Filter
3. Pompa minyak pelumas              7.  Bagian mesin yang dilumasi
4. Pendingin minyak                       8.  Pengatur tekanan minyak pelumas

Sistem pelumasan kering memiliki desain ruang engkol yang lebih kecil. Dengan absennya
minyak pelumas di ruang engkol maka kerja mesin menjadi sedikit lebih ringan akibat
berkurangnya gesekan antara poros engkol dan minyak pelumas seperti yang terjadi pada
sistem celup/basah. Sistem ini memiliki konstruksi yang lebih kompleks tapi disisi lain
ukuran mesin menjadi lebih kecil. Sehingga lebih leluasa mengatur posisi mesin di motor
khususnya pada mesin-mesin berkonfigurasi V-engine.

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxiii


2.  Sistem pelumasan basah (wet sump)

Sistem pelumasan basah (Gb.2.32) adalah sistem pelumasan mesin yang memanfaatkan
karternya sebagai penampung minyak pelumas. Dalam sistem ini, di bagian bawah dari pada
karter sebuah piringan (pan) yang juga merupakan tangki supply dan ada kalanya sebagai alat
pendingin untuk minyak pelumasnya, minyak yang jatuh menetes dari silinder-silinder dan
bantalan-bantalan, kembali ke tempat ini, untuk selanjutnya dialirkan kembali dengan sebuah
pompa minyak kedalam sistem pelumasanya lagi. Tipe sistem pelumasan basah yang umum
digunakan adalah:
a.      Sistem percikan/celup
b.      Sistem tekan
c.      Kombinasi sistem percikan dan tekanan

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxiv


Gb. 2.32 Ssistem pelumasan basah (Wet sump)

Keterangan :
1.      Tangki penampungan
2.      Saringan hisap (strainer)
3.      Pompa minyak pelumas (Pompa di   dalam karter)
4.      Saringan (filter)
5.      Pendingin minyak pelumas
6.      Bagian mesin yang dilumasi.
7.      Katup pengatur tekanan minyak pelumas

a. Sistem percik/celup
Merupakan sistem pelumasan yang paling sederhana. Sistem ini tidak menggunakan
komponen tambahan untuk mensirkulasi oli kebagian mesin yang membutuhkan pelumasan.
Stang seher (conecting rod) didesain sedemikian rupa sehingga dapat membawa sedikit oli
yang akan memancar (percikan) ke dinding silinder akibat gaya sentrifugal dari putaran poros
engkol. Desain pada batang seher berbentuk seperti sendok, dapat membawa minyak pelumas
dan akan memercikan kearea dinding silinder untuk melumasi piston.

Sistem ini umumnya ditemukan pada mesin dengan posisi katup disamping (side valve).
Karena pada konstruksi mesin Side Valve, semua bagian penting dari mesin yang perlu
dilumasi berada di bawah mesin jadi tidak diperlukan pompa oli untuk mengirim oli ke
kepala silinder.

b. Sistem tekan
Minyak pelumas ditampung di karter mesin pada ruang engkol, oli di pompa ke seluruh
bagian mesin yang membutuhkan pelumasan dan kemudian kembali ke ruang karter (Gambar

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxv


2.33). Jika ada istilah tunggu oli naik saat memanaskan mesin, maksudnya adalah menunggu
hingga sekiranya oli sudah cukup melumasi bagian poros cam yang biasanya berada lebih
tinggi dari posisi karter (untuk mesin tegak).

Gb. 2.33 Sistem pelumasan tekan

c. Kombinasi sistem tekan dan celup


Poros engkol terendam oli dan dapat memercik oli ke dinding silinder saat mesin bekerja.
Sedangkan untuk melumasi bagian mesin lainnya digunakan sistem tekan agar mudah
dijangkau. Oli melintasi keseluruh bagian mesin yang perlu dilumasi dengan bantuan pompa,
pompa ini biasanya digerakan secara mekanis yang terhubung dengan poros engkol dan akan
kembali ke penampungan oleh gaya gravitasi.

Secara konstruksi, pelumasan tipe basah lebih sederhana dengan komponen pelumasan relatif
lebih sedikit dan sirkulasi pelumas ke komponen mesin lebih cepat. Namun gesekan antara
poros engkol dan genangan oli di karter memberi hambatan tersendiri meskipun nilainya
relatif kecil.

Itulah sebabnya pengisian oli pada mesin tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxvi


karena akan memberatkan kerja mesin. Jika dianalogikan, bagaikan mendayung sepeda
dengan roda terendam air dan yang tidak terendam air.

Perawatan sistem pelumasan


1.     Bak minyak pelumas.
Bukalah bak minyak pelumas setiap 500 jam, dan bersihakanlah bak minyak tersebut dan
saringan hisap dari pompa minyak pelumas dengan mempergunakan minyak ringan atau
minyak cuci.
2.     Saringan minyak pelumas
Cucilah rumah filter sebersih-bersihnya dengan menggunakan minyak ringan atau minyak
cuci, sementara itu periksalah kertas saringan, apabila terlihat adanya kotoran, serbuk logam
berwarna putih atau warna tembaga tembaga, maka hal itu menunjukan adanya keausan pada
bantalan-bantalannya, segera lakukan perbaikan
3.     Tekanan minyak pelumas
Apabila tekanan minyak pelumas tidak dapat mencapai bilangan yang disyaratkan oleh
pabrik pembuatnya, matikanlah mesin lakukanlah pemerikasaan :
a.      Apakah isi minyak pelumas didalam cukup ?
b.      Apakah ada kerusakan pada pipa atau alat pengukur tekanan minyak
pelumasnya ?
c.       Apakah ada kebocoran minyak pelumas dari saluran-salurannya ?
d.      Apakah pompa minyak pelumas bekerja dengan baik, atau apakah udara masuk
kedalam saluran minyak pelumas ?
e.      Apakah ada bantalan yang rusak ?
f.       Apakah alat pengatur tekanan minyak pelumas bekerja dengan baik ?
biasanya kotoran didalam saluran minyak pelumas menyebabkan gangguan
pada sistem pelumasannya.

2.5 Sistem Pelumasan Hidrolik dan Transmisi

Minyak Pelumas Hidrolik

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxvii


Hidrolik berfungsi sebagai penyalur tenaga. Syarat utama minyak pelumas hidrolik harus
merupakan zat cair yang tidak termampatkan (Incompressible Fluid) dan tidak merusak seal
dari peralatan hidrolik. Untuk memenuhi syarat itu, dibutuhkan bahan dasar minyak pelumas
baik dari jenis mineral maupun sintetik dengan kualitas yang baik (Hydraulic Quality).

Minyak Pelumas Transmisi


Berbeda dengan minyak pelumas untuk mesin (minyak karter), dimana minyak karter
ditandai dengan adanya pengaruh dari kondisi operasi yang bekerja pada suhu tinggi, putaran
tinggi dengan kemungkinan terjadinya kontaminasi baik dari ruang bakar maupun udara dari
luar melalui saluran karburasi ataupun produk-produk oksidasi, maka pada roda gigi tidak
demikian. Misalnya pada bak perseneling dan garden, sifat utama minyak pelumas yang
diperlukan adalah memiliki kemampuan menahan beban kejut serta tekanan yang tinggi
(ekstrem pressure)

2.6 Pemilihan Pelumas Sesuai Penggunaan

Sebelum diuraikan mengenai jenis-jenis minyak pelumas, terlebih dahulu perlu diketahui
jenis atau bagian-bagian mesin atau peralatan yang memerlukan pelumasan.
Secara garis besar jenis peralatan atau mesin yang membutuhkan pelumasan dibagi menjadii
3 (tiga) bagian yaitu mesin, roda, gigi dan peralatan industry.

Mesin
Mesin diklasifikasikan kedalam beberapa jenis menurut jenis bahan bakar yang digunakan
oleh karena hal ini akan menentukan minyak pelumas yang dipakai untuk menghasilkan
pelumasan yang baik.
Klasifikasi mesin menurut jenis bahan bakar yang digunakan adalah sebagai berikut :
Mesin Diesel terdiri dari :
Mesin diesel putaran cepat : 1.000 rpm keatas
Mesin diesel putaran sedang : 350 - 1.000 rpm
Mesin diesel putaran lambat : dibawah 350 rpm
Mesin bensin terdiri dari mesin bensin 4 langkah dan mesin bensin 2 langkah
Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxviii
Roda Gigi
Roda gigi kendaraan, untuk :
- Transmisi baik manual maupun otomatis
- Gardan
Roda gigi industri

Peralatan Industri
Komponen peralatan
- Bearings (bantalan-bantalan)
- Kompresor Udara (Refrigerator)
- Peralatan denga udara tekan (Pneumatic tool)
Komponen peralatan produksi
- Metal cutting (Pengerjaan logam)
- Heat treatment
- Mesin textile

Komponen fluida
- Transformer dan switch gear
- Hidrolik
- Heat transfer

Dengan mengetahui jenis peralatan atau mesin yang cukup banyak tersebut yang semuanya
harus dilumasi oleh minyak pelumas maka jelas bahwa jenis minyak pelumas yang digunakan
pun harus sesuai dengan sifa-sifat peralatan atau mesin yang akan dilumasi menurut fungsi
dan tugasnya.

Simple Inspiring Performing Phenomenal xxxix


Simple Inspiring Performing Phenomenal xl
Simple Inspiring Performing Phenomenal 1

Anda mungkin juga menyukai