Anda di halaman 1dari 14

PASIS ATT II POLTEKPEL SULAWESI UTARA

MATA KULIAH : MEKANIKA DAN HYDROMEKANIKA

DOSEN PEMBIMBING : EGRI LAHENGKO, M.Pd.

KELOMPOK 3 ;

1.EDY RIANTO

2. JENLY RASUBALA

3. JUNUS DULMANAN

4. NUR HANDOKO

5. YUNIOR. F . MANTOW

Metode Perawatan Sistem Pelumasan Untuk Menunjang Kinerja Motor Induk Di Atas
Kapal KM. DJO Pada PT. DHARMA BAHARI RIAU

A. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

Pentingnya mesin induk dalam sebuah kapal perlu dilakukan upaya-upaya dalam menangani
sistem pelumasan mesin diesel sebagai alat penggerak utama pada sebuah kapal. Tujuan dari
penelitian ini adalah ingin mengetahui tentang sistem pelumasan mesin induk di atas kapal
KM. Djo No.2 pada PT. Dharma Bahari Riau a) proses pelumasan mesin induk di KM. Djo
PT. Dharma Bahari Riau, b) memaparkan kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan
pelumasan mesin di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, dan c) upaya apa saja untuk mencapai
tekanan minyak lumas pada tekanan yang diharapkan. Metode penelitian deskriktif analisis
dengan menjelaskan aspek- aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati yaitu
pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo. No. 2. Berdasarkan
hasil penelitian dan temuan di lapangan sistem pelumasan pada mesin induk diatas kapal KM.
Djo No.2 menggunakan sistem pelumasan carter kering, penggantian minyak pelumas selalu
dilakukan setelah 1200 jam kerja, tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan 5kg/cm
atau yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kerusakan pada minyak
lumas dengan pemeriksaan dan penggantian saringan/filter penggantian minyak lumas dapat
memperkecil kerusakan pada mesin tersebut dan berikan minyak lumas sesuai dengan tipe
dan jam kerja pada kapal.
B. PENDAHULUAN
mekanik perbaikan mesin. Untuk melakukan perbaikan mesin Mekanik mesin induk
harus dapat memiliki keahlian memperbaiki mesin induk yang bermacam–macam
kontruksinya sehingga setiap merek komponen mesin induk memiliki kekhususan yang perlu
di pelajari. Sampai saat ini mesin kapal laut tetap menggunakan mesin induk sebagai alat
utama penggerak kapal. Agar supaya pengoperasian kapal laut berjalan dengan lancar maka
perlu di perhatikan untuk masalah system pelumasan yang di gunakannya.
Jika memperhatikan petunjuk sistem lumas pada mesin induk kapal laut maka sistem
pelumasan harus dilaksanakan secara rutin dan dilakukan minimal sebulan sekali. Pengaruh
sistem pelumasan terhadap mengoperasian mesin induk di atas kapal KM. DJO pada PT.
Dharma Bahari Riau. Mengingat semakin meningkatnya pengoperasian kapal di pelabuhan
Cirebon dari tahun ke tahun sehingga membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan PT. Dharma Bahari Riau. Untuk hal penerimaan perbaikan dan perawatan
kapal – kapal yang akan dilakukan diatas kapal, baik dari dalam perusahaan maupun dari luar
perusahaan.
Setelah memperhatikan pentingnya mesin induk sebagai mesin penggerak utama dan
alat yang paling vital dalam sebuah kapal serta luasnya komponen – komponen mesin. Untuk
itu harus di lakukan upaya– upaya dalam menangani sistem pelumasan mesin diesel sebagai
alat penggerak utama pada sebuah kapal. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
tentang sistem pelumasan Mesin Induk di atas kapal KM. Djo No.2 pada PT. Dharma Bahari
Riau. Yang mencakup: a) proses pelumasan mesin induk di KM. Djo PT. Dharma Bahari
Riau, b) memaparkan kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan pelumasan mesin di KM.
Djo PT. Dharma Bahari Riau, dan c) upaya apa saja untuk mencapai tekanan minyak lumas
pada tekanan yang diharapkan.

A. Pelumasan mesin
Dalam sebuah mesin terdapat banyak bagian yang mengalami gesekan seperti metal,
roda gigi, torak yang dikenakan gaya gesek yang mengganggu gerakannya. Karena gaya
ini, bagian yang bergerak menjadi aus sehingga kedudukannya longga atau malah melekat
sehingga tidak dapat bergerak lagi. Jika gesekannya besar akan terjadi pemborosan tenaga
penggerak mesin. Untuk mengurangi gesekan agar mencegah ausnya atau melekatnya
bagian-bagian yang bergesekan dibutuhkan pelumasan dengan memberikan bahan minyak
lumas pada permukaan-permukaan yang bergesekan, selain melumasi bagian-bagian yang
akan bergesekan harus dibuat dari bahan yang sesuai (Rasyi, 2001). Type dasar dari pada
system pelumasan yang umum digunakan pada mesin- mesin ialah system carter basah
dan system carter kering.
a. Sistem carter basah
Pada system ini di bagian bawah dari pada piringan atau pun yang juga
merupakan tangki suply dan ada kalannya juga merupakan alat pendingin dari
pada pelumas. Minyak lumas yang jatuh menetes dari silinder-silinder dan
bantalan-bantalan kembali ke dalam tempat ini, untuk selanjutnya dialirkan
kembali dengan sebuah pompa minyak lumas kedalam sistem pelumasannya tadi.
Sistem sump tank basah ini banyak digunakan pada mesin- mesin kecil.
b. Sistem Carter Kering
Minyak lumas yang jatuh ke dalam sump tank selanjutnya di alirkan dengan
sebuah pompa minyak lumas melalui sebuah filter dan dikembalikan lagi ke
dalam tangki suply. Tangki suply ditempatkan di luar mesinnya, pompa ini
mempunyai kapasitas yang besar sehingga dapat mengosongkan sama sekali
sump tanknya atau tangkinya.
Pada umumnya system ini menggunakan sebuah oil cooler baik yang menggunakan
air maupun udara sebagai medium pendinginnya. Sistem carter kering ini banyak
digunakan pada mesin stasioner yang besar seperti dikapal maupun didarat (Wijaya, 2010).
Fungsi pelumasan permukaan gesek dilaksanakan dengan pemberian minyak atau lemak
lumas, dengan tujuan untuk:
a. Mengurangi gesekan untuk meningkatkan efisiensi mekanis.
b. Mengurangi ausnya permukaan gesekan, agar melekatnya permukaan tersebut tak
terjadi.
c. Menyeret panas yang dihasilkan, gesekan atau panas yang diteruskan dari bahan-
bahan lain agar mencegah pemanasan yang berlebihan.
d. Mencuci hydrocarbon atau serbuk logam sehingga permukaan gesekan bersih.
e. Menutup bagian-bagian seperti cela antara silinder dan cincin torak.
f. Memancarkan gaya yang bekerja secara local pada permukaan gesekan.
g. Menghindari oksidasi dan karat pada permukaan gesekan.
h. Mencegah adanya debu.
B. Bahan minyak lumas
a. Jenis-jenis minyak lumas pada mesin induk
1) Oli Cylinder M/E Medripal 440/SAE 40.
2) Oli System M/E Medripal 312/SAE 30.
b. Penggolongan bahan minyak lumas
1) Minyak lumas cair
Jenis yang banyak terdapat dan sering digunakan adanya minyak lumas
mineral yang disuling dari minyak bumi dan dimurnikan. Penggunaannya untuk
melumasi bagian- bagian yang bergerak seperti poros engkol, silinder dan lainnya.
2) Minyak lumas setengah padat
Yang paling popular adalah lemak yang dihasilkan oleh penambahan sabun
kalsium atau sabun soda ke minyak lumas. Dipakai untuk melumasi bagian-bagian
yang bergerak lambat dan cepat, seperti transmisi, poros engkol.
3) Minyak lumas padat
Grafik berbentuk serbuk dan digunakan sebagai campuran dengan lemak atau
minyak lumas. Dipakai untuk melumasi bagian-bagian yang bersuhu tinggi.
c. Sifat-sifat minyak lumas
1) Setiap minyak lumas mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Sifat yang perlu di
tetapkan adalah: Viscositas
2) Keminyakan
3) Residu karbon
4) Titik beku
5) Titik nyala
6) Keadaan air dan sedimen
7) Angka kenetralan dan keasaman
8) Angka pengendapan
9) Berat jenis
10) Warna
d. Syarat minyak lumas
Mengingat factor penyebabnya dan kerugian-kerugian yang terjadi akibat kerusakan
minyak lumas, maka minyak lumas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Mempunyai viscositas yang cocok untuk rongga, putaran dan beban bidang yang
dilumasi, untuk rongga dan beban yang besar viscositasnya harus tinggi, dan
putaran tinggi viscositasnya harus rendah.
2) Mempunyai tenaga lengket yang besar tehadap bidang minyak lumas.
3) Mempunyai kekuatan lapisan besar, agar kontak dalam logam dapat dihindarkan.
4) Bersifat anti karat.
5) Mempunyai titik alir yang rendah, agar tetap mengalir walaupun suhu kerja
rendah terutama pada waktu star.
6) Mempunyai kelelahan terhadap pembentukan endapan partikel tertentu, dalam
air, udara, bahan bakar dan gas hasil pembakaran.
7) Mempunyai kesanggupan untuk mencuci dan menghanyutkan partikel-partikel
kecil tanpa menimbulkam pengelompokan atau endapan.
8) Bersifat menolak kotoran dalam silinder.
9) Tidak berbusa.
10) Tidak beracun, tidak menimbulkan karat.
11) Mempunyai titik nyala yang tinggi.
12) Stabil

C. Metode pelumasan
Selain pemilihan yang tepat bahan minyak lumas yang sesuai bagi sifat-sifat
bagian gesekan dengan keadaan kerja untuk mendapatkan pelumasan yang baik. Cara
memberikan bahan minyak lumas pun harus sesuai. Cara melumasi:
a. Pelumasan dengan tangan
Jika perlu, minyak di tuangkan dengan tangan dari bagian tuang ke bagian-bagian
yang bergesekan.
b. Pelumasan tetes
c. Minyak yang disimpan pada wadah minyak menetes terus menerus melalui lubang
kecil atau pun katup jarum.
d. Pelumasan sumbu
e. Minyak dari pada diakhiri secara terus menerus oleh penyerapan sumbu.
f. Pelumasan dengan tekanan
g. Minyak diberikan oleh alat pelumas bertekanan.

Ditinjau dari cara pengaliran oli ke bagian-bagian yang perlu dilumasi, ada tiga
system yang umumnya di gunakan yaitu sistem percik, sistem tekan, dan sistem
kombinasi.

a. Sistem percik
Oli sampai ke bagian yang dilumasi dengan cara dipercikkan oleh ujung pipi
engkol, pada ujung pipi engkol diberi sendok pemercik yang dirancang khusus,
percikkan oli akan melumasi dinding silinder dan bearing.
b. Sistem tekan
Oli dialirkan ke bagian-bagian yang dilumasi dengan cara di pompa. Pada
bagian- bagian tertentu dari komponen mesin dibuat saluran-saluran kecil sebagai
jalan aliran oli.
c. Sistem kombinasi
Sistem kombinasi adalah gabungan antara system percik dan sistem tekan.
Keuntungannya adalah apabila system tekan tak bekerja karena pompa oli rusak
maka pelumasan pada batas-batas tertentu masih berlangsung dengan sistem
percik.
METODE
A. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian deskriktif analisis, yaitu merupakan
penelitian yang dilaksakan terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh.
Penelitian dari subyek berupa individu, organisasi, industri atau perpektif yang dengan
menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati yaitu pelumasan
dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo pada PT. Dharma Bahari
Riau. KM Djo mempunyai 3 kapal dan yang di lakukan penelitian atau pengamatannya
adalah di KM. Djo No.2.
B. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi lapangan
Studi langsung pada pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada
KM. Djo No.2 milik PT. Dharma Bahari Riau.
b. Pengamatan ( Observasi )
Pengamatan atau observasi langsung pada pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan
mesin induk pada KM. Djo No.2 milik PT. Dharma Bahari Riau.
c. Wawancara ( Interview )
Melakukan wawancara dengan koresponden yang dianggap sebagai sumber informasi
pada KM. Djo Djo No.2 milik PT. Dharma Bahari Riau.
d. Studi Kepustakaan ( Library Research )
Mempelajari buku-buku literature, diklat-diklat, atau sumber-sumber informasi lainnya
yang berhubungan dengan masalah pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin
induk pada KM. Djo No. 2 milik PT. Dharma Bahari Riau.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
a. Sistem Pelumasan Pada Mesin Induk
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan system pelumasan pada
Mesin Induk diatas kapal KM. Djo No.2 menggunakan system pelumasan carter
kering (dry sump tank ), yang mana dalam system ini tidak ada minyak lumas di dalam
carter seperti pada mesin-mesin kecil. Pada sistem carter kering ini, minyak lumas
setelah melumasi mesin jatuh ke carter kemudian dialirkan ke tangki endap (sump
tank) dan dipompa ke filter untuk menyaring minyak lumas tersebut dari kotoran-
kotoran, pecahan-pecahan bahan atau partikel-pertikel logam.
Setelah minyak lumas disaring dengan melewati filter, minyak lumas tersebut
dialirkan ke pendingin minyak lumas (oil cooler) yang berfungsi untuk mendinginkan
minyak lumas, kerena minyak lumas setelah melumasi dengan menggunakan sistem
kombinasi, minyak lumas dialirkan dengan menggunakan pompa roda gigi, yang
dibuat saluran-saluran kecil sebagai jalan aliran minyak pelumas. Sebagian lagi
dialirkan dengan cara dipercikkan untuk pelumasan. Setelah pelumasan oli turun ke
carter dari carter oli kembali ke sump tank yaitu Pompa Exter Service/Pompa terpisah
dengan mesin. (Jusak, J.H.2006)
b. Sistem Pendinginan Minyak lumas
Tujuan dari sistem pendinginan minyak lumas adalah untuk mendinginkan
minyak lumas sehingga minyak lumas tidak terbakar. System pendinginan minyak
lumas yang digunakan di KM. Djo No.2 adalah sistem pendinginan tertutup, dimana
pada sistem ini menggunakan media pendinginan air laut dan air tawar.
Dalam sistem pendinginan minyak lumas tertutup ini air dipompa dimasukan ke
dalam pendingin minyak lumas (oil cooler) untuk mendinginkan minyak lumas yang
berasal dari tangki endap kemudian air laut tersebut dialirkan ke pendingin air tawar
(water cooler) untuk mendinginkan air tawar tersebut, air laut tersebut dikeluarkan
melalui lambung kapal. Sedangkan air tawar dan minyak lumas yang telah
didinginkan oleh air laut dialirkan ke mesin induk untuk mendinginkan dan melumasi
mesin tersebut. Sirkulasi minyak pelumas ditunjukkan pada gambar 3.1.
Didalam pendingin minyak lumas (oil cooler) ini, penyerahan panas dilakukan
secara tidak langsung dimana minyak lumas dan air laut dipisahkan oleh dinding-
dinding pipa. Penyerahan panas dilakukan melalui dinding-dinding pipa tersebut.
Minyak lumas setelah keluar dari pendingin minyak lumas harus mencapai
temperature ideal antara 50o CFilter
o
- 60OilC. Pompa
Oil
L.O
Carter
Cooler

Main Engine Filter Oil


Engineblock
Turbocharger

Gambar 3.1 Sirkulasi Minyak Pelumas

c. Proses Perawatan Sistem Pelumasan Mesin Diesel


Sistem pelumasan merupakan sistem yang sangat berpengaruh besar terhadap
kinerja mesin. Untuk itu kita harus selalu merawat/memelihara sistem ini, apabila
sistem ini diabaikan dapat merusak mesin itu sendiri KM. Djo No.2 penggantian
minyak pelumas selalu dilakukan setelah 1200 jam kerja. Dengan cara minyak
pelumas bekas dipompa dari tangki endap (sumptank). Setelah tangki endap kosong
kemudian disemprot dengan udara bertekanan untuk membersihkan kotoran-kotoran,
pecahan-pecahan bahan yang mengendap di tangki endap tersebut. Mengukur
kapasitas minyak pelumas dengan menggunakan atat ukur (sounding type), tambahkan
minyak pelumas (bila perlu) sesuai dengan buku pedoman servicenya, dan perhatikan
juga kondisi (viskositas) dari minyak pelumas tersebut.
Selain mengganti atau membersihkan filter periksa juga minyak lumas, pipa-pipa
saluran minyak lumas pun harus diperhatikan karena apabila terjadi kebocoran pada
pipa-pipa saluran tersebut maka akan mengakibatkan borosnya minyak lumas dan
tekanan pun akan mengalami penurunan. Untuk memeriksa pipa-pipa saluran minyak
lumas mesin harus dihidupkan dengan begitu akan diketahui apakah ada atau tidaknya
kebocoran-kebocoran pipa-pipa saluran tersebut. Perhatikan juga pada sambungan-
pambungan dan packing-packingnya. Pada sistem pendinginnya pun harus mendapat
perhatian dengan selalu memperhatikan pada alat ukur berapa temperature yang keluar
dari pendingin minyak lumas ini dan selalu memperhatikan pipa-pipa air lautnya.

B. Pembahasan
Adapapun pembahasan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Proses Pelumasan
Proses pelumasan mesin induk di KM. Djo No.2 menggunakan sistem pelumasan
carter kering seperti ditunjukkan pada gambar 3.2, dimana minyak lumas yang telah
melumasi bagian- bagian yang bergerak jatuh ke dalam carter dan kemudian dihisap
oleh sebuah pompa dan dialirkan ke sebuah filter yang berguna untuk menyaring
minyak lumas tersebut dari serbuk. Pecahan-pecahan bahan, partikel-partikel logam
atau pun kotoran-kotoran yang berasal dari bidang kerja yang rusak.
Kemudian dialirkan menuju cooler untuk mendinginkan minyak lumas sebelum
dimasukkan ke dalam Purifier untuk diteruskan atau dibersihkan lebih lanjut ke dalam
mesin induk dan disebarkan ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Karena
mesin ini menggunakan sistem pelumasan carter kering maka diperlukan sebuah
pompa yang berfungsi untuk menyalurkan atau mengalirkan minyak lumas ke
komponen-kompone yang bergerak dengan suatu tekanan. Pompa yang dipergunakan
adalah jenis pompa roda gigi, dimana pompa ini akan hidup secara otomatis setelah
mesin dihidupkan karena pompa ini telah dihubungkan dengan poros engkol mesin itu
sendiri.

Gambar 3.2 Proses Pelumasan


b. Kendala pada saat pelumasan
Kendala yang dihadapi pada saat pelumasan adalah:
1. Mengenai minyak lumas yang mengalami kerusakan (encer) yang disebabkan
oleh suhu minyak lumas melebihi suhu normal dan tercampurnya minyak lumas
dengan cairan lain.
2. Mengenai tekanan minyak lumas yang selalu kering dari ketentuan.

c. Upaya Pelumasan untuk mendapatkan tekanan yang diharapkan


Tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan 5kg/cm atau yang telah
ditentukan. Apabila tekanan minyak lumas berkurang maka akan mengakibatkan
minyak lumas tidak dapat mencapai bagian-bagian yang kecil (cela-cela) yang
memerlukan pelumasan karena salah satu fungsi dari minyak lumas yaitu harus dapat
memberikan suatu lapisan minyak (flim) antara dua permukaan yang bergesekan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya tekanan minyak lumas adalah
dengan memeriksa saluran-saluran minyak lumas jangan sampai ada kebocoran pada
saluran tersebut karena dapat menurunkan tekanan juga akan mengakibatkan
borosnya minyak lumas karena terbuang. Selain kebocoran pada saluran-saluran pada
minyak lumas juga perlu diperhatikan pompa tekan mimyak lumas.

C. Pemecahan masalah
Kendala-kendala yang timbul selama kegiatan pelumasan dilaksanakan dan
diusulkan untuk mengatasi, menanggulangi kendala-kendala tersebut dengan menekan
sekecil mungkin akibat yang ditimbulkan, adapun kendala-kendala tersebut dapat diatasi
dengan upaya sebagai berikut:
a. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kerusakan pada minyak lumas (encer)
yang disebabkan karena suhu minyak lumas melebihi batas normal dan
tercampurnya minyak pelumasan dengan cairan lain adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan dan penggantian saringan/filter
Fungsi dari pada saringan oli adalah untuk menyaring kotoran-kotoran yang
terkandung dalam oli, oli didalan carter sebelum di pompa dan melumasi
bagian- bagian yang bergerak dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
saringan/filter untuk penyaringan, karena oli setelah melumasi bagian-bagian
yang bergerak akan membawa pecahan-pecahan bahan kotoran. Semakin
lama penyaringan tersebut maka akan semakin bertumpuk kotoran-kotoran
yang mengendap pada saringan tersebut. Kemudian akan menghambat
saluran-saluran oli tersebut. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan
saringan/filter tersebut. Langkah-langkah pemeriksaan saringan oli:
a) Meletakkan bak penampungan dibawah untuk menyaring minyak lumas
yang ada pada saringan/filter.
b) Melepaskan filter dengan alat khusus.
c) Melepaskan pengikat saringan dan keluarkan saringan.
d) Bongkar saringan minyak lumas.
e) Periksa elemen-elemen filter minyak lumas, bersihkan jika terlalu kotor
atau rusak berat harus diganti.
f) Periksa pegas-pegas filter, jika lemah atau berubah bentuk maka harus
diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
g) Pasang kembali, pergunakan gasket yang baru untuk pemasangan kembali.
h) Apabila setelah pemeriksaan saringan oli mesin mengalami kerusakan
maka saringan oli tersebut harus diganti dengan yang baru.

2) Cara pembersihan cooler


Cara membersihkan cooler yaitu tutup valve inlet dan outlet air
pendingin dengan membuka baut-baut pipa penghubung ke minyak lumas
setelah itu buka tutup cooler. Setelah tutup cooler terbuka dengan
menggunakan rotan tiap-tiap lubang disogok satu per satu sampai kotoran-
kotorannya hilang atau keluar. Setelah itu dengan menggunakan udara tekan
lubang-lubang tadi di semprot untuk membersihkan debu-debu dan kotoran-
kotoran yang masih tertinggal di dalam lubang-lubang cooler tersebut.
Apabila terjadi kebocoran didalam pendingin minyak lumas (oil cooler)
terutama pada pipa-pipa saluran air laut maka minyak lumas dan air laut akan
tercampur dan akan mengakibatkan minyak lumas menjadi encer. Untuk itu
kita harus selalu mencermati ciri-ciri minyak lumas yang berbeda di tangki
endap, antara lain sebagai berikut:
a. Tanda-tanda minyak lumas tercampur air tawar:
 Berwarna coklat susu atau mendekati warna abu-abu,
 Rasanya tawar.
b. Tanda-tanda minyak lumas tercampur air laut:
 Berwarna kecoklat-coklatan atau mendekati keabu-abuan.
 Rasanya asin.
c. Tanda-tanda minyak lumas tercampur bahan bakar.
 Kekentalan (viscositet) dari minyak lumas menjadi encer.
 Tanda-tanda minyak lumas harus diganti:
 Warna hitam pekat
 Kekentalan (viscositet) menurun atau encer.
Maka apabila terjadi kebocoran pada pipa-pipa saluran air laut tersebut
dengan segera pipa-pipa kita tambal bila memungkinkan, apabila tidak maka
gantilah pipa- pipa tersebut dengan pipa yang baru

b. Upaya yang dilakukan agar tekanan minyak lumas mencapai tekanan yang
diharapkan.
1) Pemeriksaan pada pipa-pipa saluran minyak lumas
Pemeriksaan pada pipa-pipa saluran minyak lumas biasanya dilakukan
pada waktu mesin itu jalan atau dihidupkan, seandainya ada kebocoran maka
minyak lumas ada yang menetes keluar dari pipa. Ini biasanya terjadi pada
sambungan-sambungan pipa yang tidak tepat atau rusak, maka apabila hal ini
terjadi packing segera.
Kebocoran juga dapat disebabkan oleh banyaknya lumpur dalam pipa-
pipa yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran pipa-pipa tersebut.
Karena tekanan dari minyak lumas yang tinggi akan mengakibatkan pipa-pipa
saluran minyak lumas pecah dan ini harus segera diperbaiki bila
memungkinkan atau diganti.
2) Pemeriksaan pada pompa tekan minyak lumas.
a) Keluarkan minyak lumas sampai habis.
b) Lepas bak carter.
c) Lepas baut pengikat pompa.
d) Bersihkan pompa minyak lumas dengan menggunakan solar.
e) Lepaskan bagian-bagian pipa minyak lumas.
f) Periksa cela antara roda gigi.
g) Periksa kerenggangan roda gigi penggerak.
h) Periksa kerenggangan roda gigi yang digerakkan.
i) Periksa celah antara roda gigi dengan tutup pompa.
j) Bandingkan hasil pengukuran diatas dengan pedoman buku servicenya.

Selain pada roda gigi pompa juga harus di perhatikan pada ball bearingnya
kemungkinan ball bearing tersebut aus sehingga mengakibatkan putaran mesin tidak
normal. Apabila tekanan minyak lumas masih rendah maka pompa minyak lumas tersebut
harus diganti dengan yang baru. Apabila tidak diganti maka akan mengakibatkan
kerusakan pada mesin (Sularso, Harua Tahara.1983).

D. KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Proses pelumasan Mesin Induk KM. Djo No.2 menggunakan sistem pelumasan carter
kering, dimana sistem ini menampung minyak pelumas diluar mesin induk. Metode yang
dilakukan untuk perawatan minyak lumas adalah dengan memehatikan viscositas minyak
lumas dan jam kerja minyak lumas tesebut.
b. Kendala yang sering dialami pada saat pelaksanaan pelumasan mesin Induk KM. Djo
No.2 adalah minimnya pengalaman dan keteampilan awak kapal dalam melaksanakan
perawatan lubricating oil separator karena faktor usia dan masa kerja yang baru
c. Upaya untuk mencapai tekanan yang diharapkan adalah dengan memperhatikan kwalitas
minyak lumas dan penggantian minyak lumas dapat memperkecil kerusakan pada mesin
tersebut dan berikan minyak lumas sesuai dengan type dan jam kerja pada kapal.

Anda mungkin juga menyukai