Anda di halaman 1dari 11

I.

PENGANTAR

Critical book ini diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Ikatan Kimia.
Adapun buku yang digunakan adalah buku teks yang berjudul Prinsip-Prinsip
Kimia Modern karya David W Oxtoby, H. P. Gillis dan Norman H. Nachtrieb
dengan editor Silvester Lemeda Simarmata, S.T yang diterbitkan oleh Erlangga
pada tahun 2001 dan sebagai pembandingnya menggunakan modul Ikatan Kimia
karya Dr. Iis Siti Jahro, M.Si dan Ratna Sari Dewi, S.Si, M.Si yang di terbitkan
oleh Jurusan Kimia Universitas Negeri Medan pada tahun 2017. Pada critical
book ini penulis membandingkan keterkaitan konsep dan kemutakhiran materi
pada sub pokok bahasan ikatan ion.

Adapun tujuan penulisan critical book ini yaitu agar sekiranya pembaca dapat
mengetahui buku yang dapat digunakan sebagai referensi ataupun bahan bacaan
tambahan tentang ikatan ion.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki Critical Book Report ini kedepannya.

II. RINGKASAN ISI BUKU


2.1 Buku I (Ikatan Kimia) :
Defenisi Ikatan Ion
Ikatan ion didefenisikan sebagai ikatan yang terjadi antara ion positif (+)
dengan ion negatif (-).

Struktur Lewis Molekul Senyawa Ion


Proses pembentukan ikatan ion di antara atom-atom dapat digambarkan
dengan struktur Lewis. Penggambaran Struktur Lewis diawali dengan membuat
konfigurasi elektron masing-masing atom.

1
 Atom dengan elektron valensi <4 cenderung melepaskan elektron untuk
mencapai kestabilan.
 Atom dengan elektron valensi 4 memiliki dua kemungkinan yaitu,
melepaskan elektron dan menggunakan elektron secara bersama untuk
mecapai kestabilan.
 Atom dengan elektron valensi >4 cenderung menerima elektron dari unsur
lain untuk mencapai kestabilan.

Selanjutnya penggambaran struktur Lewis dilakukan dengan menuliskan lambang


unsur dengan elektron valensi unsur tersebut. Oleh karena adanya gaya
elktrostatik yang dimiliki kedua unsur, maka akan terjadi serah terima elektron
sehingga membentuk sebuah molekul.

Mekanisme Reaksi Pembentukan Senyawa Ion

Pembentukan senyawa ionik berlangsung dengan mekanisme reaksi redoks.


Atom yang melepaskan elektron akan mengalami reaksi oksidasi, begitupula
sebaliknya atom yang menerima elektron dari atom lain akan mengalami reaksi
reduksi. Gaya elektrostatik yang dimiliki kedua atom akan membentuk molekul
Contoh pembentukan senyawa ion CaS.

20Ca : 2 8 8 2 (melepaskan 2e- untuk mencapai kestabilan oktet)

16S :2 8 6 (menerima 2e- untuk mencapai kestabilan oktet)

Oksidasi : Ca(s) + E → Ca2+(g) + 2e


Reduksi : S(s) + 2e → S2- +E
Redoks : Ca(s) + S(s) → Ca2+(g) + S2-

Siklus Born-Haber

Siklus Born-Haber merupakan tahapan proses pembentukan senyawa ion


beserta perubahan entalphi (ΔH) yang menyertai pada setiap tahap tersebut.
Dalam pembentukan ikatan ion unsur unsur yang berikatan harus berfase gas.

2
Perubahan fase menjadi gas dapat dilakukan dengan cara menguap dan
menyublim. Dengan mnggunakan siklus Born-Haber kita dapat menentukan
besarnya energi kisi pada setiap tahapan tersebut. Siklus Born-Haber juga dapat
memprediksi kemungkinan terbentuk atau tidaknya suatu senyawa ionik.

Energi Kisi

Energi kisi adalah energy yang dibebaskan pada saat ion-ion gas bergabung
membentuk padatan kristal ionik. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya energy kisi, yaitu:

 Jari-jari ion : semakin besar ion maka semakin kecil energi kisi dan
sebaliknya
 Muatan ion : semakin besar muatan ion maka semakin besar energi kisi

Semakin mudah ion-ion bergabung membentuk kristal maka energi kisi


semakin besar.

2.2 Buku II (Prinsip-Prinsip Kimia Modern) :


Defenisi Ikatan Ion
Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau pengalihan
elektron diantara atom. Bila elektron berpindah dari satu atom ke atom lain,
ikatan yang dihasilkan dikelan sebagai ikatan ionik.

Diagam Titik Lewis untuk Ikatan Ionik

Pembentukan ion positif dan ion negatif melalui perpindahan elektron di


antara atom-atom ditandai dengan diagram titik Lewis. Diagram Lewis
memberikan alasan bagaimana ion dapat terbentuk dari setiap atom dan
bagaimana rumus kimia senyawa ionik. Ion bermuatan berlawanan distabilkan
oleh gaya tarik Couloumb diantara kedua ion; magnitudo energi stabilisasi dapat
diperkirakan dengan menghitung energi potensial Couloumb antara ion-ion.
Energy stabilisasi yang sangat besar dapat dicapai bila sejumlah besar ion disusun

3
sedemikian rupa sehingga ia dikelilingi oleh muatan yang berlawanan. suhu yang
sangat tinggi.

Model Lewis dimulai dengan memahami bahwa tidak semua elektron dalam
atom berpartisipasi dalam ikatan kimia. Elektron tampaknya menempati
seperangkat kulit yang mengelilingi inti, dan elektron yang terletak pada kulit
dalam (disebut elektron teras) dapat dikatakan tidak terlibat dalam pembentukan
ikatan antara atom. Kulit terluar yang terisi sebagian (disebut kulit valensi)
mengandung elektron yang umumnya perlu diperhitungkan dalam ikatan kimia,
yang disebut elektron valensi. Atom yang kulitnya terisis penuh menunjukkan
kestabilan kimia yang sangat tinggi. Pengamatan ini dijelaskan oleh uraian
kuantum mengenai struktur atom dan mencerminkan kekuatan gaya elektrostatik
yang mengikat elektron pada intinya.

Model Lewis menggambarkan elektron valensi dengan titik-titik; elektron


teras tidak diperlihatkan. Empat titik pertama ditampilkan satu per satu di
keempat sisi lambing unsur. Jika terdapat lebih dari empat elektron, titiknya
dipasangkan dengan yang sudah ada. Hasilnya ialah lambing titik Lewis untuk
atom tersebut.

4
Pembentukan Senyawa Ionik

Ion diciptakan dengan mengambil (titik-titik) atau menambahkan titik ke


lambang titik Lewis dan juga dengan menuliskan muatan listrik bersih ion itu
dengan superskrip di sebelah kanan. Misalnya: Na+ , Ca2+, F- dan S2-

Kestabilan khusus dihasilkan bila suatu atom, baik dengan melepaskan atau
mendapatkan elektron, membentuk ion yang kulit terluarnya memiliki jumlah
elektron yang sama dengan kulit terluar atom gas mulia. Misalnya, Na dengan
energy ionisasi 495,8 kJ mol-1 dengan mudah melepaskan elktron valensinya
untuk mencapai jumla elektron valensi yang sama dengan Ne, yang sangat stabil,
dengan energi ionisasi 2080,6 kJ mol-1.

Kecenderungan atom untuk mencapai octet valensi menjelaskan begitu


banyak tentang reaktivitas kimia. Atom dari unsure Golongan I dan II mencapai
oktet dengan melepaskan elektronnya dan membentuk kation; atom dari unsur
Golongan VI dan VII juga melakukan hal yang sama dengan menerima elektron
dan membentuk anion.

Nama dan Rumus Senyawa Ionik

Gabungan kation dan anion menghasilkan senyawa ionik. Senyawa ionik


dinamai dengan mengurutkan kationnya dulu, lalu diikuti dnegan nama anion. Ion
dapat berupa monoatomik atau poliatomik; politomik juga disebut sebagai ion
molekular.

Kation monoatomik membawa nama unsur induknya. Kita telah mengenal ion
natrium (Na+) dan ion kalsium (Ca2+); ion dari unsure lain dalam Golongan I dan
II dinamai dengan cara yang sama. Logam transisi dan unsure logam Golongan II.
IV, dan V berbeda dengan logam Golongn I dan II, karena mereka sering
membentuk beberapa ion stabil dalm senyawa dan dalam larutan. Meskipun
senyawa ion tidak pernah mengandung ion Ca 3+ (selalu Ca2+), unsure besi
membentuk ion Fe2+ dan Fe3+, dan talium mmbentuk ion Ta+ dan Ta3+. Bila suatu

5
logam membentuk ion dengan lebih dari satu muatan, kita membedakannya
dengan menempatkan angka Romawi dalam tanda kurung sesudah nama
logamnya:

Cu+ ion tembaga (I) Fe2+ ion besi(II) Sn2+ ion timah(II)

Cu2+ ion tembaga (II) Fe3+ ion besi(III) Sn4+ ion timah(IV)

Metode terdahulu untuk membedakan kedua pasangan ion tersebut adalah


dengan member akhiran –o dan –i pada akhir nama logam masing-maing untuk
menyatakan ion yang muatannya lebih rendah dan lebih tinggi. Jadi, Fe 3+ dulu
disebut fero dan Fe3+ ion feri.

Anion monoatomik dinamai dengan menambahkan akhiran –ida pada bagian


pertama nama unsur. Jadi, klorin menjadi klorida, dan oksigen menjadi oksida.
Anion monoatomik lain dari Golongan V, VI, dan VII dinamai dengan cara yang
sama. Terdapat banyak ion poliatomik, penamaan spesies ini lebih rumit. Nama
oksoanion (masing-masing mengandung oksigen yang bergabung dengan unsure
kedua) diturunkan dengan menambahkan akhiran –at pada batang unsur kedua.
Beberapa unsur membentuk dua oksoanion. Akhiran –at kemudian digunakan
untuk oksoanion yang jumlah atom oksigennya lebih banyak (misalnya, NO 3-,
nitrat) dan akhiran –it ditambahkan untuk nama anion dengan jumlah atom
oksigen yang lebih sedikit (misalnya NO2-, nitrit). Untuk unsur seperti klorin,
yang membentuk lebih dari dua oksoanion, kita menggunakan awalan per-
(jumlah atom oksigen terbanyak) dan hipo- (jumlah atom oksigen tersedikit).
Oksoanion yang mengandung hidrogen sebagai unsur ketiga mencantumkan kata
itu dalam namanya.misalnya oksoanion HCO3- disebut ion hidrogen karbonat
yang lebih disukai daripada nama biasa (nonsistematik) “ion bikarbonat” dan
H2SO4- sering disebut “ion bisulfate” yang lebih baik disebut ion hidrogen sulfat.

6
Komposisi senyawa ionik ditentukan oleh kenetralan uatan secara keseluruhan:
muatan positif total pada kation harus diimbang dengan muatan negatif total pada
anionnya.

Energi Stabilisasi Coulomb

Berdasarkan aturan oktet, model titik elektron Lewis merasionalkan


pembentukan ikatan ionic dari atom Golongan I dan II dan dari Golongan VI dan
VII. Tingkat kecanggihan berikut ialah memperkirakan energy stabilisasi
pasangan ion tersebut relative terhadap atom bebasnya., sebab kuantitas ini
merupakan ukuran dari kekuatan ikatan yang terbentuk. Andaikan satu unsur yang
sangat elektropositif seperti kalium, bereaksi dengan unsure yang sangat
elektronegatif seperti fluorin. Kalium merupakan donor elektron yang baik;
energy ionisasinya ialah

K → K+ + e- ΔE = +419 kJ mol-1

Fluorin merupakan akseptor elektron yang baik, afinitas elektronnya (ΔE = - ΔE)
ialah F + e- → F- ΔE = -328 kJ mol-1

Energi yang harus diinvestasikan untuk membentuk K+ lebih besar dibandingkan


energi yang dilepaskan bila F- terbentuk. Untuk atom yang jaraknya saling
berjauhan dalam wujud gas, perpindahan elektron untuk membentuk ion selalu
tidak menguntungkan.

Jika demikian, ikatan ion terbentuk sewaktu dua ion bermuatan berlawanan saling
mendekat, gaya Couloumb saling menarik. Sesuai dengan hukum Couloumb,
energy interaksi potensial diantara dua muatan Q1 dan Q2 yang berjarak R adalah

Q 1 Q2
Energy potensial =
4 π ε0 R

Dengan ɛo , yang disebut permitivitas vakum, merupakan tetapan


proporsionalitas yang nilainya 8,854 x 10-12 C2 J-1 m-1. Disini R merupakan jarak

7
antara pusat-pusat ion, dan Q1 dan Q2 adalah muatan pada kedua ion (untuk K+
dan F-, Q1 ialah +e dan Q2 adalah –e). Oleh karena Q1 dan Q2 dalam hal ini
memiliki tanda yang berlawanan, energy Couloumb akan negatif dan energy total
akan menurun sewaktu ion saling mendekati:

Q 1 Q2
ΔECouloumb =
4 π ε0 R

Pada jarak yang cukup pendek, tarik-menarik Couloumb jauh lebih besar daripada
energy yang diperlukan untuk memindahkan elelktron sehingga ikatan ionic dapat
terbentuk. Untuk jarak yang besar, atom netral selalu lebih stabil, tetapi pada jarak
dekat spesies ion lebih menguntungkan. Pada jarak yang sangat dekat, elektron
pada kedua atom atau ion mulai saling menolak sehingga energinya naik dengan
signifikan. Panjang kesetimbangan R, dari suatu ikatan ionik ditentukan oleh
keseimbangan antara gaya tarik dan gaya tolak.

III. KEUNGGULAN ISI BUKU


3.1 Buku I (Ikatan Kimia)
a.) Keterkaitan antar konsep dan antar pokok bahasan
Buku ini ini memiliki keterkaitan konsep dan pokok bahasan yang baik,
karena pokok bahasan yang dikembangkan masih berada dalam konsep ikatan
ion. Penulisan materi ditulis secara sistematis yang diawali dengan konsep
dasar mengenai defenisi ikatan ion, struktur Lewis molekul senyawa ion,
mekanisme reaksi pembentukan senyawa ion, siklus Born-Haber dan energi
kisi. Pada bagian akhir buku terdapat lampiran jurnal yang mendukung pokok
bahasan ikatan ion, sehingga pembaca dapat lebih memahami pokok bahasan
yang di sajikan.

b.) Kemutakhiran uraian materi


Materi dalam buku ini disusun dengan menggunakan referensi yang berkisar
antara tahun 1993 hingga tahun 2004. Dalam artian materi yang terkandung di
dalamnya merupakan materi yang cukup lama jika dilihat dari sisi tahun terbit

8
buku ini. Materi disajikan dengan cukup ringkas, padat dan jelas sehingga
dapat dipahami dengan mudah. Bahasa yang digunakan telah sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Buku ini tidak hanya
menyajikan materi berbentuk tulisan, tetapi juga terdapat beberapa contoh
soal dan gambar diagram yang berkaitan dengan pokok bahasan yang
disajikan. Pada buku ini juga terdapat soal-soal yang dapat melatih
kemampuan pembaca.

3.2 Buku II (Prinsip-Prinsip Kimia modern)


a.) Keterkaitan antar konsep dan antar pokok bahasan
Materi yang disajikan dalam buku ini sangat jelas dan berkaitan dengan
konsep ataupun pokok bahasan. Penulisan materi ditulis secara sistematis
yang diawali dengan konsep dasar mengenai defenisi ikatan ion, diagram titik
Lewis untuk ikatan ionik, pembentukan senyawa ionik, nama dan rumus
senyawa ionik, energi stabilitas Couloumb. Jika dibandingkan dengan buku
pertama, pada buku ini setiap pokok bahasan dibahas secara mendalam.
Bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Terdapat pula beberapa rumus yang berkaitan dengan energi
potensial. Pada buku ini terdapat contoh soal dan soal-soal yang dapat melatih
kemampuan pembaca.

b.) Kemutakhiran uraian materi


Pada buku ini tidak terdapat daftar pustaka yang menunjukkan referensi yang
digunakan penulis dalam menulis buku. Buku yang berjudul Prinsip-Prinsip
Kimia Modern ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1999 yang kemudian di
terjemahkan pada tahun 2001. Terhitung dari saat ini, buku ini sudah cukup
lama diterbitkan. Namun, uraian materi yang terkandung tetap menjadi
referensi pada berbagai buku. Jika dibandingkan dengan referensi buku
pertama, buku ini memiliki tahun terbit yang tidak terlalu berbeda masih
ditahun 1900-an.

9
IV. KELEMAHAN ISI BUKU
4.1 Buku I (Ikatan Kimia) :
a.) Keterkaitan antar konsep dan antar pokok bahasan
Jika dibandingkan dengan pokok bahasan pada buku ke-II, buku ini tidak
menyajikan materi tentang bagaimana tata nama dan rumus senyawa ionic
yang merupakan dasar dari ikatan ion itu sendiri. Buku ini memiliki pokok
bahasan yang jumlahnya sama dengan buku ke-II, namun uraian dari pokok
bahasan tersebut sangat singkat.

b.) Kemutakhiran uraian materi


Kemutakhiran buku ini dapat dikatakan kurang baik, karena referensi yang
digunakan berasal dari tahun 1993 hingga tahun 2004, cukup jauh dengan
tahun terbit buku ini.

4.2 Buku II (Prinsip-Prinsip Kimia Modern)


a.) Keterkaitan antara konsep dan antar pokok bahasan
Jika dibandingkan dengan pokok bahasan pada buku pertama, buku ini tidak
disertai dengan sajian pendukung seperti aplikasi dari ikatan ion dalam
bentuk jurnal dan tidak terdapat pembahasan tentang siklus Born-Haber.

b.) Kemutakhiran uraian materi


Kemutakhiran buku ini tidak jelas, karena tidak terlampirnya daftar pustaka
pada akhir buku.

10
V. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pada critical book materi ikatan ion, buku yang di gunakan sebanyak 2 buah.
Dari hasil critical book ini dapat dilihat bahwa kedua buku ini cukup baik dalam
penulisan dan penguraian materinya. Masing-masing buku memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
buku ke-II dengan judul Prinsip-Prinsip Kimia Modern adalah buku yang paling
baik. Namun, untuk pembaca yang ingin mengetahui konsep dasar ikatan ion,
buku yang sesuai adalah modul Ikatan Kimia.

Saran

11

Anda mungkin juga menyukai