Anda di halaman 1dari 14

Nama : Muhammad Ihsan Nuriya

NIM : 171724021

Kelas/Prodi : 3C/D-4 TPTL

Sistem Proteksi Listrik Eksternal Metoda Rolling Sphere

Konsep mengenai daerah perlindungan dengan penyelesain geometri sederhana telah


dilakukan oleh Franklin (1767) dimana petir akan menyambar suatu penangkap petir dari titik
tertentu bila jarak tersebut dengan titik penangkap petir merupakan jarak terpendek. Konsep
pemikiran Franklin mengenai jarak sambaran kemudian berkembang lagi dengan pengertian
jarak sambaran hingga saat ini adalah jarak antara objek yang akan disambar dengan ujung
lidah petir yang bergerak ke bawah dimana pada saat itu kuat medan tembus udara antara
lidah petir dengan bumi telah tercapai. Jarak sambaran inilah yang nantinya menentukan
besarnya perlindungan yang dihasilkan. Dari konsep pendekantan geometri di atas maka
dikembangkan suatu model daerah perlindungan yang dinamakan bola menggelinding.
Metode bola bergulir dapat diumpamakan suatu proses penyambaran, karena metode ini
didasari pada asumsi bahwa tidak ada petir yang dapat menyambar semua titik yang berada
diluar jika jarak orientasinya lebih besar dari pada radius tetap dari bola tersebut.
Suatu instalasi proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu bangunan,
termasuk manusia dan peralatan yang ada di dalamnya terhadap bahaya dan kerusakan akibat
sambaran petir. Penentuan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir menggunakan
standar Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP), National Fire Protection
Association (NFPA) 780 dan International Electrotechnical Commision (IEC)1024-1-1.
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar suatu struktur bangunan untuk
menangkap dan menghantarkan arus petir ke sistem pembumian. Fungsi dari suatu sistem
proteksi petir adalah menangkap sambaran petir serta menyalurkan arus petir ke dalam tanah
dengan aman. Jadi sistem proteksi petir eksternal yang sering digunakan terdiri dari tiga
bagian yaitu air terminal, down conductor, dan grounding system.
1. Air Terminal
Air terminal atau terminasi udara berfungsi untuk menangkap kilatan petir. Ukuran
minimum bahan SPP (Sistem Penangkap Petir) sesuai standar untuk digunakan sebagai
terminasi udara dapat dilihat dari tabel berikut:

Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004
2. Down Conductor
Down conductor berfungsi untuk menyalurkan atau melewatkan arus petir dari
sistem terminasi udara ke sistem pembumian. Ukuran minimum bahan SPP (Sistem
Penangkap Petir) sesuai standar untuk penggunaan konduktor penyalur dapat dilihat dari
tabel berikut:

Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004
3. Grounding System
Grounding system atau sistem pentanahan berfungsi untuk mengalirkan arus dari
petir ke tanah. Kelayakan grounding atau pembumian harus memiliki nilai tahanan
sebaran maksimal 5 Ohm (dibawah 5 ohm lebih baik). Tahanan pada setiap tanah akan
berbeda tergantung pada kadar air, mineral, dan tekstur tanah. Terdapat 3 teknis
pembuatan grounding:
- Single Rod Grounding, hanya terdiri dari satu buah titik penancapan stik rod dengan
tahanan sebaran tanah dibawah 5 Ohm.
- Paralel Rod Gorunding, lebih dari satu stik rod dengan jarak antar stik sebesar 2
meter dari ground sebelumnya.
- Multi Gorunding System, digunakan pada kondisi tanah kering dengan kandungan
logam sedikit, pasir, dan basa (berkapur).
Adapun ukuran minimum bahan SPP yang diapkai dalam standar untuk grounding
system dapat dilihat dari tabel berikut:
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

Berikut penentuan proteksi bangunan akan sambaran petir dilakukan berdasarkan


Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP). Besarnya kebutuhan ditentukan
berdasarkan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi,
sehingga perkiraan bahaya akibat sambaran petir (R) dirumuskan:
R=A +B+ C+ D+ E
Dimana: A : Bahaya berdasarkan jenis bangunan
B : Bahaya berdasarkan konstruksi bangunan
C : Bahaya berdasarkan tinggi bangunan
D: Bahaya berdasarkan situasi bangunan
E : Bahaya berdasarkan hari guruh yang terjadi

Tabel Indeks menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)


Tabel 1. Indeks A: Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan

Penggunaan dan isi Indeks A


Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik bangunannya
-10
maupun isinya
Bangunan dan isinya jarang digunakan misalnya dangau di tengah
0
sawah atau ladang, menara atau tiang dari metal
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal
1
misalnya rumah tinggal, industri kecil, dan stasiun kereta api
Bangunan atau isinya cukup penting misalnya menara air, toko
2
barang-barang berharga dan kantor pemerintah
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya bioskop,
3
sarana ibadah, sekolah, dan monumen bersejarah yang penting
Instalasi gas, minyak atau bensin, dan rumah sakit 5
Bangunan yang mudah meledak dan dapat menimbulkan bahaya
15
yang tidak terkendali bagi sekitarnya misalnya instalasi nuklir

Tabel 2. Indeks B: Bahaya berdasarkan Konstruksi Bangunan


Konstruksi Bangunan Indeks B
Seluruh bangunan terbuat dari logam dan mudah menyalurkan
0
listrik
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi
1
dengan atap logam
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, kerangka besi dan
2
atap bukan logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Tabel 3. Indeks C: Bahaya berdasarkan Tinggi Bangunan

Tinggi Bangunan sampai … (m) Indeks C


6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10

Tabel 4. Indeks D: Bahaya berdasarkan Situasi Bangunan

Situs Bangunan Indeks D


Di tanah datar pada semua ketinggian 0
Di kaki bukit sampai 3/4 tinggi bukit atau di pegunungan sampai
1
10000 meter
Di puncak gunung atau pegunungan yang lebih dari 1000 meter 2

Tabel 5. Indeks E: Bahaya berdasarkan Hari Guruh

Hari Guruh per tahun Indeks E


2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7
Tabel 6. Perkiraan Bahaya Sambaran Petir berdasarkan PUIPP

R Perkiraan Bahaya Pengamanan


> 11 Diabaikan Tidak Perlu
11 Kecil Tidak Perlu
12 Sedang Dianjurkan
13 Agak Besar Dianjurkan
14 Besar Sangat Dianjurkan
>14 Sangat Besar Sangat Perlu

 Konstruksi Bangunan
Nama Bangunan : Apartment
Tinggi Bangunan : 70 meter
Panjang Bangunan : 45 meter
Lebar bangunan : 45 meter
Penangkap Petir : 1 buah
Tinggi Arrester : 1 meter
Lokasi Bangunan : Jakarta
Hari Guruh per tahun : 193 hari

Sumber: BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

 Penentuan Kebutuhan Bangunan akan Proteksi Petir berdasarkan Peraturan Umum


Instalasi Penangkal Petir (PUIPP).
Sebuah bangunan Apartment di Jakarta yang dapat diisi oleh banyak orang memiliki
hari guruh rata-rata per tahun 193 hari dapat diperkirakan bahaya akibat sambaran petir
sebesar:
Indeks A: 3
Indeks B: 2
Indeks C: 7
Indeks D: 0
Indeks E: 7
R=3+2+7+0+7=19
Berdasarkan tabel 6, dengan nilai R>14 maka menara air tersebut sangat
diperlukan sistem proteksi petir (SPP).
 Penentuaan Tingkat Proteksi Berdasarkan Badan Standar Nasional Indonesia
(SNI03-7015-2004)
1. Kerapatan kilat petir ke tanah atau kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata
tahunan di daerah suatu tempat (Ng)
Ng=0,04 ×Td 1,25 /km2 /tahun
Dimana Td : jumlah hari guruh rata-rata pertahun dari data isokeraunik dari BMKG
Ng=0,04 ×1931,25 /km2 /tahun
Ng=28,7 /km2 /tahun
2. Area cakupan ekivalen dari menara air (Ae)
Area cakupan ekivalen ialah daerah permukaan tanah yang dianggap sebagai
struktur yang mempunyai frekuensi sambaran langsung. Nilai area cakupan ekivalen
untuk Hotel yang mempunyai dimensi 60x40x40 meter dapat dihitung dengan
rumus:
Ae=ab+6 h ( a+ b ) +9 π h 2
Dimana a: panjang bangunan (m)
b: lebar bangunan (m)
h: tinggi bangunan (m)
Ae=( 45 ×45 )+ ( ( 6 ×70 ) ( 45+ 45 ) ) +9 π 702
= 2025 + 37800 + 138474
Ae=178.299 m 2s

3. Frekuensi sambaran petir langsung setempat (Nd)


Nd=Ng× Ae × 10−6
Nd=28,7 ×178299 ×10−6
Nd=5,1/tahun
 Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada
bangunan berdasarkan perhitungan Nd dan Nc
- Jika Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
- Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir
Nilai frekuensi sambaran petir tahunan (Nc) yang diperbolehkan sebesar 10-1/tahun.
 Efisiensi Sistem Proteksi Petir (SPP) pada menara air
Nc
E=1−
Nd
0,1
E=1− =0,98
5,1
 Analisis resiko sambaran petir pada suatu daerah terbagi menjadi 4 level yaitu level
I,II,III, dan IV berdasarkan IEC 62305-2. Hubungan level proteksi dengan efisiensi
dijelaskan oada gambar tabel ini:

Dari tabel diatas menunjukkan probabilitas arus petir pada setiap level proteksi.
Semakin kecil level maka semakin besar proteksi petir dibutuhkan pada suatu
bangunan. Hasil nilai efisiensi SPP dari menara air di Jakarta didapat level proteksi I
dengan efisiensi 0,98.
 Menentukan Distribusi Arus Puncak
Nilai distribusi arus petir secara spesfifik dapat dilihat dari kurva distribusi arus
petir (lokal atau standar) berikut:
Pada efisiensi 98% didapat arus petir pada area tersebut adalah > 19 kA
(negative strokes).

Hal tersebut berarti bahwa arus petir lebih besar atau sama dengan dari 19 kA
dilindungi oleh perlindungan eksternal dari struktur, kurang dari 19 kA tidak
terlindung atau sistem kelistrikan dan elektronik dalam struktur harus dilindungi oleh
internal perlindungan.

 Menentukan Jarak Sambar


Hitung jarak sambar atau jari-jari rolling sphere dengan rumus
r =6,7 I 0,85
r =6,7 ×190,85
r =81,85 m
 Menentukan Sudut Lindung
Sudut lindung sebuah air terminal dapat diukur dengan menggambarkan daerah
lindung dengan metoda bola gelinding dimana sudut lindung adalah sudut diantara
garis singgung bola gelinding yang mengenai air terminal dengan permukaan tanah.
Sudut lindung juga dapat didekati dengan dengan persamaan Hasse dan Wiesinger
berikut ini:
Untuk h < r maka sudut lindung dapat dicari dengan rumus

( hr )
α ° =sin−1 1−
Dimana h adalah tinggi bangungan + tinggi arrester
72 m
α ° =sin−1 (1− )
81,85 m
α ° =6,9118 ° ≈7 °

 Air Terminal (Terminasi Udara)

Air terminal atau terminasi udara berfungsi untuk menangkap kilatan petir. Tingkat
proteksi pada hotwl yang dirancang di Jakarta yang dapat mengaliri beberapa wilayah
diperlukan sistem proteksi petir level I dengan efiisiensi sambaran petir 98% dan jarak
sambar sejauh 81,85 meter. Ukuran minimum bahan SPP (Sistem Penangkap Petir) sesuai
standar untuk digunakan sebagai terminasi udara dapat dilihat dari tabel berikut:

Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004
Maka pemilihan bahan didasarkan pada kemungkinan terjadi drop tegangannya kecil,
dimana drop tegangan akan kecil apabila luas penampang besar. Dengan begitu dapat dipilih
untuk air terminal jenis bahan Alumunium (Al) dengan luas terminasi udara sebesar 70
mm2.
 Down Conductor/Konduktor penyalur

Ukuran jarak untuk mengurangi adanya induksi elektromagnetik yang terjadi bila adanya
sambaran petir adalah 0,1 meter antara konduktor penyalur dengan dinding atau tiang.

1. Menentukan Jenis Penghantar


Down conductor berfungsi untuk menyalurkan atau melewatkan arus petir dari
sistem terminasi udara ke sistem pembumian. Ukuran minimum bahan SPP (Sistem
Penangkap Petir) sesuai standar untuk penggunaan konduktor penyalur dapat dilihat dari
tabel berikut:
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

Agar drop tegangan kecil maka dipilih konduktor dengan luas penampang terbesar yaitu
Alumunium (Al) seluas 70 mm2 .

2. Mencari diameter konduktor


L=70 mm 2=0,7 cm2
1
0,7 cm 2= × π × d 2
4
d=0,94407 cm
3. Mencari induktansi down konduktor

Induktansi (H/m) = 1,061 μH/m

4. Tegangan jatuh pada down conductor

Diketahui:

-Panjang down conductor = 70 m

Panjang Down Conductor dapat dilihat dari penempatan konduktor antara di panjang dan
lebar bangunan
Panjang pada down conductor = ¿) + tinggi bangunan

Panjang pada down conductor = ¿) + 70 meter

Panjang pada down conductor = 92,5 meter


-Kecuraman maksimum arus petir = 27,4 kA/s (di Jakarta)

Seperti terlihat pada tabel dibawah:

Maka tegangan jatuh pada down conductor:

dl
UL = Induktansi x panjang konduktor x max
dt

U L =1,061 μH /m× 92,5 m× 27,4 kA /s


U L =2.689,1kV

 Grounding System

Grounding system atau sistem pentanahan berfungsi untuk mengalirkan arus dari petir ke
tanah. Kelayakan grounding atau pembumian harus memiliki nilai tahanan sebaran maksimal
5 Ohm (dibawah 5 ohm lebih baik). Tahanan listrik yang dimiliki oleh sistem pembumian
idealnya adalah 0 ohm,namun karena mencapainya sulit ,maka sebagai referensi untuk untuk
gedung maksimum 5 ohm.

1. Pemilihan Jenis Grounding


Karena tahan memiliki air tanah yang dangkal, memiliki banyak kandungan logam &
bermineral & tekstur tanah yang tidak berpasir, maka konduktifitas tanah tersebut tinggi
sehingga dapat digunakan:Single Rod Grounding

2. Penentuan jenis penghantar & luas penampangnya

Adapun ukuran minimum bahan SPP yang dipakai dalam standar untuk grounding
system dapat dilihat dari tabel berikut:

Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004

Supaya drop tegangan kecil maka dipilih konduktor dengan luas penampang terbesar yaitu
besi (Fe) seluas 80 mm2 .

 Gambar Sudut Lindung dan Daerah Lindung dengan Metoda Bola Gelinding :
Keterangan Gambar :
 r (jari-jari rolling sphere) = 81,85 m
 r (tinggi titik pusat rolling sphere kanan & kiri) = 81,85 m
 ht (tinggi terminal udara/penangkal/arrester) =1m
 hb (tinggi bangunan) = 70 m
 l (lebar & panjang bangunan) = 45 m

Anda mungkin juga menyukai