Beberapa kerusakan lingkungan yang terjadi di Aceh,
pertama, praktik alih fungsi rawa gambut menjadi kebun sawit yang dikelola oleh PT asdal di Kabupaten Aceh Selatan, yang bisa mengakibatkan bencana alam berupa banjir dan kekeringan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh aktivitas penanaman sawit tersebut, dalam satu batang pohon sawit, dapat menyerap air sampai 12 liter tentunya dikawasan tersebut dapat terjadi krisis air bersih sampai kekeringan. Kedua, pembangunan 44 ruas jalan diberbagai hutan di Aceh, sehingga menyebabkan banyak hutan lindung yang menjadi rusak, dan lusnya menyusut. Pembangunan jalan itu dilakukan di 8 kabupaten yaitu Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Gayo Lues, Subulussalam, Aceh Tenggara dan Aceh Besar. Ketiga, aktivitas PT. Rencong Pulp and Paper Industry (RPPI) di Aceh Utara, yang telah mengantongi Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kayu - Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI). Denagn adanya izin tersebut, maka menyebabkan terjadinya alih fungsi hutan. Awalnya dari hutan lindung, menjadi perkebunan. Keempat terjadinya pertambangan emas illegal. Keempat, Penimbunan sampah plastik di sungai yang menyebabkan ikan di sungai mati dan air tercemar. Dan yang kelima banyaknya terjadi pembukaan lahan baru atau peralihan fungsi hutaan menjadi lahan perkebunan, yang bukan hanya menyebabkan kerusakan lingkungan namun juga dapat mengganggu kerusakan spesies yang menghuni utan terganggu, seperti gajah, harimau dan hewan-hewan lainnya. Dari beberapa kasus erusaakan lingkungan yang terjadi diaceh tersebut sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat menyelesaikan masalah ini dan melindungi lingkungan.