Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN DAN TOKOH BLENDED LEARNING

Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata,
blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning
merupakan pembelajaran.

Blended instructional menurut Smaldino (2007:44) bahwa “blended intructional


sometimes called hybrid instruction, is mixing and macthing various instructional settings to
meet the learning needs of your student”. Sesuai dengan makna kata, yaitu mencampurkan.

Menurut Harding, Kaczynski dan Wood, 2005, Blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat
digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran ini memungkinkan penggunaan
sumber belajar online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap
muka. Dengan pelaksanaan blended learning, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena
keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.

Menurut Thorne (2003), blended learning adalah perpaduan dari teknologi multimedia,
CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, e mail dan teleconference, animasi teks
online dan video streaming. Dalam blended learning, semua itu dikombinasikan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu blended learning menjadi solusi yang tepat dan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajar. Seperti yang dikatakan Smaldino (2007:44) bahwa blended
dilakukan ketika macthing dengan situasi siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran, blended learning sangat berpotensi menciptakan


pengalaman bagi pembelajar. Karena blended learning membantu merepresentasikan keuntungan
yang jelas untuk dapat menciptakan pengalaman belajar tersebut. Yang mana dari pengalaman
yang diperoleh pembelajar dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi bagi
pembelajar itu sendiri. Tanpa memerhatikan jarak dan waktu, blended learning dapat menjadi
salah satu cara untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Istilah blended learning menurut MacDonald (2008) biasanya berasosiasi dengan


memasukkan media online pada pembelajaran, sementara pada saat yang sama juga bisa
dilakukan pembelajaran tatap muka dengan cara konvensional. Cara ini dilakukan untuk
mendukung pemahaman pembelajar terhadap tujuan dari pembelajaran. Misalnya dengan
menggunakan menggabungkan penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran dan sebagai
sumber belajar. Sebagai media pembelajaran akan melakukan pembelajaran synchronous seperti
penggunaan dalam proses pembelajan berupa teks dan audio. Dan sebagai sumber belajar dengan
melakukan pembelajaran asynhcronous seperti pengunaan e-mail, forum diskusi, web
pembelajaran.
Kemudian Bersin (2004) menjelaskan bahwa blended learning merupakan kombinasi
berbagai media pembelajaran yang berbeda agar agar tercipta program pembelajaran yang
optimum. Seperti teknologi, aktifitas dan berbagai jenis peristiwa.

Jadi dapat disimpukan bahwa blended itu sendiri berarti melakukan pembelajaran tatap
muka didukung dengan format elektronik. Kemudian blended learning dapat diterapkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Blended learning juga dapat diartikan sebagai proses
pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan, media, metode dan teknik.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasikan dan mencampur baik itu antara tatap muka, belajar mandiri serta belajar
mandiri secara online, atau mencampurkan metode, media untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan


pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual. Menurut Semler
(2005)“Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face
activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job
experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the
strengths of each to counter the others’ weaknesses.”

Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai


cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan
media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga
sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih
daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Blended learning ialah pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara
penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran yang berbeda serta ditemukan pada
komunikasi terbuka diantara seluruh bagian yang terlibat dengan pelatihan”. Sedangkan untuk
keuntungan dari penggunaan blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung
(face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Dari berbagai definisi diatas, para ahli secara umum setuju bahwa blended learning lebih

menekankan kepada penggabungan / penyatuan metode pembelajaran secara konvensional


(faceto-face) dengan metode e-Learning. Sepertiterlihat pada Gambar 1 dibawah ini :
(Yendri,Dodon. 2012)

SEJARAH BLENDED LEARNING

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun


sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran awalnya
karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin
cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber
belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual.
Namun terminologi blended learning muncul setelah berkembangkanya teknologi informasi
sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat ini,
pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap
muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan
teknologi m-learning (mobile learning).

Bersin (2004) dalam (Yendri,Dodon. 2012) menggambarkan sejarah blended learning


yang berkembang di dunia pada awalnya juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan
yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer,
pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan
secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron).
Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan basis komputer tetapi daya
jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi satelit.
Demikian pula, isi pelatihan dilakukan pengebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini
pelatihan menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan
konsep kombinasi (blended).
B. MODEL DAN KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING

Tujuan dan Kategori Blended Learning

Dari pendapat beberapa tokoh, blended learning memiliki tujuan sebagai berikut :
1.Meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah
waktu tatap muka dikelas. 2.Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenal materi
pembelajaran dengan mengubah bentuk pembelajaran klasik sehingga peserta didik bisa lebih
aktif mempelajari materi pembelajaran diluar maupun diluar kelas. 3.Membantu peserta didik
untuk berkembang lebih baik dari dalam proses belajar sesuai dengan gaya belajar dan preferensi
dalam belajar. 4.Memberikan peluang bagi pengajar dan peserta didik untuk lebih mandiri.
5.Menggabungkan aspek baik dari pembelajaran tatap muka dan online. Blended Learning.

1) Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :

a) Peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka (perkuliahan). Istilah ‘blended learning’


untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-
muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai
pelengkap (web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.

b) Hybrid learning : pembelajaran model ini mengurangi aktifitas tatap-muka


(perkuliahan) tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk belajar
secara online.

KOMPONEN-KOMPONEN PERTAMA

Blanded Learning (FACE-TO-FACE LEARNING )

1.Memahami Konsep Pendekatan, Strategi, sebagai basis

Face-To-Face

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebaegai titik tolak atau sudut padang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
prosesyang sifatnya masih umum.. bermacam macam pendekatan yang dikenal dalam
pembelajaran, yaitu: pendekatan tujuan pembelajaran, pendekatan konsep, pendekatan
lingkungan, pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan interaktif,
pendekatan penemuan, pendekatan pemecahan masalah, dan pendekatan sains,lingkungan,
teknologi dan masyarakat. Model pembelajaran merupakan pendekatan, strategi, metode, dan
teknik dalam pembelajaran dapat diwadai atau tercermin dalam sebuah model pembelajaran.
Beberapa pembelajaran yang relevan untuk pembelajaran biologi antara lain: Pengajaran Dan
Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Langsung, Pembelajaran
Berbasis Masalah, Pembelajaran Berbasis Proyek, Siklus Sejarah, dan Pembelajaran Perubahan
Konseptual.
2.Metode-metode pembelajaran tatap muka (face-to-face) serta implikasinya dalam
pembelajaran

Sebelum melakukan proses pembelajaran, seorang pengajar menentukan atau memilih


metode pembelajaran yang akan digunakan supaya tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat
tercapai. Berikiut metode pembelajaranyang digunakan pada pembelajaran tatap muka, antara
lain:

1.Metode Ceramah.

2.Metode Tanya Jawab.

3.Metode Diskusi.

4.Metode Demonstrasi.

5.Metode Eksperimen.

6.Metode Pemberian Tugas.

7.Metode Latihan.

8.Metode Bercerita.

9.Metode Karyawisata.

10.Metode Bermain Peran.

11.Metode Studi Kasus.

KOMPONEN KEDUA

HYBRID LEARNING

A.Pengertian

Perkembangan ICT yang sangat pesat membawa dampak yang begitu besar bagi pola
hubungan antar individu, antar komunitas, bahkan antar negara atau bangsa. E-learning memang
merupakan suatu teknologi baru pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri
dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘elektronic’dan ‘learning’yang berarti
‘pembelajaran’. Permana memaparkan bahwa definisie-learning adalah pengiriman materi
pembelajaran melalui media elektronik secara lebih fleksibel demi mendukung dan
meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Katae pada e-learningtidak hanya
sigkatan dari elektronik, tetapi juga bisa berasal dari kata experience (pengalaman), extended
( perpanjangan), atau expended( perluasan).
Pemikiran dan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan jarak jauh terus
dilakukan oleh para ahli. Maksudnya tentu saja agar diperoleh keluaran (output) yang lebih baik.
Karena itu, blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
secara tatap-muka dan secara virtual. Kombinasi keunggulan dua model pembelajaran tersebut
dapat dilihat di Tabel 2 berikut ini.

Syarat pemenuhan blended learning

Blended Learning mengacu pada pencampuran lingkungan belajar yang berbeda.


Ungkapan tersebut memiliki makna spesifik yang didasarkan pada konteks yang digunakan.
Blended belajar peserta didik dan guru memberikan lingkungan yang berpotensi untuk belajar
dan mengajar lebih efektif. Guru sebagai “author” dari materi ajar berbasis TI dan sekaligus
fasilitator untuk menyampaikan materi ajar dengan pemanfaatan TIK kepada para siswa di kelas
maupun di luar kelas. Disamping itu guru juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar
mengajar tersebut, misalnya dalam bentuk test untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap
materi yang telah disampaikan. Atau dengan kata lain Sistem “blended learning” tersebut akan
menempatkan posisi Guru sebagai kunci pendting dalam proses pembelajaran, baik secara offline
(sistem kelas) maupun sistem online (e-learning).
Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-
learning tinggi yang paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu:

1) Tatap Muka

Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan
sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber
belajar utama. Pengajar menyampaikan isi pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi,
memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron
(synchronous), artinya semua pelajar belajar isi pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama.

2) Belajar Mandiri

Untuk mengakomodasi perbedaan individual kemudian berkembang dengan memberikan tugas


belajar mandiri melalui pembelajaran menggunakan modul, sekarang di sekolah digunakan
Lembar Kerja Siswa. Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan karakteristik kecerdasannya
akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dalam sumber belajar untuk pembelajaran
mandiri ini, kebanyakan pengajar memerlukan buku teks 2 atau atau lebih sebagai sumber
belajar.

Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses
oleh pelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang
dimiliki pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar
yang ada di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam disiplin
ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang dapat diakses untuk
mengkombinasikan dengan buku, multi media, dan sumber belajar lain.

3) Aplikasi

Pembelajaran Berbasis Masalah Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning


dapat dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah-masalah. Melalui pembelajaran
berbasis masalah, pelajar akan belajar berdasarkan masalah yang harus dipecahkan, kemudian
melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus diakses untuk memecahkan masalah tersebut.
Ini berbeda dengan pembelajaran konvensional, yang di tahap awal disajikan konsep, prinsip,
dan prosedur yang diakhiri dengan menyajikan masalah. Asumsinya, pelajar dianggap belum
memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalah, sehingga konsep-konsep tersebut
disajikan terlebih dahulu. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif
mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip,
dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

4) Tutorial

Pembelajaran Tutorial Program pembelajaran berbasis komputer memerlukan kegiatan tutorial


tatap muka, namun sifat tutotial berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional. Pada
tutorial, pelajar yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi, seorang pengajar akan
berperan sebagai tutor yang membimbing. Sejumlah program universitas menggunakan berbagai
pembelajaran interaktif komputer. Perusahaan menyediakan pembelajaran berbasis CD-ROM
dan konten online. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pelajar dalam
belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.

5) Kerjasama

Pembelajaran Kolaborasi Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting
pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun
kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena produk masa depan,
apalagi produk komputer baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yang kompleks,
diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk masa depan adalah produk yang
dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting
dalam pembelajaran berbasis blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional yang semua pelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol
pengajar, dalam pembelajaran berbasis blended, maka pelajar bekaerja secara mandiri dan
berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini akan berbeda dengan
pembelajaran tatap muka.

6) Evaluasi

Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda dibanding
dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang
dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio.
Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada
penilaian diri oelh pelajar, maupun penilai pelajar lain.

Cara Merancang dan Mengembangkan Blended Learning Secara Efektif

Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima kunci
dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:

1) Live Event

Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous


dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda
(seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini
masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.

2) Self–Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced
learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan
menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik
yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio,
atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim
secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming
video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).

3) Collaboration

Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar


peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang
blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar
atau kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang
memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu
saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui
proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem
solving, project-based learning, dll.

4) Assessment

Tentu saja, dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan
belajar (teknik assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu
kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat
otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga
pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline.
Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan
assessmen tersebut.

5) Performance Support Materials

Ini bagian yang juga jangan sampai terlupakan bahw ketika akann mengkombinasikan
antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya untuk
mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk
digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline
(dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau,
jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS),
pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain
sebagainya.
6) Blended Learning dan e-Learning

Blended learning merupakan suatu cara belajar yang berasal dari pertimbangan-
pertimbangan dalam menyempurnakan sistem belajar e-learning. Dari penilitian yang ada,
kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar.
Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Pembelajar memerlukan feedback dari
pemelajar dan sebaliknya pemelajar juga memerlukan feedback dari pembelajarnya. Dengan cara
ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan.
Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja
dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan
materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. secara sederhana dapat dikatakan seseorang
butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran
konvensional di ruang kelas.

Selain itu e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa
bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu
termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau
sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang
sendiri dan merasa butih dengn orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan
kesadaran tinggi dari pembelajarnya.

Berdasarkan pertimbangan permasalah tersebut, pembelajaran yang lebih efektif


digunakan adalah blended learning, dimana siswa dapat belajar secara mandiri dan secara
konvensional, keduanya menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi

Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka sehari – hari, kemudian ada beberapa
komponen pembelajaran e – learning yang disisipkan, maupun sebaliknya, kebanyakan
pembelajaran e- learning, lalu disisipkan metode tatap muka untuk review atau untuk ujian.

Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini
adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan
metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya,

Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi
kebutuhan market, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala
waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri
kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BLENDED LEARNING

C.1 Kelebihan blended learning antara lain :

1.Peserta didik dapat lebih leluasa Lebih leluasa mempelajari materi pelajaran secara mandiri.

2. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain di luar jam
pembelajaran dalam kelas.

3.Pengajar dapat menambah materi melalui fasilitas internet.

4.Pembelejarannya lebih efektif dan efisien.

C.2 Kekurangan dari blended learning antara lain :

1.Sulit diterapkan apabila sarana prasarana tidak menudukng

2.Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik.

3. Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran.


DAFTAR RUJUKAN

Yendri,Dodon. 2012. BLENDED LEARNING : MODEL PEMBELAJARAN KOMBINASI E-


LEARNING DALAM PENDIDIKAN JARAK JAUH. Padang: Fakultas Teknik
Informatika Program Studi Sistem Komputer Universitas Andalas
Whitelock, D. & Jelfs, A. (2003), Editorial: Journal of Educational Media Special Issue on
Blended Learning, Journal of Educational Media, 28(2-3), pp. 99-100.
McGinnis, M. (2005). Building A Successful Blended Learning Strategy,
(http://www.ltimagazine.com/ltimagazin e/article/articleDetail.jsp?id=167425),

Anda mungkin juga menyukai