Pengertian Dan Tokoh Blended Learning
Pengertian Dan Tokoh Blended Learning
Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata,
blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning
merupakan pembelajaran.
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood, 2005, Blended learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat
digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pembelajaran ini memungkinkan penggunaan
sumber belajar online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap
muka. Dengan pelaksanaan blended learning, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena
keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.
Menurut Thorne (2003), blended learning adalah perpaduan dari teknologi multimedia,
CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, e mail dan teleconference, animasi teks
online dan video streaming. Dalam blended learning, semua itu dikombinasikan dalam kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu blended learning menjadi solusi yang tepat dan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajar. Seperti yang dikatakan Smaldino (2007:44) bahwa blended
dilakukan ketika macthing dengan situasi siswa.
Jadi dapat disimpukan bahwa blended itu sendiri berarti melakukan pembelajaran tatap
muka didukung dengan format elektronik. Kemudian blended learning dapat diterapkan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Blended learning juga dapat diartikan sebagai proses
pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan, media, metode dan teknik.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasikan dan mencampur baik itu antara tatap muka, belajar mandiri serta belajar
mandiri secara online, atau mencampurkan metode, media untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Blended learning ialah pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara
penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran yang berbeda serta ditemukan pada
komunikasi terbuka diantara seluruh bagian yang terlibat dengan pelatihan”. Sedangkan untuk
keuntungan dari penggunaan blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung
(face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.
Dari berbagai definisi diatas, para ahli secara umum setuju bahwa blended learning lebih
Dari pendapat beberapa tokoh, blended learning memiliki tujuan sebagai berikut :
1.Meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah
waktu tatap muka dikelas. 2.Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenal materi
pembelajaran dengan mengubah bentuk pembelajaran klasik sehingga peserta didik bisa lebih
aktif mempelajari materi pembelajaran diluar maupun diluar kelas. 3.Membantu peserta didik
untuk berkembang lebih baik dari dalam proses belajar sesuai dengan gaya belajar dan preferensi
dalam belajar. 4.Memberikan peluang bagi pengajar dan peserta didik untuk lebih mandiri.
5.Menggabungkan aspek baik dari pembelajaran tatap muka dan online. Blended Learning.
KOMPONEN-KOMPONEN PERTAMA
Face-To-Face
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebaegai titik tolak atau sudut padang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
prosesyang sifatnya masih umum.. bermacam macam pendekatan yang dikenal dalam
pembelajaran, yaitu: pendekatan tujuan pembelajaran, pendekatan konsep, pendekatan
lingkungan, pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan interaktif,
pendekatan penemuan, pendekatan pemecahan masalah, dan pendekatan sains,lingkungan,
teknologi dan masyarakat. Model pembelajaran merupakan pendekatan, strategi, metode, dan
teknik dalam pembelajaran dapat diwadai atau tercermin dalam sebuah model pembelajaran.
Beberapa pembelajaran yang relevan untuk pembelajaran biologi antara lain: Pengajaran Dan
Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Langsung, Pembelajaran
Berbasis Masalah, Pembelajaran Berbasis Proyek, Siklus Sejarah, dan Pembelajaran Perubahan
Konseptual.
2.Metode-metode pembelajaran tatap muka (face-to-face) serta implikasinya dalam
pembelajaran
1.Metode Ceramah.
3.Metode Diskusi.
4.Metode Demonstrasi.
5.Metode Eksperimen.
7.Metode Latihan.
8.Metode Bercerita.
9.Metode Karyawisata.
KOMPONEN KEDUA
HYBRID LEARNING
A.Pengertian
Perkembangan ICT yang sangat pesat membawa dampak yang begitu besar bagi pola
hubungan antar individu, antar komunitas, bahkan antar negara atau bangsa. E-learning memang
merupakan suatu teknologi baru pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri
dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘elektronic’dan ‘learning’yang berarti
‘pembelajaran’. Permana memaparkan bahwa definisie-learning adalah pengiriman materi
pembelajaran melalui media elektronik secara lebih fleksibel demi mendukung dan
meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Katae pada e-learningtidak hanya
sigkatan dari elektronik, tetapi juga bisa berasal dari kata experience (pengalaman), extended
( perpanjangan), atau expended( perluasan).
Pemikiran dan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan jarak jauh terus
dilakukan oleh para ahli. Maksudnya tentu saja agar diperoleh keluaran (output) yang lebih baik.
Karena itu, blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
secara tatap-muka dan secara virtual. Kombinasi keunggulan dua model pembelajaran tersebut
dapat dilihat di Tabel 2 berikut ini.
1) Tatap Muka
Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan
sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber
belajar utama. Pengajar menyampaikan isi pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi,
memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron
(synchronous), artinya semua pelajar belajar isi pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama.
2) Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses
oleh pelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang
dimiliki pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar
yang ada di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam disiplin
ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang dapat diakses untuk
mengkombinasikan dengan buku, multi media, dan sumber belajar lain.
3) Aplikasi
4) Tutorial
5) Kerjasama
Pembelajaran Kolaborasi Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting
pembelajaran masa depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan individual, namun
kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan produk, karena produk masa depan,
apalagi produk komputer baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yang kompleks,
diperlukan pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk masa depan adalah produk yang
dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting
dalam pembelajaran berbasis blended learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional yang semua pelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol
pengajar, dalam pembelajaran berbasis blended, maka pelajar bekaerja secara mandiri dan
berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini akan berbeda dengan
pembelajaran tatap muka.
6) Evaluasi
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda dibanding
dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang
dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio.
Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada
penilaian diri oelh pelajar, maupun penilai pelajar lain.
Menurut Jared M. Carmen, seorang Preseident Aglint Learning menyebutkan lima kunci
dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1) Live Event
2) Self–Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced
learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan
menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik
yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio,
atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim
secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming
video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
3) Collaboration
4) Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan
belajar (teknik assessment). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu
kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat
otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga
pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline.
Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan
assessmen tersebut.
Ini bagian yang juga jangan sampai terlupakan bahw ketika akann mengkombinasikan
antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatapmuka virtual, pastikan sumber daya untuk
mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk
digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline
(dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau,
jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS),
pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain
sebagainya.
6) Blended Learning dan e-Learning
Blended learning merupakan suatu cara belajar yang berasal dari pertimbangan-
pertimbangan dalam menyempurnakan sistem belajar e-learning. Dari penilitian yang ada,
kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar.
Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Pembelajar memerlukan feedback dari
pemelajar dan sebaliknya pemelajar juga memerlukan feedback dari pembelajarnya. Dengan cara
ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan.
Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja
dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan
materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. secara sederhana dapat dikatakan seseorang
butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran
konvensional di ruang kelas.
Selain itu e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa
bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu
termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau
sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang
sendiri dan merasa butih dengn orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan
kesadaran tinggi dari pembelajarnya.
Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka sehari – hari, kemudian ada beberapa
komponen pembelajaran e – learning yang disisipkan, maupun sebaliknya, kebanyakan
pembelajaran e- learning, lalu disisipkan metode tatap muka untuk review atau untuk ujian.
Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini
adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan
metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya,
Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi
kebutuhan market, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala
waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri
kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BLENDED LEARNING
1.Peserta didik dapat lebih leluasa Lebih leluasa mempelajari materi pelajaran secara mandiri.
2. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain di luar jam
pembelajaran dalam kelas.