MAKALAH
Oleh
Kelompok 9 OFF B
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komunikasi visual dari insekta ?
2. Bagaimana komunikasi suara / gelombang bunyi pada insekta ?
3. Bagaimana komunikasi kimia pada semut ?
4. Bagaimana sistem metode orientasi alternatif pada hewan vertebrata ?
5. Bagaimana sistem orientasi alternatif migrasi pada burung ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui komunikasi visual dari insekta
2. Mengetahui komunikasi suara / gelombang bunyi pada insekta
3. Mengetahui komunikasi kimia pada semut
4. Mengetahui sistem metode orientasi alternatif pada hewan vertebrata
5. Mengetahui sistem orientasi alternatif migrasi pada burung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Visual
a. Bioluminesensi
Beberapa familia insekta ada yang dapat memancarkan sinyal cahaya
kepada yang lain dalam spesies yang sama. Reaksi biokimianya telah
dipelajari seksama oleh McElroy dan kawan-kawannya, yang menyarankan
bahwa terjadinya cahaya itu berasal dari suatu proses sampingan yang
digunakan oleh organisme anaerobik untuk menyingkirkan oksigen beracun.
Reaksi bioluminesensi yang sudah diketahui terjadi pada kunang-kunang yaitu
oksidasi lusiferin menjadi oksilusiferin dengan katalis enzim lusiferinase.
Kelenjar yang menghasilkan cahaya biasanya berasal dari bagian perut dan
posisi, ukuran serta bentuknya.
(Shimomura, 2006)
Informasi yang diubah dalam bentuk sinyal luminesen dapat dibedakan
oleh spesies itu karena perbedaan ukuran, bentuk intensitas, corak, gerakan
dan waktu saja. Kebanyakan sinyal bioluminesen ini tidak kontinu, tetapi
berdenyut dengan aneka jumlah pulsa per satuan waktu, lama tiap pulsa dan
lain-lain. Kebanyakan sinyal transmisi sinyal bioluminesen terhalang oleh
cahaya siang atau cahaya bulan purnama; oleh karena itu biasanya transmisi
berlangsung pada malam hari atau didalam habitat tertentu seperti di dalam
gua atau jurang. Sinyal dapat diarahkan ke tempat penerima sehingga sinyal
tersebut dapat dilihatnya; misalnya, pejantan terbang yang ingin menarik
perhatian betinanya lebih suka mengurangi kedipan cahayanya. Demikian
juga, si betina dapat memberi sinyal kepada pejantan, setelah mendaki dan
bertengger di tempat yang lebih tinggi dan memutar-mutarkan perutnya agar
sinyalnya lebih mudah terlihat (Auckerman, 1998).
Penerimaan bioluminesensi, bahkan sesuai sinyal visual tergantung pada
mata insekta. Insekta luminesen, terutama betina seperti yang disebutkan
diatas, memiliki modifikasi mata sehingga dapat menambah kepekaan agar
lebih mudah berkomunikasi secara visual. Sinyal yang sudah diterima dapat
merangsang beberapa tanggapan. Karena kebanyakan sinyal berlangsung antar
pasangan yang berahi, penerimaan sinyal menyebabkan saling tertariknya
pasangan itu atau biasanya betina yang diam dikitari oleh pejantan yang
menari-nari. Kemungkinan reaksi kedua adalah perubahan sinyal yang
dikeluarkan sebagai akibat tanggapan sinyal yang diterima; misalnya seekor
betina yang sedang diam dapat mengubah sinyalnya sehingga memudahkan si
jantan untuk hinggap di dekatnya. Pada akhirnya, karena sinyal ini adalah
sinyal untuk kawin maka efeknya dapat menjadi laten pada faal reproduksi
insekta, tetapi hal ini masih sedikit sekali yang diketahui sampai sekarang
(Auckerman, 1998).
Radiasi cahaya yang dihasilkan dalam rentang panjang gelombang 400-
700 nm. Bioluminescence maksimum spesies laut berkisar antara 450-510 nm,
sedangkan organisme di darat telah didominasi warna kuning-hijau. Dalam air
laut, biru-hijau (400-500 nm) luminescence mencapai transmisi maksimum,
sedangkan spesies darat memiliki sensitivitas maksimum visual cahaya
kuning. Pigmen visual organisme laut kebanyakan paling sensitif di daerah
biru-hijau.
(Shimomura, 2006)
b. Lebah Madu
Jika makanan ditempatkan didekat sarang lebah, maka berjam-jam
bahkan berhari-hari makanan tersebut tidak diusiknya. Akan tetapi jika sudah
ada seekor lebah yang dapat menemukannya dan kembali ke sarangnya, maka
dalam waktu sekejap saja sudah banyak lebah baru datang ke tempat itu.
Bahkan peristiwa ini masih dapat terjadi walaupun lebah pertama sudah
ditangkap sebelum sempat memberi tahu kepada lebah lain. Lebah tentara
yang pertama kali menemukan makanan itu masih dapat berkomunikasi
dengan lebah lain untuk memberitahukan letak makanan (Auckerman, 1998).
Beberapa komunikasi ini tergantung pada bau tetapi seorang ahli biologi
Jerman Karl von Frisch menunjukan bahwa ada komponen visual yang berarti
untuk mentransmisikan informasi. Lebah tentara itu melakukan tari erotik di
pinggir sarang. Banyak aspek tarian itu mentransmisikan informasi.
Amplitudo pola tariannya mengkomunikasi waktu terbang, sudut predominan
terhadap garis vertikal menunjukkan arah, iramanya menunjukan jarak dan
semangat tariannya menunjukkan kualitas sumber makanan (Auckerman,
1998).
C. Komunikasi Kimia
Indera penciuman dan cecap pada manusia tidak terdapat pada
organisme yang lebih rendah. Molekul-molekul lingkungan bereaksi dengan
reseptor yang cocok, kemudian terjadilah alih informasi, dan proses paling
sederhana ini disebut komunikasi kimia. Komunikasi seperti ini telah dikenal
pada hampir semua spesies, namun pada beberapa spesies insekta pengertian
mendalam didasarkan atas kepentingan ekonomi. (Auckerman, 1998).
Feromon, salah satu senyawa kimia hidrokarbon, memiliki peranan
penting dalam sistem komunikasi serangga, termasuk semut. Feromon berasal
dari kata fer yang artinya membawa dan hormon sehingga feromon
berarti pembawa hormon. Feromon adalah isyarat yang digunakan di antara
hewan satu spesies dan biasanya diproduksi dalam kelenjar khusus untuk
disebarkan. Ada banyak fungsi dari feromon ini, di antaranya sebagai jejak
menuju sumber makanan dan sebagai zat tanda bahaya yang disekresikan saat
musuh menyerang. Ketika semut menggigit, dia akan meninggalkan feromon
ini sebagai penanda bagi koloninya bahwa ada bahaya.
Feromon harus dilintaskan terlebih dahulu sebelum dapat
menghasilkan rangsang. Semut mempunyai sistem pembuluh berpori yang
menghubungkan dunia luar dengan bagian dalam yang berisi zat cair dan
mengandung dendrit sel saraf. Protein dapat juga berinteraksi dengan
feromon, aktivator dendrityang sesungguhnya merupakan ikatan kuat
kompleks protein reseptor-feromon. Secara alternatif, protein yang terikat itu
dapat digunakan untuk merusak atau melumpuhkan feromon yang berlebihan.
(Auckerman, 1998).
Feromon reproduksi adalah yang paling menakjubkan, walaupun
komnikasi kimia berperan juga dalam pemberian makanan, berkelompok dan
mempertahankan diri. Pembangkitan sinyal dimulai dengan memodifikasi cara
perubahan biokimia yang melibatkan sintesis lemak. Sinyal feromon dilepas
melalui suatu saluran kelenjar luar yang seringkali terdapat di bagian perut
(feromon seks) atau dirahang bawah dan di piranti sengat ( tanda bahaya dan
pertahanan diri). Informasi yang ditransmisikan mempengaruhi karakteristik
kimianya. Misalnya feromon tanda bahaya dirahang bawah atau feromon
pertahanan diri merupakan perangsang kimia yang dirancang untuk
menghambat luka yang disebabkan oleh rahang bawah. (Auckerman, 1998).
Ketika semut menemukan bahan makanan yang ukurannya terlalu
besar untuk dibawa sendiri ke sarang, maka dia akan mengeluarkan feromon
untuk meminta bantuan teman-temannya. Jika jumlah semut telah cukup,
maka mereka akan menggotongnya beramai-ramai ke sarang.Uniknya, semut
yang menemukan jejak feromon dari semut lain untuk menuju sumber
makanan mampu menemukan jalan kembali yang lebih singkat. Biasanya
jejak semut penemu sumber makanan berkelok kelok dan panjang, tapi jejak
semut- semut berikutnya akan membentuk garis lurus yang lebih singkat.
1+
=
1
Dengan c adalah laju suara diudara dan v adalah laju kelelawar kearah
sasaran. Diduga pada kebanyakan spesies Doppler, pergeseran frekuensi yang
dihasilkan itu mungkin dimaksudkan untuk menghasilkan resonansi tajam
pada kurva tanggapan yang dapat didengar. Penggunaan sonar Doppler
mungkin berkaitan dengan ramalan gerak mangsa sebelum diterkamnya.
Binatang-binatang ini tampaknya percaya terhadap kebebasan gerak telinga
dan intensitas sinyal untuk membantu strategi pemburuannya (Auckerman,
1998).
Sinyal klik untuk lokalisasi dimiliki kelelawar pemakan buah dan burung
yang bersarang didalam gua yang gelap. Termasuk burung minyak Venezuela
pemakan buah (Steatornis caripensis) dan bermacam binatang melata yang
hidup di gua. Spesies-spesies ini hanya percaya pada lokalisasi gema apabila
keadaan cahaya lingkungan dibawah tingkatan tertentu, karena mereka
mempunyai penglihatan yang cukup memadai. Disini dapat dilihat pada suatu
contoh evolusi penggerombolan beberapa makhluk yang berbeda tetapi
percaya pada alat penjelajah yang sama. Ada juga burung-burung yang diduga
mengguanakan metode klik untuk lokalisasi, salah satu contohnya adalah
burung rajawali malam. Burung tidak dapat mendengar di daerah ultrasonk,
sehingga membutuhkan bunyi-bunyi tertentu yang dapat didengar.
Pembangkitan dan Deteksi Suara
Kelelawar pemburu insekta memancarkan suara ultra melalui hidung dan
atau mulutnya. Rupanya susunan antena untuk memfokuskan dan
mengarahkan amat menguntungkan binatang itu. Pembangkitan suara terjadi
didalam laring pada semua kelelawar kecil, dan umumnya laju pengulangan
sinyalnya merupakan harmonik daur pernafasannya. Untuk membangkitkan
sinyal keluaran, kelelawar pemakan buah menggunakan lokalisasi gema
dengan bibir, lidah dan rongga mulutnya. Otak kelelawar amat mahir
membedakan pasangan pulsa, sehingga dua buah pulsa dengan selang 1
milidetik dapat dibedakannya. Kemampuan ini penting untuk penggunaan
lokalisasi gema dan jarang terjadi pada mamalia lain.
Laju Penerimaan dan Orientasi Ruang
Ketika seekor kelelawar mendekati objeknya, maka laju pengulangan
sinyalnya akan naik diiringi dengan memendeknya waktu tiap pulsa. Griffin
menamakan gejala ini sebagai dengung penghalang. Kelelawar kecil cokelat
(Myotis lucifugus), suatu spesies yang memancarkan frekuensi kontinu, akan
memancarkan sekitar 10 pulsa tiap detik ketika sedang menjelajah, sedangkan
pada saat menyerang dapat memancarkan beberapa ratus pulsa tiap detik. Di
dalam proses ini, lebar pita spektrograf sinyalnya menjadi lebih sempit.
Kenaikan serupa terjadi pada spesies Doppler, yaitu pengulangannya
dapat melonjak dengan orde besar satu atau dua pada saat mendarat atau
menyerang. Dalam hal yang terakhir ini, tidak terjadi perubahan frekuensi
ketika laju pulsanya naik, dimaksudkan untuk mempertahankan mekanisme
deteksi Dopplernya. Spesies yang menggunakan lokalisasi klik melakukan
juga perubahan laju pengulangan pada saat mendarat. Karena kelelawar
pemakan buah hanya menggunakan sonarnya untuk melokalisasi tempat
tidurnya dan tempat gelap di dalam gua, maka penggunaan metode
penghalang tidak pernah tepat.
Ikan lumba-lumba biasa yaitu yang berhidung seperti botol dan ikan paus
pembunuh menggunakan sinyal klik untuk bersuara gema. Ikan lumba-lumba
berhidung seperti botol juga dapat menggunakan fase sinyal balik untuk
membedakan sasaran berisi udara dan sasaran padat. Apabila impedansi
akustik sasaran itu lebih kecil daripada air, maka fase gelombang tekanan
pantulnya akan membalik, demikian pula kebalikannya apabila impedansi
sasaran itu lebih besar. Penjelasan yang lain adalah bahwa ikan lumba-lumba
berhidung seperti botol itu mampu mengenal reverberasi intrinsik di dalam
sasaran. Di samping pulsa-pulsa klik, ikan lumba-lumba berhidung seperti
botol juga dapat mengeluarkan sinyal kompleks yang bermacam-macam dan
juga nada-nada yang berfrekuensi reatif murni. Misalnya, suara sedih seekor
lumba-lumba yang menderita selalu mengundang setiap ikan lumba-lumba
lain yang mndengarnya (Hartono, 2004).
4. Ikan Listrik
Adanya kelompok ikan listrik kuat berkaitan dengan Darwin, karena
pada saat itu spesies yang bertegangan listrik rendah masih bekum dikenal.
Sejak tahun 1945, telah disusun pada kategori kedua yang dinamakan ikan
listrik lemah. Spesies yang tidak mengakibatkan rasa sakit (yaitu mempunyai
tegangan keluaran antara 0,1 sampai beberapa volt) akan ditempatkan pada
kelompok ikan listrik lemah. Sekarang telah diketahui bahwa ada familia ikan
bertulang rawan dan bertulang keras yang mengembangkan piranti pemancar
dan penerima listrik.
Tabel 1.1
Daftar Sebagian Ikan Listrik
Nama Jenis pelepasan Habitat
Belut listrir Kuat (600V) ; juga bersinyal Air tawar, Amerika
lemah Selatan
Sinar listrik Kuat (60V, 1 kW) Lautan
Lele listrik Kuat (sekitar 300V) Air tawar, Afrika
Gymnarchus Lemah Air tawar, Afrika
Mormyrids Lemah Air tawar, Afrika
Belut gymnotit Lemah Air tawar, Amerika
Selatan
Ikan pisau Lemah Air tawar, Amerika
Selatan
Ikan peluncur Lemah Lautan
Jenis Sinyal
Secara awam, spesies pada tabel dapat dibagi menjadi gelandangan
(bummer), penderum (hummer), dan pendengung (buzzer). Spesies bummer
menghasilkan pulsa bertegangan satu fase (seingkali diberi istilah sinyal DC)
dan berdaya listrik cukup besar. Ikan sinar dan belut listrik Amerika Selatan
(Electrophorus electricus) adalah contoh dalam kelas ini, yang hanya
mencakup ikan listrik kuat saja. (Auckerman, 1998)
Hummer didefinisikan sebagai ikan yang mempunyai keluaran tegangan
rendah dengan frekuensi konstan tetapi tanpa ada arus listrik total yang
mengalir, yang biasa disebut sinyal AC. Contohnya Gymnarchus niloticus.
Buzzer juga tidak menghasilkan arus listrik total. Mereka adalah ikan
listrik lemah yang mampu mengubah frekuensi penembakannya untuk
menyesuaikan dengan kondisi setempat. Suatu kenaikan frekuensi dapat
mengikuti gangguan pihak lain terhadap beberapa aspek lingkungannya seperti
halnya dengung kelelawar yang mengacaukan. Seperti kelelawar Doppler,
beberapa spesies pendengung (buzzer) dapat mengubah frekuensinya jika sinyal
kedua yang berasal dari laju pengulangan aslinya dipancarkan kedalam tangki.
Enggan demikian, hal yang mengacaukan dapat diatasi dan banyak temannya
bergabung lagi. (Auckerman, 1998)
Hummer dan buzzer beroperasi didalam rentang frekuensi 10 Hz sampai
1.500 Hz, dengan suatu rentang frekuensi tertentu menjadi sifat karakteristik
suatu spesies. Tiap binatang mempunyai laju sinyal yang khas, dan dapat
dikenal oleh kelompok binatang sesamanya. Meskipun demikian, kelompok
sosial yang menggunakan sinyal listrik lemah ini masih belum jelas.
Elektrosit
Sel-sel yang menghasilkan medan listrik dinamakan elektrosit (atau
elektroplak); sel-sel ini biasanya timbul akibat evolusi yang berbeda pada sel-
sel otot dan sel-sel saraf biasa. Aturan kasarnya mengatakan bahwa ikan yang
menghasilkan frekuensi rendah mempunyai sel-sel yang berasal dari otot
sedangkan binatang yang mempunyai frekuensi tinggi mempunyai elektrosit
yang berasal dari saraf. Sebuah elektrosit mempunyai ggl sekitar 0,1 V.
Bummer menghasilkan lucutan muatan listrik yang kuat dengan sederetan sel-
sel listrik yang tersusun seri dan paralel. Misalnya, pada belut listrik, puluhan
ribu elektrosit yang tersusun secara dapat menghasilkan tegangan mendekati
500 V. Mekanisme lucutan muatan listrik sel-sel ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Asal mulanya terdapat dua macam selaput yang mempunyai ggl yang
berlawanan. Karena pengaruh sinya saraf, maka selaput yang terangsang itu
membalik polaritasnya, sehingga kedua ggl saling menjumlah, dan akhirnya
dihasilkan tegangan keluaran. Elektrosit yang banyak itu menembakkan
muatannya secara serentak. Jika tidak demikian, maka ikan itu tidak dapat
membangkitkan tegangan listrik yang diperlukan. Panjang jaringan saraf yang
dapat diubah-ubah (penundaan aliran listrik) dapat digunakan untuk
menyempurnakan koordinasi temporal didalam organ listrik yang panjang.
Suatu pusat pemacu yang terdapat didalam otak diduga berperan dalam
mengendalikan seluruh frekuensi pada ikan listrik lemah. Alat pemacu ini peka
terhadap suhu dan di dalam suatu gymnotid (misalnya pada Eigenmannia
virescens) alat pemacu itu dimodulasikan oleh perbedaan frekuensi neuron yang
sanggup untuk menyingkirkan frekuensi ikan dari frekuensi tetangganya.
(Auckerman, 1998)
E. Migrasi pada Burung