Soal TKB
Soal TKB
Berikut yang bukan merupakan misi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) adalah .. -
MISI BKKBN :
Seorang perempuan (27 tahun) post partum hari ke-20 datang ke RS untuk konsultasi kontrasepsi.
Klien menginginkan kontrasepsi yang efektif dan efisien karena pasien tidak disiplin. Pasien juga
tidak ingin terganggu untuk ASI-nya. Pasien berencana hamil lagi setelah anak pertamanya berusia 3
tahun. Pasien memiliki riwayat perdarahan post-partum pada persalinan pertama. Apakah
metode kontrasepsi yang tepat untuk pasien ?
a. Suntik 3 bulan
b. Pil
c. IUD
d. Implant
e. Tubektomi
Efek samping : gangguan haid, perdarahan diluar haid, rasa pegal pada tempat pemasangan .
Untuk implant, kontraindikasinya adalah hipertensi, dm, kelainan jantung, kelainan fungsi hati,
perdarahan pervaginam, penderita keganasan, dan menyusui kurang dari 6 minggu
- Opsi suntik 3 bulan dan pil tidak tepat, karena tidak efektif apabila pasien lupa meminum/
melakukan suntik
- Opsi IUD tidak tepat, karena IUD bersifat kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perdarahan
post partum
- Opsi Tubektomi tidak tepat, karna tidak disarankan pada pasangan yang masih berencana untuk
memiliki momongan atau tidak memiliki indikasi tertentu yang mengharuskan tubektomi.
[15/4 19.08] Atih Utari Rizky_appskep Indonesia: 2. Menurut standar BKKBN, pasangan usia subur
adalah pasangan suami istri dengan rentang umur … -
a. 25-40 tahun
b. 20 - 40 tahun
c. 15-49 tahun
d. 20-50 tahun
e. 15-40 tahun
Kepala BKKBN Pusat Surya Chandra Surapaty mengajak masyarakat untuk peduli dan menjadi
akseptor KB. Sebab dengan mengikuti program KB akan menciptakan keluarga sejahtera dan mandiri
secara ekonomi. *Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri dengan rentang umur 15-49
tahun.*
a. KONTAP
b. Amenore Laktasi
c. PIL
d. Suntik
e. IUD
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau disebut juga Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah
salah satu metode dalam merencanakan kehamilan (kontrasepsi) yang bersifat alamiah dan
sementara. Yaitu dengan cara ibu aktif menyusui
MAL diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam
bulan.Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin
melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar
estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Semua pilihan metode kontrasepsi yang bisa digunakan oleh ibu menyusui, baik dalam bentuk
suntik, implan, minum pil, atau IUD, prinsipnya adalah harus yang hanya mengandung progestin,
tanpa estrogen. Ini karena kontrasepsi yang hanya mengandung progestin diketahui aman
digunakan selama menyusui. Sebaliknya, kontrasepsi dengan kandungan kombinasi progesteron-
estrogen bukanlah pilihan yang baik bagi ibu menyusui, terutama dalam enam bulan pertama,
karena dapat menghambat produksi susu.
nb: MAL diterapkan dengan mengandalkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi di bawah enam
bulan --> Lebih efektif di 6 bulan pertama
Namun kalau ibunya udah lebih dari 6 bulan menyusui, misal 1 tahun masih ngeASI, sebaiknya
disarankan IUD, Implan dan lainnya yang lebih aman
a. Jawa Barat
b. Kalimantan Barat
c. DKI Jakarta
e. Sumatera Barat
Seorang perempuan (28 tahun) datang ke puskemas untuk berkonsultasi tentang kontrasepsi Suntik
KB. Hasil pengkajian : pasien mengatakan sudah mencoba berbagai metoda kontrasepsi seperti pil
Kb, Implan dan kondom. Saat ini pasien ingin mengetahui tentang kontrasepsi suntik KB. Perawat
memberikan edukasi tentang metode kontrasepsi tersebut. Berikut yang merupakan pernyataan
terkait kontrasepsi suntik KB yang tepat, KECUALI......
Suntik KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi ini tersedia untuk suntik 1 bulan
(estrogen + progesteron) dan 3 bulan (depot progesteron, tidak terjadi haid) ( Rosyidi, 2013).
- Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk
kembali melakukan suntikan berikutnya
- Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta rutin kontrol stial 1 – 3
bulan.
- Gangguan haid
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido
dan jerawat
Cara pemberian:
- Waktu pemberian:
Setelah keguguran : setelah dilakukan kuretase/ 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil
lagi)
- Lokasi penyuntikan : daerah bokong / pantat dan daerah otot lengan atas.
Seorang TNI yang mengikuti program jaminan sosial kesehatan, termasuk dalam jenis kepesertaan…
a. PBI-JK
b. PPU-Penyelenggara Negara
d. PBPU
e. BP
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) terdiri dari: a. Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah
setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima
*1) PPU Penyelenggara Negara terdiri dari Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pusat/Daerah, PNS yang dipekerjakan di BUMN/BUMD, TNI/PNS TNI, POLRI/PNS POLRI, DPRD dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN).*
2) PPU Non Penyelenggara Negara terdiri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dan Swasta
b. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
risiko sendiri, yang terdiri dari: Notaris/Pengacara/ LSM, Dokter/Bidan Praktek Swasta, Pedangang/
Penyedia Jasa, Petani/Peternak, Nelayan, Supir, Ojek, Montir dan pekerja lain yang mampu
membayar iuran.
c. Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan termasuk masyarakat yang didaftarkan dan
iurannya dibayar oleh Pemerintah Pusat/Daerah, PPU serta PBPU, yang terdiri dari: BP
Penyelenggara Negara dan BP Non Penyelenggara Negara.
1) BP Penyelenggara Negara terdiri dari Penerima Pensiun (PP) Pejabat Negara, PP PNS
Pusat/Daerah, PP TNI, PP POLRI, Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
2) BP Non Penyelenggara Negara terdiri dari Investor, Pemberi Kerja dan BP lain yang mampu
membayar iuran.
Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai angka … -
c. 85 juta jiwa
e. 75 juta jiwa
Jawaban *a*
Kepesertaan Program JKN saat ini telah mencapai 83% dari seluruh penduduk Indonesia atau
sejumlah 224 juta jiwa. Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran
(PBI) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai 96,5 juta
jiwa PBI.
a. 23 Desember 1960
b. 24 November 1957
c. 23 Desember 1957
d. 24 November 1960
e. 24 Oktober 1955
Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada
tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri
berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned
Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera
melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan,
mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Kelahiran Orde
Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di
seluruh wilayah tanah air.
Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus perhatian
pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde
Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah
simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta
pada tanggal 25 Februari 1967.
a. 6-8 tahun
b. 9-12 tahun
c. 13-15 tahun
d. 16-20 tahun
e. diatas 21 tahun
Berdasarkan analisis terhadap beberapa penelitian, vaksin HPV idealnya diberikan kepada anak
perempuan dan laki-laki pada usia 9-12 tahun. Tujuannya adalah untuk memberikan kekebalan
terhadap infeksi HPV sebelum penerima vaksin aktif melakukan hubungan seksual. Vaksin HPV akan
bekerja lebih baik jika diberikan pada saat masih remaja, dibanding ketika diberikan sesudah
dewasa.
Namun, bila belum menerima atau belum lengkap menerima vaksin HPV saat usia 9-12 tahun, vaksin
HPV dapat diberikan kepada perempuan berusia 13-26 tahun. Vaksin HPV juga dapat diberikan
kepada perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seksual. Namun, perlu diingat bahwa
vaksin ini tidak dapat mengobati infeksi HPV yang sedang terjadi.
Berikut adalah gejala umum yang sering terjadi pada anak pasca imunisasi, kecuali … -
b. pingsan
d. demam rendah
e. menggigil
Biasanya, anak-anak tidak mendapatkan dampak serius dari imunisasi yang dilakukan. Efek samping
yang paling umum terjadi adalah rasa pegal sementara pada bagian yang disuntik. Selain itu dapat
juga terjadi dampak ringan lain seperti ruam pada daerah suntikan, demam rendah, menggigil, atau
pusing. Dampak imunisasi anak yang serius biasanya sangat jarang terjadi. Misalnya dari 1 juta anak
yang melakukan imunisasi, hanya 1 atau 2 anak yang mengalami dampak serius setelah imunisasi.
Hal ini biasanya terjadi karena alergi.
a. 6-8 tahun
b. 9-12 tahun
c. 13-15 tahun
d. 16-20 tahun
e. diatas 21 tahun
Berdasarkan analisis terhadap beberapa penelitian, vaksin HPV idealnya diberikan kepada anak
perempuan dan laki-laki pada usia 9-12 tahun. Tujuannya adalah untuk memberikan kekebalan
terhadap infeksi HPV sebelum penerima vaksin aktif melakukan hubungan seksual. Vaksin HPV akan
bekerja lebih baik jika diberikan pada saat masih remaja, dibanding ketika diberikan sesudah
dewasa.
Namun, bila belum menerima atau belum lengkap menerima vaksin HPV saat usia 9-12 tahun, vaksin
HPV dapat diberikan kepada perempuan berusia 13-26 tahun. Vaksin HPV juga dapat diberikan
kepada perempuan yang sudah aktif melakukan hubungan seksual. Namun, perlu diingat bahwa
vaksin ini tidak dapat mengobati infeksi HPV yang sedang terjadi.
Seorang bayi ( 2 bulan ) dibawa oleh ibunya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Sebelumnya
bayi telah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 Apakah imunisasi oral yang tepat diberikan
pada bayi saat ini ?
a. campak
b. DPT-Hb-Hib 1
c. DPT-HB-Hib 2
d. DPT-Hb-Hib 3
e. polio 2
Data fokus;
Opsi imunisasi campak tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 9 bulan.
Opsi imunisasi DPT-Hb-Hib 1 kurang tepat, karena imunisasi ini diberikan melalui injeksi.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 2 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 3 bulan.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 3 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 4 bulan
Persentase angka kepesertaan program JKN saat ini telah mencapai angka … dari total 224 juta jiwa
populasi masyarakat Indonesia. -
a. 53%
b. 63%
c. 73%
d. 83%
e. 93%
Kepesertaan Program JKN saat ini telah mencapai 83% dari seluruh penduduk Indonesia atau
sejumlah 224 juta jiwa. Jumlah masyarakat yang tercakup dalam skema Penerima Bantuan Iuran
(PBI) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan pada tahun 2019 telah mencapai 96,5 juta
jiwa PBI.
Seorang anak perempuan kelas 1 SD, ketika di sekolah ada pemberian imunisasi bulan November
Anak tersebut akan mendapat imunisasi ....
a. DPT-HB-Hib
b. TT
c. Campak
d. Hepatitis A
e DT
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat. Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri
dan tetanus pada anak-anak
Seorang anak perempuan (4 bulan) dibawa ibunya untuk imunisasi. Ibu mengatakan pada saat lahir
anak sudah mendapatkan imunisasi HB0 di bidan. Anak sudah diimunisasi Polio 1 dan BCG saat
berusia 1 bulan, dan imunisasi DPT1, HB1, HiB1, Polio 2 pada saat berusia 3 bulan, namun belum
mendapat imunisasi lagi sesudahnya karena anak sering demam saat jadwal imunisasi. Apakah
imunisasi yang harus diberikan kepada anak saat ini?
Berdasarkan MTBS (2015), imunisasi yang diberikan pada anak umur 4 bulan adalah DPT-HB-HiB 3,
Polio 4, dan IPV.
Namun, pada kasus, anak baru mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1 dan dilanjutkan dengan
DPT1, HB1, HiB1, Polio 2 saja. Oleh karena itu, anak harus melakukan Catch-up dan melanjutkan
imunisasi dengan DPT2, HB2, HiB2, Polio 3 meskipun anak sudah berusia 4 bulan. (Opsi D)
Jenis spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan COVID 19 adalah, kecuali.. -
b. Sputum
c. Bronchoalveolar Lavage
d. Nasal Wash
e. Saliva
Spesimen yang dapat digunakan adalah usapan naso atau orofaring, Sputum, bronchoalveolar lavay,
nasal wash, tracheal atau nasofaring aspirate, jaringan biopsi, dan serum.
Angka kredit yang diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berasal dari unsur dan sub unsur berikut,
kecuali...
a. Pendidikan
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35
tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Unsur dan Sub Unsur Kegiatan dalam penilaian angka kredit
c) Pengembangan Profesi meliputi pembuatan karya tulis ilmiah, penelitian, penyaduran buku,
pembuatan buku, dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang keperawatan, dan
Satuan Kinerja Pegawai tidak termasuk dalam unsur ataupun sub unsur yang dapat diperhitungkan
angka kreditnya
Sasaran kinerja pegawai itu seperti perjanjian antara staf dan atasan tentang tahun ini staf mau
mengerjakan apa saja sesuai jabatan fungsionalnya. Jadi SKP ini adalah syarat untuk kenaikan
pangkat, tapi bukan butir untuk penilaian Angka Kredit
Seorang bayi ( 4 bulan ) dibawa ibunya ke posyandu. Menurut ibunya, imunisasi yang didapatkan
bayi terakhir adalah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2, bayi beberapa minggu yang lalu mengalami batuk dan
demam sehingga tidak di imunisasi oleh perawat. Apakah jenis imunisasi yang tepat untuk
bayi saat ini ?
a. BCG, polio 1
b. CAMPAK
e. Hb0
Diketahui; *bayi usia 4 bulan, mendapatkan imunisasi terakhir kali adalah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2.
Beberapa minggu lalu bayi tidak diimunisasi karena demam dan batuk*
Menurut MTBS, imunisasi setelah DPT-Hb-Hib 1 dan polio 2 adalah DPT-Hb-Hib 2 dan polio 3, pada
kasus walaupun bayi telah berusia 4 bulan, bayi harus mendapatkan imunisasi *DPT-Hb-Hib 2 dan
polio 3* untuk mengejar ketertinggalan.
Opsi imunisasi campak tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 9 bulan.
Opsi imunisasi BCG dan polio 1 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 1 bulan.
Opsi imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan polio 4 kurang tepat, karena pada kasus bayi harus mengejar
ketertinggalan jadwal imunisasi dasarnya.
Opsi imunisasi Hb0 tidak tepat, karena imunisasi didapatkan oleh bayi berusia 0-7 hari
a. mungkin positif
b. positif
c. negatif
e. positif palsu
Pembahasan
Tes Kulit Tuberculin (PPD) Hasil Normal: tidak adanya warna merah pada kulit atau endurasi
(penebalan/ pengerasan), hal ini menunjukkan tes kulit negatif. Abnormal: indurasi pada kulit,
kemerahan, udema dan nekrosis sentral. Semakin besar diameter bengkak maka semakin positif
hasil ;
c) positif ≥ 10 mm.
Tes kulit positif menujukkan pernah terpapar basil tuberculosa (TB) atau pernah divaksin BCG
(Baccile Calmette Guerin).
Di Puskesmas suka warna sedang diadakan sedang diadakan kegiatan perkumpulan untuk ibu-ibu
yang sedang hamil. Dalam acara tersebut perawat mengajarkan senam hamil dan perawatan bayi.
Para peserta sangat antusias dalam acara tersebut. Apakah peran perawat puskesmas diatas?
a. Pemodifikasi lingkungan
b. Pemberi Pelayanan
c. Penghubung
d. Pendidik
e. Advocat
Seorang laki-laki (35 tahun) post operasi apendektomi hari ke-7. Perawat shift pagi melakukan
perawatan luka pada pasien. Hasil pengkajian : luka tampak bersih dan utuh serta tampak jaringan
granulasi berwarna merah terang. Apakah fase proses penyembuhan luka pada pasien
tersebut ?
a. Bleeding
b. Inflamation
c Proliferation
d. Remodeling
e. Maturation
Pembahasan:
Data Focus:
- Luka pasien bersih dan utuh, terdapat jaringan granulasi berwarna merah terang
*Proses penyembuhan luka pada pasien berlangsung pada fase proliferasi.* Fase ini disebut juga
fase fibroblastik atau jaringan ikat. fase proliferasi berlangsung selama 5-20 hari.
Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen, terbentuknya jaringan granulasi dengan kekuatan
regangan luka mencapai 25% jaringan normal.
- opsi A tidak tepat, karena fase bleeding ini merupakan fase awal saat pertama terjadinya luka
sampai proses perdarahan berhenti.
- opsi B tidak tepat, karena fase inflamasi terjadi pada hari pertama sampai hari ke empat. Pada fase
ini terbentuk adanya bekuan darah dan adanya tanda-tanda inflamasi seperti rubor, kalor, dolor,
tumor dan functiolesa. Pada fase ini belum terbentuk jaringan granulasi.
- opsi D dan E tidak tepat, karena fase remodeling atau disebut juga fase maturasi merupakan fase
akhir penyembuhan luka. Berlangsung pada hari ke 21 sampai berbulan atau bahkan bertahun-tahun
tergantung kondisi luka dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien. Pada fase
ini terbentuk jaringan parut yang pucat, tipis, dan mudah digerakkan dari dasar. terlihat pengerutan
maksimal pada luka.
[15/4 19.08] Atih Utari Rizky_appskep Indonesia: Soal 56
a. dehidrasi
b. malnutrisi
c. hipertiroid
e. nefrotik sindrom
Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan keseimbangan distribusi air dalam tubuh
(tekanan onkotik koloid). Albumin membantu transport beberapa komponen darah, seperti: ion,
bilirubin, hormon, enzim, obat. Implikasi Klinis:
• Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid, kehamilan, gangguan
fungsi hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis, nefrotik sindrom, SIADH, dan
perdarahan.
Seorang laki-laki (56 tahun) dirawat dengan keluhan nyeri dada. Hasil pengkajian: nyeri retrosternal
seperti tertekan benda berat selama 20 menit, skala nyeri 9, diaphoresis, wajah pucat, edema pada
kedua tungkai. Tekanan darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 115x/mnt, akral dingin. Riwayat
hipertensi dan DM tipe II sejak 5 tahun yang lalu. Apakah pemeriksaan penunjang yang
pertama dilakukan oleh perawat ?
a. Ekokardiografi
b. Elektrokardiografi
c. Elektroensefalografi
d. Pemeriksaan CKMB
DATA FOKUS
- Pasien mengeluh nyeri retrosternal seperti tertekan benda berat selama 20 menit, skala nyeri 9.
Pada kasus dapat diketahui dari data yang ada bahwa pasien mengalami Angina Pectoris (nyeri dada
yang disebabkan karena masalah pada jantung). Untuk mengetahui penyebab dan diagnosa lebih
lanjut dari masalah yang ditimbulkan oleh organ jantung tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang pertama yaitu *elektrokardiografi.*
*Elektrokardiografi (EKG) merupakan suatu jenis pemeriksaan terhadap jantung, terutama untuk
mengetahui aktivitas listrik jantung apakah ada kelainan irama jantung, penyempitan pembuluh
darah koroner (di dinding jantung), infark miokard, dan serangan jantung.*
Opsi ekokardiografi (tidak tepat) karena merupakan tes ultrasound noninvasive yang digunakan
untuk memeriksa ukuran, bentuk, dan pergerakan struktur jantung. Tindakan ini tidak menjadi
utama karena membutuhkan beberapa waktu dan prosedur yang sedikit lama untuk dilakukan.
Sehingga tindakan ini bukan menjadi pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan.
Opsi elektroensefalografi (tidak tepat) karena merupakan salah satu tes yang dilakukan untuk
mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini
tidak sesuai dengan kasus karena dilakukan dengan indikasi penyakit epilepsy, demensia, Norkolepsi,
Abnormalitas sistem saraf, Abnormalitas pada otak atau tulang belakang, dan Kelainan mental.
Opsi pemeriksaan CKMB (tidak tepat) karena merupakan pemeriksaan biokimia enzim jantung.
Kegunaan pemeriksaan CKMB adalah untuk diagnosis AMI. Sedangkan untuk mendiagnosis AMI
dapat ditegakkan jika terdapat minimal dua dari tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: anamnesis,
abnormalitas EKG, dan peningkatan aktivitas enzim jantung. Sehingga tindakan ini bukan menjadi
pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan.
Opsi foto rongent dada posterior anterior (tidak tepat) karena merupakan prosedur pemeriksaan
dengan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian
thorax tubuh dengan proyeksi posterior anterior. Tindakan ini berguna untuk melihat
keabnormalitasan jantung. Tindakan ini dapat dilakukan jika membutuhkan penegak diagnosa yang
lebih lanjut.
Seorang pasien (18 tahun) datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan demam tinggi yang tidak
turun sejak dua hari yang lalu. Perawat melakukan rumple leed test untuk memastikan penyebab
demam yang dialami pasien. Perawat mendapatkan data tekanan darah pasien 120/60 mmHg.
Pada angka berapakah tensi meter dikunci untuk melakukan pemeriksaan tersebut ?
a. 100
b. 90
c. 80
d. 70
e. 60
Pembahasan :
Data Focus:
*Untuk melakukan pemeriksaan rumple leed test pada pasien tersebut perawat harus mengunci
tensi meter pada angka 90 mmHg.*
Rumple leed test dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala awal peteki pada penderita DBD.
Rumus penghitungan rumple leed test adalah dengan menjumlahkan tekanan sistol dan diastol
kemudian dibagi dua. Pada kasus diketahui tekanan darah pasien adalah 120/60. sehingga 120 + 60 =
180 : 2 = 90. Maka tensi meter harus dikunci pada angka 90 untuk melakukan rumple leed tes pada
pasien tersebut.
Rumusnya kak
Sistol + diastol : 2 =
opsi A, C, D, E tidak tepat, karena bukan hasil yang tepat dari penjumlahan tekanan sistol dengan
diastol dan di bagi dua, pada pasien tersebut.
Seorang laki-laki (30 tahun) tersiram air panas. Hasil pengkajian: mengeluh nyeri, frekuensi nadi
95x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 38 C, berat badan 64 kg, tinggi badan 172 cm, terdapat
luka bakar pada dada, perut dan kaki kanan pasien.
Berapakah jumlah kebutuhan cairan selama 24 jam yang diberikan kepada pasien?
a. 9216 ml
b. 8192 ml
c. 7680 ml
d. 4608 ml
e. 2304 ml
Jawaban: a. 9216 ml
Pembahasan:
DS :
DO :
- Pasien mengalami luka bakar pada dada hingga perut dan kaki kanan.
- berat badan 64 kg
Luas luka bakar yang dialami pasien berdasarkan Rule of nine yaitu Dada hingga perut (18%) + Kaki
kanan (18%) = 36%
Kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam dihitung berdasarkan rumus Baxter, yaitu
= 4 x 64 x 36%
*= 9216 ml*
Jadi, *jumlah kebuhan cairan pasien dalam 24 jam yaitu 9216 ml.*
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat sejak 8 jam yang lalu setelah kejadian tersiram air panas. Hasil
pengkajian : GCS E4V5M6 luka bakar Derajat I pada seluruh tungkai kanan, tekanan darah 130/80
mmHg, frekuensi nadi 89x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 39 C. BB 60 Kg, TB 157 cm.
a. 540 cc
b. 1080 cc
c. 2100 cc
d. 2160 cc
e. 2610 cc
Jawaban: d. 2160 cc
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Pasien luka bakar derajat dua pada seluruh *tungkai kanan* sehingga perhitungan Luas luka bakar
= *18%.*
Perhitungan resusitasi cairan luka bakar yang dapat diberikan 16 jam berikutnya pada kasus dengan
perhitungan rumus Baxter atau formula Parkland untuk dewasa yaitu:
X = ½ (4 cc x 60 kg x 18%)
X = ½ x 4320 cc
X = *2160 cc*
Seorang laki-laki (35 tahun) dengan Efusi Pleura dirawat di bangsal RS sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengeluh sesak nafas. Hasil pengkajian: tekanan darah 110/60 mmHg, frekuensi nadi 105x/menit,
frekuensi nafas 24x/menit, retraksi intercostae, batuk, vocal fremitus menurun pada region medial
paru, perkusi redup, auskultasi pleural friction rub dan diaphoresis.
Apakah kriteria hasil perkusi paru yang diharapkan pada kasus tersebut ?
a. Hipersonor
b. Sonor
c. Pekak
d. Shifting Dullness
e. Tympany
Jawaban: b. Sonor
Pembahasan:
Pada kasus didapatkan pasien dengan efusi pleura dan hasil perkusi terdengar pekak, sehingga suara
perkusi paru normal yang diharapkan pada kasus yaitu sonor. Sonor adalah suara perkusi yang
dihasilkan pada jaringan paru-paru yang normal, umumnya bergaung dan bernada rendah (Somantri,
2007).
- Opsi hipersonor (tidak tepat) karena merupakan perkusi abnormal yang dihasilkan karena terlalu
banyak udara pada rongga paru.
- Opsi pekak (tidak tepat) karena merupakan perkusi abnormal yang dihasilkan karena berisi jaringan
padat. Suara abnormal ini didapatkan karena adanya konsolidasi paru.
- Opsi shifting dullness (tidak tepat) karena merupakan nama lain dari redup beralih yaitu perkusi
abnormal yang dihasilkan karena terdapat cairan bebas dalam rongga paru (pleura).
- Opsi tympani (tidak tepat) karena merupakan bunyi normal dari abdomen karena berisi gas pada
lambung.
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Seorang laki-laki (34 tahun) dirawat dengan keluhan sesak nafas dan kelelahan saat beraktivitas.
Hasil pengkajian: badan lemas, palpitasi, diaphoresis, wajah pucat, pernapasan cuping hidung,
edema pada kedua tungkai. Tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi
nafas 30x/menit, JVP 9 cmH2O, ictus cordis teraba pada ICS VI sinistra.
Apakah data fokus utama yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus ?
a. Berat badan
b. Pembesaran hepar
c. Pembesaran ginjal
d. Pembesaran jantung
e. Lingkar perut
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Hasil pengkajian: badan lemas, *palpitasi,* diaphoresis, *wajah pucat, pernapasan cuping hidung,
edema pada kedua tungkai.* Tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi
nafas 30x/menit, suhu 36,6 C, JVP 9 cmH2O, *ictus cordis teraba pada ICS VI sinistra.*
*Pada kasus, letak ictus cordis tidak sesuai anatomisnya. Letak ictus cordis yang normal terletak
pada ICS ke V pada linea medio claviculaus sinistra selebar 1 cm. Oleh karena itu, dapat dicurigai
bahwa posisi ictus cordis yang abnormal dapat disebabkan karena adanya kardiomegali.*
Sehingga data fokus utama yang perlu dikaji lebih lanjut pada kasus yaitu *pembesaran jantung.*
Tinjauan opsi lainnya
- Opsi berat badan (kurang tepat) karena bukan menjadi data fokus permasalahan utama yang
terjadi pada kasus. Penurunan atau peningkatan berat badan dapat menjadi indikator adanya
perubahan status nutrisi dan kelebihan volume cairan tubuh.
- Opsi pembesaran hepar dan opsi pembesaran ginjal (tidak tepat) karena pada kasus tidak terdapat
data mengenai tanda gejala permasalahan pada system organ hepar dan ginjal.
- Opsi lingkar perut (tidak tepat) karena data ini dapat menjadi indikator penilaian dalam perubahan
status nutrisi tubuh.
Seorang laki-laki (32 tahun) dilarikan ke IGD post kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian pasien
mengalami penurunan kesadaran, GCS E3M5V3, terdapat jejas pelipis kanan, keluar darah dari
telinga kanan, luka robek pada lengan kanan, akral teraba dingin. Pasien muntah menyemprot 2x,
tekanan darah 150/85 mmHg dan frekuensi nadi 90x/menit.
d. Muntah proyektil
e. Akral dingin
Pembahasan:
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala terjadi karena dilatasi vena, sehingga terjadi traksi dan renggangan struktur-sensitif-
nyeri, dan renggangan arteru basalis otak. Nyeri kepala dirasakan berdenyut terutama pagi hari saat
bangun tidur. Kadangkala penderita merasa ada rasa penuh di kepala. Nyeri kepala bertambah jika
penderita bersin, mengejan, dan batuk.
2. Muntah
Muntah terjadi karena adanya distorsi batang otak. Biasanya tidak disertai mual dan sering proyektil.
3. Kejang
Kecurigaan tumor otak disertai TTIK adalah jika penderita mengalami kejang umum dan pertama kali
muncul pada usia lebih dari 25 tahun.
Pasien dengan penningkatan tekanan intrakranial ulit memusatkan pikiran, tampak lebih banyak
mengantuk, dan apatis.
Tanda-tanda fisik yang dapat ditemukan adalah papil edema, bradikardi, peningatan progresif
tekanan darah, perubahan tipe pernapasan, timbulnya kelainan neurologis, gangguan endokrin, dan
gangguan tingkat kesadaran. Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran lingkar kepala dengan
pelebaran sutura tengkorak. Kelainan neurologis yang sering adalah kelumpuhan nervus VI dan
nervus III serta tanda babinski positif di kedua sisi.
Hasil pengkajian : pasien post kecelakaan lalu lintas mengalami penurunan kesadaran, GCS E3M5V3,
terdapat jejas pelipis kanan, luka robek pada lengan kanan, akral teraba dingin. Pasien muntah
menyemprot 2x, tekanan darah 150/85 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi napas
26x/menit. Gejala peningkatan tekanan intrakranial yang ditemukan pada pasien adalah adanya
muntah proyektil (opsi jawaban d)
- Opsi jawaban “keluar darah dari telinga kanan” tidak tepat. Perdarahan dari telinga dapat dicurigai
adanya fraktur basis cranii
- Opsi jawaban “Jejas pada pelipis kanan” tidak tepat. Jejas pada pelipis kanan dapat dicurigai adanya
benturan pada kepala
- Opsi jawaban “Penigkatan frekuensi nadi” tidak tepat. Pada peningkatan tekanan intrakranial dapat
terjadi frekuensi nadi yang menurun (bradikardia)
- Opsi jawaban “akral dingin” tidak tepat. Akral dingin dapat dicurigai adanya penuruna perfusi
jaringan perifer akibat hipovolemia.
Seorang anak laki-laki (6 bulan) dirawat dengan diagnosis tuberculosis. Hasil pengkajian: anak
tampak lemah, batuk berdahak, malas menetek, badan tampak kurus dan penurunan berat badan
sejak 2 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan: suhu 36,2 C, frekuensi napas 42x/menit, frekuensi nadi
98x/menit. BB: 4 kg, PB: 57 cm. Grafik BB/PB: -3 SD, LILA 12 cm
a. Gizi baik
b. Gizi kurang
e. Obesitas
Pembahasan:
DS:
DO:
- suhu 36,2 C
- LILA 12 cm
Status gizi sesuai pada kasus diatas yaitu gizi kurang. Menurut (MTBS, 2015) gizi kurang pada anak
ditandai dengan BB/PB: ≥ - 3 SD - < - 2 SD,* LILA antara 11,5 cm < 12,5 cm*.
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di RS dengan luka bakar karena kompor meledak. Hasil
pengkajian: BB = 50 kg, luka bakar mengenai semua area dada hingga kedua kaki bagian depan.
Perawat telah memasang infus dan memberikan ketorolac 30 mg IV.
a. 11000 ml
b. 7400 ml
c. 5500 ml
d. 3700 ml
e. 1850 ml
Jawaban: d. 3700 ml
Pembahasan:
DO :
- Luka bakar mengenai semua area dada hingga kedua kaki bagian depan.
- berat badan 50 kg
Luas luka bakar yang dialami pasien berdasarkan rule of nine yaitu : Dada (9%) + perut (9%) +
kemaluan (1%) + kedua kaki bagian depan (18%) = 37%
Jumlah cairan yang diberikan dalam 24 jam menurut rumus Baxter, yaitu
= 4 x 50 x 37%
= 7400 ml
Jadi jumlah cairan pasien selama 8 jam pertama adalah setengah dari 7400 ml yaitu 3700 ml.
Apakah slogan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) tahun 2015-2019 ?
c. Diet Seimbang
Pembahasan:
Slogan GENTAS 2014-2019 adalah *Atur pola makan dan aktif bergerak*
a. Diazepam
b. Kodein
c. Fenitoin
d. Ibuprofen
e. Simvastatin
Jawaban: b. Kodein
Pembahasan:
*Yang termasuk kedalam golongan obat analgesik narkotik adalah Fentanil, kodein, morfin*
Simvastatin : antiliperhipedimia
Seorang perempuan (26 tahun) dengan CHF dirawat di bangsal bedah RS. Hasil pengkajian: lemas,
nyeri dada, edema anasarka, pitting edema +3, urin output 50 ml/jam. Pasien mendapatkan terapi
furosemide 40 mg via IV. Keluarga mengatakan kateter urin pasien lepas. Perawat sedang memasang
kembali selang kateter. Saat ini perawat telah memasukkan selang kateter dan mengisi balon
dengan aquabides.
1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
5. Atur posisi pasien (dorsal recumbent) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara
kedua paha
10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sekitar 2,5 – 5 cm, sampai urin mengalir,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
*13. Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter
secara perlahan sampai ada tahanan*
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien
Pada kasus, saat ini perawat telah memasukkan selang kateter dan mengisi balon dengan aquabides,
sehingga tindakan selanjutnya yaitu *menarik selang kateter secara perlahan.*
Pembahasan:
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan.
Berikut adalah jajaran direktorat dibawah pimpinan Menteri Kesehatan :
Seorang anak (8 tahun) dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian anak
sudah 3 hari batuk pilek, demam, dan tidak nafsu makan. Anak mendapatkan terapi ventolin nebu 1
ml. Saat ini perawat telah memasukkan obat dan cairan normal salin ke dalam nebulizer.
Pembahasan:
Prosedur Terapi nebulizer;
1. Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan rencana asuhan keperawatan.
2. Pantau denyut jantung sebelum dan sesuadah terapi pada pasien yang memakai obat
bronkodilator.
3. Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien. Terapi ini bergantung usaha pasien.
4. Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman atau posisi semi fowler.
*5. Tambahkan obat dan NaCl atau air steril sesuai dosis yang diresepkan kedalam nebulizer.*
8. Pasang sungkup pada wajah pasien untuk menutup mulut dan hidung serta instruksikan pasien
untuk menarik napas dalam dan perlahan keluarkan lewat ulut. Tahan napas kemudian hembuskan
beberapa kali.
10. Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan dalam sampau semua obat habis dinebulisasi.
11. Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk batuk setelah beberapa tarikan napas dalam.
Seorang anak (6 tahun) dirawat dengan Demam Thypoid. Hasil pengkajian: anak demam hilang
timbul, anak merasa mual, badan lemah dan tidak mau makan. Anak mendapatkan terapi
ceftriaxone 500mg/12 jam dengan sediaan obat ceftriaxone berisi 1 gram/vial yang diencerkan
dengan aquades hingga 10 cc.
a. 0,05 cc
b. 2,5 cc
c. 5 cc
d. 20 cc
e. 50 cc
Jawaban: c. 5 cc
Pembahasan:
Jawaban yang tepat: c. 5 cc
Data fokus:
- sediaan obat ceftriaxone berisi 1 gram (1000 mg) dengan pelarut aquades 10 cc.
- jumlah sediaan = 10 cc
dosis order
Dosis sediaan
500 mg
= ------------- x 10 cc = 5 cc
1000 mg
Berikut adalah penyakit tidak menular (Non Communicable Disease) yang menjadi perhatian
pemerintah dalam target SDGs, kecuali ..
a. Hipertensi
b. Diabetes Mellitus
c. Stroke
d. Tuberkulosis
e. Gagal Jantung
Jawaban: d. Tuberkulosis
Pembahasan:
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosa
Seorang laki-laki (37 tahun) datang ke Poliklinik dengan keluhan gatal-gatal setelah makan seafood.
Hasil pengkajian: eritema pada seluruh tubuh, angioedema area bibir bawah, tangan dan kaki
kesemutan. Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 20x/menit,
suhu 36,5 C. Perawat akan memberikan terapi Diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.
a. 10 derajat
b. 15 derajat
c. 30 derajat
d. 45 derajat
e. 90 derajat
Jawaban: e. 90 derajat
Pembahasan:
DATA FOKUS
- Perawat akan memberikan *terapi diphen 10 mg via I.M pada area ventrogluteal.*
I.M atau intramuscular merupakan pemberian terapi injeksi ke dalam otot tubuh dengan *sudut 90
derajat.* Beberapa lokasi tubuh untuk melakukan injeksi intramuskular yaitu Ventrogluteal, Vestus
Lateralis, Dorsogluteal, dan Deltoid.
Sehingga sudut jarum yang tepat untuk ditusukkan pada area tersebut adalah *90 derajat.*
Opsi 10 derajat, 15 derajat, 30 derajat, dan opsi 45 derajat (tidak tepat) karena bukan merupakan
sudut jarum yang tepat pada prosedur terapi injeksi via intramuscular.
Seorang laki-laki (28 tahun) dengan Post Kolostomi hari ke-5 dirawat di bangsal bedah. Perawat akan
melakukan perawatan kolostomi. Perawat sedang melepaskan kantong kolostomi dengan air hangat.
Saat perawat membersihkan area stoma, tampak stoma kemerahan, tidak terdapat pus, agak basah,
tidak ada pembengkakan. Pasien juga tidak merasakan rasa gatal pada area stoma.
Pembahasan:
4. Berikan privasi dan bantu pasien pada posisi yang nyaman (fowler, semifowler,berdiri atau duduk
di kamar mandi)
5. Kosongkan kantong yang sudah terisi sebagian ke dalam pispot bila kantung tersebut mempunyai
saluran pembuangan
6. Lepaskan kantong secara perlahan mulai dari bagian atas sambil mengencangkan kulit perut. Jika
ada tahanan, gunakan air hangat atau zat anti perekat untuk memudahkan pelepasan
7. Gunakan kertas tissue untuk mengangkat sisa feses dari stoma. Tutup stoma dengan kassa
8. Bersihkan dan keringkan kulit di sekitar stoma secara perlahan. Sabun dan zat pembersih ringan
dapat digunakan sesuai peraturan institusi
*9. Periksa tampilan kulit di sekitar stoma dan stoma itu sendiri. Stoma berwarna pink kemerahan
dan agak basah dianggap normal*
*10. Oleskan pelindung kulit jenis pasta (Zink oksida) jika diperlukan dan biarkan pasta mengering
selama 1 – 2 menit*
b. Samakan dengan ukuran lingkaran pada bagian belakang tengah pelapis kulit
c. Gunakan gunting untuk memotong lubang 6 mm atau 3 mm lebih besar dari stoma
d. Lepaskan bagian belakang pelapis kulit untuk memaparkan bagian yang lengket
f. Rekatkan pelapis kulit dan kantung stoma dan tekan ke kulit secara perlahan sambil meratakan
kerutan. Tahan kantung pada tempatnya selama 5 menit.
13. Tutup kantung bila ada saluran pembuangnya dengan cara melipat ujungnya ke atas dan
gunakan klem atau penjepit sesuai petunjuk
14. Buang pada tempatnya peralatan yang sudah dipakai, buang handscoon, dan cuci tangan
15. Dokumentasikan penampakan stoma, kondisi kulit di sekitar stoma, dan respon pasien terhadap
prosedur.
Pada kasus perawat sedang membersihkan stoma dan melakukan mengkaji penampakan stoma, dan
kondisi stoma.
*Sehingga tindakan selanjutnya yang tepat adalah mengoleskan zink oksida sesuai order dokter.*
Berikut ini yang termasuk dalam prinsip pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu …
a. Solidity
b. Integration
c. Competition
d. Collaboration
e. Unity
Jawaban: b. Integration
Pembahasan:
2. Integration – SDGs dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait pada semua dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan.
3. No One Left Behind harus memberi manfaat bagi semua terutama bagi yang rentan, dan
pelaksanaan yang melibatkan semua pemangku kepentingan
e. Pelaksanaan kebijakan kerja sama kesehatan dengan negara tetangga untuk berperan aktif
dalam kesehatan dunia
Jawaban: e. pelaksanaan kebijakan kerja sama kesehatan dengan negara tetangga untuk berperan
aktif dalam kesehatan dunia
Pembahasan:
Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2016 pasal 3, dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan
RI menyelenggarakan fungsi :
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unsur organsisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan;
3. pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan;
5. pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan serta
pengelolaan tenaga kesehatan;
6. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kesehatan di
daerah;
a. Pro Rakyat
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Cermat
Jawaban: e.Cermat
Berikut adalah nilai-nilai yang ditanamkan dalam visi misi Kementerian Kesehatan Indonesia,
diantaranya :
1. Pro Rakyat
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan
kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian,
seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
3. Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam
mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis.
Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan
bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
transparan, dan akuntabel.
c. Status Gizi
d. DDST
Pembahasan:
Pemantauan berat badan orang dewasa dapat dilihat melalui IMT ( Indek Masa tubuh). IMT
merupakan alat sederhana yang dapat digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
- Kartu Menuju Sehat ( KMS) untuk balita adalah alat sederhana yang murah, dapat digunakan
untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
- Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat –
zat gizi.
- DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini
bukanlah tes diagnosa atau tes IQ. Tes ini mudah dan cepat (15 – 20 menit)
- Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kebutuhan tubuh secara umum untuk rata – rata orang
Indonesia
Pada pasal 131 UU No. 36 tahun 2009, upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan sampai berusia :
a. 21 tahun
b. 18 tahun
c. 17 tahun
d. 14 tahun
e. 5 tahun
Jawaban: 18 tahun
Pembahasan:
Sesuai dengan pasal 131 ayat 2 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah :
*Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan,
setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.*
Pasal 75 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang dilarang melakukan aborsi, namun
larangan dapat dikecualikan berdasarkan :
e. betul semua
Pembahasan :
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan :
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa
ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
a. tujuan kemanusiaan
d. pemulihan kesehatan
Pembahasan:
Berdasarkan pasal 64 ayat (2) dan (3) UU No. 36 tahun 2009 Kesehatan tentang Penyembuhan
Penyakit dan Pemulihan Kesehatan menyatakan bahwa :
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di bangsal penyakit dalam RS dengan diagnosis medis
Gastroenteritis Akut. Hasil pengkajian: pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, masih merasakan
mual dan muntah. Saat dilakukan pengukuran antroprometri harian, berat badan pasien turun 3 kg.
Saat ini BB pasien 40 kg dan TB 167 cm.
b. 0,14
c. 12
d. 14,3
e. 23,9
Jawaban; d. 14,3
Pembahasan:
Nilai IMT pasien di atas adalah BB/TB dikuadratkan dalam meter. Maka didapatkan hasil
Seorang laki-laki (21 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari yang lalu dikarenakan marah-marah dan
mengamuk di rumah. Hasil pengkajian: klien mengeluh tubuhnya kaku, tremor, lesu, dan selalu
mengantuk. Klien juga terlihat selalu gelisah. Klien mengatakan hal ini ia rasakan setiap setelah
minum obat.
a. Chlorpromazine
b. Trihexiphenidyl
c. Haloperidol
d. Clozapine
e. Risperidone
Jawaban: b. Trihexiphenidyl
Pembahasan:
Data fokus pada kasus: klien mengeluh tubuhnya tremor, lesu, dan selalu mengantuk. Klien juga
terlihat selalu gelisah. Klien mengatakan hal ini ia rasakan setiap setelah minum obat.
(a) tidak tepat, walaupun ada beberapa efek samping dari obat CPZ yang muncul pada klien tetapi
pada obat ini efek samping yang terjadi lebih kepada hipotensi,
*(b) tepat, karena terlihat efek samping dari obat ini pada klien yaitu tremor, lesu, dan gelisah.
dimana efek samping tersebut merupakan efek ekstrapiramidal*
(c) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
(d) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
(e) Tidak tepat, tidak terdapat efek samping obat iniyang ditunjukkan oleh klien,
[16/4 14.43] Tutor Uchi: Untuk menghitung kebutuhan cairan 24 jam pada pasien dengan luka bakar,
kita pakai rumus Baxter atau dikenal juga dengan formula Parkland
Rumusnya yaitu:
[16/4 14.44] Tutor Uchi: Formula Baxter diatas itu dipakai *untuk menghitung kebutuhan 24 jam*
Bisa 2 cara menghitung penggunaan cairan yang diberikan pad pasien luka bakar:
*Pertama*
*Kedua*