Anda di halaman 1dari 7

DIAGRAM KEBOCORAN

A. DATA-DATA KAPAL

Type = General Cargo


LOA = 107,35 m
LPP = 102,00 m
BMld = 18,30 m
HMld = 9,2 m
Tload = 7,36 m
Cb = 0,725
Vd = 12 Knot

B. DIAGRAM KEBOCORAN

Pada umumnya, setiap kapal yang dibangun mempunyai tujuan komersil, dan untuk
mencapainya kita perlu mendapatkan manfaat yang maksimum dari kapal tersebut. Salah
satu cara adalah dengan pengaturan ruang yang seefisien mungkin. Namun satu hal yang
tidak kalah pentingnya adalah faktor keselamatan dari kapal itu sendiri, mengingat kapal
merupakan bangunan terapung di laut yang mengangkut tidak hanya barang tetapi juga
manusia.
Bila kapal sampai tenggelam, maka keselamatan seluruh awak dan penumpangnya
terancam, disamping kerugian yang diderita akan sangat besar. Karena itu perlu
diperhitungkan kemampuan kapal untuk tetap mengapung bila terjadi kebocoran, dengan
memperhitungkan letak yang optimal dari sekat kedap, sehingga selain didapatkan
pengaturan ruang yang efisien, persyaratan keselamatannya juga terpenuhi.
Inilah pemikiran awal dilakukannya perhitungan Floodable Length. Dengan
menggunakan grafik ini, kita dapat menentukan letak sekat kedap tersebut, dalam artian
apakah letak sekat yang kita tentukan dapat menjamin keselamatan bila terjadi kebocoran
pada kapal.

C. DASAR TEORI

1
Definisi-definisi yang digunakan antara lain:
a. Kebocoran, yaitu air laut yang, masuk ke dalam salah satu
kompartemen kapal yang disebabkan oleh bocornya kapal pada ruangan tersebut;
b. Margin line, yaitu garis sejajar dengan upper deck side line,
berada 3 inchi di bawah upper deck side line tersebut;
c. Floodable length, yaitu panjang maksimum dari sebuah
kompartemen yang boleh terisi air supaya kapal yang mengalami kebocoran pada
kompartemen tersebut dapat mengapung pada garis air yang tidak melebihi margin
line; dan
d. Permeabilitas, yaitu perbandingan antara volume air yang bisa
mengisi kompartemen dengan volume kompartemen itu sendiri.

Suatu kapal yang mempunyai volume displacement dan LCB tertentu apabila mengalami
kebocoran pada salah satu kompartemennya, maka volume displacement dari kapal
tersebut akan berubah sehingga letak LCB juga bergeser. Titik berat ruang bocor dapat
diperhitungkan berdasarkan hukum kesetimbangan berikut ini.

VRB = VB – VR
VB.B = VRB.X + VR.BR
X= (VB.B – VR.BR) / VRB

Dimana:
X = Titik berat ruang bocor
VRB = Volume ruang bocor
VB = Volume kapal kondisi bocor
VR = Volume normal (volume even keel pada sarat penuh)
B = Titik tekan displacement pada kondisi normal
BR = Titik tekan displacement pada kondisi bocor

D. LANGKAH-LANGKAH PENGERJAAN

Untuk membuat kurva floodable length, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.


1. Membuat margin line.

2
2. Membuat garis sejajar garis dasar yang menyinggung margin line, selanjutnya
kondisi ini disebut kondisi even keel.
3. Menentukan jarak maksimal untuk menentukan kondisi trim (h) dengan
menggunakan rumus berikut.
h = 1,6D – 1,5T
Dimana:
D = jarak garis dasar sampai margin line terendah
= H – 3 inchi
T = sarat
Rumus untuk h di atas diambil dari buku Principles of Naval Architecture, oleh
Dipl. Ing. F. Shirokaver, 1928.
4. Membagi h (dari perhitungan di atas) menjadi 3 bagian sehingga didapat 3 titik
kondisi trim masing-masing pada AP dan FP, kemudian pada setiap titik yang
didapat garis lurus menyinggung margin line (Gambar 1).

Gambar 1

5. Menghitung volume dan titik tekan bouyancy pada setiap kondisi sarat air.
6. Dari perhitungan di atas, maka kita akan mendapatkan volume bocor, yaitu:
VRB = VB – VR
Dimana:
VRB = Volume ruang bocor

3
VB = Volume kapal kondisi bocor
VR = Volume normal (volume even keel pada sarat
penuh)
7. Menentukan titik berat ruang bocor, dengan rumus:
X = (VB.B – VR.BR) / VRB
Dimana:
X = Titik berat ruang bocor
B = Titik tekan displacement pada kondisi normal
BR = Titik tekan displacement pada kondisi bocor
Hasil perhitungan titik berat ruang bocor dapat dilihat pada Tabel A.
Jika pada salah satu atau beberapa kondisi ada titik berat ruang bocor yang
terletak di luar kapal, maka kita dapat membuat sarat trim yang baru sampai kita
menemukan titik berat volume yang terletak di kapal.
8. Membuat kurva ruang bocor dengan VRB sebagai ordinat dan X sebagai absis.
9. Membuat kurva luas station (Curves of Sectional Area (CSA) ) sampai dengan
margin line.
10. Dibuat integral dari CSA di atas.
11. Menentukan panjang kompartemen (l) dengan cara membawa atau mengukurkan
kurva ruang bocor ke kurva integral CSA, lalu dibuat sedemikian rupa sehingga
luas I = luas II seperti pada Gambar 2.

Integral CSA

II

l
l/2
Gambar 2

4
12. Menggambar kurva floodable length dengan harga permeabilitas sama dengan
satu. Ordinatnya adalah l dan absisnya adalah letak titik l/2.
13. Membuat kurva floodable length untuk bermacam-macam harga permeabilitas.
Dari buku Static and Dynamic diperoleh harga-harga permeabilitas dari tiap-tiap
ruang yaitu sebagai berikut.
a) Ceruk depan/belakang = 0,98
b) Kamar mesin = 0,85
c) Ruang muat = 0,60
14. Menentukan titik-titik letak sekat kedap air, yaitu dengan membuat segitiga sama
kaki dengan kemiringan 2/1, segitiga tersebut harus berada di bawah kurva
floodable length masing-masing ruangan. Ujung-ujung segitiga tersebut adalah
letak sekat kedap airnya.

E. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN

1. Penentuan jarak maksimal untuk menentukan kondisi trim (h) dengan


menggunakan rumus:
h = 1,6D – 1,5T
Dimana:
D = jarak garis dasar sampai margin line terendah
= H – 3 inchi
T = sarat
Maka:
h = [1,6 ( 9,1238 – 0,0762 )] – [1,5 (7,36)]
= 14,59808 – 11,04
= 3,55808 m
2. Membagi h (dari perhitungan di atas) menjadi 3 bagian dan pada setiap titik yang
didapat dibuat garis lurus menyinggung margin line.
Hasil perhitungan didapatkan:
h1 = 1,186 m
h2 = 2,372 m
h3 = 3,551 m

5
Gambar 3
3. Dari buku BKI Volume II didapatkan ketentuan mendapatkan panjang
kompartemen dan jumlah sekat yaitu:
 Jarak bos propeler C0 dari AP adalah 2,70 m.
 Penentuan panjang ceruk belakang (after peak)
dari bos propeler, dinotasikan dengan C1, digunakan rumus sebagai berikut.
C1 minimal = 3 x jarak gading
Jarak gading maksimum pada ceruk = 0,6 m
Panjang ceruk belakang adalah 1,8 m
 Penentuan panjang ceruk depan (fore peak),
dinotasikan C2, digunakan rumus sebagai berikut.
C2 = ( 5 – 8 )% x LPP
C2 = 6 m
 Penentuan panjang ruang mesin, dinotasikan C3,
digunakan rumus sebagai berikut.
C3 = merupakan perhitungan yang didapatkan dari BKI Volume II
1996 pada 11-2
2.3.1 bahwa pemasangan sekat pada ceruk adalah diperpanjang
sampai tegak lurus terhadap freeboard yang seharusnya
terdapat satu frame pada tempat tersebut,sehingga didapatkan
panjang daripada ruang mesin adalah 11,4 m.
 Penentuan panjang ruang muat, dinotasikan C4,
digunakan rumus sebagai berikut.
C4 = LPP – (C0 + C1 + C2 + C3 )

6
C4 = 102– (2,7 + 1,8 + 6 + 11,4)
C4 = 80,4 m
4. Persyaratan pembagian sekat melintang kedap air, diambil dari buku BKI Volume
2 Bab 11.A.1.2 yaitu sebagai berikut.
Untuk 85 < L  105 dengan mesin di buritan jumlah minimal sekat melintang
kedap air adalah 4 sekat, termasuk sekat tubrukan, sekat ceruk belakang dan sekat
ruang mesin.
Pada kapal ini dipasang 6 sekat, yaitu:
1 sekat ceruk belakang (sekaligus sekat belakang ruang mesin),
1 sekat tubrukan,
1 sekat depan ruang mesin, dan
3 sekat antar ruang muat.
Sehingga terdapat 4 ruang muat yang masing-masing panjangnya:
RM 1 = 16,8 m
RM 2 = 23,4 m
RM 3 = 16,8 m
RM 4 = 23,4 m
Total panjang RM = 80,4 m
Dimana panjang ruang muat diatas disesuaikan dengan penempatan sekat yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai