Anda di halaman 1dari 5

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Tiara Pramudita, 1906292231

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98, Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja merupakan suatu tindakan atau reaksi
suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat
lainnya (Heinrich et al., 1980).

Klasifikasi kejadian kecelakaan kerja bertujuan untuk mengidentifikasi proses alami suatu
kejadian seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan atau
material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan kode – kode kecelakaan kerja akan sangat
membantu proses investigasi dalam menginterpretasikan informasi – informasi kejadian.
Menurut standar Australia AS 1885-1 tahun 1990, kode yang digunakan untuk mekanisme
terjadinya cidera atau sakit akibat kerja diantaranya adalah jatuh dari atas ketinggian, menabrak
objek dengan bagian tubuh, terpajan oleh getaran mekanik, tertabrak oleh objek yang bergerak,
terpajan oleh suara keras tiba – tiba, pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang
rendah, terpajan radiasi, kontak dengan bahan kimia, longsor atau runtuh, terpajan faktor stress
mental, kecelakaan kendaraan atau mobil, dan sebagainya.

Dampak kecelakaan akibat kerja menimbulkan beberapa kerugian meliputi manusia atau pekerja,
properti, proses, lingkungan, dan kualitas (Det Norske Veritas, 1996). Hasil studi yang dilakukan
oleh Frank E. Bird pada tahun 1969 tergambarkan dalam piramida kecelakaan yang menyatakan
bahwa “Setiap terjadi 1 kecelakaan fatal (cacat atau kematian), maka di dalam 1 kejadian fatal
tersebut terdapat 10 kecelakaan ringan dan 30 insiden yang menimbulkan kerusakan alat atau
bahan serta 600 kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadi 1 kejadian kecelakaan fatal
tersebut”. Piramida tersebut menggambarkan bahwa guna mencegah kecelakaan fatal di tempat
kerja, maka harus terdapat upaya menghilangkan kejadian nearmiss sehingga probabilitas
menuju kejadian fatal dan kejadian lain sebelum menuju adanya 1 kejadian fatal dapat dikurangi
bahkan tidak terjadi. Biaya kecelakaan kerja diantaranya adalah biaya perawatan luka atau sakit,
property kerusakan yang tak diasuransi, biaya investigasi kecelakaan, re-training dan re-hiring
tenaga kerja.
Pengertian cidera menurut Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan
sebagainya yang disebabkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, US Department of
Labor (2008) membagi bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit menjadi kepala, mata; leher;
batang tubuh : bahu, punggung; alat gerak atas : lengan tangan, tangan selain jari, jari tangan;
alat gerak bawah : lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki; sistem tubuh; dan
banyak bagian. Menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang spesifik
bertujuan untuk mencegah terjadinya cidera karena kecelakaan serta menganalisis penyebab
alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

Menurut Australia AS 1885-1 tahun 1990, pengelompokkan jenis cidera dan keparahannya
diantaranya adalah cidera fatal / fatality (kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit
akibat kerja), cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja / loss time injury (suatu kejadian
yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja
atau lebih), cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja / loss time day (semua jadwal masuk
kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat
terjadi kecelakaan), tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas / restricted duty
(jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan
ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah dimodifikasi), cidera dirawat di
rumah sakit / medical treatment injury (kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat,
atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberi pertolongan pada kecelakaan), cidera ringan
/ first aid injury (cidera yang ditangani menggunakan alat P3K setempat), serta kecelakaan yang
tidak menimbulkan cidera / non injury incident (kejaidan yang potensial menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan, dan bahaya
pembuangan limbah).

Terdapat beberapa definisi rate dalam kecelakaan kerja yaitu incident rate (jumlah kecelakaan
akibat kerja setiap seratus orang karyawan yang dipekerjakan), frekwensi rate (jumlah kejadian
cidera setiap satu jam kerja), loss time injury frekwensi rate (jumlah cidera akibat kecelakaan
kerja dibagi satu jam kerja, severity rate (waktu atau hari yang hilang dan waktu pada hari
pekerjaan alternatif yang hilang dibagi satu juta jam kerja), serta total recordable injury
frekwensi rate (jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI, LTI, dan cidera yang
tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja).
Husni (2003) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada
umumnya diakibatkan oleh empat faktor penyebab utama, yaitu faktor manusia (dipengaruhi
oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap), faktor material yang memiliki sifat dapat
memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja, faktor sumber bahaya (perbuatan bahaya :
metode kerja yang salah, keletihan, sikap kerja yang tidak sesuai; serta kondisi bahaya : tidak
aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan), dan faktor yang
dihadapi (kurangnya pemeliharaan mesin atau alat sehingga tidak bekerja dengan sempurna).
Kemudian, menurut Bennet dan Rumondang (1985), faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
pada umumnya diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Setiap kecelakaan kerja
sebetulnya dapat diramalkan jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyarakat. Perbuatan
berbahaya biasanya disebabkan oleh sikap dalam pengetahuan dan keterampilan, keletihan, serta
gangguan psikologis. Oleh karena itu, pekerja wajib berbuat secara selamat dan mengatur alat
atau perlengkapan produksi dengan standar yang diwajibkan.

Terdapat banyak macam teori penyebab kecelakaan kerja, yang pertama ialah teori domino yang
diperkenalkan oleh H.W. Heinrich tahun 1931. Teori domino menjelaskan bahwa 88%
kecelakaan disebabkan oleh perbuatan tidak aman dari manusia (unsafe act), sisanya disebabkan
oleh hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10% disebabkan kondisi tidak
aman (unsafe condition), dan 2% yaitu takdir Tuhan. Teori kedua adalah teori Bird and Loftus
yang lebih menyoroti bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan
pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan. Ketiga, teori Swiss Cheese menjelaskan bahwa
kecelakaan terjadi saat ada kegagalan interaksi pada tiap komponen yang terlibat, disimbolkan
sebagai lubang dalam tiap lapisan sistem. Penyebab kecelakaan terbagi menjadi direct cause
(berhubungan dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera saat
kecelakaan tersebut terjadi) dan latent cause kondisi yang sudah nampak jelas sebelumnya
dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

Diperlukan investigasi kecelakaan dimana pengurus atau pengusaha wajib melaporkan


kecelakaan kerja yang terjadi. Terdapat tujuh langkah investigasi kecelakaan kerja menurut
ICAM Investigation Guidelines. Pertama, tindakan awal atau segera (pertolongan pertama dan
mengamankan lokasi, membentuk tim, berangkat ke lokasi kejadian), perencanaan investigasi
kecelakaan, pengumpula data (orang, lingkungan, peralatan, prosedur dan dokumentasi,
organisasi), mengelola data, analisa kecelakaan, tindakan pencegahan dan perbaikan (membuat
rekomendasi, urutan pengendalian risiko atau hierarchy control), serta pelaporan (catatan dari
level manajemen, penjelasan kecelakaan, faktor kontribusi dan penyebab dasar kecelakaan,
temuan kunci, kesimpulan dan rekomendasi, rencana perbaikan, tanda tangan laporan, kunci
pembelajaran, serta daftar lampiran dan data pendukung).

Dapat disimpulkan bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak
dikehendaki, dan dapat merugikan baik jiwa maupun harta benda yang terjadi disebabkan oleh
pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi setiap orang yang terlibat dalam
suatu pekerjaan atau aktivitas yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi serta mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan cidera akibat kecelakaan
kerja.

Referensi
Australian Standard. (1990). Australian Standard AS 1885.1-1990: Workplace Injury and
Disease Recording Standard.

Djatmiko, R. D. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish. Retrieved


Oktober 11, 2020, from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=0uZjDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR6&dq=kecelakaan+kerja&ots=l3WsH
2XKTA&sig=OwQCV-
iv9XTQmAtdUlkQMYA3laY&redir_esc=y#v=onepage&q=kecelakaan%20kerja&f=true

Heinrich, H. W., Petersen, D., Roos, N., & Hazlett, S. (1980). Industrial Accident Prevention: A
Safety Management Approach. New York: McGraw-Hill.

Husni, L. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo


Perkasa.

Lastariwati, B., & Khayati, E. Z. (2015). Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Universitas Negeri Yogyakarta, 1-8. Retrieved Oktober 11, 2020, from
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-20152-
kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf

Mayendra, O. (2009). Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja pada PT X. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia, 10-29. Retrieved Oktober 11, 2020, from
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125565-S-5639-Analisis%20penyebab-Literatur.pdf

Anda mungkin juga menyukai