Anda di halaman 1dari 2

Perilaku K3 dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Tiara Pramudita, 1906292231


Keselamatan dan Kesehatan Kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani tenaga kerja, khususnya
pada manusia dan umumnya pada hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Kejadian yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya
ialah salah lokasi, salah prosedur, serta salah pasien operasi. Kejadian ini bisa diakibatkan oleh
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, tidak atau kurang
melibatkan pasien dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
memverifikasi lokasi operasi. Untuk mencegah kesalahan tersebut, perawat dan tenaga kesehatan
lain perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu prosedur yang efektif dalam
mengeliminasi masalah ini. Perilaku K3 yang dapat dilakukan oleh perawat diantaranya adalah
memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto
(images), dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik dan dipampang;
serta memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan atau implant – implant yang dibutuhkan.
Kemudian, perawat juga harus mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih – terkait kateter, infeksi aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia (sering dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Hal yang
harus diperhatikan untuk mengeliminasi infeksi ini atau infeksi lain adalah mencuci tangan
(hand hygiene) dengan tepat menurut pedoman World Health Organization (WHO).
Jumlah kasus jatuh juga menjadi bagian yang harus diperhatikan karena sering menjadi penyebab
cedera bagi pasien rawat inap. Oleh karena itu, perawat perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa
meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya
atau cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang pasien gunakan. Evaluasi ini
bertujuan untuk memonitor langkah – langkah untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan
alat penghalang yang tidak benar, pembatasan asupan cairan yang dapat menyebabkan cedera,
sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun.
Memberikan asuhan keperawatan yang lebih aman kepada pasien merupakan salah satu perilaku
perawat dalam meningkatkan keselamatan pasien. Terdapat tujuh langkah menuju keselamatan
pasien, yaitu membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memimpin dan mendukung
staf, mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem pelaporan,
melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien, serta mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Referensi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 11 Tahun 2017. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.

Sucipto. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai