Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH SINGKAT RESIMEN MAHASISWA "MAHASURYA" JAWA TIMUR

Pada masa penegakan kedaulatan RI, situasi di Jawa Timur tidak segawat di Jawa Barat atau
daerah lain, akibat pemberontakan DI/TII. Namun demikian pasukan Kodam V/Brawijaya dan
para sukarelawan Jawa Timur juga ambil bagian dikirim membantu penumpasan pemberontakan
- pemberontakan tersebut. Sukarelawan itu antara lain dari kalangan pemuda dan mahasiswa.

Pada masa persiapan perebutan kembali Irian Barat awal tahun 1960-an, semangat kebangsaan
pemuda mahasiswa semakin kuat, untuk mengabdikan dirinya sebagai sukarelawan mendukung
operasi Trikora. Dengan dikeluarkannya SK Men Kam Nas No. MI/B/00370/1961, banyak
mahasiswa yang dilatih ketangkasan keprajuritan yang merupakan Wajib Latih bagi Mahasiswa
atau WALA (Walawa Pendahuluan). Di Jawa Timur, diselenggarakan latihan keprajuritan itu
pada tahun 1962, khusus Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yaitu Universitas Airlangga (Unair),
dengan tempat latihan Rindam VIII Brawijaya dan Kampus Unair.

Karena itu, pada tahun 1963 pemerintah sekaligus memberlakukan Wajib Latih (WALA) bagi
setiap mahasiswa yang memenuhi syarat mengikuti latihan kemiliteran dan menginstruksikan
untuk membentuk Resimen Mahasiswa. Ini merupakan realisasi Peraturan Pemerintah tentang
Cadangan Nasional, UU Mobilisasi Umum dan instruksi SKB Wakil Menteri Pertama bidang
Hankam (Wampa Hankam) dan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Men PTIP).

Pada saat negara sedang membutuhkan partisipasi aktif para pemuda mahasiswa itu, ternyata di
lingkungan mahasiswa Jawa Timur dan Surabaya, utamanya, terjadi konflik perebutan pengaruh
di antara organisasi ekstra kurikuler. Sehingga kehidupan kemahasiswaan menjadi terpecah –
pecah. Hal itu terjadi setelah Irian Barat telah kembali ke pangkuan NKRI.

Karena itulah Dewan Mahasiswa (Dema) Unair memprakarsai terbentuknya Presidium


Mahasiswa Jawa Timur, demi menjaga persatuan dan kesatuan. Presidium Mahasiswa ini
kemudian menunjuk Drs. Ec. Ben E. Ticoallu sebagai ketuanya, yang juga merupakan Ketua
Dema Unair.

Berdasarkan radiogram Menko Hankam/KASAB (saat itu dijabat oleh Jenderal TNI Abdul Haris
Nasution) Nomor : AB/3046/1964 tanggal 21 April 1964, Presidium Mahasiswa Jawa Timur
mengadakan rapat yang hasilnya antara lain membentuk “Panitia Tujuh”.

Panitia ini bertugas untuk :

- Mempersiapkan pembentukan Resimen Mahasiswa (Menwa) Jawa Timur, beserta namanya.


- Merancang emblem, tutup kepala/baret dan badge Menwa Jawa Timur,
- Merancang motto perjuangan Menwa Jatim.

Nama- nama anggota Panitia Tujuh, pada saat itu adalah :

1. Drs. Ec. Ben L Ticoalu


2. R. Djoko Soemadijo, S.H.
3. Rasjid Soekemi, S.H.
4. R.M. Tifachoel Chaery
5. A.H. Soehermanto
6. Narjono
7. Achmad, S.H.

Rapat – rapat panitia tujuh dilakukan di Akademi Angkatan Laut (AAL), yang berlokasi di
Morokrembangan Surabaya atas saran Pangdam VIII/Brawijaya, Mayjen TNI Basuki Rachmat,
untuk menghindari pengaruh dan rongrongan unsur – unsur Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang hendak ikut serta dalam rapat panitia.
Hasil rapat itu antara lain menentukan nama, motto dan badge “Mahasurya” sebagaimana
sekarang ini.

Langkah pertama yang diambil panitia tujuh adalah melaporkan hasil rapat Presidium kepada
para Rektor dan Muspida Tingkat I Jawa Timur, untuk memperoleh arahan dalam rangka
pembentukan Resimen Mahasiswa di Jawa Timur. Hal ini kemudian disarankan dalam
pembentukan dan penyiapan anggotanya dengan melibatkan pejabat dan lembaga fungsional
untuk itu, yaitu melalui Akademi Angkatan Laut (AAL).

Dalam rapat – rapat berikutnya, ditujukan pada persiapan peresmian pembentukan Resimen
Mahasiswa di Jawa Timur. Tanggal 1 Juni 1964 diadakan apel besar dengan peserta para
mahasiswa wajib latih (WALA), dihadiri oleh unsur Pemerintah Daerah Tingkat I Jatim dan
Pimpinan Perguruan Tinggi. Apel ini dimaksudkan sebagai berdirinya Komando Resimen
Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur. Dipilih sebagai Komandan Resimen Mahasiswa (Dan
Menwa) pertama adalah Drs. Ben L. Ticoallu yang sekaligus menjadi Komandan Apel Besar
tersebut.

Tanggal 12 Januari 1965 timbul kudeta oleh CGMI (organisasi mahasiswa Underbow PKI)
terhadap Komando Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, dengan membentuk barisan
baru yang mereka sebut sebagai Brigade Mahabaya, yang anggotanya terdiri atas anggota CGMI
Surabaya, namun kudeta tersebut gagal.

Melihat kondisi di atas, pimpinan Mahasurya menghadap Menko Hankam/KASAB Jenderal TNI
A.H. Nasution. Hasilnya adalah pada kunjungan Men PTIP, saat setelah peresmian IKIP
Surabaya, diadakan pertemuan antara Men PTIP, Gubernur AAL. Dandim Surabaya serta Dan
Menwa Mahasurya. Dari pertemuan itu diputuskan bahwa anggota Menwa Mahasurya akan
dilatih sepenuhnya secara bertahap/bergelombang oleh AAL.

Bulan Februari 1965 dilaksanakan pendidikan latihan dasar Menwa yang disebut dengan LKP
(Latihan Kemiliteran Pertama) dalam 2 gelombang yang berjumlah ± 4.500 (empat ribu lima
ratus) orang yang ditambah pula dengan Men Mahameru Malang. Pendidikan Menwa kemudian
disebut dengan Surya Yudha. Tahun 1966 dilanjutkan lagi pendidikan dasar.

Berdasarkan Surat Perintah (Sprin) Pangdam V/Brawijaya No. 58/9/66, tanggal 16 September
1966, dinyatakan agar semua kegiatan Menwa yang bersifat fisik kemiliteran diberhentikan
sementara.
Tahun 1970 berdasarkan Sprin. Gubernur KDH Tk. I Jatim, selaku Kamada Hansip/Wanra XI
Jatim No. Prin-53/Mada/XII/70, tanggal 3 Desember 1970, Men Mahasurya Jatim di-B/P-kan
(Bawah Perintah) kepada Korem 084/Baskara Jaya Surabaya.

Tahun 1973, Pem-B/P-an dikembalikan kepada Gubernur TK. I Jatim. Dan tahun ini sempat
dilaksanakan Pendidikan dan Latihan Dasar sekali.

Tanggal 17 Desember 1977, Sprin Pangdam tersebut di atas dicabut dan setelah itu dilaksanakan
pendidikan dan latihan dasar Menwa di Jawa Timur secara rutin hingga sekarang. Diawali
dengan Pra Diklatsar PTN/PTS se-Malang di Unibraw tanggal 27 – 31 Desember 1977. Diklatsar
I secara resmi dimulai 3 – 18 Januari di Kompi Latihan Cadangan Nasional (Kilat Cadnas)
Malang, Jawa Timur.

Dirgahayu Resimen Mahasiswa Mahasurya


KOMANDAN RESIMEN MAHASISWA MAHASURYA DARI MASA KE MASA

1. Drs. Ec. Ben L. Ticoallu 1964 – 1967


2. Kolonel Laut Teguh Santoso 1967 – 1968
3. Kolonel Laut Bompy Purnomo 1968 – 1973
4. Kolonel Laut Gitojo Tirto Atmodjo 1973 – 1977
5. Letnan Kolonel Infanteri Sugiarto 1977 – 1982
6. Letnan Kolonel Infanteri Abdul Hamid Mahmoed 1982 – 1986
7. Letnan Kolonel Infanteri J. P. Seppang 1986 – 1989
8. Letnan Kolonel Artileri F. X. Poniman 1989 – 1991
9. Letnan Kolonel Kavaleri Robik Mukav 1991 – 1994
10. Kolonel Infanteri Achmad Djunaidi Sikki 1994 – 1996
11. Kolonel Infanteri Heru Sudibyo 1996 – 1997
12. Kolonel Infanteri Dedi H. Effendi 1997 – 2002
13. Saboer Tranggono, S.H. 2002 – 2006
14. Drs. Moelyanto 2006 – 2009
15. Drs. Taufiq Rahman, MSi 2009 – 2012
16. Dr. Budi Riyanto, MSi 2012 – 2015
17. Drs. Heru Siswanto, MSi 2015 – 2019
18. Dr. Untung Lasiyono, MSi 2019 - sekarang

Anda mungkin juga menyukai