Makalah Keperawatan Anak Kel.11 (Asuhan Kep Pada Bayi Resiko Tinggi)
Makalah Keperawatan Anak Kel.11 (Asuhan Kep Pada Bayi Resiko Tinggi)
Dosen Pengampu :
Yunike,S.Kep,Ns,M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Tingkat 1.A
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Bayi Resiko Tinggi.
Kami menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Keperawatan anak. Makalah ini disusun
dengan tujuan memberitahukan kepada para pembaca tentang masalah yang kami
bahas dan kaji di dalam makalah ini.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................46
B. Saran...............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada
sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60%
bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan
32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat
patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau
menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat
perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama
kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24
jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari
1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan
yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan
tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat
buruk ikterus dapat dihindarkan.
Kongres Kedokteran Perinatologi Eropa Ke-2, 1970, mendefinisikan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir £ 2500 gr dan mengalami masa gestasi yang diperpendek maupun
pertumbuhan intra uterus kurang dari yang diharapkan (Rosa M. Sacharin,
1996).
Berat Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang mempunyai resiko tinggi
untuk kesakitan dan kematian karena BBLR mempunyai masalah terjadi
gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat
menimbulkan kematian.
Angka kejadian (insidens) BBLR di negara berkembang seperti di
Inggris dikatakan sekitar 7 % dari seluruh kelahiran. Terdapat variasi yang
bermakna dalam insidens diseluruh negeri dan pada distrik yang berbeda,
angka lebih tinggi di kota industri besar (Rosa M. Sacharin, 1996). Sedangkan
5
di Indonesia masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan, karena di
Indonesia angka kejadiannya masih tinggi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dari tahun ke tahun tidak banyak berubah sekitar 22 % - 26,4 %.
Berkenaan dengan itu upaya pemerintah menurunkan IMR tersebut
maka pencegahan dan pengelolaan BBLR sangat penting. Dengan penanganan
yang lebih baik dan pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan BBLR,
diharapkan angka kematian dan kesakitan dapat ditekan.
Peran serta perawat dalam pencegahan BBLR dengan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janin yang dikandung, maka perlu dilakukan deteksi
dini melalui pemantauan Ante Natal Care dan pengelolaan BBLR dengan
penanganan dan pengetahuan yang memadai dengan menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan.
1.3 Tujuan
1.untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan bayi resiko tinggi
2.utuk mengetahui Apakah yang menjadi penyebab terjadinya pada bayi
resiko tinggi
3. untuk mengetahui manifestasi klinis pada bayi resiko tinggi
4.untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit bayi resiko tinggi
5.untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit bayi bayi resiko tinggi
6.untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
7
menghambat pertumbuhan dan
2008).
8
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
2. Klasifikasi BBLR
1) Prematuritas murni
dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates
c) Dismaturitas
9
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
10
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang
pertumbuhan intrauterin.
3. Etiologi BBLR
a. Faktor ibu
1) Penyakit
2) Ibu
dari 1 tahun).
11
3) Keadaan sosial ekonomi
b. Faktor janin
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
d. Faktor lingkungan
4. Manifestasi klinis
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
12
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
amat sedikit.
miyora.
5. Patofisiologi
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
13
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
14
6. Pathways
Faktor janin Faktor ibu Faktor lingkungan
Faktor
Kelainan kromosom Penyakit ,usia ibu Tempat tinggal di dataran
Hidramnion
plasenta
Infeksi janin kronik (inklusi Plasenta previa Keadaan gizi ibu tinggi.
sitomegali, rubella bawaan) Solutio plasenta Kondisi ibu saat hamil Terkena radiasi, serta
Gawat janin terpapar zat beracun.
Keadaan sosial dan ekonomi
Kehamilan kembar
BBLR
Peningkatan kerja
nafas
Reflekmenghisap dan Resiko infeksi
sistem termoregulas
menelan belum berkembang
yang imaturi
dengan baik
Tidak efektifnya pola
Termoregulasitubuh tidak
pernafasan
Perubahan nutrisi kurang dari efektif
kebutuhan tubuh
15
7. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah
2009).
a. Sistem Pernafasan
(distress pernafasan).
16
hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR
perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
d. Sistem Gastrointestinal
seperti bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak
e. Sistem Termoregulasi
17
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah
kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
g. Sistem Imunologi
terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
i. Sistem Integument
18
j. Sistem Pengelihatan
ketidakmatangan retina.
8. Pemeriksaan diagnostik
1) pH : 7,35-7,45
19
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
Bilirubin normal:
komplikasi.
9. Penatalaksanaan
a. Pemberian posisi
20
lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan
telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena
Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
21
2) Termoregulasi
Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit
yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir
4) Hidrasi
22
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
kehilangan cairan.
5) Nutrisi
23
seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi
24
belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya
antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi
ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat
(Perinansia, 2008).
bayi.
25
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan
PMK.
luasnya.
26
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan,
berkancing depan.
kaki.
27
Gambar 2.3 mengeluarkan bayi dari baju kanguru
28
Gambar 2.5 ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK
29
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
melalui hidung.
30
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
31
2. Pengkajian respirasi
3. Pengkajian kardiovaskuler
PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan
imediastinum).
bercak.
32
4. Pengkajian gastrointestinal
konsistensi, pH).
5. Pengkajian genitourinaria
hidrasi).
33
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
neck, palmar).
7. Suhu tubuh
8. Pengkajian kulit
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
34
C. Diagnosa keperawatan
b. Batasan karateristik:
bernapas.
b. Batasan karakteristik:
35
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
kebutuhan metabolisme.
b. Batasan karakteristik:
4. Resiko infeksi.
b. Faktor resiko:
36
D. Intervensi keperawatan
(NOC)
1 Tidak efektifnya Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat
37
nafas. kesemutan pada extremitas,
palpitasi.
oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan
38
funsi pernapasan.
(pernafasan).
(NOC)
2 Termoregulasi tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,
tinggi.
39
terjadinya dehidrasi.
40
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
o keperawatan hasil
(NOC)
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala kekurangan
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam gizi termasuk perawakan
glikogen.
tanda dehidrasi.
dengan ahli
gizi).
42
Rasional: membantu dalam
kebutuhan individual
(NOC)
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu
44
3. Penyembuhan luka: Primer berpindahnya mikroorganisme
BAB III
45
PENUTUP
Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus
yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler
sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
BBLR adalah bayi baru lair yang berat badannya saat lair kurang dari 2500 gram. BBLR sangat
membutuhkan penanganan khusus karena bayi BBLR sangat rentan terhadap infeksi maupun hipotermi. Oleh
karena itu, perlu penanganan antara lain :
DAFTAR PUSTAKA
46